• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ROA DAN CAR TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK MNC Internasional, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH ROA DAN CAR TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA BANK MNC Internasional, Tbk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGARUH ROA DAN CAR TERHADAP NON PERFORMING

LOAN (NPL) PADA BANK MNC Internasional, Tbk

Angrawit Kusumawardani

Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Jl. Margonda raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat

angrawit@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap non-performing loans (NPL) pada Bank MNC Internasional, Tbk pada tahun 2013-2019. Variabel penelitian penelitian terdiri dari dua macam yaitu variabeli terikat (dependent variabel) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya, dan variabel bebas (independent variable) atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lainnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Non Performing Loan (NPL) sebagai variabel terikat, dan variabel bebas ROA dan CAR. Berdasarkan hasil penelitian secara parsial variabel ROA mempunyai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap NPL, sedangkan variabel CAR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap NPL. Selanjutya, secara simultan kedua variabel independent tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NPL.

Kata Kunci: Return On Asset, Capital Adequacy Ratio, Non-performing loans.

1. Pendahuluan

Sektor perbankan mengambil peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, terutama bagi negara yang sedang berkembang. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari yang perlu diperhatikan bank dalam menyalurkan kredit adalah resiko yang mungkin akan terjadi, salah satunya adalah kegagalan dalam pembayaran kredit (default), dengan demikian bank tidak mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit adalah suatu hal yang merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib menghindarkan diri dari kredit macet (Djumhana, 2003 :263).

Non performing loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (hutang tidak dapat ditagih), dan solvabilitas (modal berkurang) (Deasy Dwihandayani,2017). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.

(3)

Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 telah menetapkan bahwa salah satu kriteria bank yang dinilai memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya adalah bank dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit.

PT Bank MNC Internasional Tbk didirikan di Indonesia dengan nama PT Bank Bumiputera Indonesia berdasarkana akta NO 49 tanggal 31 Juli 1989 dan nama bank mengalami perubahan beberapa kali, yang terakhir per tanggal 16 juli 2014 menjadi PT Bank MNC Internasional Tbk. Angka rasio NPL Gross PT Bank MNC Internasional mengalami perubahan setiap tahunnya, pada tahun 2016 ke 2017 mengalami penurunan sebanyak 0,2%, pada tahun 2017 ke 2018 mengalami peningkatan yang sangat signifikan sebanyak 4,46% menurut keterangan dari catatan laporan keuangan bank mengalami pelampauan dan pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang disebabkan karena penurunan modal inti bank sebagai dampak dari kenaikan signifikan cadangan kerugian penurunan nilai kredit pada akhir tahun 2017. Pada tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami penurunan 1,51% dan tahun 2018 ke tahun 2019 mengalami kenaikan 0,06%.

Angka rasio ROA mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Pada tahun 2017 nilai ROA mengalami kerugian menjadi -7,47% hal ini terjadi karena kerugian penurunan nilai yang terjadi dalam portofolio asset keuangan. Penurunan nilai ROA pada tahun 2017 diikuti dengan penurunan rasio NPL. Menurut Horne dan Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Semakin besar nilai ROA suatu bank maka semakin besar juga tingkat laba yang dicapai bank tersebut. Artinya bank memperoleh laba yang berasal dari bunga atas kredit yang disalurkan. Laba yang diperoleh tersebut mengindikasikan bahwa nilai NPL semakin rendah.

Angka rasio CAR mengalami fluktuasi dari tahun 2015-2019. Pada tahun 2017 terjadi penurunan nilai CAR diikuti meningkatnya nilai NPL. Pada tahun 2016 dan 2018 terjadi peningkatan CAR diikuti penurunan nilai NPL. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008: 295). Penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi karena peningkatan kredit bermasalah atau kualitas kredit yang buruk (Taswan, 2006).

2. Kerangka Teori

Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir 2003;2). Menurut Sinungan (2000) Bank adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Karena demikian eratnya kaitan antara bank dan uang, maka bank disebut juga sebagai suatu lembaga yang berniaga uang. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (to receive deposits) dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Kemudian uang tersebut dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit (to make loans).

