• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

18

4. Verdure dihitung dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yang

diambil bersamaan dengan bobot kering akar. Setelah dipisahkan dari akar,

verdure diperlakukan sama dengan bobot kering akar yaitu dicuci dan

dikeringkan dengan suhu 80° C selama satu hari kemudian ditimbang bobotnya.

5. Panjang akar diambil dari dua sampel acak tiap petak menggunakan plug cutter bersamaan dengan pengamatan bobot kering akar. Panjang akar diukur dari pangkal akar teratas sampai akar terbawah pada pekan terakhir penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penelitian berlangsung selama bulan Juni hingga September 2014. Secara umum keadaan lapang dalam kondisi baik dan tidak mengalami masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dua faktor, yaitu pemupukan dan campuran media tanam serta dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing faktor terdiri dari tiga perlakuan sehingga terdapat 27 jumlah petak percobaan.

Di awal masa penanaman, rumput selalu dijaga dalam keadaan cukup air sehingga tidak mengalami kekeringan yang dapat mengganggu pertumbuhan. Tindakan ini dinilai cukup efektif karena rumput dapat menutup secara merata dalam 4 MST. Pengambilan data peubah kualitas visual dan fungsional dimulai saat rumput berumur 4 MST. Peubah penutupan tajuk tanaman dan warna daun dimulai sejak 1 dan 2 MST. Pada minggu terakhir pengamatan, diambil pula data peubah panjang dan berat kering akar serta sampel tanah untuk diuji sifat fisiknya. Kemunculan hama dan gulma tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hama yang sering muncul adalah belalang (Valanga nigricornis

Gambar 8 Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan

(2)

19 Burmeister.), semut (Dolichoderus thoracicus Smith) dan ulat tentara (Pseudelatia unipuncta Haworth). Gulma yang sering tumbuh di lapangan adalah rumput teki (Cyperus rotundus Linn), rumput paetan (Axonopus compressus (Sw.). P. Beauv), rumput bahia (Paspalum notatum Flugge), gulma berdaun lebar, lumut yang terbawa dari tempat pembelian rumput, serta tumbuhnya biji pohon petai cina di petak percobaan. Namun, kemunculan hama dan gulma masih dapat ditangani secara manual sehingga tidak menggunakan herbisida atau insektisida.

Gambar 9 Hama dan gulma yang ada pada petak pengamatan (a) ulat tentara (Pseudelatia unipuncta Haworth) dan (b) gulma berdaun lebar

Sifat Fisik Media Tanam

Sifat fisik media tanam yang diuji pada penelitian ini meliputi bobot isi, permeabilitas dan porositas. Hasil pengujian ketiga sifat fisik media tanam pada penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 10.

Gambar 10 Sifat fisik tiap perlakuan media tanam

(3)

20

Keterangan :

m0 : media 100% pasir

m1 : media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media campuran 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Sifat-sifat fisik tanah secara keseluruhan ditentukan oleh: ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah; jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel-partikel ini; keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilangannya; serta intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung (Hanafiah 2005).

Bobot Isi

Bobot isi atau bulk density (BD) merupakan bobot per satuan volume tanah yang dikeringkan dengan oven yang dinyatakan dalam g/cm3 (Foth 1988). Menurut Turgeon (2005) bobot isi berarti volume bobot kering tanah yang utuh atau tidak terganggu. Bobot isi pada media tanam yang digunakan di penelitian ini memiliki nilai antara 1.02 g/cm3 hingga 1.11 g/cm3.

Perlakuan m2 yaitu faktor perlakuan campuran media pasir 75% + bentonit 25% ukuran 25 mesh memberikan hasil bobot isi terbesar pada penelitian ini. Bobot isi terendah dimiliki oleh perlakuan media tanam 100% pasir (m0) sehingga secara umum penggunaan bentonit sebagai campuran media tanam bersama pasir cenderung memperbesar bobot isi.

Hal yang sama terjadi pula dengan penelitian Martana (2002). Penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013) juga menghasilkan bobot isi lebih tinggi dibanding media tanam pasir 100% saat menggunakan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25%. Tanah pasir yang diberi campuran bentonit yang sudah dimodifikasi keadaan kationnya (cation bentonite benefication) pada penelitian Croker et al (2004) cenderung memiliki bobot isi yang lebih tinggi dibanding media 100% tanah pasir (sandy soil).

Bobot isi yang baik menurut Beard (1982) berdasarkan standar United States Golf Association (USGA) untuk zona akar adalah 1.4 g/cm3 dengan nilai bobot isi terendah yang masih diterima adalah 1.2 g/cm3 dan tertinggi 1.6 g/cm3. Penelitian ini menghasilkan bobot isi yang belum sesuai dengan standar USGA karena rentang nilai yang masih dibawah 1.2 g/cm3.

Porositas

Porositas atau ruang pori total adalah persentase volume ruang pori total dari tanah yang ditempati oleh udara dan air (Foth 1988). Hanafiah (2005) menjelaskan bahwa porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara sehingga dapat sebagai indikator kondisi aerasi dan drainase tanah. Persentase ruang pori menurut Turgeon (2005) hanya menunjukkan jumlah porositas total dan tidak dapat menunjukkan secara langsung distribusi pori yang berbeda ukuran (makropori, mesopori, dan mikropori).

Porositas tertinggi dimiliki oleh perlakuan m0, yaitu sebesar 61.81% sedangkan porositas terendah didapatkan perlakuan m2 yaitu sebesar 58.22%. Hal

(4)

21 ini menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik antara porositas dan bobot isi. Semakin besar ruang pori total maka bobot isi media tanam akan semakin ringan karena media tanam dominan terisi oleh udara dan air.

Nilai porositas lebih tinggi saat menggunakan media pasir 100% (m0) dan pasir 87.5% + bentonit 12.5% (m1). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa penambahan bentonit dapat mengurangi porositas media tanam tetapi tidak sampai mengganggu pertumbuhan akar. Padahal menurut Foth (1988), tanah dengan permukaan berpasir memiliki porositas yang lebih kecil dibanding tanah dengan permukaan liat. Komposisi 75% pasir + 25% bentonit (ukuran 25 mesh dan 100 mesh) juga memberikan porositas lebih rendah dibandingkan pasir 100% pada penelitian Wuryanti dan Nasrullah (2013). Namun, pemberian 25% sekam padi pada 50% pasir + 25% bentonit memberikan porositas tertinggi.

