BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera Darah dalam kemih merupakan suatu petanda yang perlu segera ditindaklanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan ditindaklanjuti dengan berbagai pemeriksaan laboratorium. Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan salurannya, sedangkan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memiliki arti dalam hal diagnostik dan prognostik penyakit. proteinuria lebih memiliki arti dalam hal diagnostik dan prognostik penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan.
sebaiknya dihindarkan.
Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga Hematuria dapat merupakan petanda dari suatu penyakit yang serius sehingga oleh karenanya sangat penting untuk dipastikan adanya sel darah merah dalam oleh karenanya sangat penting untuk dipastikan adanya sel darah merah dalam saluran kemih serta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya. Penanganan saluran kemih serta ditentukan tingat keparahannya dan persistensinya. Penanganan pasien dengan hematuria yang disertai dengan proteinuria dan penurunan fungsi pasien dengan hematuria yang disertai dengan proteinuria dan penurunan fungsi ginjal tidak banyak diperdebatan, tetapi penanganan pasien dengan isolated hematuria ginjal tidak banyak diperdebatan, tetapi penanganan pasien dengan isolated hematuria merupakan hal yang masih selalu menjadi perdebatan.
merupakan hal yang masih selalu menjadi perdebatan.
Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai Hematuria dapat dijumpai dalam berbagai keadaan, seperti misalnya: sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopik, sebagai gejala dari infeksi saluran bagian dari suatu episode hematuria makroskopik, sebagai gejala dari infeksi saluran kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam kemih atau sebagai petanda lain dari suatu kebetulan yang ditemukan dalam pemeriksaan rutin.
pemeriksaan rutin.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab, menegakan diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab,
atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemungkinan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah kencing maka kemungkinan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah,
daerah wajah, mungkin mungkin suatu lupus suatu lupus eritematosus sistemik atau eritematosus sistemik atau berbrntuk purpuraberbrntuk purpura maka kemungkinannya adalah Henoch Schonlein.
maka kemungkinannya adalah Henoch Schonlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau
adanya ruam kulit atau nyeri sendi dapat nyeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis padaberguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.
atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering atau gejala saluran kemih seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemungkinan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah kencing maka kemungkinan besar berasal dari saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis minggu) sebelum terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di pasca streptococcus. Bila ada riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah,
daerah wajah, mungkin mungkin suatu lupus suatu lupus eritematosus sistemik atau eritematosus sistemik atau berbrntuk purpuraberbrntuk purpura maka kemungkinannya adalah Henoch Schonlein.
maka kemungkinannya adalah Henoch Schonlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya trauma ginjal, gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki riwayat ketulian dengan gagal ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau diagnosis hematuria, namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau
adanya ruam kulit atau nyeri sendi dapat nyeri sendi dapat berguna dalam menegakkan diagnosis padaberguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI 2.1. DEFINISIHematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine. Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .
dari 2,5% menjadi 20,0% .1,21,2 Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalamSecara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Hematuria mikroskopik.Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang.
(Mellisa C Stoppler, 2010) . Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu.3 Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan pandang besar.4
Gambar 1. Gross Hematuria dan Microscopic Hematuria
Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat penting, karena setiap derajat hematuria dapat menjadi tanda dari penyakit genitourinari yang serius. 4, 5
2.2. ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi. 1,2,4 Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6 Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan penyebabnya .1 Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan .
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain adalah:
Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic), SLE,
Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium jantung
Cause of Hematuria
Urinary tract infection Urinary calculi
Urinary tract malignancy
Urothelial cancer
Renal cancer
Prostate cancer Benign prostatic hyperplasia Radiation cystitis and/or nephritis Endometriosis
Anatomic abnormalities
Arteriovenous malformation
Urothelial stricture disease
Ureteropelvic junction obstruction
Vesicoureteral reflux
Nutcracker syndrome Medical or renal disease
Glomerulonephritis
Interstitial nephritis
Papillary necrosis
Alport syndrome
Renal artery stenosis Metabolic disorders Hypercalciuria Hyperuricosuria Coagulation abnormalities Miscellaneous Trauma Exercise-induced hematuria
Benign familial hematuria
Loin pain – hematuria syndrome Gambar 2. Penyebab Hematuria
2.3. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis. Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria,
mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi, hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis. Mioglobinuria tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia, hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan kejang berkepanjangan.
