• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kemunculannya pertama kali, industri musik telah berkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sejak kemunculannya pertama kali, industri musik telah berkembang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak kemunculannya pertama kali, industri musik telah berkembang dengan pesat. Taintor (2004) memaparkan bahwa alat perekam suara manusia pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh Thomas Edison pada tahun 1888, akhir tahun itu Edison merekam Mary Had a Little Lamb menggunakan phonograph pertama di dunia.

Seratus tahun kemudian, tahun 1990, perkembangan internet dikombinasikan dengan musik digital memunculkan fenomena MP3 yang memiliki kemampuan untuk memadatkan audio digital ke ukuran yang lebih kecil, memudahkan penyebaran data antar komputer tanpa mengurangi kualitasnya. Hal ini kembali menimbulkan masalah berkaitan dengan hak cipta, perkara hukum berkaitan teknologi digital dan musik industri pertama kali terjadi pada tahun 1993.

Tidak bisa dipungkiri, ancaman pembajakan musik telah muncul sejak awal ditemukan teknologi untuk merekam musik. RIAA (Recording Industry Association of America) sampai tahun 2004 saja telah mencoba menuntut 1977 individu atas tindakan menyebarkan musik secara legal melalui internet.

Keberadaaan internet secara signifikan mempermudah penyebaran musik dari satu negara ke negara lain, dalam bentuk MP3, sebuah lagu bisa tersebar dari satu komputer ke komputer lain, tanpa mempedulikan batas negara. Penyebaran luas ini pada awalnya mengejutkan bahkan artis pelaku musik, seperti yang

(2)

diungkapakan oleh Dong Youngbae, seorang musisi Korea selatan menanggapi penjualan albumnya yang meledak di daerah Amerika bahkan tanpa promosi yang terencana. “Dunia menjadi semakin kecil sekarang,” ujarnya (TIME, 2010). Internet juga berperan dalam membantu penyebaran budaya pop Korea ke seluruh dunia belakangan ini.

Gelombang budaya Korea atau yang sering disebut sebagai Hallyu di negara asalnya, pertama kali dicetuskan di China pada pertengahan 1999 oleh seorang jurnalis Beijing untuk mengungkapkan betapa cepat pertumbuhan popularitas budaya dan hiburan Korea di China (Kim, 2007). Bisa dikatakan penyebaran musik pop dan drama Korea di Cina dan Taiwan merupakan awal dari penyebaran gelombang Korea ke luar negeri (Lee, 2011). Pada tahun 2000 sampai 2002, gelombang Korea bergerak memasuki berbagai belahan Asia termasuk Asia tenggara dan Asia tengah, dimana gelombang ini telah mencapai tingkatan penetrasi aktif (Hyejung, 2007) dengan cepat gelombang Korea terus menyebar ke Amerika latin, timur tengah, dan Eropa selama tahun 2000an (Ravina, 2008 dalam Lee, 2011).

Istilah K-pop sering digunakan untuk mendefinisikan musik pop Korea yang dibawakan oleh artis Korea dan diterima secara positif oleh penggemar internasional (KOCIS, 2011). Di negara asalnya sendiri, industri musik pop Korea dikuasai oleh tiga perusahaan besar; S.M. entertainment, YG entertainment, dan JYP entertainment yang menghasilkan artis-artis besar Korea yang dikenal di seluruh dunia seperti Girls‟ generation dan Super Junior dari S.M entertainment,

(3)

Bigbang, 2NE1, dan Psy dari YG entertainment, dan JYP entertainment dengan Wondergirls dan 2PM.

Seperti yang dituliskan dalam hancinema.com (2011), meskipun ketiga perusahaan berbasis kepada penciptaan bintang idola, namun mereka berbeda satu dengan lainnya.