(4)

PT Bank MNC Internasional Tbk (selanjutnya disebut "Bank") didirikan di Indonesia dengan nama PT Bank Bumiputera Indonesia berdasarkan akta No 49 tanggal 31 Juli 1989 dari notaris Sri Rahayu, SH. Nama Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir menjadi PT Bank MNC Internasional Tbk, berdasarkan akta No. 57 tanggal 16 Juli 2014. Bank berkedudukan di Jakarta dan memiliki 16 kantor cabang. Kantor pusat Bank beralamat di Gedung MNC Financial Center Lantai 6, 7 & 8, Jl. Kebon Sirih Raya No. 27, Jakarta 10340, Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Bank, ruang lingkup kegiatan Bank adalah menjalankan usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bank mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 12 Januari 1990, sesuai dengan izin usaha yang diberikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 10/KMK.013/1990 tanggal 4 Januari 1990. Sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 30/146/KEP/DIR tanggal 5 Desember 1997, Bank telah mendapat persetujuan menjadi bank devisa. Bank tergabung dalam kelompok usaha MNC Group dengan entitas induk terakhir adalah PT MNC Investama Tbk.

Kredit Bermasalah (NPL/Net Performing Loan) adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (hutang tidak dapat ditagih), dan solvabilitas (modal berkurang). NPL mencerminkan juga risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Diyanti dan Widyarti, 2012). Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit. Semakin rendah rasio NPL maka semakin rendah tingkat kredit bermasalah yang terjadi, yang berarti semakin baik kondisi dari bank tersebut. Menurut Riyadi (2006), rasio NPL merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas yang merupakan kredit bermasalah dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank.

Return On Asset (ROA) merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan (Sudarmadji dan Sularto, 2007:54). Menurut Brigham dan Houston (2001:90), Rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak. Rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas antara lain adalah ROA. Kinerja bank dapat diukur dari ROA (Inoguchi, 2012:8).Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.

Capital Adequcy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko terjadi karena bunga gagal ditagih (Kasmir, 2008 : 295). CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Penurunan jumlah CAR merupakan akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau meningkatnya jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh perusahaan. Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi karena peningkatan kredit bermasalah atau kualitas kredit yang buruk (Taswan, 2006). Menurut surat keputusan Direksi BI No. 26/20/Kep/DIR dan SE BI No. 26/2/BPPP tanggal 29 Mei 1993 telah ditetapkan kewajiban penyediaan modal minimum. Ketentuan tersebut mengatur bahwa penyediaan modal minimum bank diukur dari presentase tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebesar 8% dari ATMR.

(5)

3. Metode Penelitian Analisis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder pada laporan keuangan PT Bank MNC Internasional Tbk pada periode tahun 2013 sampai dengan tahun 2019 yang diambil dari situs

www.idx.co.id Penelitian ini menggunakan teknik analisis linier berganda. Variabel yang

digunakan yaitu variabel terikat Kredit Bermasalah (NPL) dan variabel bebas yaitu ROA, dan CAR.

Kredit Bermasalah (NPL/Net Performing Loan) menurut Surat Edaran BI No 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 dapat dihitung sebagai berikut:

NPL = Kredit bermasalah X 100%

Total Kredit yang disalurkan

Return On Asset (ROA) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: ROA = Laba bersih X100%

Total Aktiva

Capital Adequacy Ratio (CAR) menurut Surat Edaran BI No 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

CAR = Modal X 100%

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

Analisis Statistik Secara Parsial

Dalam suatu pengujian hipotesis, uji parsial (uji statistik t) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Untuk mengetahui apakah variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent atau tidak, jika ada bagaimana sifat pengaruh tersebut, apakah bersifat positif atau negatif, maka kita perlu mengetahui regresi linier sederhana, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan pada akhirnya dilakukan uji hipotesis.

Analisis Statistik Secara Bersamaan

Uji hipotesis simultan dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui, apakah pengaruh variabel X1 , X2 secara simultan terhadap variabel Y signifikan, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan analisis regresi linear untuk pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian keabsahan regresi berdasarkan asumsi klasik. Secara teoritis, model yang digunakan akan menghasilkan nilai penduga yang sahih apabila memenuhi asumsi normalitas, tidak terjadi multikolinieritas, asumsi heterokedastisitas dan asumsi bebas autokorelasi.

