• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH CENTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH CENTER"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH

CENTER

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CENDRAWASIH

OLEH :

FATH MUBARAQ BACHTIAR 105421105116

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sarjana kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

v RIWAYAT HIDUP

Nama : Fath Mubaraq Bachtiar

Ayah : Bachtiar Sitaba

Ibu : ST. Maisarah Alwany

Tempat/Tanggal Lahir : Ujungpandang, 19 Desember 1996

Alamat : Perumahan Mangasa Permai Blok P no. 7, Jl. Skarda N2, Makassar

No. HP : 082195340424

Email : fathm93@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

• SD Negeri Ikip 1 Makassar (2002-2008)

• SMP Negeri 3 Makassar (2008-2011)

(8)

vi KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita ridho dan rahmat-Nya hingga saat ini, serta salam dan shalawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita umatnya dari zaman yang penuh kejahiliyahan menuju zaman yang terang benderang akan kecerdasan seperti sekarang ini, sehingga penulis dapat melangsungkan serta menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Aktivitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih”, sebagai salah satu syarat yang diperlukan untuk mencapai gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini izinkan penulis untuk memberikan penghormatan serta ucapan terima kasih kepada Ibunda drg. Sitti Maisarah Alwany dan Ayahanda Bachtiar Sitaba, S.H yang dengan sabar dan tabah telah memberikan do’a dan motivasi yang besar sehingga penulis mampu menyelesaikan Skripsi ini.

Hormat dan terima kasih secara khusus penulis berikan kepada dr. Amy Febriza, M.Kes. selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing serta memberikan arahan bahkan koreksi kepada penulis hingga skripsi ini selesai.

Demikian daripada itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

(9)

vii 1. dr. H. Machmud Ghaznawi Sp. PA(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Juliani Ibrahim, Ph.D selaku dosen Metodologi Penelitian yang telah sabar dan ingin menyempatkan waktunya untuk membimbing skripsi ini hingga selesai.

3. Kepala Puskesmas Cendrawasih beserta staf dan jajarannya, yang telah menerima dan memberikan kesempatan serta membantu penulis pada saat melakukan penelitian di Wilayah Puskesmas Cendrawasih.

4. drg. Muthia Mutmainnah Bachtiar, dr. Nurul qalbi Bachtiar, dan Hadiid Afief Bachtiar yang telah membantu selama penelitian dan juga motivasi kepada penulis hingga skripsi diselesaikan.

5. Teman-teman angkatan 2016 (Rauvolfia) yang telah memberikan motivasi dan juga dukungan penuh selama penelitian ini berjalan.

6. Semua pihak yang telah banyak membantu penyelesaian penelitian serta penulisan skripsi yang tidak dapat dituliskan satu-persatu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi nilai ibadah disisi-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan juga saran.

Makassar, 20 Februari 2020

(10)

viii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, Februari 2020

FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116) dr. Ami Febriza, M.Kes.

“HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS CENDRAWASIH”

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.

TUJUAN : Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik yang sehat dengan angka kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. METODE : Penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara “Case control”. Setelah itu data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square pada program SPSS ver.15.

HASIL : Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas Cendrawasih responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (62%) dan untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 30 orang (38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi dengan aktivitas fisik berat sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik

berat yaitu 35 orang (68.6%).

KESIMPULAN : Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik

terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. KATA KUNCI : Aktivitas Fisik, Hipertensi.

(11)

ix MEDICAL FACULTY AND HEALTH SCIENCE

MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY Thesis, February 2020

FATH MUBARAQ BACHTIAR (105421105116) dr. Ami Febriza, M.Kes.

"THE RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION AT THE CENDRAWASIH PUBLIC HEALTH CENTER"

ABSTRACT

BACKGROUND: Until now, hypertension is still a big challenge in Indonesia. Imagine, hypertension is a condition that is often found in primary health care services. This is a health problem with a high prevalence, which is 25.8%, according to the 2013 Riskesdas data. In addition, hypertension control is not adequate even though effective medicines are widely available.

OBJECTIVE: To find out the relationship between healthy physical activity and the incidence of hypertension cases at the Cendrawasih Health Center. METHODS: This research is a type of Observation Analytical research sourced from data received based on a questionnaire distributed to hypertensive and non-hypertensive patients at Cendrawasih Health Center, Makassar City, South Sulawesi Province. The approach in this study was carried out by means of "Case control". After that the data were analyzed using the Chi Square test in the SPSS

program ver.15.

RESULTS: Based on the results of research obtained at the Cendrawasih Public Health Center of hypertension respondents with mild physical activity as many as 49 people (62%) and for non-hypertensive respondents with mild physical activity as many as 30 people (38%). While respondents who had hypertension with heavy physical activity were 16 people (31.4%) and non-hypertensive respondents with heavy physical activity were 35 people (68.6%).

CONCLUSION: There is a significant relationship between physical activity and the incidence of hypertension in the Cendrawasih Health Center.

(12)

x DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PERNYATAAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK... ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang... ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 6 1.3. Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1. Tujuan Umum ... 6 1.3.2.Tujuan Khusus ... 6 1.4. Manfaat Penelitian ... 7

(13)

xi

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ... 7

1.4.2. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan ... 7

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Hipertensi ... 8

2.1.1. Definisi ... 8

2.1.2. Epidemiologi ... 9

2.1.3. Etiologi ... 13

2.1.4. Patofisiologi ... 16

2.1.5. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi... 20

2.1.6. Manifestasi Klinik ... 24

2.1.7. Komplikasi ... 25

2.2. Aktivitas Fisik ... 28

2.3. Tinjauan Islam ... 29

2.4. Kerangka Teori... 31

BAB III Kerangka Konsep ... 32

3.1. Konsep Pemikiran ... 32

(14)

xii

3.2.1. Pengetahuan Aktivitas Fisik ... 32

3.2.2. Pasien Hipertensi ... 33

3.2.3. Pasien Non Hipertensi ... 33

3.3. Hipotesis ... 34

BAB IV Metode Penelitian ... 35

4.1. Desain Penelitian ... 35

4.2. Tempat dan Waktu Penelitin ... 35

4.2.1.Tempat ... 35

4.2.2. Waktu ... 35

4.3. Populasi dan Sampel ... 35

4.3.1. Populasi ... 35

4.3.2. Sampel ... 35

4.3.3. Besar Sampel ... 37

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 38

4.5. Teknik Pengambilan Sampel ... 38

4.6. Teknik Pengumpulan Data ... 39

4.6.1. Jenis Data ... 39

4.6.2. Sumber Data ... 39

(15)

