• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Permintaan dan penawaran suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi antara pembeli dan penjual di pasar yang akan menentukan tingkat harga suatu barang dan jasa yang berlaku di pasar serta jumlah barang dan jasa tersebut yang akan diperjualbelikan di pasar. Interaksi tersebut dapat diterangkan dengan memahami teori permintaan dan teori penawaran (Sugiarto, dkk., 2002).

Teori permintaan diturunkan dari Teori Konsumsi. Konsumen mau “meminta” (dalam pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertenu karena barang tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah harga suatu barang maka konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah yang lebih besar. Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (ceteris paribus) (Hanafie, 2010).

Berbagai kemungkinan jumlah barang yang mau dibeli pada berbagai tingkat harga (tinggi rendahnya harga) dikumpulkan dalam daftar permintaan (demand

schedule). Apabila masing-masing titik kombinasi hubungan antara harga barang

dan jumlah barang yang mau dibeli konsumen dihubungkan maka terbentuklah kurva permintaan (individual). Hukum permintaan (the law of demand) menunjukkan bahwa jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta turun dan sebaliknya. Kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah

(2)

(menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak Y dan jumlah diukur pada sumbu horisontal X) (Hanafie, 2010).

Masyarakat yang rasional mestinya dapat menentukan barang dan jasa apa yang paling perioritas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan dukungan pendapatan dan ketersediaan barang di pasar, masyarakat pasti membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan. Cabai sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup sehari-hari. Cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan masak-memasak ataupun keperluan yang lain seperti untuk bahan ramuan obat tradisional, farmasi, dan minuman. Di pasaran, umumnya dikenal dua jenis cabai merah, yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting (Redaksi AgroMedia, 2011). Dalam hal ini Tabel 1. Memperlihatkan kebutuhan konsumsi cabai merah di Provinsi Sumatera Utara dan Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun 2010-2014 :

Tabel 1. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah Dan Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2014

No. Tahun Kebutuhan Jumlah Penduduk (Ton) Sumatera Utara 1. 2. 3. 4. 5. 2009 2010 2011 2012 2013 54.936 13.248.386 53.480 12.982.204 78.932 13.103.596 78.932 13.215.401 83.256 13.326.307

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa kebutuhan cabai merah setiap tahunnya meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara.

(3)

Dalam ilmu ekonomi, penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa yang ingin dan dapat ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkat harga. Penawaran mencerminkan hubungan langsung antara harga dan kuantitas output. Kurva penawaran menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan dengan harga barang tersebut. Kurva penawaran suatu barang mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam hukum penawaran. Apabila keadaan lainnya tetap (ceteris paribus), maka jika harga suatu barang naik, jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah karena produsen berusaha menggunakan kesempatan untuk memperbesar keuntungannya. Sebaliknya, jika harga barang itu turun, jumlah barang yang ditawarkan akan berkurang karena produsen berusaha mengurangi kerugiannya (Antriayndarti, 2012).

Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dalam hal ini mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya sehingga penawaran terus meningkat. Tabel 2. Berikut memperlihatkan perkembangan luas tanam, luas panen, produktivitas, dan produksi cabai merah di Sumatera Utara tahun 2009-2013 :

Tabel 2. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Cabai Merah Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009-2013

No. Tahun Tanam Panen Produktivitas Produksi (Ha) (Ha) (Kw/Ha) (Ton) 1. 2009 13.055 14.588 85,29 124.422 2. 2010 14.120 16.768 92,26 154.694 3. 2011 15.356 18.345 107,83 197.810 4. 2012 13.694 17.651 111,84 197.409 5. 2013 14.704 17.166 94,34 161.939

(4)

Pada Tabel 2. Tampak jelas terlihat bahwa produksi cabai merah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tetapi pada tahun 2013 produksi cabai merah sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2012. Produksi cabai merah tahun 2012 sebesar 197.409, sedangkan produksi cabai merah tahun 2013 sebesar 161.939.