Urin tanpa heme dapat terlihat merah, coklat kola, atau merah keunguan akibat konsumsi berbagai jenis obat, makanan atau pewarna makanan. Urin dapat berwarna coklat kehitaman atau hitam jika terdapat berbagai kelainan metabolit urin.
PENYEBAB POSITIF PALSU PADA TES HEMATURIA HEME POSITIF Hemoglobin Mioglobin HEME NEGATIF Obat-Obatan Chloroquine Deferoxamine Ibuprofen Iron sorbitol Metronidazole
Nitrofurantoin Phenazopyridine Phenolphthalein Phenothiazines Rifampin Salisilat Sulfasalazine
Bahan Pewarna Buah atau Sayuran Bahan Pewarna Makanan Sintetik Metabolit Asam homogentisat Melanin Methemoglobin Porfirin Tirosinosis Urat
Gambar 3. Penyebab Positif Palsu pada Tes Hematuria
Penyebab hematuria dapat dilihat pada tabel Sumber hematuria dari saluran kemih bagian atas berasal dari nefron (glomerulus, tubulus kontortus dan interstisium). Hematuria di saluran kemih bagian bawah berasal dari sistem pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra. Hematuria yang berasal dari nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola, atau merah keunguan, disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick ), terdapat cast SDM dan akantosit atau kelainan bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang berasal dari tubulus kontortus dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus renal. Hematuria dari saluran kemih bagian bawah umumnya dihubungkan dengan hematuria berat, hematuria terminal (hematuria terjadi pada saat
aliran urin akan berakhir), bekuan darah, morfologi urin SDM normal, dan proteinuria minimal pada dipstick (<100 mg/dL).
Gambar 4. Approach to Hematuria
Tabel 1. Distinguishing Features of Glomerular and Non-glomerular Hematuria Feature Glomerular Hematuria Non Glomerular Hematuria
History Burning of Micturation Systemic Complication History of trauma Family History No
Edem, fever, pharingitis, rush, athralgia
No
Deafness in Alport Syndrome, renal failure
Urethritis, Cystitis Fever with UTI
Severe pain with calculi Yes
Usually negative
May be positif with calculi Physical Examination Hypertension Edema Abdominal masa Often present May be present No Unlikely No
Rash, arthritis Lupus Eritematosus, Henoch Schonlein Puspura Polycystic kidney No Urine Analysis Color Proteinuri Dysmorphic RBCs RBS cast Crystal
Brown, tea, cola Often Present Yes Yes No Bright red No No No May be informative A. Anamnesis
Dalam mencari penyebab hematuria perlu dicari data yang terjadi pada saat episode hematuria, antara lain:
a. Bagaimanakah warna urine yang keluar?
b. Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan-bekuan darah? c. Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
d. Apakah diikuti dengan perasaan sakit? (Mellisa C Stoppler, 2010)
Perlu ditanyakan juga, beberapa faktor risiko untuk kanker urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis
Riwayat merokok
Kerja paparan bahan kimia atau pewarna (benzenes atau aromatic amine)
Riwayat gross hematuria sebelumnya
Usia di atas 40 tahun
Penyalahgunaan analgetik
Riwayat radiasi panggul
INISIAL TOTAL TERMINAL
Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir misi Tempat
kelainan
Uretra Buli-buli, ureter, atau ginjal
Leher buli-buli
Gambar 5. Porsi hematuria pada saat miksi
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik, massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab potensial.
Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan manifestasi dari suatu penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan karena banyak darah yang keluar. Ditemukannya tanda-tanda perdarahan di tempat lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem pembekuan darah yang bersifat sistemik.
Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan hipoalbuminemia dari glomerulus atau penyakit ginjal.
Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal.
Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat sitotoksik.
Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200 mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan hingga tingkat umbilikus.
Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah prostatektomi enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
karet dan sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga. (Wim de Jong, dkk, 2004)
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi trombosit (SLE,
purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel urotelial.
IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli
Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi dihilangkan
Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli
Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Imaging Modalities for Evaluation of the Urinary Tract
Modality Advantages and disadvantages Intravenous
urography
Considered by many to be best initial study for evaluation of urinary tract
Limited sensitivity in detecting small renal masses
Cannot distinguish solid from cystic masses; therefore, further lesion characterization by ultrasonography, computed tomography or magnetic resonance imaging is necessary
Better than ultrasonography for detection of transitional cell carcinoma in kidney or ureter
Ultrasonography Excellent for detection and characterization of renal cysts Limitations in detection of small solid lesions (< 3 cm) Computed
tomography
Preferred modality for detection and characterization of solid renal masses
Detection rate for renal masses comparable to that of magnetic resonance imaging, but more widely available and less expensive
Best modality for evaluation of urinary stones, renal and perirenal infections, and associated complications
Sensitivity of 94% to 98% for detection of renal stones, compared with 52% to 59% for intravenous urography and 19% for ultrasonography
Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic
hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their limitations
Imaging Modality Limitations
Intravenous Urography Poor sensitivity for and ability to characterize renal
parenchymal masses, intravenous contrast exposure
Retrograde Pyelography Poor sensitivity for and ability to characterize renal
parenchymal masses, invasive Ultrasonography Limited ability to detect
urolithiasis, small (<3 cm) renal
mass, and urothelial abnormality Magnetic Resonance Imaging Expensive, time
consuming, poor sensitivity for urolithiasis
CTU Largest cumulative radiation exposure, expensive
Intravenous Urography Poor sensitivity for and ability to characterize renal
parenchymal masses, intravenous contrast exposure
Gambar 5. Imaging modalities for evaluation of the upper urinary tract and their limitations.
Initial evaluation of newly diagnosed asymptomatic microscopic hematuria.
FIGURE 1.Initial Evaluation of Asymptomatic Microscopic Hematuria*
Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
Gambar 5. Workup of hematuria in adults based on AUA best practice policy recommendations. (Data from Grossfeld GD, Wolf JS Jr, Litwan MS, et al. Asymptomatic microscopic hematuria in adults: summary of the AUA best practice policy recommendations. Am Fam Physician 2001;63(6):1148; and
Adapted from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, et al. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4):607; with permission.)
2.4. DIAGNOSIS BANDING
BPH (benign hyperplasia prostate)
Anamnesis Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
Kencing tidak lampias, aliran lemah, intermittency, frekuensi kencing meningkat, urgensi, nokturia, riwayat BPH ataupun kanker prostat , riwaat retensi urine sebelumnya pembesaran prostat pada kandung kemih digital dubur, vesica urinary bulding (+) PSA • USG transrectal dari prostat:ukuran prostat meningkat, volume> 40 g,
meningkatkan ukuran lobus median prostat
• uroflowmetry dengan
ultrasonografi kandung kemih:
puncak laju aliran rendah, volume residual tinggi postvoid
Urinary tract infection
penunjang lainnya
dysuria, meningatnya frekuensi
berkemih, volume urine sedikit saat berkemih, nocturia, nyeri suprapubic , pernah menderita isk sebelumnya dan mendapatkan pengobatan, riwayat pyelonephritis, riwayat gagal pengobatan demam, nyerio tekan suprapubic, bladder distention pada retensio urine, cystocele pada pemeriksaan panggul urinalysis:(+) leukocyte esterase, (+) nitrite, pyuria (>10 WBC per HPF), bacteriuria urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine Pyelonephritis, acute Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
Nyeri pinggang, demam, menggigil, mual, muntah, sakit perut, nyeri suprapubik, hx dari nefrolitiasis, ISK dan diabetes, imunosupresi Nyeri ketok kostovertebral, nyeri suprapubik, demam, penurunan bising usus urinalysis: positive leukocyte esterase, positive nitrite, pyuria (>10 WBC/HPF), bacteriuria urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine renal ultrasound : pembesaranrenal , hypo-echoic
parenchyma with loss of corticomedullary differentiation contrast CT abdomen: heterogeneous uptake of contrast (lobar nephronia), oedematous renal parenchyma, perinephric stranding, intraparenchymal gas in emphysematous pyelonephritis Alport Syndrome