xiii

4.6.4. Prosedur Pengambilan Data ... 39

4.7. Alur Penelitian ... 41

4.8. Teknik Anilisis Data ... 42

4.9. Etika Penelitian... 43

BAB V Hasil Penelitian ... 45

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

5.2. Tabel Analisis Univariat ... 46

5.3. Tabel Analisis Bivariat ... 49

BAB VI Pembahasan ... 51

6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi ... 51

6.2. Kajian Islam ... 52

BAB VII Kesimpulan dan Saran ... 61

7.1. Kesimpulan ... 61

7.2. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(16)

xiv Daftar Tabel

Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressere Guidline...8

Tabel 2.2. Rekapitulasi PTM Hipertensi Kota Makassar 2019...12

Tabel 5.2.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur...46

Tabel 5.2.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin...46

Tabel 5.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan...47

Tabel 5.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik...48

Tabel 5.2.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi...48

(17)

xv Daftar Gambar

Gambar 2.1. Komplikasi Hipertensi yang Tidak Diobati Mencapai Target...27

Gambar 2.2. Kerangka Teori...31

Gambar 3.1. Konsep Pemikiran...32

(18)
(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia.(1)

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang harus untuk diketahui oleh masyarakat umum, karena tingkat prevalensi yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya memiliki konsekuensi tertentu. Selain itu, hipertensi cukup banyak ditemukan dalam praktek sehari-hari. Sejalan dengan kemajuan dan modernisasi kejadian hipertensi akan terus bertambah, bahkan data-data menunjukkan bahwa dewasa ini lebih kurang 10% penduduk Indonesia menderita hipertensi dimana sebagian besar dari penderita tidak diketahui penyebab hipertensinya. Kerusakan organ tubuh akibat hipertensi seperti penyakit jantung koroner dan perdarahan otak merupakan penyebab utama kematian pada penderita hipertensi. Menurut Kaplan, studi Framingham menunjukkan bahwa penderita hipertensi laki-laki tua di atas 65 tahun akan mendapat 2-3 kali kemungkinan penyakit jantung koroner dengan kematian 50% dalam waktu 5 tahun dan 6 kali

(20)

2 mendapatkan stroke dibandingkan dengan orang yang normotensi. Selain penyakit jantung banyak kerugian yang diderita manusia akibat hipertensi misalnya kegagalan ginjal, kerusakan pada mata, kelumpuhan akibat serangan pada otak. Menurut Moerdowo (1984), 7% dari wanita hamil menderita toksemia gravidarum yang ditandai dengan adanya hipertensi berat, proteinuria dan udema kaki. Penyakit ini berakibat fatal bagi ibu dan anak yang dikandungnya.(2)

Hipertensi merupakan suatu kondisi medis yang kronis ketika tekanan darah meningkat di atas tekanan darah yang disebut normal, yaitu nilai sistolik >140 mmHg dan nilai diastolik > 90 mmHg. Hipertensi diakibatkan karena banyaknya faktor yang mempengaruhi dan dapat berlangsung dengan cepat ataupun menjadi perlahan. Beberapa penyebab hipertensi yaitu seperti usia, stress, obesitas, merokok, alkohol, kelainan pada ginjal dan yang lainnya.(3)

Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, yaitu sekitar 17 juta kematian per tahun. Jumlah prevalensi tersebut yang penyumbang angka tertinggi adalah penyakit hipertensi dengan jumlah 9,4 juta kematian per tahun. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45% terhadap komplikasi akibat penyakit jantung (WHO, 2013). Jumlah total orang dewasa dengan hipertensi pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 1,56 miliar. Mengidentifikasi karakteristik dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi penyebab hipertensi penting bagi kesehatan masyarakat dan kedokteran klinis.(4)

Berdasarkan dari hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk yang berusia 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia berkisar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi dengan tertinggi berada di

(21)

3 Kalimantan Selatan (39,6%) dan adapun yang terendah yaitu di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dilakukan perbandingan dengan hasil pada tahun 2013 terjadi adanya penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam penyebab, misalnya alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri.(1)

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk di Amerika

berumur diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga

74,5 juta jiwa, namun sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi dapat disebut silent killer karena gejalanya dapat bervariasi pada

masing-masing individu dan hampir serupa dengan gejala penyakit yang lainnya.

Gejala-gejalanya berupa sakit kepala/rasa berat di belakang leher, pandangan

berputar (vertigo), jantung berdebar-debar, cepat Ielah, penglihatan kabur, telinga

berdenging (tinnitus), dan mimisan.

Hingga saat ini, hipertensi masih merupakan suatu tantangan besar yang ada

di Indonesia. Bagaimana tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering

ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah

(22)

4 Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun

obat-obatan yang efektif banyak tersedia.(1)

Sampai dengan bulan Desember 2016, data menunjukkan prevalensi

penduduk usia >15 tahun dengan tekanan darah tinggi di Sulawesi Selatan sebesar

20,85%, diakui memang kondisi ini belum mencapai target (19,84%) namun

capaian ini menurun bila dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yaitu 28%.

Penurunan ini bisa terjadi karena berbagai macam faktor antara lain faktor alat

pengukur tensi yang berbeda ataupun masyarakat mulai sadar akan bahaya penyakit

hipertensi. Melalui program pendekatan keluarga sehat diharapkan dapat membantu

menekan prevalensi pada penyakit ini dan mengubah pola hidup masyarakat baik

pola konsumsi dan gaya hidup sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.(5)

Kesehatan itu mahal harganya sehingga tidak seorangpun ingin sakit. Tetapi, seringkali penyakit datang dengan tiba-tiba hanya karena manusia lalai menjaga kesehatan. Tanpa disadari, terkadang pola hidup sehari-hari dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit. Pola hidup sehat merupakan kebiasaan hidup yang berpegang pada prinsip menjaga kesehatan. Menjalani pola hidup sehat merupakan pekerjaan yang tidak mudah.(6)

Aktivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energi. Aktivitas fisik yang cukup pada orang dewasa dapat menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung koroner, stroke, diabetes, dan kanker.(7)

Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

(23)

5 hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarganya sendiri.(3)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,