YG entertainment yang tumbuh dengan cepat dengan grup Bigbang dan 2NE1 mendapatkan keuntungan sebesar 42,3 juta dolar dan pendapatan operasi sebesar 9,76 juta dolar. Meskipun lebih sedikit dibandingkan S.M.,YG mendapatkan keuntungan bersih yang tinggi dari penjualan album yang solid. Lee Hyeon Jong, seorang peneliti di SK-Securities menyatakan bahwa YG memiliki gaya musik yang berbeda dan unik, hal ini menimbulkan banyak nilai tambah seperti dalam penjualan musiknya.

YG entertainment menerima banyak keuntungan setelah kesuksesan artisnya secara global pada tahun 2012, dengan konser dunia yang diadakan oleh Bigbang dan 2NE1, serta kesuksesan tak terduga yang dialami oleh Psy, harga saham perusahaan meningkat tajam. Quamnet.com (Oktober 2012) mengungkapkan YG entertainment yang membawahi bintang K-pop ternama seperti Bigbang dan 2NE1, menyentuh rekor US$1.654 pada bulan Oktober, menempati peringkat 9 dalam pasar saham Korea. Nilai saham yang dimiliki oleh Yang Hyun-Suk, presiden YG entertainment mencapai 340,2 won, naik lebih dari 161,8 persen dibanding nilai saham yang dimilikinya di awal tahun.

Kesuksesan Psy ini membawa Yang menjadi selebritis terkaya di Korea selatan dilihat dari nilai saham yang dimilikinya, melebihi Lee Soo Man,

(4)

pimpinan S.M Entertainment. Yang Hyun Suk kemudian menjadi pemegang saham terkaya no.49 di Korea, dimana pada Januari 2012 dia masih berada di posisi ke-130.

Gambar 1.1. Grafik nilai saham YG Entertainment tahun 2012 Sumber:

http://music.yahoo.com/news/cashing-gangnam-styles-youtube-fame-103746853--finance.html diakses pada tanggal 12 Januari 2012

S.M entertainment memiliki keuntungan terbesar di tahun 2011 dengan 81,9 juta dolar dan pendapatan operasional sebesar 24,3 juta dolar. Gong Tae-Hyeon, peneliti dari Samsung Securities menyatakan bahwa kekuatan S.M adalah meskipun sebuah grup terpecah, grup lainnya masih bisa menggantikan karena perusahaan tersebut memiliki banyak grup.

JYP di tempat ketiga dengan 30 juta dolar keuntungan, meskipun lebih kecil dibanding dua pesaingnya, JYP mulai membangun koneksi dengan perusahaan lainnya. JYP sekarang merupakan pemegang saham kedua terbesar di

(5)

LOEN Entertainment, induk perusahaan dari Melon, penyedia layanan musik terbesar di Korea.

JYP merupakan agensi pertama yang mempromosikan artisnya ke luar korea, wondergirls yang terkenal dengan lagu mereka „nobody‟ meraih sukses terutama setelah Perez Hilton, seorang blogger hiburan kenamaan membahas tentang mereka di blognya (KOCIS, 2011).

Dalam beberapa dekade terakhir, remaja Indonesia telah banyak menerima musik asing; sepanjang tahun 1990an, genre musik seperti rap, punk, dan hard rock yang berasal dari Amerika utara dan Eropa diterima dengan antusias oleh remaja Indonesia (Bodden, 2005) dan Indonesia teridentifikasi sebagai negara dia Asia tenggara dengan pertumbuhan K-pop paling cepat (Jung, 2011).

Di Indonesia, gelombang korea dimulai pada awal tahun 2000an dengan hadirnya drama Korea seperti Winter Sonata (2002) dan Full House (2004). Drama televisi ini sangat menarik perhatian penonton remaja (Ida 2008; Heryanto 2010), aktor yang tampan, pemandangan yang indah, gaya hidup yang mewah merupakan daya tarik tersendiri bagi para remaja Indonesia (Heryanto 2010, 220).