Penelitian ini menghasilkan porositas dengan rentang 58.22% sampai 61.81% yang melebihi nilai ideal standar dari USGA. Zona akar yang baik harus memiliki porositas (gabungan mikropori dan makropori) antara 40 sampai 55 persen. Distribusi ideal dari komposisi tersebut hedaknya terdiri dari 25% pori kapiler dan 25% ruang pori nonkapiler. Hal ini agar zona akar selalu bisa dilewati air yang perkolasi setiap saat (Beard 1982).

Permeabilitas

Permeabilitas adalah tingkat kesarangan tanah untuk dilalui aliran massa air. Permeabilitas ini sangat berkaitan dengan porositas dan kecepatan aliran air untuk melewati massa tanah atau perkolasi (Hanafiah 2005).

Hasil yang ditampilkan pada Gambar 10 menunjukkan nilai permeabilitas tercepat dimiliki oleh media campuran 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) yakni sebesar 83.22 cm/jam. Selanjutnya permeabilitas yang lebih lambat dimiliki oleh perlakuan m2 (77.85 cm/jam), dan yang permeabilitas yang paling lambat adalah perlakuan media pasir 100% (m0) dengan nilai 73.91 cm/jam.

Berdasarkan kriteria kelas laju permeabilitas mengacu pada United States Soil Conservation Service (USSCS), rentang permeabilitas yang dihasilkan pada penelitian ini tergolong kelas cepat yang sangat cepat (Tabel 4). Permeabilitas yang sangat cepat ini menunjukkan bahwa media tanam sulit menahan air, sehingga air melalu dengan cepat. Hanafiah (2005) menambahkan bahwa dengan permeabilitas yang cepat, harus diperhatikan pula suplai pupuk dan bahan amelioran karena akan sering tercuci bersama aliran massa air.

Penelitian Croker et al (2004) menunjukkan bahwa pencampuran tanah pasir dengan bentonit yang sudah digunakan untuk meng-klarifikasi minyak kelapa (soil + palm oil bentonite) sebanyak 5-10 ton/ha masih dapat meneruskan air dengan baik. Namun, bila semakin tinggi taraf bentonit yang digunakan, yaitu 20-40 ton/ha media tanam tersebut permeabilitasnya sangat rendah sehingga sudah tidak dapat lagi meneruskan air atau sangat menahan air (extremely water repellent).

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa bila sama-sama dibandingkan dengan media yang dicampur bentonit, penambahan bentonit yang lebih banyak akan mengurangi permeabilitas media pasir sehingga lebih dapat menahan air. Namun, bila dibanding dengan media pasir 100%, penelitian ini menunjukkan bahwa pasir masih lebih baik dalam menahan air.

(5)

22

Kombinasi perlakuan yang paling dapat menahan aliran massa air (permeabilitas terendah) adalah perlakuan dosis pupuk 5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 100% pasir (M2m0), yaitu sebesar 65.53 cm/jam. Permeabilitas terendah kedua sebesar 74.3 cm/jam diperoleh kombinasi dosis pupuk sedang dengan campuran media tanam bentonit terbanyak (M1m2). Hal ini menunjukkan pasir masih dapat menahan air lebih baik dibanding dengan mencampurnya dengan bentonit. Menurut Hanafiah (2005), pasir memiliki kemampuan permeabilitas yang cepat. Kemunduran jadwal pengambilan data sifat fisik tanah akibat keterbatasan yang ada, diduga menjadi penyebab hasil permeabilitas mengalami beberapa penyimpangan.

Tabel 4 Kriteria kelas laju permeabilitas dan perkolasi tanah (USSCS)a

Kelas Permeabilitas (cm/jam) Perkolasi (menit/inchi) Lambat 1. Sangat lambat < 0.125 < 1 200

2. Lambat 0.125-0.5 300-1 200

Sedang 3 Agak lambat 0.5-1.6 75-300

4. Sedang 1.6-5 24-75 5. Agak cepat 5 – 16 12 - 24 Cepat 6. Cepat 16-25 6 - 12 7. Sangat cepat >25 < 6 a Sumber : Hanafiah (2005) Kualitas Visual Persentase Penutupan Tajuk

Persentase penutupan tajuk menunjukkan kecepatan tumbuh rumput menutup petakan yang diamati sejak 1 MST hingga 3 MST. Persentase awal rumput saat ditanam (0 HST) adalah 36%. Besarnya 36% ini didapat dari lebar lempengan rumput yang diberikan saat awal penanaman yaitu persegi berukuran 60 cm x 60 cm. Selanjutnya lempengan dipotong berukuran 5 cm untuk kemudian ditanam secara menyebar pada petak berukuran 1 m x 1 m. Data persentase penutupan tajuk rumput dari umur satu minggu setelah tanam hingga berumur tiga minggu disajikan dalam Tabel 5.

Perlakuan dosis pupuk pada penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil perluasan penutupan tajuk rumput saat 1 hingga 3 MST. Perlakuan campuran media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata positif terhadap hasil hanya pada minggu pertama.

Pemberian dosis pupuk yang tinggi terbukti memberikan pengaruh positif terhadap penutupan tajuk rumput. Dosis pupuk 5 gram N/m2/aplikasi (M2) memberikan pengaruh nyata menaikkan penutupan tajuk rumput saat 2 dan 3 MST sedangkan dosis 10 gram N/m2/aplikasi (M3) memberikan pengaruh nyata positif terhadap penutupan tajuk rumput sejak 1 MST hingga 3 MST.

Perlakuan campuran media tanam yang memberikan pengaruh nyata menambah penutupan tajuk rumput hanya terjadi saat 1 MST, yaitu pada taraf

(6)

23 campuran media pasir 87.5% + 12.5% bentonit 25 mesh (m1). Campuran media tanam tidak menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata terhadap hasil pada 2 MST dan 3 MST (Tabel 5).

Tabel 5 Persentase Penutupan Tajuk Umur 1 MST – 3 MST (%)

Perlakuan Minggu ke-

1 2 3

Dosis pupuk

M1 79.29b 91.20b 94.46b

M2 79.11b 93.27a 96.35a

M3 82.84a 94.29a 96.72a

Media tanam

m0 80.20ab 93.12b 96.39b

m1 82.27a 93.07b 95.93b

m2 78.77b 92.57b 95.20b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Berdasarkan pengamatan, kombinasi perlakuan yang paling rendah penutupan tajuknya pada 1 MST adalah M2m2, yaitu kombinasi dosis pupuk sedang dengan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25% 25 mesh. Penutupan tajuk rumput tertinggi dimiliki oleh M3m0, yaitu kombinasi perlakuan dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam pasir 100%.