ًءاَفَش ُهَل َلَزْنَأ الَِّإ ًءاَد ُالله َلَزْنَأ اَم

Artinya :

“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya” (HR. Bukhari)

Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,

ازَع ِالله ِنْذِإِب َأَرَب ،َءاادلا ُءا َوادلا َباَصَأ اَذِإَف ،ٌءا َوَد ٍءاَد ِِّلُكِل

الَج َو

Artinya :

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim).(8)

(24)

6 Ini merupakan metode para ulama ahlussunnah wal jama’ah dalam menjawab pertanyaan. Sebelum dirinci, disebutkan terlebih dahulu dalil secara umum. Bahwa setiap penyakit ada obatnya dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi kita tidak perlu khawatir. Penyakit dalam urusan-urusan badan manusia saja Allah turunkan obatnya, apalagi penyakit hati yang berhubungan dengan benarnya keimanan seseorang yang mempengaruhi cinta, takut dan berharapnya kepada Allah. Tidak mungkin Allah meluputkan bagi manusia.(9)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan juga lebih memahami hubungan aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tentang aktivitas fisik dengan angka kejadian kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui intensitas aktivitas fisik pada pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih

2. Untuk mengetahui angka kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

(25)

7 3. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik yang sehat dengan

kasus hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Untuk lebih memahami betapa pentingnya hubungan aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi serta menerapkan hasil penelitian dan disiplin ilmu yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2. Bagi Petugas Kesehatan

Dengan adanya penelitian ini, petugas kesehatan dapat meningkatkan promosi kesehatan dan juga penyuluhan ke masyarakat terkait betapa pentingnya aktivitas fisik yang sehat pada pasien hipertensi.

1.4.3. Bagi Masyarakat

dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat menambah wawasan terkait pentingnya penerapan aktivitas fisik yang sehat bagi masyarakat penderita hipertensi ataukah tidak menderita sama sekali.

(26)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. HIPERTENSI 2.1.1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang. Meningkatnya tekanan darah yang berlangsung dalam durasi waktu yang lama (persisten) dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner), dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dilakukan deteksi dini dan mendapatkan pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah yang tidak terkontrol dan angkanya terus meningkat. Oleh karena itu, penanganan dari semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.(1)

Type of Blood Pressure Systolic (mmHg) Diastolic (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hypertension 120-139 80-89

(27)

9

Hypertension Stage 2 ≥160 ≥100

Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressure Guidline

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah melebihi normal. Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti; sampai suatu waktu terjadi komplikasi jantung, otak, ginjal, mata, pembuluh darah, atau organ-organ vital lainnya. Namun demikian penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi masyarakat. Pola hidup sehat dan pola makan sehat merupakan pilihan tepat untuk menjaga diri terbebas dari hipertensi. Semuanya dilakukan secara terus menerus, tidak boleh temporer. Sekali kita lengah menjaga diri dengan tidak mengikuti pola hidup sehat, dipastikan kita akan mudah terkena hipertensi dan penyakit lainnya.(10)

2.1.2. Epidemiologi

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya. Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari

(28)

10 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) tahun 2017 menyatakan tentang faktor risiko penyebab kematian prematur dan disabilitas di dunia berdasarkan angka Disability Adjusted Life Years (DAILYs) untuk semua kelompok umur. Berdasarkan DAILYs tersebut, tiga faktor risiko tertinggi pada laki-laki yaitu merokok, peningkatan tekanan darah sistolik, dan peningkatan kadar gula, sedangkan faktor risiko pada wanita yaitu peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar gula darah dan IMT tinggi, menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur. Sedangkan berdasarkan data International Health Metrics Monitoring and Evaluation (IHME) tahun 2017 di Indonesia, penyebab kematian pada peringkat pertama disebabkan oleh stroke, diikuti dengan penyakit jantung iskemik, diabetes, tuberkulosa, sirosis, diare, PPOK, alzheimer, infeksi saluran napas bawah, dan gangguan neonatal serta kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di

(29)

11 Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%).

Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita hipertensi tidak minum obat antara lain karena penderita hipertensi merasa sehat (59,8%), kunjungan tidak teratur ke fasyankes (31,3%), minum obat tradisional (14,5%), menggunakan terapi lain (12,5%), lupa minum obat (11,5%), tidak mampu beli obat (8,1%), terdapat efek samping obat (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di Fasyankes (2%).

Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.(11)

(30)

12

NO NAMA PUSKESMAS JUMLAH KUNJUNGAN KEMATIAN

BARU LAMA 1 ANTARA 231 935 2 ANTANG 575 1261 3 ANTANG PERUMNAS 378 1135 4 ANDALAS 192 695 5 BATUA 376 1809 6 BALLAPARANG 1167 1634 7 BULUROKENG 0 0 8 BANGKALA 81 830 9 BIRA 343 1017 10 BAROMBONG 191 312 11 BARA-BARAYYA 289 585 12 CENDRAWASIH 77 1317 13 DAHLIA 159 378 14 JONGAYA 18 948 15 JUMPANDANG BARU 21 1639 16 KALBOD 2531 1313 17 KARUWISI 222 820 18 KASSI-KASSI 1833 11676 19 KAPASA 475 693 20 MAMAJANG 52 989 21 MACCINI SAWAH 105 706 22 MANGASA 168 1789 23 MARADEKAYA 57 845 24 MAKKASAU 231 1688 25 MALBAR 94 1113 26 MACCINI SOMBALA 28 28 27 MINASA UPA 118 1417 28 PANAMBUNGAN 45 571 29 PATTINGALOANG 214 1006 30 PERTIWI 491 649 31 PAMPANG 118 1109 32 PACCERAKKANG 7 1664 33 P. BARANGLOMPO 0 0 34 P. KODINGARENG 410 593 35 RAPPOKALLING 375 1427 36 SUDIRA 164 1377 37 SUDIANG 230 2559 38 TAMALATE 1630 2096 39 TARAKAN 22 245 40 TABARINGAN 401 1141 41 TAMANGAPA 172 638 42 TAMMAUNG 108 8766

(31)

13

43 TAMALANREA 161 1349

44 TODDOPULI 18 385

45 TAMALANREA JAYA 185 302

46 LAYANG 0 0

Tabel 2.2 Rekapituasi PTM Hipertensi Kota Makassar tahun 2019 2.1.3. Etiologi

Penyebab yang mendasari 90% kasus hipertensi tidak diketahui. Hipertensi semacam ini dikenal sebagai hipertensi primer (esensial atau idiopatik). Hipertensi primer adalah suatu kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh beragam penyebab yang tidak diketahui dan bukan suatu entitas tunggal. Orang yang dapat memperlihatkan kecenderungan genetik yang kuat mengidap hipertensi primer, yang dapat dipercepat atau diperburuk oleh faktor kontribusi misalnya kegemukan, stress, merokok, atau kebiasaan makan. Perhatikanlah berbagai kemungkinan potensial bagi hipertensi primer yang saat ini sedang diteliti. (10)

Faktor resiko hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stress, penggunaan estrogen. Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

a). Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan

(32)

14 kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. b). Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Terdapat jenis hipertensi yang lain:

1. Hipertensi Pulmonal

Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasarkan penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean" tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat

(33)

15 istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pada jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru.