Dengan penggemar remaja sebagai tulang punggung dari fenomena ini, K-pop dengan boyband dan girlband mereka kemudian berhasil menarik perhatian remaja Indonesia. Pada tahun 2010, lebih dari 120 acara yang berhubungan dengan K-pop diadakan oleh penggemar, termasuk gathering, festival dan konser K-pop. Salah satu kekuatan K-pop menurut banyak penggemar Indonesia adalah atributnya yang modern dan keren, pengolahan musik barat seperti hip-hop dan R&B dari Amerika dicampur dengan elemen pop dan visual dari J-pop. K-pop

(6)

menciptakan musik global dengan budaya hibrid dan citra yang transkultural (Lee 2011, 39).

K-pop adalah hasil hibrid yang mengkombinasikan timur dan barat serta aspek global dan budaya lokal. Tujuan utamanya adalah agar bisa menyentuh kelompok konsumen yang beranekaragam, yang tentunya akan memaksimalkan keuntungan kapitalis (Jung, 2011). Yui Chan, seorang fan K-pop saat diwawancarai dalam hancinema.net menyatakan bahwa salah satu hal paling menarik dari K-pop adalah bagaimana mereka masih mempertahankan budaya asli mereka dan menggabungkannya dengan budaya modern (hancinema.net, 2008).

Faktor kunci lain dalam popularitas K-pop di Indonesia adalah meningkatnya dinamisme sosiokultural yang digerakkan oleh globalisasi. Sen dan Hill (2000) menunjukkan bahwa media di Indonesia, termasuk program televisi, musik pop, buku, dan majalah sangat dipengaruhi oleh dunia internasional. Generasi muda pada umumnya sudah terbiasa menerima produk-produk bentukan budaya populer global yang masuk ke Indonesia. (Jung, 2011).

Cakupan penggemar K-pop bisa dilihat dengan jelas dari peningkatan jumlah situs yang berhubungan dengan K-pop. Sebagai contoh, pencarian akan “K-pop” di google mencapai lebih dari 86 juta hasil dalam bahasa inggris 2.690.000 hasil dalam bahasa Indonesia (September 17, 2012).

Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pengguna secara pesat seiring dengan ekonomi yang meningkat, makin banyak orang menggunakan media sosial untuk berbagi berita dan menyebarkan produk kultural media. Pada tahun 2012,

(7)

Indonesia masuk dalam 5 besar negara pengguna Facebook terbanyak, dengan hampir 40 juta pengguna (Socialbakers, 2012), dan 5 besar pengguna Twitter dengan lebih dari 20 juta pengguna (Memeburn, 2012).

Ketika berita mengenai Super Junior menjadi trending topic nomor 1 dunia di twitter pada minggu kedua Oktober 2010, mengalahkan berita tentang 33 penambang cili yang selamat setelah 69 hari di bawah tanah, penggemar dari regional Indonesia teridentifikasi sebagai penyebabnya (Mashable, 2010). Hal ini menunjukkan dengan jelas bagaimana kegiatan penggemar di dunia maya memudahkan K-pop untuk memasuki pasar baru yang sebelumnya sulit dijangkau (Yoon, 2010). Peningkatan jumlah pengguna media sosial di negara ini mendukung fenomena ini (Jung, 2011).

Keberadaan internet secara nyata memudahkan masyarakat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, termasuk musik. Seperti yang diungkapkan oleh Hiatt dan Serpick (2007), internet telah mengubah model bisnis dalam industri musik secara ireversibel. Pengunduhan berkas musik dengan format mp3 telah membuat internet menjadi cara yang luar biasa dan tidak terlihat untuk mendapatkan musik secara gratis.

Eksistensi internet secara signifikan membantu penyebarluasan musik kepada masyarakat global. Media sosial seperti Facebook, Youtube, dan Twitter mempermudah pemasar untuk memperkenalkan produk baru kepada konsumen, termasuk dalam industri musik. Tahun yang sama dengan berkembangnya internet di dunia, Korea dengan drama dan musiknya mulai memasuki pasar internasional di Cina (Kim, 2007).

(8)

Banyak hal mendukung cepatnya persebaran K-pop secara global, salah satunya adalah keberadaan internet dan media sosial. Sejumlah penggemar online dari K-pop secara dinamis dan transkultural mengedarkan produk mereka melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter, termasuk juga situs video-sharing seperti Youtube (KOCIS, 2011).

