• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Radio merupakan instrumen komunikasi massa yang jamak digunakan orang. Persebaran radio menjangkau semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Radio merupakan instrumen komunikasi massa yang jamak digunakan orang. Persebaran radio menjangkau semua"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Bab V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Radio merupakan instrumen komunikasi massa yang jamak digunakan orang. Persebaran radio menjangkau semua wilayah, dari perkotaan hingga pelosok desa. Mengapa banyak orang masih menggunakan radio sebagai instrumen komunikasi massa, di tengah gempuran instrumen canggih lain, semisal televisi? Alasannya, operasionalisasi radio jauh lebih mudah dibanding televisi, pun harganya juga lebih murah.

Di daerah-daerah yang masih banyak penduduknya menggemari siaran radio, instrumen komunikasi massa temuan Marconi ini sering dijadikan alat untuk mewadahi kegiatan komunikasi anggota komunitas. Maka, sering kita temui istilah radio komunitas. Radio komunitas definisinya adalah, stasiun radio yang didirikan oleh komunitas, serta mempunyai segmen khalayak utama warga komunitas, bersifat independen, dan tidak komersial. Ukuran kesuskesan radio komunitas bukan pada banyaknya pemasukan iklan, melainkan kepuasan anggota komunitas.

Radio komunitas ini, meskipun tidak wajib ada, namun penting untuk komunitas. Pasalnya, kehadirannya mewujudkan setidaknya tiga hal yang bermanfaat bagi komunitas, yakni; mendorong gerakan sosial, sarana pemberdayaan masyarakat, serta penyedia konten siaran yang sehat dan kontekstual dengan kebutuhan lokal warga komunitas.

Salah satu contoh radio komunitas adalah Radio Desa Kawasan Konservasi (Radekka) FM. Radekka FM adalah radio komunitas warga Semoyo, Pathuk, Gunungkidul. Radekka FM muncul atas inisiatif pegiat Serikat Petani Pembaharu (SPP) Desa Semoyo. Penggagas utama Radekka FM adalah Suratimin sebagai ketua SPP kala itu, 2007, dibantu orang dari luar Semoyo, yakni Hernindya Wisnuadji dan F. Bambang Hery Purwanto, keduanya adalah pegiat LSM.

Radekka FM penting bagi warga Semoyo, karena pertama, mendorong gerakan sosial konservasi lingkungan yang digalakkan dan dikoordinir oleh SPP. Kedua, menjadi media komunikasi untuk pemberdayaan masyarakat Semoyo,

(2)

dalam konteks penguatan kapasitas terkait gerakan konservasi lingkungan. Ketiga, menyediakan konten siaran yang sehat serta kontekstual dengan situasi masyarakat Semoyo.

Tujuan Radekka FM sendiri adalah i) menjadi instrumen pembelajaran pengelolaan media komunitas untuk isu lingkungan, dan ii) menjadi jembatan udara yang menyajikan informasi serta ilmu pengetahuan bagi keluarga-keluarga Desa Kawasan Konservasi Semoyo dan sekitarnya.

Secara struktural, Radekka FM mempunyai divisi-divisi sebagai berikut; divisi pemberitaan dengan koordinator Hernindya Wisnuadji, divisi siaran dengan koordinator F. Bambang Hery, divisi teknik dengan koordinator Suparno, dan divisi umum dengan koordinator Sutarmi. Para koordinator divisi bertanggungjawab kepada ketua Badan Pelaksana Penyelenggaraan Penyiaran (BPPK), Suratimin.

Radekka FM, berupaya menjadi media komunitas bagi warga Semoyo yang mewadahi komunikasi warga mengenai gerakan konservasi lingkungan, serta berusaha menjadi penghubung antara warga dengan pemangku kebijakan di level desa hingga nasional. Upaya dan usaha Radekka FM itu, dilaksanakan lewat program-program siaran Radekka FM.

Programming Radekka FM sebagai radio komunitas, tujuannya sedikit berbeda dengan radio komersial. Pada radio komunitas, programming siaran bertujuan untuk menyasar segmen audiens yang terbatas pada lingkup komunitas tertentu, dan tidak untuk mencari keuntungan dari iklan. Namun, ada pula kesamaan di antara keduanya, yakni sama-sama ingin memperoleh pendengar sebnayak-banyaknya. Jika radio komersial, dengan banyak pendengar, akan berlimpah iklan yang masuk, lain halnya dengan radio komunitas, yang menyasar banyak pendengar untuk menjadi media komunikasi yang kontekstual dengan kebutuhan mereka, serta menyampaikan kepentingan komunitas secara umum.