2.2 Penelitian Terdahulu

Dyah Anjarwani Rosoutami (2012) melakukan penelitian yang berjudul Permintaan Dan Penawaran Serta Fluktuasi Harga Cabai Rawit (Capsicum

Frutescens L.) Di Kabupaten Jember. Penelitian bertujuan untuk memberikan

informasi mengenai faktor yang mempengaruhi permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran serta menggambarkan grafik permintaan, penawaran, dan harga untuk mempermudah petani dalam melakukan usahatani cabai rawit dengan keuntungan maksimum. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive Method) di Kabupaten Jember, dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, metode korelasional, dan metode komparatif. Metode pengumpulan data yakni menggunakan data sekunder, dan metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda dan analisa cobweb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai rawit di Kabupaten Jember adalah harga cabai rawit, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita, (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaraan cabai rawit di Kabupaten Jember adalah harga cabai rawit waktu t-1, luas area tanam waktu t-1, dan biaya produksi waktu t-1, serta (3) Permintaan dan penawaran cabai rawit berpengaruh secara signifikan terhadap fluktuasi harga.

(5)

Tria Rosana Dewi (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Permintaan Cabai Merah (Capsicum annuum L) Di Kota Surakarta. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah dan menganalisis elastisitas permintaan cabai merah Di Kota Surakarta. Hasil analisis data dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 79,6 % yang berarti bahwa besarnya sumbangan variabel harga cabai merah besar, harga cabai merah keriting, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap variasi permintaan cabai merah besar di Kota Surakarta sebesar 79,6 %, sedangkan sisanya 20,4 % dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar variabel-variabel yang diteliti.

2.3 Landasan Teori

Dari sudut permintaan secara dominan berarti lebih banyak berbicara masalah pembeli (konsumen) terhadap produk baik berupa barang maupun jasa. Seberapa besar permintaan konsumen terhadap produk dapat diketahui dari tingkat harga dan jumlah produk yang diminta. Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Secara periode permintaan dari seorang individu atau masyarakat terhadap suatu barang ditentukan oleh antara lain harga barang yang dimaksud, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, harga barang lain atau substitusi, dan lain-lain. Analisis teori permintaan memfokuskan hubungan antara permintaan dan perubahan harga, sedangkan faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus) (Sarnowo dan Sunyoto, 2013).

(6)

Berdasarkan teori ini ditetapkan suatu aturan yang berlaku secara teoritis mengenai permintaan yang disebut hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa “jika harga turun, maka jumlah barang yang diminta cenderung meningkat, sebaliknya jika harga naik, maka jumlah barang yang diminta cenderung menurun, dengan asumsi faktor-faktor lain di luar harga konstan”. Andaikata faktor-faktor lain di luar harga mengalami perubahan katakanlah pendapatan konsumen meningkat, maka hukum permintaan tersebut tidak akan berlaku (Rasul, dkk., 2013).

P P1 P2 Q1 Q2 Q D Gambar 1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Pada Gambar 1. diatas misalkan harga produk per unit semula sebesar P1 dengan jumlah permintaan produk sebesar Q1. Ketika harga produk per unit diturunkan menjadi P2, maka jumlah permintaan produk menjadi sebesar Q2. Perubahan harga dari P1 ke P2 sebesar ∆P, dan perubahan jumlah produk yang diminta dari Q1 Ke Q2 sebesar ∆Q. Perbandingan perubahan harga (∆P) dan perubahan jumlah produk yang

(7)

diminta (∆Q) disebut koefisien arah atau gradien (slope) (Sarnowo dan Sunyoto, 2013).

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, apabila terdapat perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan atau ke kiri. Kurva permintaan akan bergeser apabila perubahan itu ditimbulkan oleh perubahan faktor bukan harga, misalnya perubahan pendapatan pembeli. Apabila faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, kenaikan pendapatan ini akan menaikkan permintaan, yaitu pada setiap tingkat harga jumlah yang diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan seperti ini digambarkan oleh perpindahan kurva permintaan dari kurva DD menjadi D1D1.

D2 D D1 Harga A2 A A1 P D1 D D2 0 Q2 Q Q1 Kuantitas

(8)

Titik A menggambarkan bahwa pada harga P, jumlah yang diminta adalah Q sedangkan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta

adalah Q1. Dapat dilihat bahwa Q1 > Q dan berarti kenaikan pendapatan

menyebabkan pada harga P permintaan bertambah sebesar Q1. Itu menunjukkan

bahwa apabila kurva permintaan bergerak ke sebelah kanan, maka perpindahan itu menunjukkan pertambahan dalam permintaan. Sebaliknya pergeseran kurva permintaan ke sebelah kiri, misalnya menjadi D2D2, berarti bahwa permintaan

telah berkurang. Sebagai akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang yang diminta adalah Q2. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A2 (Sukirno, 2009).

