• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Oksida Terner Mg-Nb-O

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sintesis Oksida Terner Mg-Nb-O"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Sintesis Oksida Terner Mg-Nb-O

Yonathan Kandake, Aep Patah*

Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung (email: [email protected]) ABSTRAK

Oksida terner adalah oksida yang terdiri atas dua kation logam dan oksigen. Oksida terner fasa Mg3Nb6O11 dapat dikembangkan sebagai katalis pada material penyimpan hidrogen, sedangkan fasa

MgNb2O6 dan Mg4Nb2O9 banyak dikembangkan sebagai material dielektrik microwave. Metoda sol-gel

digunakan untuk mensintesis oksida terner Mg-Nb-O yang diawali dengan pembentukan kompleks [Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf). Pembentukan kompleks dilakukan dengan mencampurkan 2

mmol Mg(NO3)2.6H2O dan 1,4 mmol asam 2,6-naftalendikarboksilat dengan 40 mL pelarut DMF dan

CH3OH (50:50). Campuran dalam autoclave dipanaskan selama 24 jam pada suhu 1100C. Sekitar 0,2 g

NbCl5 ditambahkan pada senyawa kompleks yang dihasilkan yang kemudian dikalsinasi pada suhu 200,

350, 500, 700 dan 10000C. Senyawa kompleks [Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf) dikarakterisasi

menggunakan spektroskopi infra merah (FTIR) dan X-Ray Powder Diffraction (XRD). Perubahan fasa mulai teramati pada difraktogram XRD untuk suhu kalsinasi 5000C. Oksida terner yang terindentifikasi adalah MgNb2O6 (16,05% w/w), Mg3Nb6O11 (52,22% w/w) dan Mg4Nb2O9 (10,35% w/w), sedangkan

sisanya adalah Nb2O5(6,37% w/w ), MgO(14,98% w/w). Kalsinasi pada suhu 7000C menyebabkan MgO

habis bereaksi menghasilkan MgNb2O6 (50,37% w/w), Mg3Nb6O11 (14,75% w/w) dan Nb2O5 (34,88%

w/w). Kalsinasi lebih lanjut pada suhu 10000C hanya menghasilkan MgNb2O6 (84,95% w/w) dan

Mg4Nb2O9 (15,05% w/w). Dapat disimpulkan, oksida terner Mg3Nb6O11 terbentuk pada suhu kalsinasi

sekitar 500oC , sedangkan untuk oksida terner MgNb2O6 dan Mg4Nb2O9 secara optimal terbentuk pada

suhu kalsinasi diatas 7000C.

Kata kunci : Oksida terner Mg-Nb-O, MgNb2O6, Mg3Nb6O11, Mg4Nb2O9 ,sol-gel , material penyimpanan

hidrogen.

1. Pendahuluan

Ketergantungan dunia terhadap energy tak terbarukan yang semakin hari semakin meningkat dan polusi udara yang dihasilkan mendorong penelitian untuk menciptakan energi baru yang terbarukan dan ramah lingkungan. Hidrogen sebagai salah satu energy terbarukan yang menjanjikan dan tanpa emisi. Persoalan yang dihadapi dalam

penggunaan gas hydrogen sebagai energy terbarukan teletak pada media penyimpanannya. Logam ringan seperti magnesium memiliki potensi besar dalam hal ini dalam bentuk MgH2. Pada proses

desorpsi hydrogen dalam MgH2 dibutuhkan

katalis yang memadai sehingga dapat meningkatkan proses desorpsi hydrogen[1]. Pada penelitian yang dilakukan terbentuk logam oksida terner yang memberikan nilai

(2)

desorpsi yang sangat baik. Senyawa ini adalah Mg-Nb-O yang berpeluang menjadi katalis yang membantu dalam proses desorpsi hydrogen. Telah dilaporkan beberapa oksida terner Mg-Nb-O antara lain MgNb2O6, Mg4Nb2O9, Mg3Nb6O11 ,

Mg5Nb4O15 [3]. Diantara oksida terner

Mg-Nb-O , Mg3Nb6O11 aktif secara reversible

pada proses sorpsi hydrogen[1,3]. Sintesis dengan menggunakan metode sol-gel dipilih untuk mendapatkan hasil yang murni dan murah dalam segi ekonomi.

2.Eksperimen

2.1 Material Kompleks

[Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf)

diperoleh dari hasil sintesis menggunakan garam Mg(NO3)2.6H2O dan asam

2,6-naftalendikarboksilat dalam pelarut DMF dan CH3OH (50:50) , NbCl5 diperoleh secara

komersial (99% Sigma Aldrich ) dan pelarut DCM (99% Merck).