Sebelum membuat programming (susunan program), pegiat Radekka FM terlebih dulu meriset situasi warga Semoyo. Adapun situasi warga Semoyo terkait gerakan konservasi lingkungan, adalah stabil, dalam arti warga sudah sadar akan pentingnya konservasi lingkungan. Namun warga masih perlu asupan informasi

(3)

dan edukasi mengenai konservasi lingkungan. Misalnya, masih banyak warga yang belum paham verifikasi legalitas kayu, desain permakultur, dan lain-lain.

Dalam melihat situasi warga Semoyo ini, ada dua hal yang penting diperhatikan, yakni particular local purpose atau harapan lokal dan particular moodatauminat warga. Harapan lokal berarti harapan warga Semoyo terhadap adanya radio komunitas. Harapan ini tentu berkaitan dengan kepentingan bersama komunitas secara umum, yakni gerakan konservasi lingkungan. Gerakan konservasi lingkungan ini adalah situasi di Semoyo yang memang secara riil menjadi kepentingan bersama warga.

Selain itu, ada juga harapan lokal warga Semoyo yang tidak secara riil menjadi kebutuhan bersama, namun oleh pegiat Radekka FM dipandang sebagai kebutuhan warga. Contohnya, informasi tentang kesehatan reproduksi, kesetaraan gender, dan demokrasi-politik. Isu-isu tersebut menjadi penting disampaikan Radekka FM, karena para pegiat (Suratimin, Mugiriyanto, Sugiyono, Hernindya, dan F. Bambang Hery) memandangnya perlu untuk mengedukasi warga Semoyo.

Dalam konteks pemenuhan particular mood, penyampaian konten siaran oleh Radekka FM lekat dengan nuansa hiburan, terutama musik. Sebab, minat warga, menurut pegiat Radekka FM, berkutat pada siaran hiburan terutama musik bergenre dangdhut, campursari dan tembang jawa, pop indonesia lama dan baru. Selain musik, warga juga beminat terhadap hiburan lain seperti wayang, ketoprak. Sebagai radio komunitas warga Semoyo, Radekka FM mengakomodasi harapan atau kepentingan dan minat warga dengan membuat program siaran, yang disusun menjadi programming siaran. Strategimenyusun programming harus memenuhi lima elemen strategi programming, yakni kesesuaian, membangun kebiasaan, menjaga aliran pendengar, memelihara sumber daya program, dan daya tarik luas.

Kesimpulan analisis riset ini, programming Radekka FM sebagian sudah memenuhi elemen kesesuaian. Namun ada pula program lain yang tidak sesuai dengan elemen ini. Berarti kesimpulan dalam analisis pemenuhan elemen kesesuaian ini, Radekka FM tidak sepenuhnya menyajikan program yang sesuai dengan konteks masyarakat Semoyo. Dengan kata lain, strategi Radekka FM

(4)

kurang tepat untuk memenuhi elemen kesesuaian secara menyeluruh. Sehingga, dalam konteks ini, strategi programming mendorong gerakan sosial konservasi lingkungan, tidak 100 persen sesuai dengan konteks komunitas.

Dalam konteks elemen kedua, yakni membangun kebiasaan pendengar, Radekka FM secara teknis, tidak bisa memenuhinya secara menyeluruh. Pasalnya beberapa program siaran disiarkan pada jam-jam warga tidak berpotensi mendengarkan radio. Pendengar akan sulit membiasakan terhadap siaran radio, sementara dia tidak bisa setiap waktu mendengarkan.

Khusus dalam konteks strategi mendorong gerakan sosial konservasi lingkungan, programming Radekka FM sudah bisa memenuhi elemen membangun kebiasaan ini. Terlihat dari program acara seperti Habitat, Desa Kita Petang dan Malam, dan GdHE yang disiarkan pada prime time. Untuk program-program itu, strategi mendorong gerakan sosial sesuai dengan kebiasaan warga Semoyo.