fisik penunjang Hematuria mikroskopis berulang, disertai dengan episode gross hematuria, gangguan pendengaran, riwayat keluarga dengan kanker dari hematuria, gangguan pendengaran, atau penyakit ginjal Hipertensi, oedema, sensorineuronal hearing loss, anterior lenticonus, erosi kornea urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuri a urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
skin biopsy: positive
immunohistochemistr y
renal biopsy:diffuse
thickening and splitting of the
basement membrane, focal
glomerulosclerosis and tubular atrophy; negative
immunohistochemistr y
Kanker Buli
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
hematuria tanpa rasa sakit, disuria, frekuensi, urgensi, usia > 50, hx iradiasi panggul, hx merokok, penurunan berat badan, paparan lingkungan/kimia karsinogen massa panggul, nyeri tekan sudut kostovertebral dari obstruksi; sering tidak ada kelainan
terdeteksi
urinalysis:RBCs
urine cytology:atypical or malignant
cells, signified by increased
clustering, increased cellularity, or altered nuclear morphology
CT abdomen/IVU :ureteral or renal
collecting system mass or filling defect
cystoscopy:bladder tumour
Kanker Prostate
fisik penunjang lanjut usia, riwayat keluarga dengan kanker, gejala obstruktif berkemih, penurunan berat badan Pada rectal toucher ditemukan pembesaran prostat, dengan konsistensi keras dan permukaan yang berbenjol-benjol PSA: meningkat, PSA> 0,75 mikrogram / L per tahun (0,75 ng / mL per tahun) transrectal ultrasound-guided prostate biopsy : confirmed adenocarcinoma Batu Ginjal Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke selangkangan, hematuria, mual, muntah, hx sebelumnya kalkuli, riwayat keluarga dengan kanker dari nefrolitiasis, hx gout, hx penyakit radang usus Nyeri ketok costovertebral angle urinalysis : haematuria, pyuria, crystalluria, cysteine crystals, acidic or alkaline pH non-contrast CT abdomen: urolithiasis, hydronephrosis BNO: radiodense stones
Instrumentasi pada sal.kemih
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
Riwayat cystoscopy, ureteroscopy, prostat biopsi jarum Adanya kateter uretra, kateter suprapubik, stent ureter dengan string dalam uretra
urinalysis:
diagnosis is clinical, and tests are not routinely recommended
BNO: ureteral
stent and drain visualisation
Trauma Ginjal
fisik penunjang lainnya trauma tumpul pada pinggang, menembus panggul atau luka perut (tembakan atau tikaman), patah tulang rusuk yang lebih rendah hypotension, takikardia, nyeri panggul, memar panggul, nyeri perut, perut kembung CT abdomen: laserasi pada parenkim ginjal, sistem pengumpulan, dan pembuluh ginjal; hematoma perinephric, perdarahan aktif, dan ekstravasasi urin BNO IVP: menegaskan fungsi ginjal kontralateral Trauma buli
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
trauma tumpul panggul, menembus luka panggul atau perut (tembakan atau tikaman), fraktur panggul, ketidakmampuan berkemih
Nyeri tekan
suprapubic, ekimosis pada lower abdominal
retrograde cystogram:
extravasation of contrast revealing bladder injury
Trauma urethral
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
Trauma genitalia eksterna, straddle injury, bilateral pubic rami fracture and Malgaigne's fracture, perineal lacerations, tidak bisa berkemih, riwayat intervensi kolorektal atau ginekologi Perdarahan OUE, hematom scrotum, floating prostat, eimosis pada batang penis, butterfly-ecchymosis pada perineum retrograde urethrogram: contrast extravasation from the urethra contrast CT abdomen:contrast extravasation from the urethra cystoscopy: urethral disruption
Sickle cell anemia
penunjang Keturunan Afrika-Amerika, riwayat keluarga dengan kanker penyakit sel sabit, migrasi, nyeri intermiten hepatosplenomegaly, nyeri tean abdomen , testicular atrophy, oedema of extremities peripheral blood smear: sickle cells Hb electrophoresis (whole blood): haemoglobin S Coagulopathy Anamnesis Pemeriksaa n fisik Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
mudah memar, kecenderunga n untuk berdarah, epistaksis berulang, riwayat keluarga dengan kanker dari diastesis perdarahan, hx sirosis ecchymoses, perdarahan memanjang PT, PTT, INR: Normal atau ↑ FBC: thrombocytopenia LFTs:hypoalbuminaemia von Willebrand factor
antigen (whole blood):
reduced in von Willebrand's disease
ristocetin cofactor activity
(whole blood):reduced in von Willebrand's disease
factor VIII, IX activity
(whole blood):reduced in haemophilia, VIII reduced in von Willebrand's disease
Kista ginjal
Anamnesis Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
sering tanpa gejala, panggul nyeri, diri terbatas hematuria, infeksi saluran urin, ginjal kolik