2.2 Metodologi

Sintesis Oksida Terner Mg-Nb-O dilakukan dengan mensintesis senyawa kompleks [Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf)

terlebih dahulu dengan

mencampurkan 2 mmol Mg(NO3)2.6H2O dan 1,4 mmol asam

2,6-naftalendikarboksilat dengan 40 mL

pelarut DMF dan CH3OH (50:50). Campuran

dalam autoclave dipanaskan selama 24 jam pada suhu 1100C [2]. Setelah kompleks[Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](d

mf) tersebut dihasilkan, kemudian dicampurkan dengan NbCl5 yang dilarutkan

dalam dicloro methane .Campuran kemudian dipanaskan dengan menggunakan hotplate sambil diaduk sampai seluruh pelarut menguap dan membentuk gel. Kemudian disimpan dalam desikator yang dialiri gas Nitrogen lalu dikasinasi dengan rentang suhu 200, 350, 500, 700 dan 10000C.

2.3 Karakterisasi Kompleks

[Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf)

yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menggunakan spektroskopi infra merah (IR) , sebelumnya dilakukan pengukuran IR terhadap NDC saja untuk membandingkan hasil yang didapat sebagai referensi.

(3)

Oksida terner yang dihasilkan dengan variasi suhu 200,350,500,700,1000oC dikarakterisasi dengan menggunakan

difraksi sinar X.

Hasil

karakterisasi

dengan

menggunakan difraksi sinar-X (XRD)

dibandingkan dengan database XRD

untuk oksida terner dengan fasa

MgNb2O6, Mg3Nb6O11

,

Mg4Nb2O9.

, untuk

mengetahui fasa–fasa oksida yang

terbentuk.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis spektroskopi IR

Pada karakterisasi dengan menggunakan spektroskopi infra merah (IR) dalam gambar. 1 terlihat adanya pergeseran ke kanan puncak karbonil pada hasil

pengukuran kompleks

[Mg3(ndc)3(dmf)2(CH3OH)(H2O)](dmf) yang

terbentuk. Terlihat adanya puncak pada bilangan gelombang 1557, diprediksi telah terjadi ikatan antara atom Mg dengan ndc

yang ditandai dengan bergesernya puncak vibrasi C=O dimana puncak bilangan gelombang pada C=O memberikan signal kuat pada bilangan gelombang antara 1780-1650.

3.2 Analisi Difraksi Sinar-X (XRD)

Pada gambar.2 dapat dilihat bahwa

Hasil

karakterisasi

dengan

menggunakan

difraksi sinar-X (XRD) pada variasi suhu

200,

350,

500,700,dan

1000

o

C

menunjukkan tahap perubahan dimana

oksida terner masih belum terbentuk

pada suhu 200 dan 350

o

C (amorf).

Oksida terner mulai terbentuk pada

suhu 500

o

C dan sifatnya semakin

kristalin pada suhu yang lebih tinggi

yaitu pada suhu 700 dan 1000

o

C.

Hasil pengukuran pada berbagai variasi suhu menunjukkan adanya perbedaan fasa oksida terner yang terbentuk. Untuk itu dilakukan penentuan % komposisi dengan cara membandingkan integral luas area puncak tertinggi dari fasa yang didapatkan.

(4)

amorf, dimana belum ditemukan fasa oksida terner , pada suhu 5000C didapatkan hasil telah terbentuknya oksida terner Mg-Nb-O dengan fasa oksida terner MgNb2O6

(16,05%), Mg3Nb6O11 (52,22%)dan sisanya

oksida Nb2O5 (6,47%)dan MgO(14,98%)

yang belum bereaksi menjadi oksida terner. Kenaikan suhu mempengaruhi hasil yang didapatkan dimana pada suhu 7000C , hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa oksida terner yang terbentuk lebih kristalin.Pada kalsinasi suhu ini , terbentuk oksida terner Mg-Nb-O dengan fasa MgNb2O6 (50,37%)dan Mg3Nb6O11 (14,75%)

dan masih adanya Nb2O5 (34,88%)yang

belum bereaksi. Fasa Mg4Nb2O9 tidak

terindentifikasi pada suhu kalsinasi 700oC dimana Mg4Nb2O9 dapat bereaksi kembali

dengan Nb2O5 pada suhu kalsinasi yang

tinggi menghasilkan fasa MgNb2O6. Sehingga

diperoleh hasil % komposisi MgNb2O6 yang

meningkat (50,37%).