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan yaitu : 1. Harga barang itu sendiri

Naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga (Djojodipuro, 1991).

Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah barang yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan (Pracoyo dan Pracoyo, 2006).

(9)

2. Jumlah Penduduk

Penduduk walaupun tidak berpendapatan pasti harus memenuhi minimal kebutuhan atas makanan, minuman dan pakaian. Bertambahnya jumlah bayi dan anak-anak dapat meningkatkan penjualan susu dan jasa hiburan di tempat pariwisata. Dengan demikian penduduk berhubungan positif dengan penjualan produk dan jasa perusahaan (Rasul, dkk., 2013).

Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut (Sugiarto, dkk., 2000).

Pertambahan jumlah penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan jumlah penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan (Sukirno, 2009).

3. Pendapatan

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyrakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, barang tersebut dinamakan barang normal (Setiadi, 2003).

(10)

Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Ini terjadi, bila barang yang dimaksud adalah barang normal. Apabila jenis barang yang dimaksud adalah barang yang berkualitas rendah maka dengan adanya kenaikan pendapatan, konsumen justru akan mengurangi permintaan terhadap barang tersebut (Pracoyo, 2006).

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual) pada suatu pasar tertentu pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat disederhanakan sebagai faktor non harga (Rahardja dan Manurung, 2004).

Apabila beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran di atas dianggap tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap, ongkos dan biaya produksi relatif tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya dianggap tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga, artinya besar kecilnya perubahan penawaran dideterminasi/ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap jumlah barang yang ditawarkan (penawaran). Sebagaimana konsep asli dari penemunya Alfred Marshall, maka perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran itu disebut sebagai Hukum Penawaran (Putong, 2005).

Dalam hukum penawaran, pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan oleh pedagang. Sebaliknya,

(11)

makin rendah harga barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh pedagang/produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :

Px S P3 P2 P1 Q1 Q2 Q3 Qx

Gambar 3. Kurva Penawaran

Seperti halnya perubahan permintaan, penawaran juga dapat mengalami perubahan. Perubahan jumlah yang ditawarkan sebagai akibat perubahan harga terjadi pada sepanjang kurva penawaran. Gambar 3. memperlihatkan hal tersebut. Akibat kenaikan harga barang P2 ke P3 menyebabkan jumlah yang ditawarkan

semakin meningkat dari Q2 ke Q3. Jadi, perubahan jumlah yang ditawarkan terjadi

pada sepanjang kurva penawaran (Joesron dan Fathorrozi, 2003).

Seperti halnya dalam analisis mengenai permintaan, dalam analisis mengenai penawaran perlu dibedakan antara pengertian gerakan sepanjang kurva penawaran dan pergeseran kurva penawaran. Perubahan harga menimbulkan gerakan

(12)

sepanjang kurva penawaran. Sedangkan perubahan faktor-faktor lain di luar harga menimbulkan pergeseran kurva tersebut.

Harga S2 S S1 P A2 A A1 P1 B S2 S S1 0 Q3 Q1 Q Q2 Kuantitas

Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat pula berlaku sebagai akibat dari pergeseran kurva penawaran. Pergeseran dari SS menjadi S1S1 atau S2S2

menggambarkan perubahan penawaran. Pergeseran kurva penawaran dari SS menjadi S1S1 menyebabkan jumlah yang ditawarkan bertambah dari Q menjadi Q2

walaupun harga tetap sebesar P. Keadaan ini ditunjukkan oleh titik A1. Pergeseran

SS menjadi S2S2 menggambarkan pengurangan penawaran. Sebagai akibat

daripada pergeseran tersebut, seperti ditunjukkan oleh titik A2, pada harga P

sekarang hanya sebanyak Q3 yang ditawarkan para penjual, berbanding dengan

(13)

Ada beberapa variabel yang mempengaruhi penawaran, yaitu : 1. Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum penawaran, yang menjelaskan sifat hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan penjual. Hukum penawaran menyatakan “Semakin tinggi harga suatu barang, ceteris paribus, semakin banyak jumlah barang tersebut yang ingin ditawarkan oleh penjual, dan sebaliknya”. Dari hukum penawaran tersebut tampak bahwa perubahan harga terhadap penawaran mempunyai arah yang sama (Rahardja dan Manurung, 2004).