Elemen ketiga, mengontrol aliran pendengar, tidak bisa diukur oleh peneliti maupun Radekka FM sendiri. Pasalnya, Radekka FM tidak mempunyai data kuantitatif tentang jumlah dan kontinyuitas pendengar pada setiap program. Memang, Radekka FM sudah menerapkan usaha mengontrol pendengar dengan menerapkan metode blunting (menyajikan program yang mirip dengan radio lain ) dan countering (menyajikan program yang berbeda dengan radio lain). Namun, bila tidak ada data kuantitatif jumlah dan kontinyuitas pendengar program pada periode tertentu, aliran pendengar tidak bisa diketahui.

Dengan ketiadaan data tersebut, peneliti menyimpulkan, Radekka FM tidak mengenali karakter warga Semoyo dalam mendengarkan radio, pun pasang surut mereka dalam mendengarkan siaran Radekka FM.

Elemen keempat, pemeliharaan sumber daya program, secara teknis sudah dipenuhi oleh Radekka FM. Terbukti dengan tidak adanya slot siaran yang kosong. Tetapi, untuk memenuhi elemen ini, tidak hanya sekedar bisa memenuhi slot siaran. Melainkan, Radekka FM harus pula memberikan konten yang kontekstual dengan particular local purpose warga Semoyo. Masalahnya, tidak semua program siaran bisa memenuhi particular local purpose warga Semoyo.

(5)

Contohnya, beberapa program relay dari KBR68H yang menyajikan isu nasional, yang tidak berkaitan langsung dengan kebutuhan komunitas.

Jadi, penulis meyimpulkan, dalam memenuhi elemen pemeliharaan sumber daya program, Radekka FM hanya tepat secara teknis. Sementara pada konteks memelihara sumber daya program yang memenuhi particiular local purpose, Radekka FM belum sepenuhnya tepat, karena masih adanya slot-slot siaran yang diisi program berkonten tidak sesuai dengan kebutuhan lokal komunitas warga Semoyo.

Terakhir, untuk melihat bagaimana Radekka FM memenuhi elemen daya tarik luas, harus ditinjau dulu dua aspek, yakni particular local purpose dan particular mood. Sebab, keluasan daya tarik untuk komunitas warga Semoyo, ditentukan oleh dua aspek itu. Particular local purpose yang natural (bukan interpretasi pegiat Radekka FM) ada di Semoyo oleh Radekka FM dipenuhi dalam program-program Desa Kita, Habitat, Forum BPD, dan GdHE. Sementara, particular local purpose interpretasi pegiat Radekka FM, dipenuhi dalam program seperti Pilar Demokrasi, Perempuan Gunungkidul, Desa Kita (program ini juga sering memuat tentang kesehatan reproduksi), dan Siraman Rohani. Selain itu, ada lagi program yang memenuhi particular local purpose dan particular mood sekaligus, yakni Keroncong Konservasi. Dua aspek itu, dipenuhi dengan siaran musik keroncong yang diselingi Iklan Layanan Masyarakat dan rekaman warga tentang sesuatu berkaitan dengan konservasi lingkungan.

Tidak semua siaran reguler dalam programming Radekka FM, memenuhi particular local purpose warga Semoyo. Program reguler yang tidak memenuhi particular local purpose warga Semoyo adalah, Sarapan Pagi dan Buletin KBR, dan Guru Kita, di mana tidak menyiarkan konten yang berkaitan langsung dengan kepentingan komunitas. Program tersebut kebetulan juga tidak memenuhi particular mood warga Semoyo.

Sementara itu, particular mood dipenuhi dalam program-program musik seperti musik pop Indonesia baru dan lama, dangdhut, campursari, serta siaran langsung maupun tunda kesenian teater Jawa seperti wayang kulit dan ketoprak. Particular mood ini, dilihat dari permintaan warga kepada Radekka FM untuk

(6)

memutar program siaran hiburan. Permintaan warga itu disampaikan melalui forum warga, SMS dan telepon, atau langsung kepada pegiat (Suratimin dan kawan-kawan).

Dalam konteks pemenuhan elemen daya tarik luas ini, programming Radekka tidak sepenuhnya tepat. Mengingat masih ada beberapa program yang tidak sesuai dengan particular local purpose dan particular mood warga Semoyo. Berarti, disimpulkan, bahwa programming Radekka FM tidak menarik bagi warga Semoyo. Hanya saja, simpulan ini tidak kuat karena nihil data kuantitatif tingkat ketertarikan warga terhadap program-program siaran Radekka FM.