2. Hipertensi pada Kehamilan

Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu:

a). Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan atau keracunan kehamilan (selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

b). Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.

c). Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

d). Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.

Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena

(34)

16 faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

2.1.4. Patofisiologi

Hipertensi primer merupakan penyakit yang bukan hanya disebabkan oleh satu macam mekanisme, akan tetapi bersifat multifaktorial, yang timbul akibat dari interaksi dari berbagai macam faktor resiko. Berbagai faktor dan mekanisme tersebut antara lain : faktor genetik dan lingkungan, mekanisme neural, renal, hormonal, dan vaskular.

1. Faktor resiko antara lain : Diet dan asupan garam, stress, ras, obesitas, merokok, dan genetik.

2. Mekanisme neural : Aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis mempunyai peranan penting pada awal terjadinya hipertensi primer. Pada awalnya terjadi peningkatan denyut jantung, curah jantung, kadar norepinefrine (NE) plasma, dan urine. Berlebihnya NE ditingkat regional, rangsangan simpatis post ganglion dan reseptor α- Adrenergic menyebabkan vasokonstriksi disirkulasi perifer. Meningkatnya aktivitas saraf simpatis ini sulit diukur secara klinis. Pengukuran kadar NE plasma dan denyut jantung tidak dapat dipakai untuk mengukur aktivitas saraf simpatis yang meningkat. Untuk mengukur aktivitas ini dapat dipakai dengan mengukur kadar NE yang berlebih ditingkat regional dengan radiotracer dan microneurography.

(35)

17 3. Mekanisme Renal : Ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam patogenesis terjadinya hipertensi. Sebaliknya, hipertensi dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada ginjal. Dasar dari semua kelainan yang ada dari hipertensi adalah menurunnya kemampuan ginjal untuk mengeksresikan kelebihan natrium pada diet tinggi garam.

Retensi natrium dapat meningkatkan tekanan darah melalui dua cara :

- Volume dependen mechanism : Auto regulasi dan produksi dari endogenous quabain-light steroids.

- Volume dependen mechanism : Angiotensin memberikan efek pada sistem saraf pusat, peningkatan aktivitas saraf simpatis, peningkatan kontraktilitas sel otot polos pembuluh darah dan hipertrofi mioblast jantung, peningkatan produksi nuklear faktor (NF) -kβ, peningkatan eksresi AT1R di ginjal serta peningkatan Transforming Growth Factor (TGF)-β.

4. Mekanisme vaskular : Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah kecil dan besar memegang peranan penting saat mulai terjadinya dan progresifitas hipertensi. Pada beberapa keadaan didapatkan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer dengan curah jantung yang normal. Terjadi gangguan keseimbangan antara faktor yang menyebabkan terjadinya dilatasi dan konstriksi pembuluh darah.

(36)

18 - Mekanisme vasokonstriksi ditingkat seluler : Mekanisme ditingkat seluler juga berperan pada patogenesis hipertensi primer, meskipun tidak didapatkan kelainan pada ginjal. Meningkatnya cytosolik kalsium pathway menyebabkan terjadinya konstruksi otot polos pada pembuluh darah.

- Disfungsi endotel : Lapisan endotel pembuluh darah merupakan faktor yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan terhadap aterosklerosis dan hipertensi. Keseimbangan tonus pembuluh darah diatur modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi. Gangguan pada kesimbangan tonus ini juga ikut berperan pada patogenesis hipertensi primer. Adanya disfungsi endotel merupakan penanda yang khas dari suatu hipertensi dan resiko dari suatu kejadian kardiovaskular. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya faktor yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan oleh endotel, seperti Nitrit Okside (NO), dan meningkatnya faktor yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi seperti faktor proinflamasi, protrombotik, dan growth factors.

- Remodelling vaskular : Seiring dengan berjalannya waktu, disfungsi endotel, aktivasi neurohormonal, inflamasi vaskuler dan meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan perubahan pada pembuluh darah/remodelling vaskuler yang makin memperberat hipertensi. Gambaran khas dari keadaan ini adalah menebalnya

(37)

19 media arteri, sehingga terjadi peningkatan rastio antara media dan lumen, pada arteri besar dan kecil. Sistem renin angiotensin aldosteron (SRAA) merupakan faktor yang dominan yang berperan dalam remodelling ini.

5. Mekanisme hormonal : Aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron merupakan salah satu mekanisme penting, yang ikut berperan pada retensi natrium oleh ginjal, disfungsi endotel, inflamasi dan remodeling pembuluh darah, juga hipertensi. Renin yang diproduksi terutama oleh sel juxtaglomerulus yang ada di ginjal, akan berkaitan dengan angiotensinogen yang diproduksi oleh hati, menghasilkan angiotensin (AT) 1. Selanjutnya oleh angiotensin konverting enzim (ACE), AT 1 akan diubah menjadi angiotensin (AT) 2. Selain itu, masih ada jalur alternatif lain. Chymase suatu enzim protease serine akan merubah AT 1 menjadi AT 2. Interaksi antara AT 2 dan reseptor AT 1 akan mengaktivasi beberapa mekanisme ditingkat seluler yang ikut berperan dalam terjadinya hipertensi dan percepatan kerusakan pada organ target oleh karena hipertensi itu sendiri. Keadaan lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan target organ lain menigkatnya produksi reaktif oksigen species (ROS), inflamasi vaskuler, remodeling jantung dan produksi aldosteron. Selain itu, dari beberapa penelitian terakhir makin banyak bukti bahwa AT 2 aldosteron, aktivasi jalur renin dan prorenin dapat menybabkan kerusakan pada pembuluh darah yang sehat dan