2. Harga Input Produksi

Input adalah semua barang dan jasa yang dipakai perusahaan untuk menghasilkan output ialah bahan-bahan (materials), tenaga kerja, mesin-mesin, ceteris paribus, makin tinggi harga input yang dipakai dalam produksi suatu komoditi, makin kecil keuntungan yang diperoleh dari produksi komoditi-komoditi tersebut. Karena itu orang mengira bahwa makin tinggi harga input yang dipakai perusahaan, makin kecil jumlah yang akan diproduksi perusahaan untuk dijual pada setiap harga komoditi. Kenaikan dalam harga input akan menggeser kurva penawaran ke kiri, yang menunjukkan bahwa makin sedikit jumlah yang ditawarkan pada setiap harga tertentu. Penurunan dalam biaya input akan menggeser kurva penawaran ke kanan (Kadariah, 1994).

(14)

3. Luas Panen

Luas panen merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran atau tingkat produksi suatu barang. Apabila luas suatu areal panen tidak dapat memenuhi produksi suatu barang, maka barang yang diproduksi pun tidak dapat memenuhi jumlah permintaan yang diminta oleh masyarakat. Maka luas panen merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan.

Model Cobwebb Dalam Analisis Keseimbangan Permintaan Dan Penawaran Menurut Simatupang (1995), model dinamis memakai waktu sebagai variabel independen (bebas/berpengaruh). Apabila ingin mempersoalkan waktu yang berhubungan dengan sesuatu gerakan kearah keseimbangan, maka secara eksplisit hal tersebut akan memperkenalkan waktu ke dalam sistem yang bersangkutan. Oleh sebab itu, hal tersebut bekerja dengan sebuah model dinamis (dynamic

model). Dalam analisis dinamis, penawaran tidak hanya ditentukan oleh

peubah ekonomi pada waktu yang sama, melainkan juga ditentukan oleh peubah-peubah pada waktu sebelumnya (Chiang, 2005).

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam model dinamis dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Misalnya, sistem permintaan yang diwakili oleh persamaan deret waktu y = f(t), dengan berubahnya waktu, permintaan juga akan berubah. Model dinamis mempunyai dua ciri. Pertama adalah sifatnya yang dinamis, terjadi perubahan kuantitas dengan berubahnya waktu. Ciri kedua adalah terdapatnya umpan balik. Model dinamis mendekati permasalahan dengan mengamati proses umpan balik yang berada dibelakang semua perubahan yang teramati. Apabila

(15)

dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, maka dalam model dinamis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran akan dipengaruhi oleh perubahan waktu, yaitu subskrip waktu digeser satu periode ke belakang (Simatupang, 1995).

Salah satu model dinamis yang sederhana adalah model Cobweb (teori sarang laba-laba). Teorema sarang laba-laba (Teori Cobwebb) adalah model dinamis harga dan penentuan output yang mengasumsikan bahwa pemasok mendasarkan keputusan output mereka pada harga yang diterima pada periode waktu sebelumnya. Model Cobweb memiliki fungsi permintaan yang tidak ketinggalan (unlagged) dan fungsi penawaran yang ketinggalan (lagged) (Chiang, 2005). Sebagai contoh, dalam Swastika (1999) permintaan secara dinamis dipengaruhi oleh harga komoditi tahun sekarang, pendapatan perkapita tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang. Penawaran dipengaruhi oleh harga komoditi tahun sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan luas areal tahun sebelumnya.

Analisis keseimbangan cobweb mencoba menjelaskan bagaimana perubahan kondisi keseimbangan, bila terjadi perubahan harga atau hal-hal yang mempengaruhi keseimbangan tersebut. Menurut Setiawan (2010), teori cobweb (sarang laba-laba) terjadi pada produk pertanian karena berfluktuasi pada musim ke musim, reaksi terlambat (time lag) dari produsen terhadap harga. Teori Cobweb menjelaskan siklus harga dan produksi yang naik turun dalam jangka waktu tertentu, yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 siklus yaitu:

(16)