B. Kritik dan Saran 1. Kritik

Banyak hal yang bisa dipelajari dari Radekka FM, khususnya mengenai programming. Pertama, Radekka FM, sebagai media komunitas dan bersifat non-komersial, bisa menyusun program siaran layaknya media komersial yang rigid programmingnya. Hal ini tidak dimiliki radio komunitas lain, terutama di Gunungkidul dan sekitarnya106.

Kedua, Radekka FM cukup pro-aktif menjalin hubungan dengan pemerintah maupun organisasi non-pemerintah. Dengan pemerintah, Radekka FM menjalin hubungan dalam pengembangan program siaran, yakni penyelenggaraan program GdHE. Program ini difasilitasi oleh Pemkab Gunungkidul. Selain itu, Radekka FM juga mempunyai akses untuk menyiarkan secara langsung kegiatan yang diselenggarakan Pemkab Gunungkidul.

Dengan oraganisasi non-pemerintah, Radekka FM menjalin hubungan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat IDEA (bergerak di bidang mendorong transparansi anggaran pemerintah), Combine Resource Institution (bergerak di bidang pemberdayaan dan kajian media rakyat/komunitas). Dari IDEA, Radekka FM memperoleh arahan untuk menjadi media mendorong transparansi anggaran

106

Dalam pengamatan peneliti, dua radio komunitas di dekat Radekka FM, yakni Angkringa di Sewon, Bantul dan Sadewo di Pleret, Bantul tidak mempunyai programming siaran. Dua radio ini hanya menyiarkan acara-acara yang bersifat insidental. Selebihnya, siaran hanya diisi dengan pemutaran musik atau mengulang siaran live.

(7)

pemerintah dari tingkat Desa hingga Kabupaten. Hal ini disisipkan dalam program-program siaran, terutama Desa Kita. Selain itu, Radekka FM juga memperoleh sumbangan ide program, yakni Habitat dari pegiat IDEA, F. Bambang Hery Purwanto.

Ketiga, Radekka FM berani menginterpretasikan kebutuhan lain yang tidak nampak dalam keseharian warga Semoyo dan mengakomodasi dalam program siaran. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah informasi tentang kesetaraan gender, kesehatan reproduksi, dan poltik-

Sebagai radio komunitas, Radekka FM juga mempunyai kekurangan, terutama pada sisi programmingnya. Kekurangan-kekurangan itu menjadi kritik bagi internal Radekka FM, supaya bisa lebih baik. Pasalnya, radio komunitas dengan programming baik, tentu lebih maksimal dalam melayani komunitas, mengingat programming yang baik pasti memperhatikan particular local purpose dan particular mood masyarakat.

Kritik penulis terhadap Radekka FM, sebagai berikut; pertama, ketiadaan data jumlah dan kontinyuitas pendengar terhadap program tertentu, hal ini menyulitkan Radekka FM mengontrol aliran pendengar. Kedua, regenerasi pegiat yang kurang baik. Radekka FM kesulitan menjaga semangat relawan kaum muda untuk terus bergiat. Hal ini menjadi masalah kelak jika pegiat sekarang mulai tua dan tidak mampu lagi mengelola Radekka FM.

Ketiga, mengenai beberapa program siaran yang tidak memnuhi particular local purpose dan particular mood warga Semoyo. Hal ini menjadi persoalan serius, karena dua aspek itu vital dalam pembuatan programming radio.

Kritik tersebut, menjadi dasar bagi penulis untuk membuat saran terhadap Radekka FM. Saran penulis dalam penelitian ini, ada dua ranah. Pertama saran di ranah praktis, dan kedua, saran di ranah akademis. Saran ranah praktis adalah yang berkaitan dengan Radekka FM khususnya, dan radio komunitas umumnya supaya bisa secara tepat menerapkan elemen strategi programming dan maksimal dalam pemenuhan tuntutan dalam lima elemen itu.

(8)

Sedangkan ranah akademis, adalah saran penulis untuk hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan akademis, seperti penelitian, studi banding, dan sebagainya. Berikut, saran penulis untuk Radekka FM:

2. Saran Praktis

Setelah melihat data dan temuan selama meneliti strategi programming Radekka FM, peneliti menyarankan beberapa hal, supaya strategi programming Radekka FM bisa memenuhi elemen strategi programming.