Kombinasi perlakuan M1m1, yaitu pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi dan campuran media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh memiliki penutupan tajuk rumput yang buruk pada 2 MST. Namun perlakuan M3m0 tetap memberikan hasil penutupan tajuk rumput terbaik saat 2 MST.

Penutupan tajuk rumput yang paling baik pada 3 MST tetap dihasilkan dari kombinasi perlakuan M3m0, yaitu sebesar 97.50% berdasarkan data hasil pengamatan. Kombinasi perlakuan yang memberikan hasil penutupan tajuk rumput terburuk pada 3 MST adalah kombinasi M1m2 (93.81%), yaitu dosis pupuk terendah dengan campuran media tanam pasir 75% + bentonit 25% 25 mesh. Dengan demikian secara konsisten kombinasi perlakuan pupuk 10 g N/m2/aplikasi dan media tanam 100% pasir menghasilkan tajuk rumput yang paling cepat menutup tanah.

Laju penutupan tajuk rumput tercepat terjadi saat 0 HST menuju 1 MST. Seluruh rumput percobaan mengalami pertumbuhan pesat yang ditunjukkan dari laju penutupan tajuk naik rata-rata sebesar 44.42% dalam waktu satu minggu

(7)

24

dengan laju tercepat dimiliki oleh perlakuan M3m0. Laju penutupan tajuk rumput pada 1 MST menuju 2 MST sebesar 12.5% dan pada 2 MST menuju 3 MST laju penutupan rumput hanya sebesar 2.92%.

Pemberian pupuk dosis lebih tinggi memberikan pengaruh yang baik terhadap pertambahan penutupan tajuk karena rumput memperoleh lebih banyak nutrisi dari suplai pupuk. Nutrisi ini digunakan untuk rumput untuk tumbuh sehingga dapat menyebar dan menutup tajuk dengan lebih cepat. Media tanam pasir yang dicampur dengan bentonit umumnya tidak memberikan pengaruh yang baik terhadap perluasan penutupan tajuk rumput diduga karena bentonit sudah menyediakan air untuk akar sehingga akar tidak harus bergerak lebih meluas. Warna

Warna adalah indikator yang berguna untuk mengetahui kondisi tanaman secara umum (Turgeon 2005). Rumput yang memberikan respons warna yang kurang hijau dari biasanya dapat diperkirakan bahwa rumput mengalami kekurangan nutrisi, air, cahaya, ataupun terserang penyakit. Hasil pengamatan tingkat kehijauan warna daun disajikan dalam Tabel 6.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam yang dapat dilihat di Tabel 6, faktor dosis pupuk memberikan hasil yang berbeda nyata meningkatkan kehijauan warna daun pada 3 MST hingga 9 MST. Faktor campuran media tanam juga memberikan hasil yang berbeda nyata pada 3, 4, 5, 6, 7 dan 9 MST. Tingkat kehijauan warna daun saat pengamatan pada penelitian ini memiliki skor antara 3.33 - 5.67 atau dari hijau kekuningan hingga hijau sangat tua.

Tabel 6 Tingkat Kehijauan Warna Daun Umur 2 MST - 9 MST (skor)

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Perlakuan Minggu ke-

2 3 4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 4.22b 4.33b 4.00b 3.89b 5.00a 4.00b 3.78b 4.33b M2 4.56b 4.44b 4.33ab 4.11b 4.33b 4.22b 4.22b 4.60b M3 4.56b 4.89a 4.89a 4.67a 4.89a 4.78a 4.78a 5.11a Media tanam

m0 4.22b 4.22b 3.89b 3.78b 4.11b 4.11b 4.22b 4.22b m1 4.56b 4.44b 4.67a 4.44a 5.00a 4.56a 4.11b 4.78a m2 4.56b 5.00a 4.67a 4.44a 5.11a 4.33ab 4.44b 5.00a

(8)

25 Penambahan bentonit relatif memberikan pengaruh yang berbeda nyata untuk meningkatkan kehijauan warna daun. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT di Tabel 6, warna daun yang diberikan bentonit pada campuran media tanamnya berkisar antara hijau tua hingga hijau sangat tua (Gambar 11). Warna ini umumnya adalah kisaran warna yang disukai oleh pemain golf.

Bentonit merupakan batuan dengan kandungan mineral didominasi oleh montmorillonit sehingga memiliki KTK yang tinggi. Kation yang umumnya dipertukarkan adalah Ca, Na, Mg, Fe, dan Li (Murray 1999) serta kemampuan jerap yang dimiliki bentonit sebagai koloid tanah menjadikan kation tersebut lebih mudah tersedia sebagai nutrisi bagi tanaman (Hanafiah 2005) .

Campuran bentonit pada media pasir diduga membuat N dari suplai pupuk menjadi mudah tersedia bagi rumput sehingga rumput tampak lebih hijau. Hal ini karena unsur N yang disuplai dari pemupukan tidak mudah hilang tercuci karena terjerap oleh bentonit dibandingkan dengan media yang tidak memiliki campuran bentonit.

Menurut Christians (2004) N merupakan komponen penting dalam proses biokimia tanaman dan berperan penting dalam produksi klorofil. Namun, keberadaannya sangat mobil (mudah berpindah atau hilang) dan mudah mengalami perubahan susunan kimia baik di tanah maupun di atmosfer. Peran N

(9)

26

dalam memproduksi klorofil ini membuat N mampu membuat rumput tampak lebih hijau sehingga pemupukan N untuk rumput sangat diperlukan.

Penambahan bentonit dalam media tanam pasir pada lapangan rumput terutama untuk lapangan golf diharapkan dapat mengurangi frekuensi ataupun jumlah pemupukan yang berlebihan. Hal ini diduga karena N yang terjerap oleh bentonit menjadi mudah tersedia karena terhindar dari pencucian dalam tanah sehingga warna hijau pada rumput dapat dipertahankan dan pemupukan N yang berlebihan dapat dihindari.

Secara umum tingkat warna hijau terendah dimiliki oleh M1m0, yakni perlakuan dengan kombinasi dosis pupuk NPK terendah dan media tanam 100% pasir. Warna hijau pada perlakuan ini cenderung lebih terang dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Asupan nitrogen dari pupuk yang lebih sedikit dan media tanam tidak mengandung bentonit yang dapat membantu tersedianya unsur N sebagai pembentuk klorofil diduga sebagai faktor penyebab terangnya warna rumput pada perlakuan M1m0.