1. Siklus yang mengarah pada fluktuasi yang jaraknya tetap. P S 30 (1) 20 (4) (2) 10 (3) D 10 20 30

Gambar 5. Teori Cobweb yang Menuju Fluktuasi yang Jaraknya Tetap

Pada gambar 5, harga keseimbangan adalah 20, dan jumlah keseimbangan adalah juga 20. Tiba-tiba karena suatu sebab, misalnya adanya penyakit, jumlah yang dipasarkan turun menjadi 10 dan ini mendorong harga naik menjadi Rp 30. Pada harga ini produsen mulai menambah produksi barangnya, sehingga akan dihasilkan jumlah barang yang lebih banyak (30) yang sampai kepasar menyebabkan jatuhnya lagi harga menjadi Rp 20, harga yang jatuh ini mendorong pengurangan produksi menjadi 20 lagi dan seterusnya siklus berputar lagi.

(17)

2. Siklus yang mengarah pada titik keseimbangan P S (1) 30 20 (3) (2) 15 D 17,5 25 Q 10 20

Gambar 6. Teori Cobweb yang Menuju Titik Keseimbangan

Pada gambar 6, harga keseimbangan adalah sama yakni Rp 20. Namun begitu setelah periode I harga naik menjadi Rp 30, maka produksi diperbesar tetapi tidak sebesar pada gambar 5 melainkan hanya 25. Ini menyebabkan harga turun tetapi juga tidak sebesar gambar 5 melainkan hanya Rp 15. Penurunan ini juga menyebabkan produsen juga memperkecil produksinya (17,5) lagi dan demikian seterusnya. Pada kasus ini keseimbangan konvergen atau menuju keseimbangan, artinya kurva permintaan lebih landai dibandingkan dengan kurva penawaran.

(18)

3. Siklus yang mengarah pada eksplosi harga, yaitu yang berfluktuasi dengan jarak yang makin membesar

P 1 S 30 20 3 2 5 D 8 10 20 34 Q

Gambar 7. Teori Cobweb yang Menuju Eksplosi Harga

Pada gambar 7, kurva penawaran elastis sekali sehingga penambahan produksi sebagai reaksi atas kenaikan harga relatif besar dan ini menyebabkan siklus menjurus kearah eksplosi. Pada kasus ini keseimbangan divergen atau menjauhi keseimbangan, artinya kurva penawaran lebih landai dibandingkan dengan kurva permintaan.

Ketiga kondisi keseimbangan model cobweb diatas merupakan perilaku dan respon petani pada umumnya. Serupa dengan kasus/kondisi di atas, perilaku dan reaksi petani yang ada di Indonesia juga begitu. Jika harga komoditas x naik maka petani menjadi terlalu optimis dan petani di seluruh desa serentak menanam tanaman x dengan harapan harga akan terus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga x jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada petani yang menanam tanaman x musim berikutnya. Dan ini menyebabkan harga tanaman x naik tinggi sekali pada

(19)

musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan ke pasar sangat sedikit (Setiawan, 2010).

Keputusan output produsen harus dibuat satu periode lebih awal dari penjualan aktual. Seperti dalam produksi pertanian, dimana penanaman harus mendahului dalam waktu yang cukup panjang dari panen dari penjualan hasil. Dalam model Cobweb diasumsikan bahwa keputusan produksi pada periode t+1 (akan dating) didasarkan pada harga Pt yang berlaku sekarang. Jadi diperoleh fungsi penawaran yang “ketinggalan” atau lagged.

Qs,t + 1 = S(Pt)………(1)

Atau secara ekuivalen, dengan menggeser kebelakang subskrip waktu dalam satu periode.

Qst = S(Pt-1)……… .(2) Dalam kajian ini, penawaran cabai merah tahun sekarang (tahun t) dipengaruhi oleh harga cabai merah tahun sebelumnya, harga input produksi tahun sebelumnya, dan luas panen cabai merah pada tahun sebelumnya. Sehingga fungsi penawaran (1) dan (2) berubah menjadi :

Qst+1 = f(Pt,Pu,Pzt,Ps,Lt) atau Qst = f(Pt-1,Put-1,Pzt-1,Pst-1,Lt-1)……...(3) Seperti halnya penawaran, permintaan dapat ditunjukan dalam bentuk fungsi matematika yang merupakan fungsi dari berbagai faktor. Dalam kajian ini, permintaan cabai merah tahun sekarang (tahun t) ditentukan oleh harga cabai merah tahun sekarang, jumlah penduduk tahun sekarang, dan pendapatan tahun sekarang. Sehingga fungsi permintaan sebagai berikut.

