PENENTUAN INFRASTRUKTUR
PRIORITAS
DI KECAMATAN PINGGIRAN KOTA
YOGYAKARTA
Wahyu Endy Pratista 3608100049
Dosen Pembimbing
• Perkembangan perkotaan sekarang kian pesat
• Perkembangan perkotan yang memusat pada daerah tengah kota, secara
perlahan akan tertumpah pada daerah pinggiran kota tersebut (Yunus, 2008)
• Hal ini ditunjukan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan, seiring dengan
semakin tinggi tingkat pertumbuhan penduduk baik secara alami maupun migrasi,
dan beragamnya tuntutan kebutuhan akan sarana dan prasarana
• Perkembangan secara terus-menerus ini mengakibatkan daerah yang langsung
berbatasan dengan Kota Yogyakarta, telah banyak mendapat pengaruh kota.
• Perbedaan pertumbuhan lahan terbangun tiap kecamatan di wilayah studi
• Perbedaan perkembangan infrastruktur tiap kecamatan di wilayah studi
Rumusan Masalah
Apa sajakah faktor apa yang
mempengaruhi penyediaan
infrastruktur di kecamatan
pinggiran Kota Yogyakarta?
Tujuan dan Sasaran
Menganalisis tipologi
perkembangan wilayah pinggiran
Kota Yogyakarta.
Menganalisis faktor yang
berpengaruh terhadap
perkembangan infrastruktur di
kecamatan pinggiran Kota
Yogyakarta.
Menganalisis penyediaan
infrastruktur prioritas di kecamatan
pinggiran Kota Yogyakarta
berdasarkan tipologi dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan infrastruktur.
Sasaran Indikator Variabel
Menganalisis tipologi perkembangan wilayah
pinggiran Kota Yogyakarta Perkembangan Wilayah
Perkembangan Lahan Terbangun
Perkembangan Infrastruktur
Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan infrastruktur di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta
Kondisi Finansial Anggaran belanja
pemerintah
Perubahan lahan Tingginya perubahan
penggunaan lahan
Kondisi Penduduk
Ada tidaknya konflik penduduk
Peningkatan jumlah penduduk
pelayanan publik Tingkat pelayanan
Otonomi daerah
Adanya kebijakan otonomi bidang infrastruktur
Kebencanaan Terjadinya bencana
Menganalisis jenis infrastruktur prioritas di kecamatan pinggiran Kota Yogyakarta berdasarkan tipologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan infrastruktur
Air bersih Infrastruktur air bersih
Sanitasi Infrastruktur sanitasi
Jalan Infrastruktur jalan
Drainase Infrastruktur drainase
Kelistrikan Infrastruktur kelistrikan
Metodologi Penelitian
Sasaran Penelitian
Alat Analisis
Tujuan Analisis
Menganalisis tipologi
perkembangan wilayah
pinggiran Kota
Yogyakarta
Deskriptif
Menentukan tipologi wilayah
sesuai dengan karakteristik
perkembangan
Menganalisis faktor yang
berpengaruh terhadap
perkembangan
infrastruktur di wilayah
pinggiran Kota
Yogyakarta
Analisa Delphi
Mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap
penyediaan infrastruktur di
pinggiran Kota Yogyakarta
Menganalisis jenis
infrastruktur prioritas di
kecamatan pinggiran
Kota Yogyakarta
berdasarkan tipologi dan
faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
perkembangan
infrastruktur
Analisa Delphi
Mengetahui kebutuhan
infrastruktur prioritas di
pinggiran Kota Yogyakarta
Gambaran umum
Air Bersih
Pelayanan kebutuhan air bersih di
Kota Yogyakarta di kelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Dengan pelayanan telah
mencakup seluruh Kota Yogyakarta.
Selain itu, ketersediaan air bersih
juga didapat dari sumur gali dan
sumur pompa.