Kemudain pada suhu kalsinasi 1000oC didapatkan puncak oksida terner Mg-Nb-O yang teramati adalah fasa MgNb2O6 dan

Mg4Nb2O9. Pada suhu kalsinasi ini

didapatkan intensitas dan % komposisi dari fasa MgNb2O6 yang sangat besar(84,95%)

dan fasa Mg4Nb2O9 (15,05%) , hal ini

dikarenakan pembentukan oksida terner Mg-Nb-O lebih mudah membentuk fasa MgNb2O6. Oksida terner fasa Mg4Nb2O9 dan

Mg3Nb6O11 lebih sulit terbentuk karena

bentuk struktur kristalnya yang lebih…..dibandingkan dengan bentuk struktur kristal MgNb2O6. Pembentukan fasa

oksida terner Mg3Nb6O11 memerlukan

keadaan khusus yaitu keadaan defisiensi oksigen, dimana fasa ini dapat kita dapatkan dengan mengatur jumlah oksigen pada saat kalsinasi. Pada pembentukan fasa ini terbentuk juga senyawa NbO yang akan berekasi menghasilkan fasa ini.

Persamaan reaksi pembentukan oksida terner Mg-Nb-O adalah dengan bereaksinya prekursor kompleks Mg menghasilkan oksida Mg, dan Nbcl5 mengahasilkan oksida

niobium.

4.Kesimpulan

Hasil dari sintesis yang dilakukan mulanya menggunakan metoda sol gel pada umumnya sulit dilakukan dikarenakan penanganan bahan yang sangat reaktif terhadap udara dan air. Oleh karena itu dibuat terlebih dahulu senyawa kompleks Mg(NDC) yang kemudian direaksikan dengan NbCl5 dalam pelarut DCM untuk

kemudian dikalsinasi menjadi oksida terner Mg-Nb-O.

Hasil yang didapatkan oksida terner Mg-Nb-O berhasil antara lain MgNb2O6 dan

Mg3Nb6O11, dengan persentase mayoritas

(5)

pada sintesis oksida terner sangat berpengaruh dimana pada suhu tinggi , lebih banyak precursor yang bereaksi membentuk produk, sedangkan pada suhu rendah didapatkan produk dengan pengotor berupa niobium oksida dan magnesium oksida yang belum bereaksi membentuk oksida terner.

Daftar Pustaka

1. Patah A, Takasaki A, Szmyd JS. Influence of multiple oxide (Cr2O3/Nb2O5) addition on the

sorption kinetics of MgH2. Int J

Hydrogen Energy 2009;34:3032-7. 2. Irena Senkovska, Julia Fritsch,

Stefan Kaskel. New Polymorphs of Magnesium-Based Metal–Organic Frameworks Mg3(ndc)3 (ndc = 2,6-Naphthalenedicarboxylate) Eur. J. Inorg. Chem. 2007, 5475–5479 3. M.W. Rahman , S. Livraghi , F. Dolci

, M. Baricco , E. Giamello. Hydrogen sorption properties of Ternary MgNbO phases synthesized by solidestate reaction.International journal of hydrogen Energy 2011; 36 : 7932-7936

4. Y.C.Zhang ,X. Zhou ,Xiu Wang. Synthesis of MgNb2O6 nanocrystalline powders by an

improved citrate sol-gel technique .J Sol-Gel Sci Technol (2009) 50:348–352

5. Te-Hua Fang , Yu-Jen Hsiao , Yee-Shin Chang , Liang-Wen Ji , Shao-Hui Kang. Luminescent and structural properties of MgNb2O6

nanocrystals. Current Opinion in Solid State and Materials Science 12 (2008) 51-54

6. Liang Li , Guanlin Feng, Dejun Wang, Hang Yang, Zhongmin Gao, Benxian Li, Dapeng Xu, Zhanhui Ding, Xiaoyang Liu. Optical floating zone method growth and photoluminescence property of MgNb2O6. Journal of Alloys and

Compounds 509 (2011) L263-266 7. Zhi, F.F., Liu, P., Xiao, M.C., Jian,

L.M., Zhang, H.W. (2010), Low-temperature synthesis of Mg4Nb2O9 nanopowders by high-energy ball-milling method. Journal of Alloys and Compounds, 493,441-44

Referensi

Dokumen terkait