(38)

20 menyebabkan terjadinya hipertensi. Hasil metabolisme lain yang berasal dari AT 1, seperti AT 1 – 7 yang mempunyai efek proteksi terhadap pembuluh darah masih dalam penelitian.(12)

2.1.5. Faktor-faktor Penyebab Hipertensi

1. Faktor-faktor risiko yang tak dapat diubah a. Usia

Hipertensi merupakan penyakit multifaktor yang disebabkan oleh interaksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang. Pertambahan usia menyebabkan adanya perubahan fisiologis dalam tubuh seperti penebalan dinding arteri akibat adanya perubahan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku dimulai saat usia 45 tahun. Selain itu juga terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik serta kurangnya sensitivitas baroreseptor (pengatur tekanan darah) dan peran ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

b. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum menopause dilindungi oleh hormon esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein).

(39)

21 c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu juga akan menyebabkan keluarga itu memiliki risiko untuk menderita penyakit hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali. Lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi dalam keluarga.(12)

2. Faktor yang dapat diubah

a. Aktivitas Fisik

Secara teori aktivitas fisik sangat memengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan darah yang membebankan pada dinding arteti sehingga tahanan perifer yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebkan risiko hipertensi meningkat.(13)

(40)

22 b. Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Obesitas diketahui menjadi salah satu faktor risiko munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut merupakan penyebab kematian terbesar penduduk dunia, terutama pada kelompok usia lanjut. Selain penyakit tersebut, obesitas pada lansia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kerusakan pada tulang dan sendi sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya jatuh atau kecelakaan. (14)

c. Merokok

Racun utama pada rokok adalah sebagai berikut : (1) Nikotin. Komponen ini paling banyak dijumpai di dalam rokok. Nikotin merupakan alkaloid yang bersifat stimulan dan pada dosis tinggi beracun. Nikotin bekerja secara sentral di otak dengan mempengaruhi neuron dopaminergik yang akan memberikan efek fisiologis seperti rasa nikmat, tenang dan nyaman dalam sesaat. (2) Karbon monoksida (CO), Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah

(41)

23 akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. (3) Tar, merupakan komponen padat asap rokok yang bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut dalam bentuk uap padat. Setelah dingin, tar akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru.(15)

d. Konsumsi kafein

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan seperti biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida), guarana, dan mate. Kafein terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik (dapat dikeluarkan melalui air kencing). Minuman yang mengandung kafein, seperti minuman suplemen, sudah sejak lama dianggap tidak terlalu menguntungkan bagi kesehatan tubuh. Apalagi bila diminum secara berlebihan. Para ahli juga memperbincangkan bahwa kafein punya potensi menyebabkan kanker dan penyakit hati.

Kafein meningkatkan tekanan darah secara akut. Efek klinis yang terjadi tergantung pada respon tekanan darah responden yang diuji dengan mengkonsumsi kafein setiap hari. Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan ada kenaikan

(42)

24 tekanan darah pada responden yang mengkonsumsi kafein >250 mg per hari selama 5 hari. Kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada. Yang ada hanyalah efek tak langsungnya, yang bisa mempercepat denyut jantung. Efek tidak langsung ini disebabkan karena kafein mengandung zat aditif. Zat ini akan berbahaya bagi penderita tekanan darah tinggi. Karena zat ini juga akan memacu naiknya tekanan darah.(16)

2.1.6. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupkan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa gejala penderita hipertensi yaitu : 1) Mengeluh sakit kepala, pusing

(43)

25 2) Lemas, kelelahan 3) Sesak nafas 4) Gelisah 5) Mual 6) Muntah 7) Epiktaksis 8) Kesadaran menurun(17) 2.1.7. Komplikasi

Hipertensi merupakan faktor untuk terjadinya segala bentuk manifestasi klinik dari aterosklerosis. Hipertensi dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya kejadian kardiovaskular dan kerusakan organ target, baik langsung maupun tidak langsung. Mortalitas meningkat dua kali pada setiap kenaikan tekanan darah high-normal (130-135/85-89 mmHg), didapatkan peningkatan kejadian kardiovaskular 2,5 kali pada wanita dan 1,6 kali pada pria bila dibanding dengan tekanan darah normal. Sedang risiko untuk penyakit ginjal, meningkatnya tekanan darah sistolik lebih erat kaitannya dengan insiden penyakit ginjal tahap akhir bila dibanding dengan tekanan darah diastolik, terutama pada usia lebih dari 50 tahun. Tekanan darah yang meningkat dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan parenkim ginjal.

(44)

26 1. Pada jantung ; Hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard,

dan gagal jantung kongestif.

2. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir 3. Retinopati

4. Pada otak; stroke atau transient ischemic attack. 5. Penyakit arteri perifer

Selain itu ada beberapa faktor risiko lain yang ikut berperan untuk terjadinya kejadian kardiovaskuler, yang juga perlu diperhitungkan dalam pengobatan hipertensi, antara lain :

• Hipertensi • Merokok • Obesitas

• Aktivitas fisik yang kurang • Dislipidemia

• Diabetes mellitus

• Mikroalbuminuria atau penyakit ginjal kronis • Umur (pria > 55 tahun atau wanita > 65 tahun)

• Riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular yang prematur (pria < 55 tahun atau wanita < 65 tahun)(12)

(45)

27 Hipertensi

Gambar 2.1. Komplikasi hipertensi yang tidak diobati mencapai target

Beban akhir Kerusakan Arteri

Disfungsi Diastolik Hipertrofi Ventrikel Kiri Disfungsi Diastolik Gagal Jantung Dinding pembuluh darah yang melemah Aterosklerosis yang dipercepat Suplai oksigen miokardium Pembuluh darah otak Aorta Pembuluh darah otak Pembuluh darah ginjal Pembuluh darah mata Pembuluh darah otak Stroke iskemik Aneurisma dan diseksi Stroke Hemoragik Nefrosklerosis dan gagal ginjal

Retinopati

Iskemia dan infark miokard

(46)

28 2.2. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk mengerjakannya, seperti berjalan, menari, mengasuh cucu, dan lain sebagainya. Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut olahraga. Manfaat olahraga antara lain dapat memperpanjang usia, menyehatkan jantung, otot, dan tulang, membuat lansia lebih mandiri, mencegah obesitas, mengurangi kecemasan dan depresi, dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih tinggi. Olahrga dikatakan dapat memperbaiki komposisi tubuh, seperti lemak tubuh, kesehatan tulang, massa otot, dan meningkatkan daya tahan, massa otot dan kekuatan otot, serta fleksibilitas sehingga lansia lebih sehat dan bugar serta risiko jatuh berkurang. Olahraga dikatakan juga dapat menurunkan risiko penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Secara umum dikatakan bahwa olahraga pada lansia dapat menunjang kesehatan, yaitu dengan meningkatkan nafsu makan, membuat kualitas tidur lebih baik, dan mengurangi kebutuhan terhadap obat-obatan. Selain itu, olahraga atau aktivitas fisik bermanfaat secara fisiologis, psikologis maupun sosial. Secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi. Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain, mendapat banyak teman, dan meningkatkan produktivitas.(18)

Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi, sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas kardiovaskular. Olahraga

(47)

29 teratur dengan intensitas dan durasi yang ringan memilki efek penurunan tekanan darah lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, jogging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.(25)

Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah adalah aktivitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang kurang melakukan aktivitas fisik juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh aktivitas yang kurang akan menyebabkan terjadinya komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gangguan fungsi ginjal, stroke dan sebagainya.(21)

2.3. Tinjuan Islam

Berbicara mengenai hidup sehat tidak luput dari adanya kenikmatan yang diberikan Allah SWT , nikmat dari Allah itu sangat berlimpah dan tidak terkira. Sebagaimana surat An-Nahl ayat 18 “maka jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya,” Diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai tersebut adalah kesehatan. Dalam perspektif ajaran Islam, sangat menganjurkan bagaimana hidup dengan sehat dan teratur, karena tujuan dari kehadiran Islam itu sendiri adalah untuk memelihara agama,

(48)

30 akal, jiwa, jasmani, harta dan keturunan umat manusia. Para ulama Salafus Shaleh menyatakan bahwa ayat yang berbunyi di dalam ayat QS At-Takatsur ayat 8 :

ِميِعانلا ِنَع ٍذِئَم ْوَي انُلَأْسُتَل امُث

Artinya :

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”

Ayat ini juga mengisyaratkan tentang kesehatan, seperti kata Soraya Susan Behbehani, “tubuh harus dijaga karena merupakan cetakan bagi kehidupan dan jiwa ada di dalamnya semacam kerang saat mengandung mutiara yang sedang tumbuh, tanpa kerang tidak akan ada mutiara.(19)

(49)

31 2.4. Kerangka Teori

Gambar 2.2. Kerangka teori

Etiologi :

1. Hipertensi Primer 2. Hipertensi sekunder Hipertensi

aktivitas fisik yanng sehat Terkontrol Tidak Terkontrol Komplikasi Definisi Manifestasi Klinik Faktor Risiko Dapat diubah : • Aktivitas fisik • Obesitas • Merokok • Konsumsi kafein Tidak dapat diubah

• Usia • Jenis kelamin • Genetik Adrenalin Cardiac Output Kontraksi

(50)

32 Non Hipertensi Hipertensi BAB III KERANGKA KONSEP 3.1. Konsep Pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

.

Gambar 3.1. Konsep pemikiran

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan fisik yang dilakukan sehari-hari berkaitan dengan intensitas dan mempengerahi kesehatan tubuh.

• Alat ukur : Kuesioner

• Cara ukur : Responden akan diberikan kuesioner yang mencakup 9 pertanyaan tentang aktivitas fisik yang sehat. • Skala ukur :

1. Pertanyaan 1 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1 2. Pertanyaan 2 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2 3. Pertanyaan 3 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3 4. Pertanyaan 4 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1 Aktivitas Fisik

(51)

33 5. Pertanyaan 5 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2

6. Pertanyaan 6 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3 7. Pertanyaan 7 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 3 8. Pertanyaan 8 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 1 9. Pertanyaan 9 : Menjawab “Ya”, diberi nilai 2

• Hasil : Berdasarkan jumlah pertanyaan yang diberikan adalah total nilai dari 9 pertanyaan kemudian, total nilai dibagi 2 untuk mencari rata-rata nilai.

3.2.2. Hipertensi

Hipertensi adalah pasien hipertensi yang telah terdiagnosa menderita hipertensi sebelum dilakukannya penelitian.

• Alat ukur : Data sekunder

• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien hipertensi tersebut.

• Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.

3.2.3. Non Hipertensi

Non Hipertensi adalah pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum dilakukannya penelitian.

• Alat ukur : Data sekunder

• Cara ukur : Dengan melihat rekam medik dari pasien non hipertensi tersebut.

(52)

34 • Hasil : Berdasarkan dari hasil rekam medik pasien.

3.3. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (H0)

Tidak ada hubungan antara aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian penyakit hipertensi.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat hubungan aktivitas fisik yang sehat terhadap kejadian penyakit hipertensi.

(53)

35 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan jenis penelitian Observation Analitik yang bersumber dari data yang diterima berdasarkan kuesioner yang dibagikan kepada pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan dengan cara “Case control”.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1. Tempat

Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.

4.2.2. Waktu

Agustus 2019 – Januari 2020

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Hipertensi dan Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

4.3.2. Sampel

1. Pasien Hipertensi

(54)

36 1) Pasien yang datang berkunjung di Poli, Posyandu Lansia PKM

Cendrawasih. 2) Usia >17 tahun

3) Tekanan darah ≥140/90 mmHg

4) Pasien yang bersedia mengisi kuesioner

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien yang tidak menyelesaikan kuesioner 2) Ibu hamil

2. Pasien Non Hipertensi

a. Kriteria Inklusi

1). Pasien Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

2). Pasien Non Hipertensi yang bersedia mengisi kuesioner.

b. Kriteria Eksklusi

1). Pasien Non Hipertensi yang memliki riwayat Hipertensi.

2). Pasien Non Hipertensi yang mengisi kuesioner tetapi tidak melengkapi kuesioner atau jawaban tidak lengkap.

(55)

37 4.3.3. Besar Sampel

Berdasarkan hipotesis penelitian dengan pendekatan observasional analitik dengan mencari hubungan variabel yang berskala kategorik maka rumus besar sampel sebagai berikut :

n = (Zα √2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1−𝑃2𝑄2) (P1−P2) )

2

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal Zα = Deviat baku alfa = 1.96

Zβ = Deviat baku beta = 0.842

P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

P = 𝑃1+𝑃2 2 Q1 = 1-P1 Q2 = 1-P2 Q = 1-P Maka, 𝑛 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1− 𝑃2𝑄2 (𝑃1− 𝑃2) ) 2 𝑛 = (1,96√2𝑥0,36𝑥0,64 + 0,842√0,45𝑥0,55 + 0,26𝑥0,74 (0,45 − 0,26) ) 2

(56)

38 𝑛 = (1,96√0,46 + 0,842√0,056 (0,19) ) 2 𝑛 = (1,282 𝑥 0,678 + 0,842 𝑥 0,236 (0,19) ) 2 𝑛 = (1,328 + 0,199 (0,19) ) 2 𝑛 = (1,527 0,19 ) 2 𝑛1 = 𝑛2 = (8,036)2

𝑛 = 64,57 → 65 Sampel hipertensi, sebagai sampel pembanding pasien hipertensi maka diberikan sampel sebanyak 65 responden lagi, jadi total sampel yang dikumpulkan sebanyak 130 sampel

4.4. Teknik Pengambilan Data

Jenis penelitian yang dilakukan ini merupakan jenis penelitian Observastional Analitik yang menggunakan pendekatan dengan metode “Case Control”, untuk mengetahui seberapa besar pemahaman aktivitas fisik yang sehat beserta penerapannya pada pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

4.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara Purposive Sampling, yang dimana sampel tersebut diambil

(57)

39 berdasarkan kriteria-kriteria, yakni kriteria inklusi dan eksklusi. Data tersebut didapatkan dari hasil rujukan kuesioner dan penerapan selama beberapa hari kepada pasien hipertensi dan non hipertensi di Puskesmas Cendrawasih di Kota Makassar.

4.6. Teknik Pengumpulan Data 4.6.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan kepada pasien dan rekam medik pasien hipertensi dan non hipertensi yang telah memenuhi kriteria di Puskesmas Cendrawasih.

4.6.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan berasal dari data primer yang diperoleh dari hasil kuesioner yang telah dikumpulkan oleh pasien hipertensi yang telah memenuhi kriteria di Puskesmas Cendrawasih.

4.6.3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan merupakan kuesioner yang berisi pemahaman-pemahaman pada pola hidup sehat pada penyakit hipertensi yang merujuk kedalam aktivitas fisiknya.

4.6.4. Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data yang dilakukan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada pasien hipertensi di Puskesmas Cendrawasih untuk menilai

(58)

40 pemahaman pola hidup sehat terkait aktivitas fisik yang mereka ketahui dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(59)

41 4.7. Alur Penelitian

Gambar 4.1. Alur penelitian Pengambilan Data

“Case Control”

Pasien Hipertensi dan Non Hipertensi di Puskesmas Cendrawasih Penjelasan Penelitian Non Hipertensi Inform Consent / Persetujuan Hipertensi Pembagian Kuesioner Penjelasan Kuesioner Pengumpulan Kuesioner Analisa Data Setuju Tidak Setuju

Rekam Medik

Setuju Tidak Setuju

Rekam Medik Pembagian Kuesioner Penjelasan Kuesioner Pengumpulan Kuesioner

(60)

42 4.8. Teknik Analisis Data

4.8.1. Pengolahan Data a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan. Editing dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas serta pengolahan terhadap data yang dikumpulkan. b. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variabel agar lebih mudah dalam menganalisa data. Coding dilakukan dengan cara menyederhanakan data yang terkumpul dengan cara memberi kode atau simbol tertentu.

c. Tabulating

Melakukan tabulasi untuk masing-masing variabel. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d. Transfering

Transfering data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada master tabel.

4.8.2. Analisis Data

(61)

43 Untuk mengetahui dan memperlihatkan distribusi frekuensi, baik variabel bebas, variabel terikat, dan karakteristik responden.

b. Analasis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji Chi Square untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada signifikan (nilai p), yaitu :

(1). Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak. (2). Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Aktivitas Fisik

Riwayat

Hipertensi Non Hipertensi Ringan

Berat

4.9. Etika Penelitian

1. Menyerahkan surat pengantar yang ditujukan kepada kepala Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Responden diberikan keterangan terkait penelitian yang akan dilakukan dan responden berhak menolak jika tak ingin berpartisipasi dalam penelitian dan apabila responden menyetujui, penelitian akan dilanjutkan

(62)

44 kepada responden dengan memberikan kuesioner yang diisi sesuai pertanyaan yang telah diberikan.

3. Menjaga kerahasiaan data yang diterima oleh responden penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama dan identitas lainnya, tetapi hanya berupa inisial nama, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan terkait dengan penelitian ini.

(63)

45 BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Cendrawasih terletak di Kecamatan Mamajang, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Kelurahan Labuang Baji 2. Sebelah barat : Kelurahan Bungaya

3. Sebelah timur : Kelurahan Maccini Sombala 4. Sebelah selatan : Kelurahan Balang Baru

Puskesmas Cendrawasih ini memiliki wilayah kerja yang terdiri dari tujuh kelurahan yaitu:

1. Kelurahan Sambung Jawa 2. Kelurahan Karanganyar

3. Kelurahan Baji Mappaka Sungguh 4. Kelurahan Tamparang Keke 5. Kelurahan Parang

6. Kelurahan Pa`batang 7. Kelurahan Bontolebang

Adapun visi dan misi Puskesmas Cendrawasih menjadikan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cendrawasih hidup sehat. Dengan motto “Cendrawasih tulus melayani profesional dan peduli.

(64)

46 Di Puskesmas Cendrawasih terdapat dua dokter umum, dua dokter gigi, 35 pegawai petugas kesehatan lainnya.

Dalam melaksanakan tugas Puskesmas Cendrawasih menyelenggarakan fungsi yaitu melakukan pelayanan kuratif, rehabilitative, preventif, dan kuratif.

5.2. Tabel Analisis Univariat

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur

Umur N % 17-35 36-55 56-65 >65 12 31 54 33 9.2 23.9 41.5 25.4 Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 1 distribusi berdasarkan umur menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada umur 56-65 tahun dengan jumlah 54 orang (41.5%) dan responden paling sedikit berada pada umur 17-35 tahun (9.2%).

Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N % Perempuan Laki-laki 99 31 76.2 23.8

(65)

47

Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 2 distribusi responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah responden perempuan lebih banyak yaitu sebesar 99 orang (76.2%) dibandingkan dengan responden laki-laki sebanyak 31 orang (23.8%).

Tabel 5.2.3 Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan N % IRT PNS Wiraswasta Buruh Pensiunan Tidak bekerja 55 12 12 2 16 33 42.3 9.2 9.2 1.6 12.3 25.3 Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 3 distribusi berdasarkan pekerjaan responden menunjukkan bahwa dari status pekerjaan terbagi atas enam jenis pekerjaan, yaitu ibu rumah tangga (IRT), pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, buruh, pensiunan, dan tidak bekerja. Jumlah responden terbanyak yaitu IRT sebanyak 55 orang (42.3%), dan responden paling sedikit adalah yang bekerja sebagai buruh sebanyak 2 orang (1.6%). Sedangkan untuk jenis pekerjaan PNS dan wiraswasta masing-masing sebanyak 12 orang (9.2%),

(66)

48 koresponden pensiunan dan tidak bekerja sebanyak 16 orang (12.3%) dan 33 orang (25.3%).

Tabel 5.2.4 Distribusi frekuensi berdasarkan aktivitas fisik Tingkat Aktivitas n % Ringan Berat 79 51 60.8 39.2 Jumlah 130 100

Sumber: Data primer 2020

Berdasarkan tabel 4 distribusi berdasarkan pengetahuan tentang aktivitas fisik menunjukkan bahwa koresponden yang melakukan aktivitas fisik terbanyak berada pada tingkatan ringan yaitu 79 orang (60.8%) dan paling sedikit pada aktivitas fisik berat yaitu 51 orang (39.2%).

Tabel 5.2.5 Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian hipertensi Kejadian Hipertensi n % Hipertensi Non-hipertensi 65 65 50 50 Jumlah 130 100

(67)

49 Berdasarkan tabel 5 distribusi berdasarkan ada tidaknya kejadian hipertensi menunjukkan bahwa angka kejadian hipertensi dan non-hipertensi masing-masing 65 orang (50%).

5.3. Tabel Analisis Bivariat

Tabel 5.3.6 Hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih

Aktivitas Fisik

Kejadian hipertensi Total P

value Hipertensi Non-hipertesi n % n % n % Ringan 49 62 30 38 79 100 0.001 Berat 16 31.4 35 68.6 51 100 Jumlah 65 50 65 50 130 100

Sumber: Data primer 2020

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden terbanyak yaitu berada pada responden hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 49 orang (62%) dan untuk responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik ringan sebanyak 30 orang (38%). Sedangkan responden yang memiliki hipertensi dengan aktivitas fisik berat sebanyak 16 orang (31.4 %) dan responden non-hipertensi dengan aktivitas fisik berat yaitu 35 orang (68.6%). Hasil analisis menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p = 0.001, dengan probabilitas <0.05. Dengan demikian terdapat hubungan

(68)

50 yang signifikan antara hubungan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih.

(69)

51 BAB VI

PEMBAHASAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg ketika dua kali dilakukan pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.(1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok, dan stres.(23)

6.1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi

Dari hasil analisa uji bivariat yang menggunakan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p = 0.001, dengan probabilitas <0.05. Ha diterima dan Ho ditolak dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Cendrawasih. Pada aktivitas fisik yang ringan, kejadian hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas fisik yang berat pada kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahadiyanti, 2013 menunjukkan adanya hubungan aktivitas fisik (berolahraga jalan kaki) minimal 3 kali dalam seminggu dan berduasi 30 menit dengan kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil penelitian aktivitas fisik ini

(70)

52 dapat dihubungkan dengan penelitian yang dilaukan Martin et al yang menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan olahraga aerobik. (24)

Berdasarkan penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa, apabila pasien hipertensi melakukan lebih banyak aktivitas fisik ringan sehingga hipertensinya kurang terkendali padahal pasien dengan riwayat hipertensi sudah seharusnya melakukan aktivitas fisik yang berat agar hipertensinya tetap terkendali.

Aktivitas fisik yang dianjurkan meliputi olahraga aerobik teratur. Olahraga teratur dengan intensitas dan durasi ringan memiliki efek penurunan TD lebih kecil dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau tinggi, sehingga pasien hipertensi disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu.(23)

6.2. Kajian Islam

Rasulullah SAW semasa hidupnya yang berkaitan dengan kesehatan

dapat diketahui sebagai orang yang selalu memegang prinsip mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan demikian, beberapa hal yang dilakukan oleh beliau untuk menunjang kesehatan, merupakan sebuah pencegahan. Hal ini

lebih baik ketika kita mengalami kesakitan. Inilah salah satu contoh yang

Gambar

Tabel 2.1 JNC VIII High Blood Pressure Guidline
Tabel 2.2 Rekapituasi PTM Hipertensi Kota Makassar tahun 2019  2.1.3.    Etiologi
Gambar 2.1. Komplikasi hipertensi yang tidak diobati mencapai target
Gambar 2.2. Kerangka teori
+6

Referensi

Dokumen terkait

Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah..

Pada tepung mokal yang dibuat dengan cara fermentasi basah yaitu dengan perendaman air selama 3 hari dan diganti airnya setiap hari, menyisakan residu HCN yang paling

Bila pemanasan terlalu cepat bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian dalam sehingga tidak dapat diperoleh struktur yang merata.. Bila bentuk benda tidak teratur,

Peran perawat dalam hal mengurangi angka kematian karena hipertensi adalah dengan melakukan pemeriksan fisik dasar yaitu dengan mengukur tekanan darah pada remaja untuk deteksi

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri..

Kegiatan Posdaya Kenanga juga di dukung oleh masyarakat yang menjadi donatur untuk pemberian makanan tambahan (PMT) di PAUD Kenanga.. Kader Posdaya Kenanga juga mengatakan bahwa

Berdasarkan pendapat di atas adalah suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, pelayanan pembuatan SIUP juga

Ekstrak kental yang diperoleh dilakukan pengujian antiinflamasi yang dilakukan dengan menggunakan tikus sebagai hewan uji yang memiliki berat badan 150–200 g yang