Perlakuan dosis pupuk tinggi (M3) menunjukkan respons terbaik, yaitu memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata sehingga memperoleh skor warna hijau tertinggi pada penelitian ini. Hal ini karena asupan nitrogen yang mencukupi dapat memberikan warna hijau yang menarik. Selain itu, campuran media tanam dengan bentonit memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap warna rumput. Perlakuan campuran media tanam, baik pada taraf 12.5% bentonit 25 mesh ataupun 25% bentonit 25 mesh, memberikan respons semakin meningkatnya warna hijau rumput sehingga dalam hal peubah tingkat kehijauan warna daun rumput direkomendasikan untuk mengaplikasikan kombinasi dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam 82.5% pasir + 12.5 % bentonit 25 mesh (M3m1).

Terjadi interaksi yang nyata antara perlakuan dosis pupuk dengan campuran media tanam pada peubah warna saat 6 MST. Bentuk interaksi antar perlakuan saat 6 MST dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Interaksi antar perlakuan pada peubah warna rumput saat 6 MST

Perlakuan m0 m1 m2

M1 4.00d 6.00a 5.00bc

M2 4.00d 4.33cd 4.67cd

M3 4.33cd 4.67cd 5.67ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada 6 MST, perlakuan pupuk pada berbagai taraf yang diaplikasikan pada media tanam bercampur bentonit secara

(10)

bersama-27 sama berinteraksi menaikkan tingkat kehijauan daun dibanding bila diaplikasikan pada media tanpa bentonit. Kombinasi perlakuan M1m1 menghasilkan kualitas warna daun terbaik, yaitu pada skala 6. Hal ini berarti apabila kedua perlakuan berinteraksi secara nyata, tingkat kehijauan warna rumput terbaik bisa diperoleh dengan mengaplikasikan dosis 2.5 g N/m2/aplikasi pada campuran media 87.5% pasir + 12.5% bentonit. Pemberian pupuk dan bentonit yang lebih banyak (M3m2) menjadi tidak efisien saat kedua perlakuan menunjukkan interaksi yang nyata.

Faktor cuaca dan waktu pengamatan diduga ikut mempengaruhi kualitas visual rumput terutama tampilan warna. Cuaca dengan awan yang mendung cenderung menghasilkan warna yang lebih gelap. Begitu pula bila pengamatan dilakukan pada waktu yang terlalu pagi atau menuju sore hari, cenderung lebih gelap karena sinar matahari yang direfleksikan rumput tidak maksimal. Oleh karena itu pengamatan peubah warna pada penelitian ini dilakukan saat pagi menjelang siang hari.

Tinggi Rumput

Perlakuan dosis pupuk pada penelitian ini memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput saat 5, 7, 8, dan 9 MST serta tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada 4 dan 6 MST. Dosis pupuk taraf sedang dan tinggi (M2 dan M3), yaitu 5 g N/m2/aplikasi dan 10 g N/m2/aplikasi memberikan masing-masing pengaruhnya saat 5, dan 8 MST. Namun pada 7 MST, perlakuan M2 dan M3 memberikan respon yang sama. Pada 9 MST dosis pupuk 10 g N/m2/aplikasi (M3) memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput (Tabel 8).

Perlakuan campuran media tanam juga memberikan pengaruhnya dalam meningkatkan tinggi rumput yang berbeda nyata, yaitu saat di 4 dan 5 MST. Perlakuan campuran media tanam taraf 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh (m2) inilah yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kenaikan tinggi rumput. Namun saat di 5 MST, perlakuan campuran media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) turut memberikan pengaruh yang sama dengan perlakuan campuran media tanam taraf m2. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan bentonit sebagai campuran media pasir memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap ketinggian rumput golf.

Tabel 8 Tinggi Rumput Umur 4 MST - 9 MST (cm)

Perlakuan Minggu

4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 3.17b 3.62c 2.86c 2.07b 2.44c 2.11b

M2 3.53b 4.10b 3.06c 2.29a 2.72b 2.24b

M3 3.28b 4.68a 3.31c 2.43a 3.02a 2.58a

Media tanam

m0 3.11b 3.68b 2.88b 2.19b 2.69b 2.20b

m1 3.20b 4.19a 3.07b 2.28b 2.84b 2.36b

(11)

28

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Berdasarkan hasil selama pengamatan, kombinasi perlakuan dosis pupuk rendah tanpa campuran bentonit dalam media tanam (M1m0) pada peubah tinggi rumput relatif memberikan hasil yang buruk. Perlakuan kombinasi pupuk dosis 10 g N/m2/aplikasi dengan media pasir bercampur bentonit (M3m1 dan M3m2) terbukti lebih sering memberikan hasil tinggi rumput terbaik pada penelitian ini.

Kombinasi lain yang memberikan hasil terbaik pada peubah tinggi tanaman adalah M2m2. Kombinasi M2m2, yaitu perlakuan dosis pupuk 5 g N/m2/aplikasi dengan campuran media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh memberikan hasil tinggi rumput terbaik pada 4 MST. Hal ini memperlihatkan peranan bentonit memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman.

Selain itu, antar perlakuan pada peubah tinggi rumput juga menunjukkan interaksi saat rumput berumur 7 MST. Interaksi antar perlakuan tersebut disajikan dalam Tabel 9 di bawah ini.

Tabel 9 Interaksi antar perlakuan peubah tinggi rumput saat 7 MST

Perlakuan m0 m1 m2

M1 2.00c 2.06bc 2.14bc

M2 2.31bc 2.47ab 2.11bc

M3 2.25bc 2.30bc 2.75a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Tabel 9 menunjukkan bahwa interaksi yang nyata dari perlakuan pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (M2m1) memberikan respon yang sama baiknya dengan kombinasi M3m2. Hal ini menunjukkan penggunaan dosis pupuk dan campuran bentonit taraf sedang sudah dapat menghasilkan respon ketinggian rumput yang sama baiknya dengan kombinasi pupuk dan media tanam bercampur bentonit taraf tinggi. Oleh karena itu penggunaan dosis pupuk yang lebih tinggi dan campuran bentonit yang lebih banyak menjadi tidak efisien.

(12)

29

Kepadatan Pucuk

Kepadatan pucuk menunjukkan tingkat pertumbuhan dan penyerapan nutrisi oleh rumput. Kombinasi perlakuan pupuk yang tinggi dengan jumlah bentonit yang cukup banyak dalam campuran media tanam memiliki kepadatan pucuk yang tinggi. Hal ini karena jumlah nutrisi yang tersedia lebih banyak dibanding dengan perlakuan dosis pupuk rendah. Kepadatan pucuk yang tinggi akhirnya menyebabkan pola pertumbuhan rumput meninggi ke atas karena tidak tersedia lagi ruang untuk rumput bergerak menyebar.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 10), terdapat perlakuan dosis pupuk yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kepadatan pucuk saat 5 hingga 9 MST. Begitu pula dengan perlakuan campuran media tanam, saat 4, 5, dan 7 MST terdapat perlakuan campuran media tanam yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata yang menaikkan jumlah kepadatan pucuk.