(6)

Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistic parametris karena data yang akan diuji berbentuk ratio. Karena akan menggunakan statistik parametris, maka setiap data pada setiap variabel harus terlebih dulu diuji normalitasnya. Bila data setiap variabel tidak normal, maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik parametris.Pada penelitian ini menggunakan KolmogorovSmirnov Test.

b. Multikoleniaritas

Uji multikoleniaritas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat diantara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linier mengalami multikoleniaritas dapat diperiksa dengan menggunakan variance inflation factor (VIF) untuk masing- masing variabel independen, yaitu jika suatu variabel independen mempunyai nilai VIF > 10 (Slamet Santoso: 2010) berarti telah terjadi multikolenaritas.

c. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan yang lain. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Macam-macam uji heteroskedastisitas antara lain adalah dengan uji koefisien korelasi Spearmen’s rho, melihat pola titik-titik pada grafik regresi, uji park dan uji Glejser.

d. Autokorelasi

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada residualerror dan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi yang terjadi antara satu variabel bebas dengan dirinya sendiri. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi. Salah satu uji yang popular digunakan di dalam ekonometrika adalah metode yang ditemukan oleh Durbin-Watson (d)2.

Tabel 1

Uji Statistik Durbin-Watson(d)

Sumber: Agus Widarjono (2005:181)

4. Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Asumsi metode regresi linier klasik adalah tidak terjadi multikolinearitas antar sesama variabel bebas yang ada dalam model. Deteksi ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan jalan melihat besaran VIF (Variance Inflation Faktor) dan Tolerance serta koefisien korelasi antara variabel independen.disajikan dlam tabel berikut :

(7)

Tabel 2

Sumber : Sumber: Output SPSS

Hasil uji multikolinearitas pada pada tabel di atas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Sehingga model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah multikolinearitas

2. Uji Asumsi Heteroscedastisitas

Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Jika grafik yang diperoleh membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit ), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika grafik yang diperoleh tidak membentuk pola yang jelas dimana titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 atau antara 2 dan -2 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

(8)

Dari grafik pada gambar diatas, terlihat bahwa titik titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 dan diantara 2 dan -2. Hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi berganda.

3. Uji Asumsi Normalitas

Tujuan asumsi normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel indpenden, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Sumber: Output SPSS

Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik persamaan regresi. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhui asumsi normalitas, sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu model regresi berganda layak dipakai untuk mempredisksi pengaruh dari rasio variable independen (CAR dan ROA terhadap Non Performing Loan)

4. Uji Asumsi Autokorelasi

(9)

Tabel 3

Sumber: Output SPSS

Pada tabel diatas, terlihat bahwa angka Durbin Watson sebesar 2,245. Untuk nilai dL dan DU dapat dilihat dari DW tabel pada signifikansi 0,05 dengan n (jumlah data) = 7 dan k (jumlah variabel independen) = 2 didapat nilai dL adalah 0,4672 dan nilai DU adalah 1,8964. Hal ini berarti nilai DW (2,245) berada di antara 4-dU dan 4-dL, maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

Analisis Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara simultan

Pengaruh variabel independen ROA (X1) dan CAR (X2) terhadap NPL (Y) sebagai berikut :

Tabel 4

Sumber: Output SPSS

Koefisien determinasi (adjusted R Square) berfungsi untuk melihat sejauh mana seluruh variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat nilai dari Adjusted R Square adalah 0,304 atau 30,4% artinya besarnya kemampuan variasi Return On Asset dan Capital Adequacy ratio dapat menjelaskan variabel Non Performing Loan sebesar 30,4% sedangkan sisanya 69,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model. Kelayakan model dan persentase kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien determinasi selanjutnya diuji menggunakan hasil perhitungan berupa tabel anova sebagai berikut:

(10)

Tabel 5

Sumber: Output SPSS

Goodness of fit test atau kelayakan model regresi yang diperoleh dalam penelitian

sekaligus persentasi kontribusi variabel independen ROA dan CAR terhadap Non Performing

Loan yang ditunjukan oleh koefisien determinasi diuji dengan menggunakan data probabilitas

(kolom sig). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih tinggi dari taraf uji penelitian (sig > α atau 0,215 > 0,05). Dari hasil perhitungan didapat arti bahwa variabel independen tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel dependen.