(20)

Suatu pasar akan mengalami keseimbangan jika jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Keseimbangan dalam analisis penawaran dan permintaan terjadi jika Qs = Qd

2.4 Kerangka Pemikiran

Permintaan pasar (konsumen) terhadap produk cabai cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi. Potensi pasar cabai juga dapat dilihat dari segi harga, naik turunnya harga barang/jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan bahwa kuantitas yang diminta berhubungan negatif (negatively related) dengan harga. Peningkatan jumlah penduduk dan pendapatan per kapita juga akan meningkatkan kebutuhan cabai. Pertambahan penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan akan permintaan suatu komoditi karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditi tersebut. Begitu juga dengan pendapatan. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorang/masyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang.

Permintaan cabai merah dipengaruhi oleh harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan. Variabel-variabel ini akan diteliti seberapa besar variabel-variabel mempengaruhi permintaan cabai merah.

Penawaran adalah jumlah barang dan atau jasa yang ingin dan dapat ditawarkan produsen di pasar pada berbagai tingkat harga. Jika harga suatu barang naik, maka

(21)

produsen cenderung akan menambah jumlah barang yang dihasilkan. Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dalam hal ini mendorong para produsen/pedagang untuk meningkatkan hasil produksinya sehingga penawaran terus meningkat. Luas panen merupakan salah satu faktor utama dalam memenuhi produksi suatu barang yang ditawarkan.

Penawaran cabai merah dipengaruhi oleh harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) dan luas panen cabai merah. Variabel-variabel ini akan diteliti seberapa besar variabel-variabel mempengaruhi penawaran cabai merah.

(22)

Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran penelitian ini: Keterangan : Menyatakan Pengaruh

Gambar. 8 Skema Kerangka Pemikiran Permintaan dan Penawaran Cabai Merah

Ekuilibrium Variabel-variabel yang mempengaruhi

permintaan :

1) Harga Cabai Merah Tahun Sekarang 2) Jumlah Penduduk Tahun Sekarang 3) Pendapatan Per Kapita Tahun

Sekarang

Variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran :

1) Harga Cabai Merah Tahun Sebelum 2) Harga Pupuk (Urea, ZA, dan SP-36)

Bersubsidi Tahun Sebelum 3) Luas Panen Cabai Merah Tahun

Sebelum

Penawaran Permintaan

(23)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang diuraikan maka diajukan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut :

1) Variabel harga cabai merah, jumlah penduduk, dan pendapatan berpengaruh nyata terhadap permintaan cabai merah.

2) Variabel harga cabai merah, harga pupuk (Urea, ZA, SP-36) bersubsidi dan luas panen cabai merah berpengaruh nyata terhadap penawaran cabai merah. 3) Permintaan dan penawaran cabai merah adalah konvergen atau mengarah pada

titik keseimbangan.

Gambar

Gambar 2. Pergeseran Kurva Permintaan
Gambar 4. Pergeseran Kurva Penawaran
Gambar 5. Teori Cobweb yang Menuju Fluktuasi yang Jaraknya Tetap
Gambar 6. Teori Cobweb yang Menuju Titik Keseimbangan

Referensi

Dokumen terkait

1) Sebagai fasilitas melakukan interakasi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual - belikan. 3) Pasar

Sedangkan menurut pendapat lain dalam kajian ekonomi, pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang atau

Permintaan pasar merupakan jumlah total suatu barang yang ingin dibeli oleh setiap konsumen pada setiap tingkat harga, atau dengan kata lain merupakan penjumlahan

Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat memengaruhi harga dan

dasarnya harga saham terbentuk dari interaksi antara penjual dan pembeli yang terjadi di lantai bursa yang bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang

Teori penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi, adalah penggambarkan atas hubungan-hubungan di pasar, antara para calon pembeli dan penjual dari suatu barang. Model

Harga berubah dari waktu ke waktu, pendapatan nasional yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku pada tahun barang dan jasa tersebut diproduksi, dijual ke pasar

Muawanah, 2017 2.5 Kurva Permintaan dan Penawaran Linear 2.5.1 Kurva Permintaan Fungsi permintaan yang mencerminkan perilaku konsumen di pasar dimana sifat yang berlaku yaitu