Pertama, Radekka FM mengadakan riset untuk mengetahui jumlah dan kontinyuitas pendengar pada setiap program siaran. Riset ini, bisa dilakukan dengan metode survei, dan focus group discussion. Dengan adanya data mengenai jumlah dn kontinyuitas pendengar, bisa diketahui aliran pendengar pada setiap program siaran. Bila aliran pendengar diketahui, maka, Radekka FM bisa lebih mudah untuk menyesuaikan dan membangun kebiasaan pendengar.

Kedua, Radekka FM meregenerasi sumber daya manusia secara lebih baik. Dalam hal ini, regenerasi menyentuh kaum muda Semoyo. Contohnya, ketika penyiar program siaran tertentu berhenti, maka, Radekka FM harus bisa mencari pengganti. Lalu, hubungannya dengan regenerasi kaum muda, yakni, kaum muda biasanya belum mempunyai tanggungjawab besar di luar Radekka FM, maka, mereka bisa maksimal untuk bergiat di Radekka FM. Selain itu, juga untuk memberi wadah bagi kaum muda untuk terbiasa berorganisasi dan berlatih mengelola radio komunitas, supaya bisa menjadi penerus bagi pegiat saat ini.

Ketiga, Radekka FM memperbanyak program siaran yang memenuhi particular local purpose dan particular mood. Hal ini memang susah, terutama berkaitan dengan elemen ketersediaan sumber daya program. Di mana tidak banyak ragam materi tentang gerakan lingkungan, yang bisa disiarkan. Menyiasati hal ini, relay dari KBR68H yang tidak mengakomodir particular local purpose warga Semoyo, bisa dikurangi, dan diganti dengan acara yang membahas konservasi lingkungan.

(9)

Keempat, Radekka FM secara berkelanjutan mengadakan pertemuan warga untuk membicarakan dinamika peran radio komunitas dalam mendorong gerakan konservasi lingkungan. Pertemuan bisa diadakann minimal sebulan sekali.

Kelima, untuk mengganti program relay dari KBR68H, bisa dengan memutar Iklan Layanan Masyarakat bertema konservasi lingkungan, atau isu lain yang dipandang perlu seperti kesetaraan gender, kesehatan reproduksi, serta demokrasi dan politik.

Keenam, membuat banyak Iklan Layanan Masyarakat bertema konservasi lingkungan, atau isu lain yang dipandang perlu seperti kesetaraan gender, kesehatan reproduksi, dan demokrasi-politik. Dengan Iklan Layanan Masyarakat dengan fokus turunan tema yang beragam, Radekka FM tidak akan kesulitan lagi memelihara sumber daya program.

Ketujuh, Radekka FM lebih memberdayakan kaum muda dalam pengelolaan radio komunitas. Pemberdayaan ini bisa dilakukan dengan menggerakkan kaum muda untuk menjadi penyiar program-program yang berkaitan dengan konservasi lingkungan maupun kesetaraan gender, kesehatan reproduksi, demokrasi dan politik, serta siraman rohani.

Kedelapan, Radekka FM mengadakan pelatihan mengelola radio komunitas secara baik kepada warga terutama generasi muda. Harapannya, dengan mereka memahami seluk beluk dan manfaat pengelolaan radio komunitas untuk kepentingan komunitas, kemudian akan tertarik untuk menjadi pegiat.

3. Saran akademis

Pertama, kajian tentang media media komunitas hendaknya lebih digalakkan oleh universitas yang mempunyai jurusan ilmu komunikasi maupun kajian media. Pasalnya selama ini masih jarang ditemukan riset dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi tentang media komunitas.

Kedua, universitas yang mempunyai fakultas ilmu sosial dan politik serta jurusan ilmu komunikasi atau kajian media khususnya, bisa lebih menggiatkan riset tentang media komunitas dan hubungannya dengan penguatan gerakan masyarakat sipil pasca orde baru. Dalam konteks ini, programming media

(10)

komunitas (radio dan televisi) juga menjadi aspek penting dalam menunjang gerakan masyarakat sipil itu. Sebab, programming yang baik tentu memperhatikan particular local purpose dan particular mood.

Ketiga, dunia akademis bisa memberikan masukan bagi pengelola media komunitas dari perspektif keilmuan, supaya keberadaan media komunitas bisa lebih terasa secara praktis dalam menjadi media komunikasi komunitas. Masukan dari akademisi, khususnya ilmu komunikasi bisa berupa konsep programming yang baik bagi radio komunitas.

Referensi

Dokumen terkait