Analisis Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara parsial

Tabel 6

Sumber : Output SPSS

Uji regresi parsial dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap Non Performing Loan (NPL) pada PT Bank MNC Internasional Tbk tahun 2013-2019. Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat besarnya nilai koefisien regresi Return On Asset / ROA adalah -0,149 dengan taraf signifikansi 0,583. Hasil signifikansi tersebut menunjukkan bahwa taraf signifikansi ROA lebih besar dari taraf α = 0,05. Ini berarti rasio Return On Asset / ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan / NPL. Berdasarkan tabel 6 juga dapat dilihat koefisien regresi Capital Adequacy Ratio sebesar – 0,341 dengan taraf signifikansi 0,283. Hasil signifikansi tersebut menunjukkan bahwa taraf signifikansi Capital Adequacy ratio lebih besar dari α = 0,05. . Ini berarti rasio Capital

Adequacy Ratio / CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan / NPL.

5. Kesimpulan

(11)

Loan (NPL) pada PT Bank MNC Internasional Tbk, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda menggunakan bantuan software SPSS diperoleh hasil secara parsial melalui nilai signifikansi , variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL dan variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan melalui uji Anova diperoleh hasil secara simultan ROA dan CAR tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).

Karena variabel ROA dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel NPL baik secara parsial dan signifikan, dan berdasarkan hasil penelitian ROA dan CAR hanya mempengaruhi 30,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Oleh karena perusahaan harus berusaha menaikan nilai ROA dan CAR agar dapat mempengaruhi nilai NPL agar semakin rendah. Semakin rendah nilai NPL semakin baik kondisi perusahaan karena mampu menyalurkan kreditnya dengan baik dan menghasilkan keuntungan kepada para pemegang saham.

6. Daftar Pustaka

Ayu, I Gusti, dan Nyoman abundanti. 2018. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non

Performing Loan, Loan to Deposit Ratio terhadap return On Asset. E-Jurnal Manajemen Unud,

Vol. 7, No. 5, 2018:2410-2441

Jandi anwar, Cep dan Sunaenah. 2016. Pengaruh ROA dan CAR terhadap Kredit Macet (NPL)

pada Bank Umum di Indonesia. Jurnal ilmu ekonomi, Vol. 6, No. 2, Hal 115-273

Kasmir. 2011. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers. Kasmir.2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers

Ni Made Inten Uthami Putri Warsa &I Ketut Mustanda. Pengaruh CAR, LDR Dan

NPL Terhadap ROA Pada Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal

Manajemen Unud, Vol. 5, No. 5, 2016: 2842 - 2870 ISSN: 2302-8912

Simanjuntak, Jontro. 2016. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit

Ratio(LDR), dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Asssets (ROA) pada Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 2 No. 2. Hal 102-111

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan mengangkat judul : ” Analisis Diferensiasi Produk pada

Berdasarkan hasil penelitian terhadap mata pelajaran biologi dengan media pembelajaran dapat ditarik kesimpulan ada keefektifan hasil belajar siswa dengan

I 21 : Aku sih udah pake ya dari dulu, soalnya menurut ku dengan pakai e-Toll itu lebih praktis dan nggak ribet, kan kita yang tadinya kadang harus nunggu

Membawa Dokumen Penawaran Asli dan Foto copy sesuai dengan yang telah di unggah. dalam

Penelitian ini dilatar belakangi karena rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas V di SD 5 Gondoharum. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Menjelaskan peningkatkan keterampilan

Hasil penelitian atas hipotesis ketiga membuktikan bahwa kompleksitas perusahaan berpengaruh secara positif terhadap abnormal audit delays , sehingga perusahaan yang

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Suspek Tb Paru yang terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, status gizi, kebiasaan

pustaka secara umum dengan tujuan agar pengguna mengetahui bahwa koleksi perpustakaan ternyata sangat beragam. Sehingga dengan diadakanya program pendidikan pemustaka