Tabel 10 Kepadatan Pucuk Umur 4 MST – 9 MST (pucuk/100cm2)

Perlakuan Minggu

4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 76.61c 82.67c 87.44b 95.07b 120.04b 144.81b M2 82.99c 92.10b 97.05a 107.04a 128.48a 160.30a M3 83.70c 98.63a 99.93a 112.19a 130.93a 160.81a Media tanam

m0 79.10ab 86.56b 94.81b 98.93b 123.78b 152.04b m1 76.03b 88.82a 92.00b 104.37ab 124.22b 154.19b m2 88.18a 98.04a 97.59b 111.00a 131.45b 159.70b Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang

sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Kepadatan pucuk menunjukkan peningkatan jumlah dari minggu ke minggu. Pada minggu keempat, campuran media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan kepadatan pucuk. Sebaliknya, perlakuan dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kepadatan pucuk. Pemberian dosis pupuk tertinggi (M3) pada 4 MST menghasilkan kepadatan pucuk tertinggi, yaitu sebanyak 83.70 pucuk/100 cm2. Pengaruh yang sangat nyata pada 4 MST diberikan oleh perlakuan campuran media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh. Perlakuan taraf m2 ini juga menunjukkan hasil kepadatan pucuk tertinggi, yakni sebanyak 88.18 pucuk/100 cm2.

(13)

30

Saat rumput berumur 5 MST, masing-masing perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang berbeda dalam menaikkan jumlah kepadatan pucuk. Dosis pupuk taraf ketiga yaitu dengan pemberian dosis tertinggi (M3), memberikan hasil kepadatan pucuk terbaik sebesar 98.63 pucuk/m2 di 5 MST. Perlakuan campuran media tanam taraf m1 dan m2 pada 5 MST memberikan respon yang sama terhadap pertambahan tinggi rumput tetapi berbeda nyata terhadap m0. Perlakuan pasir 100% (m0) memberikan respon hasil kepadatan pucuk terburuk.

Perlakuan dosis pupuk taraf sedang dan tinggi (M2 dan M3) memberikan pengaruh yang sama terhadap pertambahan jumlah pucuk sejak 6 MST hingga 9 MST tetapi berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk rendah (M1). Selama pengamatan, perlakuan pupuk dosis 2.5 g N/m2/aplikasi (M1) mendapatkan hasil yang paling sedikit.

Secara umum perlakuan dosis tinggi, yaitu 10 g N/m2/aplikasi (M3) memberikan hasil yang terbaik terhadap peubah kepadatan pucuk selama pengamatan pada penelitian ini. Penggunaan campuran media tanam pasir dengan bentonit juga terlihat memberikan pengaruh positif terhadap pertambahan kepadatan pucuk. Perlakuan m2, yaitu penggunaan media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh relatif memberikan hasil yang terbaik bagi peubah kepadatan pucuk.

Peubah kepadatan pucuk juga mengalami interaksi di antara perlakuannya. Interaksi ini terjadi saat rumput berumur 7 MST dan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Interaksi antar perlakuan peubah kepadatan pucuk saat 7 MST

Perlakuan m0 m1 m2

M1 84.55c 97.33bc 103.33b

M2 108.33b 109.66b 103.11b

M3 103.89b 106.11b 126.56a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Tabel 11 menunjukkan bahwa pada umur 7 MST perlakuan kombinasi M3m2, yaitu pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi dan media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh memperoleh kepadatan pucuk tertinggi sebesar 126.56 pucuk/100 cm2. Kombinasi perlakuan yang mendapat kepadatan pucuk terendah saat 7 MST adalah perlakuan M1m0, yaitu kombinasi dosis pupuk terendah dengan media tanam pasir 100% sebesar 84.55 pucuk/100cm2.

Seperti yang dapat dilihat dalam Tabel 12 berdasarkan kriteria kelas kepadatan pucuk menurut Beard (1982), penelitian ini mendapatkan hasil kepadatan pucuk kelas kepadatan rendah sampai sedang. Saat awal penelitian

(14)

31 yaitu umur 4 MST hingga 6 MST, kepadatan pucuk termasuk kelas kepadatan rendah. Namun, memasuki 7 MST kepadatan pucuk mulai tergolong kelas sedang yang menunjukkan rumput memberikan respon yang baik dalam peningkatan jumlah pucuk.

Tabel 12 Kriteria kelas kepadatan pucuk menurut Beard (1982)

Kriteria kelas kepadatan pucuk per 100 cm2 Jumlah pucuk per 100 cm2

Rendah <100

Sedang 100-200

Tinggi > 200

Kualitas Fungsional Gelindingan Bola

Perbedaan pola pertumbuhan rumput yang menyebar dan meninggi pada penelitian ini diduga memberikan pengaruh terhadap jarak gelindingan bola. Menurut Turgeon (2005) gelindingan bola yang baik diperoleh apabila rumput mampu menyerap kejutan/tekanan yang diberikan tanpa mengubah sifat permukaannya (memiliki kepegasan yang baik). Selain itu rumput juga dikatakan memiliki gelindingan bola yang baik bila dapat menggelindingkan bola golf lebih jauh sehingga gaya dan usaha yang dikeluarkan oleh pemain lebih sedikit.

Perlakuan dengan pupuk rendah dan bentonit yang sedikit cenderung memiliki gelindingan bola yang lebih baik karena pola pertumbuhannya yang menyebar (creeping). Pola pertumbuhan rumput yang menyebar mampu menyerap tekanan dari bola golf tanpa berubah sifat permukaannya. Sifat permukaan rumput yang tidak berubah inilah yang membuat permukaan lapangan tetap rata sehingga bola dapat tetap meluncur tanpa hambatan.

Berbeda dengan perlakuan dosis pupuk dan jumlah campuran media bentonit yang sedikit, perlakuan dosis pupuk dan campuran bentonit yang tinggi cenderung memiliki jarak gelindingan bola yang pendek. Hal ini diduga karena pola pertumbuhan rumput yang meninggi ke atas kurang dapat menyerap dan menahan kejutan yang dimiliki bola golf. Akibatnya setelah bola golf sampai pada permukaan rumput, sifat permukaan rumput berubah menjadi tidak tegar sehingga permukaan rumput yang masih tegar dapat menghambat bola meluncur.

Gelindingan bola menurun pada 9 MST diduga karena pertambahan pucuk seiring bertambahnya umur tanaman yang menjadikan permukaan rumput semakin kasar sehingga menghambat bola meluncur

Perlakuan dosis pemupukan memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata pada 5 MST dan berpengaruh yang berbeda nyata pada 6 hingga 7 MST. Perlakuan pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi (M1) berpengaruh nyata terhadap perlakuan M2 dan M3 pada 5 hingga 7 MST. Namun perlakuan campuran media tanam tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil gelindingan bola di seluruh minggu pengamatan. Hasil pengamatan peubah gelindingan bola dapat dilihat dalam Tabel 13.

(15)

32

Tabel 13 Gelindingan Bola Umur 5 MST - 9 MST (cm)

Perlakuan Minggu

5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 79.95a 95.23a 102.96a 95.11c 97.54c

M2 73.78b 91.26bc 96.42ab 97.79c 94.81c M3 71.28b 86.06c 92.96b 97.88c 92.31c Media tanam m0 75.58b 93.34b 98.23b 96.93b 96.03b m1 76.54b 90.45b 98.71b 95.93b 94.29b m2 72.89b 88.74b 95.40b 97.91b 94.33b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Gelindingan bola erat kaitannya dengan istilah green speed pada lapangan golf. Berdasarkan kelas kecepatan bola di area green (green speed) menurut Beard (1982), hasil gelindingan bola yang dihasilkan pada penelitian ini masih tergolong di bawah kelas speed slow (Tabel 14). Rumput bermuda varietas Tifway umum digunakan pada fairways, dengan pukulan bola yang dibutuhkan adalah pukulan melambung sehingga gelindingan bola yang lambat tidak menjadi kendala. Oleh karena itu rekomendasi dari penelitian ini adalah dengan mengaplikasikan pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh.

Tabel 14 Kelas kecepatan bola di area green (green speed) menurut Beard (1982) Relative Green Speed Rata-rata panjang gelindingan

Permainan reguler (cm) Turnamen (cm)

Fast 244 305

Medium fast 214 275

Medium 183 244

Medium slow 153 214

(16)

33 Mutaqin (2007) mendefinisikan kecepatan green atau green speed adalah ukuran laju kecepatan bola yang dihasilkan oleh pukulan putter yang menggelinding di permukaan green. Pegolf pada umumnya lebih memperhatikan kondisi kecepatan green dibandingkan area lainnya seperti teebox atau fairway. Hal ini karena 50% - 70% skor permainan dihasilkan oleh putter di daerah green.

Kecepatan green di tiap lapangan golf berbeda karena ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Mutaqin (2007), kecepatan green salah satunya ditentukan oleh jenis rumput, tinggi potongan rumput, kelembaban atau kondisi cuaca, topografi, intensitas perawatan, dan arah pukulan.

Jenis rumput bermuda umumnya lebih lambat dibanding rumput bentgrass di daerah dingin. Semakin rendah potongan rumput, green akan semakin licin. Selain itu, green akan terasa semakin licin di wilayah pegunungan walaupun dengan kemiringan yang sama dengan green di dataran rendah. Intensitas pemeliharaan seperti pemupukan yang diberikan, akumulasi thatch, dan kekerasan media rumput juga mempengaruh hasil gelindingan bola. Arah petumbuhan rumput umumnya mengikuti arah matahari atau aliran air. Hasil pukulan putter yang searah dengan pertumbuhan rumput relatif lebih cepat menggelinding dibanding bola yang menggelinding berlawanan arah pertumbuhan rumput (Mutaqin 2007). Interaksi antar perlakuan dosis pupuk dan campuran media tanam pada 5 MST yang berpengaruh nyata terhadap hasil gelindingan bola golf dapat dilihat dalam Tabel 15.

Tabel 15 Interaksi antar perlakuan peubah gelindingan bola saat 5 MST (cm)

Perlakuan m0 m1 m2

M1 79.60ab 78.00abc 82.25a

M2 80.67ab 74.33abc 66.33c

M3 66.46c 77.29abc 70.08bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Saat 5 MST rentang jarak gelindingan bola pada penelitian ini berada di antara 66.33 cm – 82.25 cm. Perlakuan kombinasi M1m2, yaitu pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh memperoleh hasil jarak gelindingan tertinggi. Namun, interaksi nyata perlakuan pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 100% pasir (M1m0) juga menghasilkan gelindingan yang sama baiknya dengan M1m2 sehingga penambahan bentonit pada media tanam menjadi tidak efisien.

(17)

34

Bobot Kering Pangkasan

Bobot kering pangkasan pada penelitian ini memberikan hasil yang terus bertambah seiring pertambahan umur tanaman tetapi menurun pada 9 MST. Hal ini diduga karena penyerapan nutrisi dari pupuk yang tidak maksimal akibat adanya kompetisi di dalam spesies rumput bermuda sejalan dengan bertambahnya jumlah pucuk. Penurunan bobot kering pangkasan juga terjadi pada penelitian Rizki (2010).

Perlakuan campuran media tanam pada umur 4 MST tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering pangkasan. Namun perlakuan dosis pupuk memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil. Perlakuan M3, yakni pemberian dosis pupuk tertinggi (10 g N/m2/aplikasi) menghasilkan bobot kering pangkasan terbaik serta memberikan pengaruh yang sangat nyata pada umur rumput 4 MST. Hal ini karena suplai nutrisi yang mencukupi dari pupuk NPK akan membantu pertumbuhan rumput semakin baik.

Tidak hanya pada 4 MST dan 5 MST saja, seperti yang disajikan dalam Tabel 16 bahwa pemberian dosis pupuk tertinggi (M3) menghasilkan bobot kering pangkasan terbaik sejak awal pengamatan hingga umur 9 MST.

Tabel 16 Bobot Kering Pangkasan Umur 4 MST – 9 MST (g)

Perlakuan Minggu

4 5 6 7 8 9

Dosis pupuk

M1 0.22b 0.42b 0.56b 0.55b 0.66b 0.53b

M2 0.28b 0.48ab 0.64b 0.62b 0.84b 0.70a

M3 0.35a 0.56a 0.68b 0.79a 0.87b 0.74a

Media tanam

m0 0.26b 0.43b 0.60b 0.63b 0.71b 0.61b

m1 0.27b 0.50b 0.70b 0.68b 0.83b 0.71b

m2 0.32b 0.52b 0.58b 0.64b 0.83b 0.65b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Perlakuan m2, yaitu pemberian campuran 25% bentonit 25 mesh pada media tanam pasir memberikan hasil bobot kering pangkasan terbaik saat 4 dan 5 MST. Pencampuran bentonit 12.5% bentonit 25 mesh ke dalam media pasir (m1) menghasilkan bobot kering pangkasan yang baik sejak 6 hingga 9 MST. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pemberian bentonit ke dalam media tanam relatif akan memberikan respon positif terhadap bobot kering pangkasan.

(18)

35 Penelitian Nasrullah dan Tunggalini (2000) menunjukkan bahwa di bulan pertama dan kedua pengamatan, dosis pupuk urea 13.5 g N/m2/aplikasi memberikan respons terbaik untuk bobot kering pangkasan. Hasil laporan ini mengindikasikan bahwa rumput masih memberikan respons pertumbuhan positif sampai dosis urea 13.5 g N/m2/aplikasi. Menurut penelitian Schmidt (2003), pemupukan N pada rumput bermuda memberikan hasil yang optimum pada dosis 7 g N/m2/bulan.

Bobot Kering Akar

Perlakuan dosis pupuk dan campuran media tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot akar di 13 MST pada penelitian ini. Keterbatasan alat yang terjadi mengakibatkan mundurnya waktu pengambilan data verdure, bobot akar dan panjang akar. Hal ini diduga memberikan pengaruh buruk atau penyimpangan terhadap hasil yang didapat.

Tabel 17 Perbandingan Bobot Akar (g) dan Panjang Akar (cm) di 13 MST

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Bobot kering akar terbaik untuk perlakuan faktor dosis pupuk diperoleh pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi (M1), yaitu sebesar 0.05 g. Faktor perlakuan campuran media tanam yang memiliki hasil bobot kering akar terbaik adalah m0, yaitu media tanam 100% pasir sebesar 0.05 g. Berdasar uji DMRT kombinasi yang menghasilkan bobot akar terbaik adalah kombinasi M1m0 sedangkan kombinasi perlakuan yang memperoleh bobot kering akar terendah adalah M3m0 (Tabel 17).

Perlakuan Bobot Akar (g) Panjang Akar (cm)

Dosis pupuk M1 0.05b 9.22b M2 0.04b 7.75b M3 0.04b 7.83b Media tanam m0 0.05b 8.46b m1 0.04b 7.94b m2 0.04b 8.41b

(19)

36 Verdure

Pengamatan verdure pada penelitian ini dilihat dari bobot kering seluruh bagian rumput selain akar, yaitu stolon, rhizoma, daun, dan pucuk.

Tabel 18 Verdure Rumput (g) Umur 13 MST

Perlakuan Bobot Verdure (g) Bobot Akar (g) Rasio Bobot Verdure : Bobot Akar Dosis pupuk M1 0.66b 0.05b 13.2 M2 0.60b 0.04b 15 M3 0.61b 0.04b 15.25 Media tanam m0 0.67a 0.05b 13.4 m1 0.65a 0.04b 16.25 m2 0.55b 0.04b 13.75

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh

Perlakuan dosis pupuk tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan bobot verdure (Tabel 18). Bobot verdure terbesar untuk perlakuan faktor dosis pupuk dimiliki oleh perlakuan M1 yaitu faktor dosis pupuk 2.5 gram N/m2/aplikasi. Namun pemberian dosis pupuk lebih tinggi, yaitu pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi (M2) memberikan bobot verdure terendah pada penelitian ini.

Campuran media tanam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan bobot verdure. Perlakuan pasir 100% (m0) memberikan hasil terbaik untuk peubah bobot kering verdure sedangkan pemberian campuran bentonit terbanyak (m2) dalam penelitian ini memperoleh hasil bobot kering verdure terkecil.

Perbandingan antara bobot verdure dengan bobot akar menghasilkan rasio bobot. Rasio bobot verdure dan bobot akar menunjukkan proporsi pesebaran nutrisi yang ditranslokasikan. Rasio bobot akan semakin kecil bila bobot akar lebih besar dibanding bobot verdure, yang berarti bahwa nutrisi lebih banyak ditranslokasikan ke akar dibanding untuk pertumbuhan verdure.

Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh (m1) menghasilkan rasio bobot terbesar. Hal ini mengindikasikan bahwa hasil fotosintat lebih banyak ditranslokasikan ke verdure dibanding untuk pertumbuhan akar.

(20)

37 Selain itu, peubah verdure juga mengalami interaksi antar perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertambahan bobot kering verdure yang disajikan dalam Tabel 19. Seperti yang dapat dilihat di Tabel 19, interaksi antara pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi dengan media tanam 100% pasir memberikan hasil bobot verdure terbaik.

Tabel 19 Interaksi antar perlakuan peubah bobot verdure pada 13 MST

m0 m1 m2

M1 0.72a 0.59ab 0.68a

M2 0.60ab 0.65a 0.55ab

M3 0.68a 0.71a 0.43b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

M1 : pupuk NPK dosis 2.5 gram N/m2/aplikasi M2 : pupuk NPK dosis 5 gram N/m2/aplikasi M3 : pupuk NPK dosis 10 gram N/m2/aplikasi m0 : media tanam 100% pasir

m1 : media tanam 87.5% pasir + 12.5% bentonit 25 mesh m2 : media tanam 75% pasir + 25% bentonit 25 mesh Panjang Akar

Panjang akar menunjukkan usaha akar dalam memperoleh nutrisi di dalam media tanam. Hasil panjang akar dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 17. Panjang akar tertinggi dimiliki oleh kombinasi perlakuan dosis pupuk tertinggi dengan media tanam pasir 100% (M3m0). Hal ini diduga karena tekstur pasir yang remah memberikan ruang gerak akar yang lebih leluasa dibanding dengan media tanam yang dicampur dengan bentonit. Namun pemberian bentonit tidak memberikan pengaruh yang nyata pada peubah panjang akar. Panjang akar diambil menggunakan plug cutter (Gambar 12).

Saat air lolos dengan cepat pada media tanam pasir, akar berperan penting dalam adaptasi tanaman. Nio dan Torey (2013) mengungkapkan bahwa beberapa

Gambar 12 Pengambilan sampel peubah panjang akar, bobot akar, dan bobot verdure menggunakan plug cutter

(21)

38

karakter morfologi akar yang menunjukkan resistensi tanaman terhadap kekurangan air adalah pemanjangan akar ke lapisan media yang lebih dalam, pertambahan luas dan kedalaman sistem perakaran, perluasan distribusi akar secara horizontal dan vertikal, lebih besarnya berat kering akar pada genotipe tanaman yang seharusnya tahan kekeringan, pertambahan volume akar, daya tembus akar yang tinggi, lebih rendahnya rasio akar dengan tajuk serta rasio panjang akar dengan tinggi tanaman.

Panjang akar yang disajikan dalam Tabel 17 menunjukkan bahwa media pasir 100% menghasilkan akar yang paling panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa akar terus memanjang untuk mencari sumber air. Rendahnya rasio bobot akar dengan verdure juga mengindikasikan bahwa media tanam pasir 100% sangat cepat meneruskan air. Keberadaan bentonit sebagai soil amendment memberikan respon yang baik terhadap panjang akar karena menghasilkan panjang akar yang lebih pendek. Hal ini diduga karena sifat bentonit yang baik dalam menyerap air sehingga lebih banyak air tersedia bagi rumput.

Berdasarkan nilai porositas yang diuji pada sifat fisik tanah sebelumnya, m0 memperoleh nilai porositas tertinggi. Menurut Hanafiah (2005) semakin poreus tanah, akan makin mudah akar untuk bergerak menelusup, serta makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi. Drainase dan aerasi baik, yaitu air dan udara banyak tersedia bagi tanaman, tetapi makin mudah pula air untuk hilang. Pori makro yang tinggi ini juga diduga menyebabkan M3m0 memiliki panjang akar tertinggi.

Korelasi Antar Peubah

Berdasarkan hasil uji korelasi, didapatkan hasil bahwa porositas memiliki korelasi yang berbanding terbalik dengan bulk density. Hasil -0.99 menunjukkan korelasi yang sangat nyata, yaitu semakin besar bobot isi maka semakin menurunkan nilai porositas dan sebaliknya.

Hasil selanjutnya menunjukkan warna daun dan tinggi rumput memiliki korelasi dengan permeabilitas. Korelasi ini bernilai positif yang berarti warna daun dan tinggi rumput akan semakin baik bila permeabilitas media tanam juga bernilai tinggi. Tinggi rumput juga memiliki korelasi yang berbanding lurus dengan warna daun. Hasil penelitian Waryanti (2004) juga menunjukkan korelasi positif yang sama antara tinggi rumput dengan warna daun.

Selain warna dan tinggi, bobot kering akar juga memiliki korelasi dengan permeabilitas. Namun dengan hasil -0.65 mengindikasikan bahwa bobot kering akar berbanding terbalik dengan permeabilitas. Semakin tinggi permeabilitas media tanam, akan semakin menurunkan nilai bobot kering akar. Korelasi terbalik juga dimiliki bobot kering akar dengan warna daun dan tinggi rumput, yaitu semakin besar bobot kering akar maka warna daun dan tinggi rumput akan semakin buruk karena hasil fotosintat yang lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan akar.

Bobot kering pangkasan semakin meningkat bila tinggi tanaman semakin meningkat pula. Namun, bobot kering pangkasan memiliki korelasi terbalik dengan gelindingan bola. Gelindingan bola juga berkorelasi negatif dengan tinggi rumput dan kepadatan pucuk. Hal ini selaras dengan pernyataan Mutaqin (2007) bahwa semakin rendah potongan rumput maka green akan semakin licin. Hasil uji korelasi antar peubah dapat dilhat dalam Tabel 20.

(22)

39

Tabel 20 Korelasi antar peubah yang diamati

BI (g/cm3) Porositas (%) Permeabilitas (cm/jam) Warna Daun (Munsell Chart) Tinggi Rumput (cm) Gelindingan Bola (cm) Kepadatan Pucuk (pucuk/100cm2) Bobot Kering Pangkasan (g) Bobot Kering Akar (g) Bobot verdure (g) Panjang Akar (cm) BI (g/cm3) 1 Porositas (%) -0,997 1 Permeabilitas (cm/jam) -0,02 0,033 1

Warna Daun (Munsell

Chart) -0,201 0,191 0,62 1 Tinggi Rumput (cm) -0,379 0,402 0,702 0,808 1 Gelindingan Bola (cm) 0,442 -0,446 -0,166 -0,541 -0,62 1 Kepadatan Pucuk (pucuk/100cm) 0,107 -0,092 0,056 0,499 0,564 -0,609 1 Bobot Kering Pangkasan (g) -0,236 0,265 0,481 0,588 0,661 -0,716 0,53 1

Bobot Kering Akar (g) -0,328 0,319 -0,646 -0,763 -0,666 0,343 -0,562 -0,392 1

Bobot verdure (g) -0,214 0,218 0,066 -0,354 -0,375 0,48 -0,753 -0,035 0,586 1

Gambar

Gambar 8  Kuadran 10 cm x 10 cm dari stik es krim digunakan saat pengamatan  kepadatan pucuk dan pengambilan bobot pangkasan
Gambar  9    Hama  dan  gulma  yang  ada  pada  petak  pengamatan  (a)  ulat  tentara  (Pseudelatia unipuncta Haworth) dan (b) gulma berdaun lebar
Tabel 4  Kriteria kelas laju permeabilitas dan perkolasi tanah (USSCS) a
Tabel 5  Persentase Penutupan Tajuk Umur 1 MST – 3 MST (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

memberikan bukti yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja mahasiswa daripada hasil tes di kelas. 2) Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang

anak-anak yang melakukan proses apresiasi tersebut, nilai-nilai karakter yang paling menonjol dalam sikap sosial anak-anak Desa Dermolo adalah toleransi, peduli

[r]

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implikasi kawin paksa terhadap keluarga di Desa Pandak adalah menimbulkan implikasi- implikasi seperti munculnya dampak sosial,

Grote (1997) berpendapat terdapat lima tanggung jawab utama yang harus dipenuhi oleh setiap individu dalam organisasi untuk menciptakan kinerja yang diinginkan, yaitu:

Dengan diketahuinya hasil penelitian ini bagi lembaga akademik di Fakultas Ekonomi dan IlmuSosial UIN SUSKA RIAU jurusan akuntansiS1 ini dapat memberikan tambahan

Berdasarkan kajian teoritis dan tamuan hasil penelitian yang diperoleh penulis, maka dapat dikemukakan beberapa rekomendasi dalam meningkatkan aktivitas dan

Tapi dalam iklan dalam aktifitas tersebut, model kembali ditampilkan dengan pakaian dan gaya jilbab yang berbeda dengan aktifitas sebelumnya.. Pakaian yang digunakan lebih