Nyeri tekan costovertebral angle, panggul teraba massa pada ginjal polikistik, Hipertensi renal ultrasound : cystic lesions serum creatinine: elevated CT abdomen:
well-defined, oval lesions
Arterial-venous malformation
fisik penunjang gumpalan berbentuk ulat, nyeri pinggang, Hipertensi, cardiomegaly, bruit (+) pada panggul dan abdomen contrast CT abdomen:massa lesi, filling defect, nephrogram
terlambat pengisian
renal angiography:
pengisian simultan dari sistem arteri dan vena, nephrogram tertunda
Renal vein thrombosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
Mendadak nyeri panggul, hx of nephrotic syndrome Trauma panggul, oedema Doppler ultrasonography: membesar, edema ginjal, echogenic dengan sinyal vena absent
CT abdomen:kehilangan
diferensiasi
corticomedullary,
trombus pada vena ginjal, pembesaran ginjal dengan kekeruhan parenkim
BNO IVP:tertunda
ekskresi kontras dari ginjal, pembesaran ginjal karena kongesti Tuberculosis extrapulmonary Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya Nyeri saat berkemih, nokturia, hx dari pajanan TB, hx cystitis tidak responsif terhadap antibiotik, hx dari epididimitis, ISK berulang orchalgia dengan reaktif hidrokel, rectal toucher prostat nodular urinalysis: pyuria (>10 WBC/HPF) with no visualised bacteria urine culture,: >10,000 colony forming unit/mL urine IV urography: moth-eaten calyces with ulceration , obliterasi calyceal, hidronefrosis, kalsifikasi, .
Benign familial haematuria (thin basement membrane nephropathy)
fisik penunjang Berulang dan terus menerus hematuria mikroskopik atau gross hematuria, oedema and hipertensi urinalysis: dismorfik merah sel, sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein :>1 gram/24 hours
renal biopsy: ipisan
membran basal glomerulus (150-225 nM) Postinfectious glomerulonephritis Anamnesis Pemeriksaa n fisik Pemeriksaan
penunjang Pemeriksaan lainnya
tiba-tiba timbul edema, kelemahan, malaise, hematuria gross, sakit kepala, 1 sampai 2 minggu postpharyngitis, 2 sampai 4 minggu setelah dermatitis streptokokus, yang paling umum dari usia 2 sampai 10 tahun periorbital and peripheral oedema, hipertensi, rash kulit urinalysis:d
ismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein :>1 gram/24 hours serum antistreptolysin O titer : elevated Membranoproliferative glomerulonephritis
fisik penunjang tiba-tiba timbuledema dependen atau periorbital, kelelahan, hematuria gross, sakit kepala, oliguria periorbital and peripheral oedema, Hipertensi, konjungtiva pucat, drusen retina urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein :>1 gram/24 hours serum complement levels (C3, C4):low renal biopsy: hypercellular glomeruli, mesangium diperluas, imunofluoresensi positif, deposito padat elektron
Rapidly progressive glomerulonephritis
Anamnesis Pemeriks
aan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
prodromal gejala malaise, demam, arthralgias, anoreksia, dan mialgia, sakit perut, nodul kulit yang menyakitkan atau ulserasi Hipertensi , nodules kulit yang nyeri, conjuncti vitis, uveitis, oliguria
urinalysis: dysmorphic red
cells, red cell casts, proteinuria,
microalbuminuria
urea and creatinine:
creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection
for protein :>1 gram/24 hours
renal bx:
hypercellular, sklerotik
glomeruli dengan inklusi bulan sabit
Ig A nephropathy
Anamnesis Pemeriksa
an fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
rulang makroskopik hematuria terkait dengan infeksi saluran pernapasan Pada umumnya asimtomatik ,hipertensi
urinalysis:RBC casts, mild
proteinuria
urea and creatinine:
creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection
for protein :>1 gram/24 hours
renal bx: adanya IgA
pada mesangium, proliferative crescents pada kasus berat
Systemic lupus erythematosus
fisik penunjang arthralgias, demam ringan, kelelahan, malaise, anoreksia, mual, penurunan berat badan, kejang, fotosensitifitas kupu-kupu atau ruam diskoid, borok mulut atau vagina, vaskulitis retina, murmur sistolik urinalysis: pyuria, RBCs, granular casts, proteinuria urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20 24-hour urine collection for protein :>1 gram/24 hours renal bx :glomerulitis ringandeposisi imunoglobulin dan pembentukan bulan sabit proliferatiflupus serologies:elevated serum complement (C3, C4):low Renal cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Nyeri pinggang, hx
merokok, riwayat keluarga dengan kanker karsinoma sel ginjal, penyakit ginjal polikistik, paparan kimia karsinogen
HTN, panggul massa, adenopati, varikokel kiri, edemas
ekstremitas bawah
renal ultrasound:solid or
cystic renal mass
CT abdomen with and
without IV contrast:
contrast enhancing renal mass