Pertumbuhan pelanggan air bersih
di wilayah penelitian mencapai 32%
dari tahun 2006-2010
Jalan
Terdapat
3
jenis
prasarana
jalan
wilayah
pinggiran
Kota
Yogyakarta
menurut permukaan
yaitu jalan beraspal,
jalan diperkeras, dan
jalan tanah. Panjang
jalan
wilayah
peneletian
adalah
sebesar 239,776 Km.
Sanitasi
Sanitasi di Kota Yogyakarta
dengan sistem terpusat, sistem
komunal dan setempat. Sistem
terpusat
dialirkan
melalui
jaringan riol menuju IPAL
Sewon
dan
mencakup
pelayanan kurang lebih 25%
penduduk kota, sedangkan
lainnya menggunakan sistem
setempat yaitu menggunakan
septic tank dan sumur resapan
untuk pembuangan limbah dari
tiap persil rumah tangga dan
sedikit
sekali
yang
menggunakan sistem komunal.
Pertumbuhan
sanitasi
di
wilayah penelitian mencapai
32%.
Drainase
Setiap kecamatan memiliki
panjang
drainase
yang
berbeda – beda. Kecamatan
.Umbulharjo memiliki jaringan
drainase
yang
terpanjang
yaitu 32.708,04 m
Listrik
Pada umumya kawasan
terbangun yang tedapat di
pinggiran Kota Yogyakarta
sudah
terlayani
listrik.
Sebanyak
82.866pelanggan
telah
terlayani. Pelanggan listrik
di wilayah pinggiran Kota
Yogyakarta
mengalami
pertumbuhan mulai dari
tahun
2006
–
2010.
Pertumbuhan
pelanggan
listrik di wilayah penelitian
mencapai 19,52%.
•Menganalisis jenis infrastruktur prioritas di
kecamatan pinggiran Kota Yogyakarta berdasarkan tipologi dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan infrastruktur
Sasaran 3
•Menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan infrastruktur di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta
Sasaran 2
•Menganalisis tipologi perkembangan wilayah pinggiran Kota Yogyakarta.Sasaran 1
Analisis
Analisa yang digunakan untuk menentukan tipologi
wilayah pinggiran Kota Yogyakarta sesuai dengan teori
land usetriangle : continuum
Analisis Tipologi Perkembangan
Wilayah Pinggiran Kota Yogyakarta
Kajian Tinjauan
Pustaka
Korelasi
Penggunaan
Lahan & Infrasa
Hasil Tipologi
Perkembangan
Kegiatan
Zona Ruang
Zona Bingkai
Kota
Zona Bingkai
Kota-Desa
Zona Bingkai
Desa-Kota
Zona Bingkai
Desa
Pertanian
< 25%
> 25% - < 50%
> 50% - < 75%
> 75%
Non Pertanian
> 75%
> 50% - < 75%
> 25% - < 50%
< 25%
Pertumbuhan Lahan
Terbangun
> 75%
> 50% - < 75%
> 25% - < 50%
< 25%
Infrastruktur
> 75%
> 50% - < 75%
> 25% - < 50%
< 25%
Tipologi
Kecamatan
Zona dengan kecenderungan infrastruktur desa (Zona 1)
Mantijeron
Umbulharjo
Kotagede
Gondokusuman
Wirobrajan
Jetis
Tegalrejo
Analisa yang digunakan untuk menentukan faktor yang
berpengaruh terhadap penyediaan di pinggiran Kota
Yogyakarta menggunakan analisis Delphi.
Dibawah ini adalah alur Analisis Delphi:
Analisis Faktor Yang Berpegaruh Pada
Penyediaan Infrastruktur di Kecamatan
Pinggiran Kota Yogyakarta
Analisi Deskriptif
(theoritical deskriptive)
Analisis
Variabel Analisa Deskriptif Keterangan
Anggaran belanja pemerintah
Kodoatie (2005) dan Grigg dan Fontane (2000) sama-sama
menyatakan bahwa sumber dana pemerintah adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan infrastruktur. Ditambah dengan pendapat Haris (2005) yang
menyatakan bahwa pendanaan berupa alokasi belanja publik yang dilakukan untuk infrastruktur harus mampu menstimulasi tumbuh dan
terdistribusinya ekonomi
Berdasarkan teori, maka pendanaan dalam hal anggaran belanja pemerintah sangat berpengaruh terhadap perkembangan infrastruktur karena banyaknya alokasi pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk infrastruktur berarti dapat
mempercepat perkembangan infrastruktur. Faktor yang digunakan dalam variabel kondisi anggaran belanja pemerintah adalah faktor alokasi anggaran belanja pemerintah untuk infrastruktur
Tingginya perubahan
penggunaan lahan
Kodoatie, (2005) menyatakan bahwa perkembangan tata ruang kota yang tidak terkendali akibat urbanisasi mengakibatkan pembangunan infratruktur kalah cepat dengan perubahan tata guna lahan. Kodoatie (2003) juga menjelaskan bahwa
Perubahan lahan akan mengakibatkan rendahnya pelayanan infrastruktur.
Berdasarkan teori, maka Semakin luas wilayah maka semakin besar pula kebutuhan akan infrastruktur yang dibutuhkan, misalnya perubahan tata guna lahan mengakibatkan fluktuasi debit air pada musim hujan dan kemarau semakin besar. Hal ini
mengakibatkan penurunan yang sangat tajam terhadap debit air sungai untuk air baku air minum pada musim kemarau. Faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni faktor perubahan lahan pertanian menjadi non pertanian
Analisis deskriptif
Ada tidaknya konflik penduduk
Kodoatie, (2005) menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam hal kesadaran
masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan sangat penting. Yunus (2008) juga menjelaskan bahwa perilaku penduduk
mempunyai peranan yang besar dalam menjaga lingkungan, misalnya kualitas air baik air
permukaan maupun air tanah, intensitas pembuangan limbah cair dan padat kedalam saluran air dan sungai-sungai yang mengalir.
Teori menyatakan bahwa penduduk memiliki andil yang besar dalam
penyediaan infrastruktur. Misalnya adanya konflik penduduk akan berdampak pada perilaku dan aktivitas sehari-hari termasuk dalam penggunaan ataupun pemeliharaan infrastruktur. Faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni faktor ada tidaknya
konflik penduduk.
Tingginya peningkatan penduduk
Yunus (2008) mengatakan bahwa makin banyak dan tinggi kepadatan penduduk yang
terkonsentrasi pada suatu wilayah, maka dipastikan mempengaruhi penyediaan
infrastruktur dan berdampak pada lingkungan, misalnya polusi air yang semakin tinggi, karena penduduk sendiri merupakan sumber polutan insitu. Selain itu kegiatan penduduk berskala kecil maupun besar yang juga makin meningkat, dapat berperanan sebagai sumber polutan potensial
Dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat maka ketersediaan infrastruktur tidak mampu melayani seluruh kebutuhan masyarakat, sehingga variabel ini berpengaruh terhadap
penyediaan infrastruktur. Faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni faktor pengingkatan jumlah penduduk
Tingkat pelayanan infrastruktur
Kodatie (2003) menyatakan Masing-masing instansi penyelenggara infrastruktur berjalan menurut kebutuhan dan kepentingan tanpa koordinasi terpadu dan terintegrasi. Kodoatie (2005) juga menyatakan bahwa koordinasi antar dinas mempengaruhi perkembangan
infrastruktur.
Berdasarkan teori, maka kondisi instansi penyelenggara dan pengelola infrastruktur berperan penting dalam perkembangan infrastruktur. Hal ini dapat dilihat dari tingkat pelayanan infrastruktur yang ada. Faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni faktor tingkat pelayanan infrastruktur
Adanya kebijakan otonomi
Menurut Haris (2005) Otonomi daerah harus menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional di daerah, dan terbukanya peluang bagi pemerintah daerah
mengembangkan kebijakan regional dan lokal untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi di suatu daerah, dalam konteks ini, otonomi daerah akan memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah untuk membangun berbagai infrastruktur
Menurut teori, maka dengan adanya kebijkan otonami daerah maka
perkembanga infrastruktur sudah diatur sendiri oleh daerah yang bersangkutan sehingga semestinya pemerintah daerah mengerti kebutuhan pengembangan infrastruktur. Variabel ini mempengaruhi perkembangan infrastruktur. Faktor yang digunakan dalam variabel ini yakni faktor adanya kebijakan otonomi di bidang infrastruktur
Terjadinya bencana
Menurut Amron (2007)
infrastruktur menghadapi permasalahan seiring dengan pertumbuhan populasi dan kebutuhan lahan untuk permukiman dan industri bencana pembangunan.
Menurut teori, adanya bencana baik alam maupun akibat manusia, pasti
mempengaruhi perkembangan
infrastruktur, misalnya pembangunan rumah di sempadan sungai yang dapat mengakibatkan bencana banjir dan merusak infrastruktur. Faktor yang
digunakan dalam variabel ini yakni faktor ada tidaknya dampak bencana
NO Stakeholder Dinas 1 Bapak Aki Lukman
(Kepala Bidang Drainase dan Pengairan) Dinas Kimpraswil 2
Ibu Yunita
(Staf bidang permukiman dan sarana prasarana)
Dinas Kimpraswil
3 Ibu Wahyu Setyowati
(Kasi Tata Perkotaan) Dinas Kimpraswil 4 Bapak Wijayanto
(Kepala Bidang Bina Marga) Dinas Kimpraswil 5 Bapak Purwandi
(Staf BAPPEDA Kota Yogyakarta) BAPPEDA Kota Yogyakarta 6 Bapak Pamungkas
(Staf BAPPEDA Kota Yogyakarta) BAPPEDA Kota Yogyakarta 7 Bapak Hernadi Tri Hartanta, S.T
(Staf PT. Titimatra Tujutama) PT. Titimatra Tujutama 8 Bapak Mohammad Suhartono Tokoh Masyarakat Zona A 9 Bapak Ahmad Basuki Tokoh Masyarakat Zona B
Wawancara
FAKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8
alokasi anggaran belanja pemerintah untuk infrastruktur V V V V V V V V Tingkat pertumbuhan penduduk V V V V V V V V
Ada tidaknya konflik
penduduk X V X X X X
X X
Tingkat Perubahan lahan V V V V V V V V
adanya kebijakan otonomi
di bidang infrastruktur V V V V V V
V V
Tingkat pelayanan
infrastruktur X X X X X X
X X
Ada tidaknya dampak
bencana V V V V V V
V V
Wawancara zona 1
FAKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8
Ada Tidaknya Konflik
Penduduk X X X X X X
X X
FAKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8
alokasi anggaran belanja pemerintah untuk infrastruktur V V V V V V V V Tingkat pertumbuhan penduduk V V V V V V V V
Ada tidaknya konflik
penduduk V V V V V V
V V
Tingkat Perubahan lahan
V V V V V V V V adanya kebijakan otonomi di bidang infrastruktur V V X V V V V V Tingkat pelayanan infrastruktur V X V X V X X V
Ada tidaknya dampak
bencana V V V V V V V
V
Wawancara zona 2
FAKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kondisi otonomi daerah
V V V V V V V V Tingkat pelayanan
Zona 1
Kondisi anggaran belanja pemerintah Tingkat pertumbuhan penduduk
Ada tidaknya dampak bencana Tingkat perubahan penggunaan lahan
Kondisi otonomi daerah
Zona 2
Kondisi anggaran belanja pemerintah Tingkat pertumbuhan penduduk
Ada tidaknya konflik penduduk Tingkat perubahan penggunaan lahan
Kondisi otonomi daerah Tingkat pelayanan
Ada tidaknya dampak bencana
Infrastruktur R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 Total Bobot Prioritas Air bersih 5 5 5 5 5 5 5 3 38 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 3
Sangat Penting (5) = 7 Sanitasi 3 5 3 5 5 5 5 3 34 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 3
Sangat Penting (5) = 5 Jalan 3 5 5 5 3 5 5 5 36 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 2
Sangat Penting (5) = 6 Kelistrikan 1 1 1 1 1 3 5 1 14 Cukup Penting (1) = 6
Penting (3) = 1
Sangat Penting (5) = 5 Drainase 5 5 3 3 5 3 5 3 32 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 4
Lebih Penting (5) = 4
Analisis Kebutuhan Infrastruktur Prioritas
di Kecamatan Pinggiran Kota Yogyakarta
Pembobotan Infrastruktur Prioritas yang Penting Untuk Dikembangkan di Zona I
Pembobotan Infrastruktur Prioritas Yang Penting Untuk Dikembangkan di Zona II
Infrastruktur R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R9 Total Bobot Prioritas Air Bersih 5 5 3 3 5 5 5 3 34 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 3
Sangat Penting (5) = 5 Sanitasi 3 5 5 5 5 5 3 3 34 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 3
Sangat Penting (5) = 5 Jalan 5 3 5 5 3 5 5 5 36 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 2
Sangat Penting (5) = 6 Kelistrikan 1 1 1 1 1 1 1 3 10 Cukup Penting (1) = 7
Penting (3) = 1
Sangat Penting (5) = 0 Drainase 5 5 3 3 3 5 5 3 32 Cukup Penting (1) = 0
Penting (3) = 4
Zona 1
Air Bersih
Jalan
Sanitasi
Drainase
Kelistrikan
Zona II
Jalan
Air bersih
Sanitasi
Drainase
Kelistrikan
Kependudukan
Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Jumlah Rumah Tangga Jumlah Penduduk Kepadatan (Jiwa/Km2) mantijeron 2,61 11.659 31.267 11.980 Mergangsan 2,31 11.022 29.292 12.681 Umbulharjo 8,12 19.553 76.743 9.451 Kotagede 3,07 9.869 31.152 10.147 Gondokusuman 3,99 15.066 45.293 11.352 Wirobrajan 1,76 8.595 24.840 14.114 Jetis 1,70 9.226 23.454 13.796 Tegalrejo 2,91 11.352 34.923 12.001 Jumlah 26,47 96.342 296.964 11.219
Kecamatan Jumlah Penduduk
2006 2007 2008 2009 2010 mantijeron 36.364 36.974 37.442 37.934 38.432 Mergangsan 35.094 35.654 35.921 36.281 36.645 Umbulharjo 77.371 78.333 79.320 80.312 81.316 Kotagede 31.162 31.777 32.304 32.826 33.356 Gondokusuman 54.122 55.032 55.710 56.364 57.026 Wirobrajan 29.746 30.565 31.104 31.676 32.259 Jetis 28.995 29.836 30.461 30.993 31.534 Tegalrejo 39.258 40.218 41.036 41.758 42.493 Jumlah 332.112 338.389 343.298 348.144 353.061
Kecamatan Persentase Pertumbuhan Penduduk
2006 – 2007 2007 – 2008 2008 – 2009 2009 – 2010 Rata – rata mantijeron 1,68% 1,27% 1,31% 1,31% 1,39% Mergangsan 1,60% 0,75% 1,00% 1,00% 1,09% Umbulharjo 1,24% 1,26% 1,25% 1,25% 1,25% Kotagede 1,97% 1,66% 1,62% 1,61% 1,72% Gondokusuman 1,68% 1,23% 1,17% 1,17% 1,32% Wirobrajan 2,75% 1,76% 1,84% 1,84% 2,05% Jetis 2,90% 2,09% 1,75% 1,75% 2,12% Tegalrejo 2,45% 2,03% 1,76% 1,76% 2,00% Jumlah 1,89% 1,45% 1,41% 1,41% 1,54%
Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
2006 2007 2008 2009 2010 mantijeron 7.021 7.834 8.024 10.829 11.659 Mergangsan 6.968 8.196 8.565 10.653 11.022 Umbulharjo 16.177 17.021 17.865 19.596 19.553 Kotagede 5.998 6.881 7.877 8.760 9.869 Gondokusuman 13.648 13.776 14.523 15.270 15.066 Wirobrajan 7.050 7.141 7.308 6.826 8.934 Jetis 7.150 7.242 7.631 7.679 9.226 Tegalrejo 8.547 9.108 9.284 11.792 11.352 Jumlah 72.559 77.199 81.007 91.405 96.681
Kecamatan Persentase Pertumbuhan Rumah Tangga
2006 – 2007 2007 – 2008 2008 – 2009 2009 – 2010 Rata – rata mantijeron 11,58% 2,43% 34,96% 7,66% 14,16% Mergangsan 17,62% 4,50% 24,38% 3,46% 12,49% Umbulharjo 5,22% 4,96% 9,69% -0,22% 4,91% Kotagede 14,72% 14,47% 11,21% 12,66% 13,27% Gondokusuman 0,94% 5,42% 5,14% -1,34% 2,54% Wirobrajan 1,29% 2,34% -6,60% 30,88% 6,98% Jetis 1,29% 5,37% 0,63% 20,15% 6,86% Tegalrejo 6,56% 1,93% 27,01% -3,73% 7,94% Jumlah 6,39% 4,93% 12,84% 5,77% 7,48%
Land Use
Jenis Penggunaan Lahan Luas Persentase Perumahan 1.743,72 65,88% Jasa 203,49 7,69% Perusahaan 197,88 7,48% Industri 50,07 1,89% Petanian 118,59 4,48% Non Produktif 19,31 0,73% Lain - lain 313,93 11,86% Jumlah 2.647 100,00% KecamatanJenis Penggunaan Lahan (Ha)
Jumlah
Perumahan Jasa Perusahaan Industri Pertanian Non Produktif Lain-lain
2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 2006 2010 mantijeron 200,85 201,69 9,15 9,55 12,24 13,47 0,49 0,49 4,95 2,49 0,09 0,09 33,23 33,23 261,00 261,00 Mergangsan 156,44 156,06 15,96 15,96 18,51 20,81 1,60 1,60 6,49 4,63 0,17 0,12 31,83 31,83 231,00 231,00 Umbulharjo 509,37 511,40 52,20 55,49 35,33 37,97 17,88 17,88 75,70 67,79 16,48 16,43 105,0 4 105,04 812,00 812,00 Kotagede 221,85 221,44 8,56 8,98 16,58 17,66 10,65 10,65 18,09 16,99 1,00 1,00 30,28 30,28 307,00 307,00 Gondokusu man 228,07 226,00 69,16 69,16 58,35 60,43 6,34 6,34 0,03 0,03 0,42 0,42 36,63 36,63 399,00 399,00 Wirobrajan 136,45 135,77 7,23 7,23 14,72 15,40 0,60 0,60 0,56 0,57 0,00 0,00 16,43 16,43 176,00 176,00 Jetis 105,95 105,70 18,25 18,25 22,80 23,06 2,88 2,88 0,00 0,00 0,55 0,55 19,57 19,57 170,00 170,00 Tegalrejo 183,57 185,66 18,40 18,88 8,26 9,09 9,64 9,64 29,50 26,10 0,71 0,71 40,93 40,93 291,00 291,00 Jumlah 1742,55 1743,72 198,91 203,49 186,78 197,88 50,07 50,07 135,32 118,59 19,41 19,31 313,9 3 313,93 2647,00 2647,00
Kecamatan Pertumbuhan Pemanfaatan Lahan Terbangun mantijeron 0,81 % Mergangsan 0,41 % Umbulharjo 1,10 % Kotagede 0,38 % Gondokusuman 0,00 % Wirobrajan 0,00 % Jetis 0,00 % Tegalrejo 1,30 % Jumlah 0,62 %
LISTRIK
INFRASTRUKTUR
Kecamatan Pelanggan 2006 2007 2008 2009 2010 mantijeron 6.538 6.995 8.067 8.631 9.234 Mergangsan 5.941 6.328 7.622 8.119 8.647 Umbulharjo 15.633 16.763 17.912 19.207 20.595 Kotagede 7.501 7.905 7.411 7.810 8.231 Gondokusuman 12.811 13.060 13.308 13.567 13.830 Wirobrajan 5.342 5.497 5.527 5.557 5.718 Jetis 6.688 6.756 6.933 7.003 7.075 Tegalrejo 8.880 9.004 9.275 9.405 9.536 Jumlah 69.334 72.308 76.055 79.299 82.866Kecamatan Pertumbuhan Pelanggan Listrik
mantijeron 41,24% Mergangsan 45,55% Umbulharjo 31,74% Kotagede 9,73% Gondokusuman 7,95% Wirobrajan 7,04% Jetis 5,79% Tegalrejo 7,39% Jumlah 19,52%
Drainase
Kecamatan Panjang Jaringan Drainase (Meter)
Primer Sekunder Tersier
mantijeron 1.859,75 4.209,41 0,00 Mergangsan 8.102,28 9.810,83 1.088,46 Umbulharjo 2.000,60 17.596,67 13.110,78 Kotagede 438,62 6.326,97 6.525,22 Gondokusuman 3.493,03 9.681,86 5.390,59 Wirobrajan 5.119,38 2.528,71 449,93 Jetis 843,06 2.122,28 570,80 Tegalrejo 580,32 3.920,13 1.573,42 Jumlah 22.437,03 56.196,85 28.709,21
Kecamatan Jumlah Tempat Buang Air Besar 2006 2010 mantijeron 6.232 8.972 Mergangsan 5.793 8.371 Umbulharjo 14.633 17.981 Kotagede 4.556 6.869 Gondokusuman 12.648 14.066 Wirobrajan 6.335 6.349 Jetis 5.986 8.226 Tegalrejo 7.381 10.876 Jumlah 63.564 83.710
Sanitasi
Kecamatan mantijeron Pertumbuhan Sanitasi 44%Mergangsan 45% Umbulharjo 23% Kotagede 51% Gondokusuman 11% Wirobrajan 0% Jetis 37% Tegalrejo 47% Jumlah 32%
Air Bersih
Kecamatan
Jumlah Pengguna Air Bersih 2006 2010 mantijeron 1374 1383 Mergangsan 2173 2873 Umbulharjo 5943 6024 Kotagede 1045 1288 Gondokusuman 5013 6178 Wirobrajan 3348 3497 Jetis 4421 5040 Tegalrejo 2961 3219 Jumlah 26278 29502
Kecamatan Pertumbuhan Pengguna Air Bersih
mantijeron 1% Mergangsan 32% Umbulharjo 1% Kotagede 23% Gondokusuman 23% Wirobrajan 4% Jetis 14% Tegalrejo 9% Jumlah 12%
Jaringan Jalan
Kecamatan Panjang Jalan (Km)
2006 2010 mantijeron 43,8 43,8 Mergangsan 14,94 14,94 Umbulharjo 43,32 43,32 Kotagede 18,667 18,667 Gondokusuman 50,695 50,695 Wirobrajan 10,504 10,504 Jetis 41 41 Tegalrejo 16,85 16,85 Jumlah 239,776 239,776