Tidak bisa dipungkiri, keberadaan media sosial sangat berpengaruh dalam penyebaran K-pop. Jung (2011) mengungkapkan bagaimana konsumen pop di seluruh dunia bisa dengan cepat mengakses produk populer melalui media sosial. Seperti yang dituliskan oleh KOCIS (2011), meskipun K-pop sudah mulai menarik perhatian internasional di tahun 1990an, namun saat itu penyebarannya terbatas pada daerah asia tenggara dan asia timur saja. Perkembangan pesat media sosial kemudian memberikan keleluasaan bagi berbagai jenis musik untuk disebarkan ke seluruh dunia melalui perorangan kepada teman-teman mereka.

Adanya lebih dari 600 juta pengguna Facebook memungkinkan sebuah lagu tersebar kemana saja hanya dengan satu kali klik tombol “like”, peningkatan distribusi ini secara alami meningkatkan konsumsi akan lagu tersebut. Hal inilah yang memungkinkan musik K-pop menjangkau pasar global. Seperti yang dikatakan oleh Jeong Chang Hwan, direktur eksekutif SM entertainment bahwa sebelumnya terdapat halangan bagi musik Asia untuk memasuki pasar global, namun semua itu menghilang dengan munculnya media sosial.

Sebelumnya, pasar media sosial lokal Korea relatif tertutup dari dunia luar, sulit bagi pengguna internet non-korea untuk mencari hal-hal yang berhubungan dengan K-pop dalam bahasa Inggris. Seperti yang dituliskan dalam

(9)

Thejakartapost, artis korea biasanya menggunakan layanan media sosial lokal seperti Cyworld atau me2day. Maka ketika artis korea mulai menggunakan Youtube, Twitter, dan Facebook, gelombang Korea tumbuh menjadi fenomena.

Internet kemudian berkembang menjadi sinonim dari go-international. Popularitas seorang penyanyi tidak lagi hanya diukur dari angka penjualan tapi juga views, retweets, dan like, ujar Bernie Cho, peresident DFSB Kollective, kelompok konten kreatif yang juga mendistribusikan lagu K-pop ke iTunes.

Sebuah penelitian personal juga menunjukkan bahwa situs video sharing seperti Youtube juga memberi kontribusi signifikan bagi penyebaran K-pop. Konsumen bisa dengan mudah mencari dan menonton penampilan artis yang disukai, termasuk klip video yang diunggah oleh perusahaan agensi artis yang bersangkutan, hal ini juga dipermudah dengan adanya fasilitas subtitel sehingga penggemar bisa merasa lebih dekat dengan idolanya tanpa penghalang bahasa. Selain itu penggemar internasional juga sering mengikuti gerakan tarian artis K-pop dan mengunggah videonya ke youtube, hal ini juga merupakan cara efektif untuk menyebarkan musik K-pop ke seluruh dunia (KOCIS, 2011).

Kesuksesan K-pop di tahun 2012 juga tidak bisa dipisahkan dari kepopuleran Psy secara mendadak secara viral. Lagu „Gangnam Style‟ menjadi video dengan jumlah view terbanyak di youtube sepanjang tahun, fenomena ini kemudian menjadi semakin besar ketika CNN membahas hal ini dalam salah satu segmen acara mereka.

Seperti yang ditulis oleh CNN dalam websitenya, Psy menjadi artis Korea pertama yang berhasil menduduki peringkat pertama di tangga lagu inggris. Psy

(10)

sendiri mengaku tidak menyangka ketika ditanya mengenai kepopuleran lagunya. Psy mengatakan dia hanya membuat lagu, menari, dan membuat video musik tersebut untuk dijual di pasar Korea tanpa ada niat untuk menjualnya ke pasar internasional. “Sekarang CNN mewawancaraiku dan aku diundang ke VMA (MTV Video Musik Award), ini gila!” ujarnya kepada CNN (CNN, 2012).

Meskipun begitu, jika dilihat dari sisi lain, pertumbuhan internet yang sangat pesat telah menciptakan bentuk baru dari pencurian yang disebut pembajakan digital (Al-Rafee dan Dashti, 2012). Pengunduhan musik secara ilegal melalui internet merupakan salah satu bentuk pembajakan digital, menilik definisi pembajakan digital sebagai proses penggandaan dan/atau pengunduhan secara ilegal perangkat lunak, musik, video, dan material lain seperti MP3, film, dan buku audio digital yang memiliki hak cipta (Al-Rafee dan Cronan, 2006).

Data statistik yang dikumpulkan oleh International Federation of Phonographic Industry (IFPI) menunjukkan bahwa pertukaran musik melalui internet secara ilegal merupakan sebuah fenomena yang memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap penjualan CD dan kaset (International Federation, 2004). Pembajakan digital telah menyebabkan kerugian besar di industri musik dan film (Liebowitz, 2006).

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa 29 persen orang dewasa pernah mengunduh musik dari internet setidaknya sekali (Fox dan Wrenn, 2001) dan lebih dari 53 persen remaja menggunakan internet sebagai sumber utama mereka untuk mendapatkan musik (Premkumar, 2003).

(11)

Bhattacharjee et al. (2003) menekankan bahwa berbagi MP3 sangat mirip dengan pembajakan perangkat lunak, meskipun begitu aktifitas ini memiliki keunikan tersendiri. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Freestone dan Mitchell (2004) menemukan bahwa remaja Generasi Y memiliki perilaku tersendiri terhadap e-ethics dan penyimpangan perilaku di internet. Pada umumnya, mereka menyimpulkan bahwa konsumen dari Generasi Y lebih permisif terhadap pembajakan dengan alasan bahwa mereka merasa tidak merugikan siapapun. Mengunduh musik dan film secara ilegal dari internet dianggap sebagai penyimpangan paling ringan di dunia maya, menyalahkan harga album yang mahal sebagai salah satu faktor yang mendorong mereka lebih sering mengunduh lagu daripada membeli albumnya.

Akan tetapi, di balik ramainya penggunaan internet sebagai cara untuk mendapatkan musik, terbukti beberapa artis tetap mendapatkan angka penjualan yang memuaskan untuk CD mereka, hal ini membuktikan masih ada cara untuk menjual CD musik asli. Bhattacharjee et al. (2003) mengungkapkan bahwa anak muda merupakan segmen pasar yang paling sering melakukan pengunduhan musik secara ilegal, namun mereka juga merupakan konsumen utama pasar musik pop (Bhattacharjee et al., 2003; Chiang and Assane, 2002; Walsh et al. 2003). Dengan kata lain, segmen remaja mungkin memiliki perilaku berbeda terhadap musik pop; mengunduh dan tidak membeli, membeli dan tidak mengunduh, mengunduh dan membeli, tidak mengunduh dan tidak membeli (Wang et al., 2009).

(12)

Wang et al. (2009) meneliti pengaruh Pengidolaan dan hubungannya dengan kecenderungan remaja di daerah Taiwan utara untuk mengunduh ataupun membeli CD musik asli artis lokal Taiwan. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa Teori Perilaku Terencana/ Theory of Perceived Behavior (TPB) terbukti bisa digunakan untuk mengukur perilaku remaja dalam mengunduh musik secara ilegal (d‟Astous et al., 2005; Kwong dan Lee, 2002). Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa perilaku remaja dalam mengunduh musik secara ilegal dipengaruhi oleh orang-orang di sekitarnya. Perilaku ini juga ditentukan dengan kemudahan seseorang untuk melakukannya, seperti adanya perangkat komputer dan akses internet.

Namun begitu, hasil dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hubungan antara niat untuk mengunduh musik secara ilegal dengan niat untuk membeli album adalah tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian orang tetap akan membeli album meskipun sudah mengunduhnya. Salah satu penyebabnya adalah bahwa penggemar akan membutuhkan atribut seperti CD asli penyanyi jika dia ingin mengikuti acara yang diadakan artis tersebut seperti „fansigning, konser gratis, atau jumpa penggemar.

Pengidolaan terbukti mempengaruhi perilaku remaja dalam pembelian album, semakin tinggi pengidolaan seseorang maka makin besar kemungkinan orang tersebut membeli CD asli. Pengidolaan juga terbukti memiliki peran sebagai moderator dalam hubungan antara mengunduh dan membeli, pada remaja yang memiliki pengidolaan tinggi, perilaku mengunduh musik secara ilegal akan mengurangi niat seseorang untuk membeli CD asli. Hal ini bisa disebabkan oleh

(13)

keadaan ekonomi remaja yang belum memiliki penghasilan tetap sehingga mereka lebih menyukai cara untuk mendapatkan barang dengan gratis yaitu dengan mengunduh secara ilegal.

K-pop berpengaruh sangat besar terhadap industri musik global, dengan peminat yang tersebar di seluruh dunia, gelombang Korea telah menyebarkan budaya Korea ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pada industri musik di Indonesia hal ini bisa terlihat dari meningkatnya jumlah boyband dan girlband yang berkiblat pada musik Korea. Jumlah penggemar penyanyi K-pop juga meningkat tajam, dilihat dari jumlah pengunjung yang selalu memenuhi arena konser setiap kali penyanyi Korea menggelar konser di Indonesia.

Sementara itu, dalam industri musik terdapat sebuah permasalahan penting yang dialami oleh semua musisi yaitu pembajakan dan pengunduhan ilegal. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, masalah pencurian karya intelektual ini telah menyebabkan kerugian pada industri musik, tidak terkecuali K-pop. Bagi penggemar, mengunduh musik bisa jadi merupakan salah satu cara mengapresiasi musik, ketika seseorang menyukai seorang penyanyi, cara paling mudah untuk bisa menikmati karyanya adalah dengan mengunduh, meskipun seringkali pengunduhan yang dilakukan adalah secara ilegal yang justru merugikan musisi tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa musik K-pop bisa tersebar dengan begitu cepat di Indonesia disebabkan mudahnya mengunduh musik melalui internet secara gratis.

Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melihat seberapa besar pengaruh pengidolaan pada artis pop Korea (K-pop) terhadap niat pengunduhan musik

(14)

ilegal dan niat pembelian CD asli mereka pada remaja Indonesia penggemar K-pop.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa ditemukan solusi untuk mengurangi pengunduhan secara ilegal dan menggalakkan pengunduhan legal serta membeli CD musik asli dengan strategi yang sesuai dengan teori perilaku terencana.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Industri musik Korea mulai merambah pasar global dengan bantuan internet dan sosial media. Kemudahan yang ditawarkan oleh situs-situs sosial media dimana semua orang bisa menyebarkan satu video kepada ratusan orang di seluruh dunia dan diteruskan sehingga membentuk efek bola salju merupakan bentuk distribusi baru yang berperan besar dalam pergerakan gelombang korea ke seluruh dunia.

Keberadaan internet bisa dikatakan sebagai dua sisi mata pisau; di satu sisi, eksistensinya memudahkan agensi hiburan untuk memperkenalkan lagu dan video klip kepada pasar di seluruh dunia. Di sisi lain, kemudahan menyebarkan lagu dalam bentuk MP3 tidak bisa dihindari meningkatkan jumlah pengunduhan musik secara ilegal melalui internet. Hal ini jelas merugikan bagi pemain industri musik Korea, terbukti bahwa pengunduhan musik secara ilegal secara signifikan mengurangi penjualan CD dan kaset.

Pengunduhan MP3 merupakan kegiatan yang jauh lebih mudah, murah, dan cepat untuk menikmati sebuah lagu dibanding membeli CD asli. Kegiatan

(15)

mengunduh MP3 ilegal juga sudah menjadi kegiatan yang awam dilakukan sebagai cara untuk menikmati musik, terutama remaja. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lebih dari 53 persen remaja menggunakan internet sebagai sumber utama mereka untuk mendapatkan musik (Premkumar, 2003).

Meskipun begitu, ada faktor-faktor lain yang mungkin mendorong remaja untuk membeli CD musik asli, salah satunya adalah tingkat pengidolaannya terhadap musisi tertentu. Tingkat pengidolaan remaja pada musisi tertentu akan mendorong mereka untuk mengumpulkan atribut yang berhubungan dengan musisi tersebut, salah satunya adalah CD musik asli yang mereka keluarkan.

Penelitian ini berusaha untuk melihat hubungan antara niat remaja untuk mengunduh musik secara ilegal dengan niatnya untuk membeli CD musik asli. Pengidolaan dimasukkan sebagai penggerak dalam pembelian dan moderator dalam hubungan mengunduh-membeli dilihat dari perspektif Teori Identitas Sosial.

Dengan meneliti hal-hal yang mempengaruhi remaja dalam mengunduh musik ilegal diharapkan penelitian ini bisa menemukan solusi untuk mengurangi niat mereka untuk mengunduh musik secara ilegal dan meningkatkan kesadaran remaja dalam mendukung musisi K-pop idola mereka dengan membeli CD musik asli.

(16)

1.3 PERTANYAAN RISET

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang didiskusikan sebelumnya, studi ini memfokuskan pembahasan pada dampak dari niat seseorang untuk mengunduh musik terhadap niat untuk membeli CD musik asli. Pertanyaan penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah sikap terhadap pembajakan musik berpengaruh secara positif pada niat untuk mengunduh musik?

2. Apakah norma subjektif berpengaruh secara positif pada niat untuk mengunduh musik?

3. Apakah kontrol perilaku persepsian berpengaruh secara positif pada niat pengunduhan musik secara ilegal?

4. Apakah niat seseorang untuk mengunduh musik secara ilegal melalui internet berpengaruh secara negatif pada niat untuk membeli CD musik asli?

5. Apakah pengaruh dari niat untuk mengunduh musik pada pembelian CD musik asli dimoderasi oleh tingkat pengidolaan musisi?

6. Apakah tingkat pengidolaan musisi berpengaruh secara positif pada niat untuk membeli CD musik asli?

(17)

1.4 TUJUAN RISET

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hal-hal yang mempengaruhi niat seseorang untuk mengunduh secara ilegal dilihat dari teori perilaku terencana. Selain itu, penelitian ini juga berusaha menganalisis pengaruh dari pengaruh tingkat pengidolaan musisi dan niat seseorang untuk mengunduh musik secara ilegal terhadap niatnya untuk membeli CD musik asli.

Menggunakan model yang sama dengan Wang et al (2009), penelitian ini bermaksud untuk menjustifikasi apakah model tersebut sesuai jika diaplikasikan pada obyek penelitian ini.

Gambar

Gambar 1.1. Grafik nilai saham YG Entertainment tahun 2012  Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

pertumbuhan bakteri dengan spektrum yang luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diwakilkan oleh kedua bakteri uji

PANDANGAN HARIAN MEDIA INDONESIA TERHADAP KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (Analisis Wacana Pada Editorial Media Indonesia Periode Desember 2010).. Ilmu Komunikasi Fakultas

Penelitian ini juga menunjukkan hasil bahwa tekanan hampir tidak dirasakan oleh siswa, dimana hal tersebut dapat dilihat dari seringnya siswa mengisi waktu luang

bahwa faktor penyebab keterlambatan yang memiliki risiko signifikan dan berpengaruh terhadap penyimpangan mutu pelaksanaan jalan nasional adalah: (1) ketidaktepatan

Pada saat ini banyak terdapat berbagai jenis pengupahan. 2) Pengupahan mingguan atau harian biasanya dilakukan untuk tenaga kerja tidak tetap, bias dalam bentuk

Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses komunikasi antarbudaya etnis Tionghoa dan pribumi Komplek Puri Katelia Indah Kecamatan Medan

Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan dengan cara menganalisa peristiwa-peristiwa atau masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian

Pengembangan desain produk yang dilakukan yaitu pengembangan pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan tahapan Think Pair Share yang memanfaatkan perangkat pembelajaran