Grawitz tumor
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut, nyeri pada sisi ginjal yang terkena , penurunan berat badan , kelelahan , demam yang hilang-timbul, anemi , Varikokel akut ,
hipertensi
bisa
diraba/dirasakan benjolan di perut
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal,
pemeriksaan dilanjutkan dengan
CT scan atau MRI. Dalam hal ini
USGhanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya tumor abdomen, Hematuri (makroskopis) Hipertensi anemia, penurunan berat badan, infeksi saluran kencing, demam, malaise dan anoreksia
nyeri perut yang bersifat kolik Massa abdomen IVPtampak distorsi sistem pielokalises dan berguna untuk mengetahui fungsi ginjal. pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. kadar lactic dehydrogenase (LDH)
meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA)
dalam batas normal
Urethral cancer Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
lebih umum pada wanita putih dan pada mereka> 50 usia, frekuensi, keraguan, gejala kencing obstruktif Teraba massa, stricture
IVU: filling defect,
mass voiding
cystourethrogram:
filling defect, mass
urethroscopy:
visible urethral mass
Penile cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya hx lesi penis, hx dari kondiloma eritematosa patch, indurasi, massa teraba, limfadenopati inguinal skin biopsy: squamous cell carcinoma MRI/CT pelvis Bladder stone
fisik penunjang lainnya suprapubik nyeri, hematuria, gejala saluran kandung kemih obstruktif, operasi sebelumnya Nyeri tekan suprapubic urinalysis: haematuria, leukocyte esterase, nitrites non-contrast CT abdomen:bladder stone BNO: radio-opaque bladder stone Cytotoxic medications Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
hx dari penggunaan analgesik atau penyalahgunaan, aminoglikosida, cyclophosphamide, cyclosporine, penisilin, sulfonamid, non-steroid anti-inflamasi, hematuria berulang, nyeri pinggang, disuria
hypotension, oedema,
suprapubic pain
urinalysis:dismorfik
merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria FBC:peripheral blood eosinophilia serum creatinine: elevated cystoscopy: amyloid deposits, haemorrhagic inflammation Anticoagulation
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
hx fibrilasi atrium, katup mekanik, stroke, memar, perdarahan gusi
panggul massa, nyeri tekan sudut kostovertebral, memar, perdarahan gusi coagulation studies: elevated .Exercise-induced haematuria
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Setelah olahraga berat Normal urinalysis:RBCs
Loin pain haematuria syndrome
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
perempuan muda, hematuria intermiten, panggul nyeri intermiten mulai dari yang ringan sampai parah,
penggunaan kontrasepsi oral
low-grade fever
urinalysis:diagnosa
klinis, dan tes tidak secara rutin direkomendasikan Medication
penggunaan obat seperti Pyridium, rifampin, fenitoin, levodopa, metildopa, dan kina
Normal
urinalysis : diagnosa klinis, dan
tes tidak secara rutin direkomendasikan
Food-related
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Riwayat makan bit,
blackberry, rhubarb Normal
urinalysis: : diagnosa klinis,
dan tes tidak secara rutin direkomendasikan
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria dapat ditanggulangi,
tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)
BAB III
KESIMPULAN
Hematuria merupaan suatu gejala yang penting pada berbagai penyakit ginjal dan salurannya, sedangkan proteinuria lebih memilii arti dalam hal diagnostic dan prognostic penyakit. Pemeriksaan harus dilakuan dengan teliti dan terarah supaya jangan sampai ada hal penting yang terlewatkan sedangkan pemeriksaan-pemeriksaan
yang tidak perlu sebaiknya dihindarkan.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% .1,2 Secara visual terdapatnya sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau leher kandung kemih. (Wim de Jong, dkk, 2004)
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan
pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu.3
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.1,2,4 Namun, diferensial lengkap sangat luas , beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.
Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.3 genitourinari, 5,6 Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,sulit diidentifikasikan penyebabnya .1 Akibatnya, dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan .
Diagnosis dan evaluasi pasien harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria, atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria dapat disebabkan oleh karena hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein. Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah