• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN EKONOMI CINA PASCA MAO ZEDONG DAN HUBUNGAN EKONOMI CINA DENGAN ASEAN-CINA FREE TRADE AREA MAKALAH NON-SEMINAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN EKONOMI CINA PASCA MAO ZEDONG DAN HUBUNGAN EKONOMI CINA DENGAN ASEAN-CINA FREE TRADE AREA MAKALAH NON-SEMINAR"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN EKONOMI CINA PASCA MAO ZEDONG DAN HUBUNGAN EKONOMI CINA DENGAN ASEAN-CINA FREE TRADE AREA

MAKALAH NON-SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Humaniora

CARLA TINANINGSIH 0806393460

PROGRAM SARJANA SASTRA CINA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

(2)
(3)
(4)

1 PERKEMBANGAN EKONOMI CINA PASCA MAO ZEDONG DAN HUBUNGAN

EKONOMI CINA DENGAN ASEAN-CINA FREE TRADE AREA

Carla Tinaningsih

Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok

izumicarla@gmail.com Abstrak

Tulisan ini membahas perkembangan ekonomi Cina pasca Mao Zedong dan hubungan ekonomi Cina dengan ASEAN-Cina Free Trade Area. Deng Xiaoping merupakan tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, reformasi Cina yang dicanangkan pada tahun 1978, yaitu program ‘Reformasi dan Keterbukaan’ (Gaige Kaifang) yang telah membawa Cina pada sebuah sistem perekonomian baru ala Cina yaitu sistem pasar-sosialis. Pada tahun 1982 perekonomian Cina telah terbuka pada perdagangan luar negeri dan investasi asing. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Cina terus mengalami peningkatan, pada tahun 2002 negara-negara anggota ASEAN melakukan kerjasama perdagangan bebas dengan Cina mengenai penurunan tarif, bea masuk dan pajak. Integrasi ekonomi ini memacu masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi di ASEAN dan di Cina melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan memperluas akses ke pasar dunia.

Kata kunci: Cina, Pasca, Mao Zedong, ASEAN, Free Trade Area

CHINA ECONOMIC DEVELOPMENT POST MAO ZEDONG AND CHINA ECONOMIC RELATIONS WITH ASEAN - CHINA FREE TRADE AREA

Abstract

This paper discusses China’s economic development post Mao Zedong and China’s economic relations with ASEAN - China Free Trade Area. Deng Xiaoping was a central figure in the effort of modernization in China. China’s reform, proclaimed in 1978, which is a program of ‘Reform and Openness’ (Gaige Kaifang), has brought China to a new Chinese-style economic system, i.e. a socialist-market system. In 1982, China’s economy had been open to foreign trade and foreign investment. This caused China’s economic growth to continue to increase. In 2002, ASEAN member countries conducted free trade cooperation with China regarding the reduction in tariffs, duties and taxes. This economic integration has spurred the entry of Foreign Direct Investment (FDI) which will help stimulate economic growth in ASEAN and in China through technological improvement, employment procurement, human resource development (human capital); and will expand access to the world market.

Key Words: China, Post, Mao Zedong, ASEAN, Free Trade Area

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemenangan Partai Komunis Cina (PKC) atas Partai Nasionalis Cina (PNC)

dalam “perang saudara kedua” tahun 1945-1949, melahirkan negara Republik Rakyat Cina (RRC) yang diproklamasikan pada tanggal 1 Oktober 1949 oleh Mao dan kaum

(5)

2 revolusioner Cina. 1 Salah satu kebijakan

awal yang diambil Cina untuk membenahi Cina adalah yi bian dao atau ‘condong ke satu sisi’. Wujud kebijakan ini adalah Cina menyatukan langkahnya dengan negara-negara berideologi komunis yang saat itu berada di bawah komando Uni Soviet. Tetapi kemudian, pada tahun 1953, Cina mulai menyadari bahwa posisi yi bian dao yang diambilnya dan keterlibatannya dalam Perang Korea telah mengisolasinya dari pergaulan antar bangsa di kawasan maupun di dunia, juga telah menyebabkan Amerika semakin mengetatkan “kebijakan bendungan” (containment policy).2

Konsep revolusi Rusia yang diadopsi Cina ternyata gagal yang ditandai dengan kandasnya perjuangan kaum buruh Cina dalam mempelopori revolusi di kota-kota besar akibat serangan pasukan kaum nasionalis dan hebatnya pemberontakan kaum petani Cina dalam insiden tanggal 30 Mei 1925.

1

Chilcote, Ronald H. 2004. Teori Perbandingan Politik, Penelusuran Paradigma (Theories of Comparative Politics The Search for a Freedom). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hal. 334.

2

Kebijakan Bendungan diterapkan Amerika pada masa Perang Dingin untuk membendung penyebaran paham komunis di dunia. Kebijakan ini didasari oleh kepercayaan Amerika atas kebenaran “Teori Domino” yang berasumsi bahwa bila suatu negara jatuh ke tangan komunis maka itu akan membahayakan negara tetangganya dan kawasan sekitarnya, juga membahayakan Eropa dan Amerika. Wibowo, Ignatius dan Syamsul Hadi. 2009. Merangkul Cina, Hubungan Indonesia-Cina Pasca-Soeharto. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setelah Mao Zedong meninggal dunia pada tanggal 9 September 1976, kepemimpinan Cina digantikan oleh Deng Xiaoping, reformasi Cina yang dicanangkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, melalui program ‘Reformasi dan Keterbukaan’ (Gaige Kaifang), reformasi perekonomian Cina telah membawa Cina kepada sebuah sistem perekonomian baru ala Cina yaitu sistem pasar-sosialis.3Sistem perekonomian ini memiliki asas ideologi yang menggabungkan dua sistem berbeda yaitu kapitalis dan sosialis. Sejak tahun 1979 reformasi ekonomi yang dilakukan Deng Xiaoping yaitu perjuangan kelas berganti dengan melakukan modernisasi masyarakat sosialis.

Globalisasi menuntut Cina menjalin berbagai hubungan kerjasama ekonomi dengan negara lain dan ikut serta dalam berbagai organisasi internasional. Hubungan kerjasama ekonomi ini dapat berbentuk hubungan dagang (ekspor-impor) atau jalinan kerjasama dalam membentuk sebuah pasar bebas. Selain itu, saat ini Cina telah terdaftar dalam berbagai organisasi internasional. Salah satu organisasi internasional yang terpenting adalah saat Cina bergabung dengan World Trade

3

Kompas. 2006. Cermin dari Cina Geliat Sang Naga di Era Globalisasi. Jakarta: Buku Kompas, hal. 13.

(6)

3

Organization (WTO). Cina berasumsi

bahwa bergabungnya dengan WTO tersebut Cina dapat meraih keuntungan ekonomi, yaitu sebagai sarana untuk mencapai industrialisasi yang cepat. Selain itu Cina mengharapkan memperoleh peningkatan pendapatan dengan peningkatan ekspor serta modal dari luar berupa Foreign Direct

Investment (FDI).4

Pada bulan Juli tahun 1991 Beijing pertama kali membentuk kontak resmi dengan Association of South East Asia

Nations (ASEAN) ketika Menteri Luar

Negeri Cina Qian Qichen diundang untuk menghadiri upacara pembukaan Pertemuan Luar Negeri ASEAN ke-24. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN kedelapan di Phnom Penh, Kamboja pada bulan November 2002, Cina dan ASEAN menandatangani the Framework Agreement

on Comprehensive Economic Coorporation

kedua belah pihak berusaha membangun kawasan perdagangan bebas (Free Trade

Area/FTA) dalam waktu sepuluh tahun, dari

berbagai kerjasama regional antara Cina dan ASEAN, ASEAN memperoleh manfaat dari pertumbuhan ekonomi Cina dan juga

4

Investasi Langsung Asing yaitu modal dari negara asing memasuki suatu perekonomian, baik jangka pendek maupun panjang, untuk digunakan dalam pembelian aset, sebagai lawan dari pinjaman internasional.

menghasilkan manfaat ekonomi bagi kawasan secara keseluruhan dalam ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA).

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah adalah:

“Bagaimana perkembangan ekonomi Cina pasca Mao Zedong dan hubungan ekonomi Cina dengan ASEAN-Cina Free Trade Area?”

Tujuan Penulisan

Sedangkan tujuan penulisan adalah untuk mengetahui perkembangan ekonomi Cina pasca Mao Zedong dan hubungan ekonomi Cina dengan ASEAN-Cina Free

Trade Area.

PERKEMBANGAN EKONOMI CINA

Perkembangan Ekonomi Cina Era Mao Zedong

Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan RRC dan mendirikan negara komunis di Cina, saat itu keadaan perekonomian Cina sangat buruk, Cina mengalami inflasi akibat perang Cina-Jepang dan perang saudara (Partai Nasionalis Cina-Partai Komunis Cina). Oleh karena itu selama beberapa tahun pertama Pemerintah RRC memusatkan perhatian

(7)

4 pada membangun industri berat,

fasilitas-fasilitas, transportasi serta mengendalikan inflasi dan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Kebijakan politik Mao Zedong yang merupakan Ketua PKC dan Presiden RRC berorientasi pada perjuangan revolusioner melawan kaum borjuis dan ideologi mereka melalui mobilisasi massa yang dipimpin oleh kaum proletar, sehingga menjadi latar belakang tercetusnya berbagai kebijakan Mao Zedong yaitu Gerakan Seratus Bunga Berkembang, Gerakan Lompatan Jauh ke Depan, dan Revolusi Kebudayaan.5

Dalam pemerintahan Mao Zedong dapat dibagi ke dalam dua dekade. Dekade pertama (1949-1957) adalah proses industrialisasi dari pertanian menuju industri, sedangkan dekade kedua ketika mulai terjadi krisis ekonomi (1960-1962) serta pergolakan politik (1966-1969). 6 Tahap industrialisasi Cina terjadi pada dekade pertama (1949-1957), dalam dekade ini mulai terjadi peralihan mendasar dari pertanian menuju industri. Pada dekade kedua (1960-1962) terjadi krisis ekonomi di

5

Wibowo, Priyanto. 2007. Perubahan Sosial Cina Tahap Pertama: Mao dan Pedesaan (1949-1959). Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI. 6

Cheng, Chu-yuan. 1971. The economy of Communist China 1949-1969 : with a bibliography of selected materials on Chinese economic development. Ann Arbor : University of Michigan, Center for Chinese Studies.

Cina. Kebijakan yang diambil yaitu mengubah skala prioritas dari industri kembali menjadi pertanian, ribuan orang yang telah menjadi buruh diperkotaan dikembalikan ke desa untuk mengembangkan pertanian. Industri-industri kecil mulai dibatasi oleh pemerintah.

Setelah Partai Komunis Cina berkuasa pada tahun 1949, langkah pertama kebijakan ekonomi nasional yang dilakukan adalah Hukum Penertiban Tanah (Landreform Law) yang dikeluarkan pada tanggal 28 juni 1950, yaitu penduduk di daerah pedesaan dibagi dalam : 1) Tuan tanah (pemilik banyak tanah tapi tidak menggarapnya sendiri); 2) Petani kaya (pemilik tanah-lintah darat); 3) Petani menengah (pemilik tanah yang menggarapnya sendiri); 4) Petani miskin. Semua lahan milik tuan tanah di sita oleh negara untuk dibagikan secara merata kepada petani penggarap tanah. Dalam melaksanakan kebijakan ini, para kader komunis disebar ke daerah pedalaman untuk mengadakan pendaftaran terhadap tanah milik perseorangan dan mendengar keluhan dari parah buruh petani. Hampir seluruh daerah yang mempunyai kader komunis diinstruksikan untuk melakukan kekerasan terhadap tuan tanah dan lintah darat. Peristiwa ini di kenal dengan nama Revolusi

(8)

5 Agraria (Tudi Gaige) yang berlangsung dari

bulan Juni 1950 sampai Desember 1952.7 Pada tanggal 29 Desember 1951 dalam waktu yang sama dilangsungkan pula tiga gerakan besar-besaran yaitu :

1. Gerakan tiga anti, yaitu pemberantasan terhadap korupsi, birokratisme, dan pemborosan.

2. Gerakan lima anti, yaitu pemberantasan terhadap penyuapan, manipulasi pajak, penyalahgunaan uang negara, penyalahgunaan milik negara dan pembocoran rahasia negara.

3. Dikeluarkan undang-undang perkawinan, yang memberi persamaan hak antara pria dan wanita mengenai perkawinan perceraian hak milik.

PKC mencanangkan program rencana pembangunan lima tahun I (repelita) tahun 1953-1957, pada tahun 1953 industrialisasi dan repelita pada dasarnya merupakan rencana untuk pengembangan industri berat. Untuk mengendalikan sumber-sumber daya ekonomi yang diperlukan bagi investasi industri pemerintah RRC pada saat itu dengan cepat menciptakan program ekonomi terencana

7

(Wibowo, 2007: 171)

dan terpusat, termasuk pertanian. Pembangunan ekonomi dimulai dengan menasionalisir industri berat yang sudah ada, industri-industri lain dijadikan rekanan penjualan kebutuhan negara, atau dijadikan modal campuran negara-swasta.8

Setelah repelita yang dicanangkan kemudian dilaksanakan oleh Mao Zedong, pada bulan Juni 1956 Mao mengumumkan kebijakan Seratus Bunga Berkembang, kebijakan ini betujuan dengan maksud untuk mendorong pertumbuhan seni-budaya dan ilmu pengetahuan. Partai mendata dukungan dari rakyat Cina yang terpelajar yang dibutuhkan oleh negara dan mengajak para intelektual untuk mengemukakan pendapatnya terhadap perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Cina pada saat itu. Pada tahun 1957 partai memerintahkan kepada kaum intelektual untuk memberikan kritik kepada para pejabat pemerintah dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi. Pada awalnya tidak banyak yang mengkritik, namun kemudian banyak kritik bermunculan dalam artikel surat kabar, film, dan karya sastra mengenai masalah birokratisme dan otoriterisme dalam partai. Oleh karena itu, Mao menyadari bahwa muncul banyak

8

(9)

6 ketidakpuasan dari kaum intelektual. Setelah

berbagai kritik masuk ke pemerintah Mao segera mengeluarkan kebijakan baru, yaitu kebijakan anti kanan.9

Mao ingin membangkitkan ekonomi Cina melalui industrilisasi dan memanfaatkan penduduk Cina yang banyak untuk menjadi tenaga kerja dengan upah yang murah. Oleh karena itu, Mao mencanangkan kampanye Lompatan Jauh ke Depan dengan tujuan mengungguli negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi salah satu negara paling kaya, maju dan berkuasa. Program industrialisasi akan dicapai dalam waktu sepuluh sampai dengan lima belas tahun. Akibat dari program industrilisasi tersebut pabrik baja dan industri terkait seperti tambang batu bara bekerja terus-menerus untuk memperbesar produksi, sehingga tenaga kerja produktif di bidang agraris ditransfer seluruhnya ke bidang industri menyebabkan kurangnya tenaga petani yang menanam tanaman untuk stok bahan pangan. Petinggi partai mengira bahwa program ini berjalan dengan sukses namun yang terjadi bencana kelaparan. Rakyat yang dipekerjakan berketerampilan

9

Apabila seseorang dicap kanan (anasir-anasir kapitalis) berarti dikucilkan dari dunia politik dan kehilangan pekerjaan. Anak-anak dan keluarga dari “orang kanan” akan mengalami diskriminasi dan akan kehilangan masa depan mereka.

rendah sehingga produk yang dihasilkan berkualitas rendah.10

Setelah mundurnya Mao karena kegagalannya dalam program Lompatan Jauh ke Depan, Liu Shaoqi melanjutkan pemerintahan sebagai Presiden RRC. Liu Shaoqi melakukan enam langkah upaya pemulihan ekonomi yaitu, pertama memberi insentif material seperti pembagian kapling tanah untuk pribadi dan pasar bebas. Kedua, perusahaan-perusahaan negara harus dikelola dan dievaluasi berdasarkan efisiensi. Ketiga, para pemimpin perusahaan diberi kewenangan lebih besar untuk mengambil kebijakan terkait dengan operasional produksi. Keempat, sistem perencanaan terpusat dibuat lebih fleksibel dengan memberi kebebasan lebih besar kepada pemerintah lokal dalam menentukan target dan kuota produksi. Kelima, mengedepankan akurasi dalam perolehan data atau informasi di lapangan. Keenam, re-organisasi partai dengan lebih menekankan pada disiplin partai dan mekanisme kontrol institusional.11

Upaya pemulihan ekonomi yang dilakukan Liu menunjukkan hasil positif,

10 Sutopo, FX. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi

11 Akbar, Nanda. 2011. Transformasi Besar China: Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja: Jogja Mediautama

(10)

7 pada tahun 1962 kondisi ekonomi di

pedesaan mulai membaik yaitu berkembangnya industri-industri berskala kecil dan menengah di pedesaan seperti pabrik peralatan dan pertanian. Akan tetapi upaya pemulihan ini kembali gagal karena Revolusi Kebudayaan dilancarkan pada tahun 1966 oleh Mao Zedong yaitu gerakan anti kapitalisme. Gerakan ini menekankan pada menghormati nilai-nilai kebangsaan dan proletar masyarakat sosialis, menentang kapitalisme, dan menolak nilai-nilai tradisional Cina. Pada masa ini banyak budayawan, ilmuwan, teknisi dan para manajer perusahaan yang akhirnya di penjara karena di tuduh kontra revolusi. Selain itu, banyak bangunan dan gedung yang di rusak, termasuk kelenteng dan gereja. Revolusi Kebudayaan menyebabkan suplai tenaga ahli terancam semakin berkurang dan pengembangan IPTEK yang sangat diperlukan untuk industrilisasi jangka panjang menjadi terhambat, aktivitas politik lebih menyita energi para pekerja pabrik, daripada berusaha meningkatkan produktivitas mereka. Sarana transportasi yang seharusnya diperuntukkan untuk menunjang distribusi barang-barang produksi justru lebih banyak digunakan

untuk mobilitas pengawal merah (red

guards), 12 sehingga industri kekurangan suplai bahan mentah.13 Setelah kegagalan ekonomi pada tahun 1960-an, PKC dibawah kepemimpinan Deng Xiaoping mulai mengupayakan peningkatan ekonomi, mengembalikan stabilitas dalam negeri dan memulihkan kepercayaan rakyat terhadap kepemimpinan PKC.

Perkembangan Ekonomi Cina Pasca Mao Zedong

Deng Xiaoping sebagai Ketua Komisi Penasihat Pusat PKC telah menjadi tokoh sentral dalam usaha modernisasi di Cina, Deng terkenal dengan gagasan-gagasan yang berciri pragmatis. Reformasi dan Keterbukaan yang ditetapkan pada sidang pleno ke-3 Komite Sentral PKC ke XI bulan Desember 1978, sasaran utamanya adalah mewujudkan cita-cita empat modernisasi (si

ge xiandaihua)14 yang sebelumnya telah dicanangkan oleh Zhou Enlai yang merupakan Perdana Menteri RRC. Prinsip dasar program yang dimotori Deng

12

Pengawal merah adalah organisasi massa yang ditugaskan melakukan aksi lapangan untuk membersihkan negara dari anasir-anasir kapitalis. Kelompok ini beranggotakan anak-anak sekolah dan mahasiswa berusia antara 15-25 tahun.

13

(Akbar, 2011: 35)

14 Pembangunan Ekonomi Terpadu yang meliputi bidang-bidang : pertanian, industri, pertahanan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.

(11)

8 Xiaoping ini adalah zou ziji de lu atau

‘berjalan di atas jalan sendiri’, yang kemudian terus dikembangkan menjadi konsep yang disebut zhongguo te se de

shihui zhuyi atau ‘Sosialisme dengan

karakteristik Cina’. Konsep ini mencakup 9 (sembilan) pokok pikiran yang pada dasarnya mencerminkan cita-cita Cina untuk ‘berdiri di atas kaki sendiri’ dan menyesuaikan Marxisme-Leninisme dengan kondisi nyata di Cina. 9 (sembilan) pokok pikiran itu adalah sebagai berikut :

1. Dalam pencapaian sosialisme : mengambil jalan sendiri

2. Dalam tahap pencapaian sosialisme : Cina ada di tahap awal sosialisme 3. Tugas dasar sosialisme :

membebaskan dan mengembangkan tenaga produksi

4. Dalam hal gerakan : reformasi dan pengembangan adalah juga revolusi 5. Dalam kaitan dengan dunia :

targetnya adalah perdamaian dan kemajuan, Cina harus memanfaatkan suasana damai untuk membangun dirinya

6. Dalam pembangunan politik : berlandaskan 4 prinsip dasar (si ge

yuanci)15

7. Mengajukan strategi tiga tahap pencapaian sosialisme16

8. Partai Komunis Cina (PKC) adalah kepemimpinan utama dengan basis kekuatan kaum pekerja, petani, intelektual, dan suku-suku di berbagai wilayah Cina

9. Untuk mempersatukan Cina diterapkan ‘sistem satu negara dua sistem’ (yi guo liang ce)17

Sosialisme dengan karakteristik Cina, kemudian dianggap sebagai salah satu legitimasi bagi diterapkannya sistem ekonomi pasar dari paham kapitalis menggantikan sistem ekonomi terpusat yang selama itu telah ditetapkan, dan terbukanya Cina bagi investasi asing. 18 Oleh karena itu

15

(1) RRC tetap negara sosialis, (2) Diktatur Demokrasi Rakyat, (3) Keunggulan PKC, (4) Maoisme tetap merupakan ideologi negara, di terima sebagai pegangan partai dan negara

16

Pertama, melipatgandakan GNP tahun 1980 dan memenuhi kebutuhan dasar pangan dan sandang rakyat pada akhir 1980-an. Kedua, melipatgandakan lagi GNP tahun 1980 dan menjamin kehidupan yang nyaman bagi rakyat sampai tahun 2000. Ketiga, mencapai tingkat rata-rata negara maju pada pertengahan abad mendatang.

17

Sistem ekonomi terpusat dan ekonomi pasar atau sistem ekonomi pasar-sosialis

18

Muas, Tuty N. 2008. “30 Tahun Reformasi RRC: Reformasi Gradual yang Penuh Penyesuaian” dalam buku 30 Titik Balik Historiografi di Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, hal. 324.

(12)

9 pada tahun 1980 Cina menciptakan Zona

Ekonomi Khusus (Special Economic Zones), yaitu di Propinsi Guangdong (kabupaten Shenzhen, Zhuhai, Shantou) dan Fujian (Pulau Xiamen). Para penanam modal asing di zona ekonomi tersebut mendapat pelbagai keringanan pajak, juga tersedia pelbagai prasarana seperti : jalan raya, tenaga listrik, dan pelabuhan.

Reformasi ekonomi Cina dimulai dengan sektor pertanian dengan inti gerakan reformis pada penekanan hak-hak milik terutama atas tanah, liberalisasi harga produk pertanian dan pengembangan pasar domestik. Pada masa ini, sumbangan modal asing dan perdagangan internasional relatif tidak berarti bagi pertumbuhan ekonomi Cina. Sampai sekitar tahun 1995, komposisi tenaga kerja sekitar 80% berada di sektor pertanian. Pada tahun 2000, angka tersebut menurun menjadi sekitar 70% dari sekitar 711,5 juta angkatan kerja di tahun 2000, 499 juta penduduk bekerja di sektor pertanian. Sebanyak 150 juta orang dari angka ini diperkirakan migrasi ke daerah kota untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Dari survey pertanian di tahun 1996, sekitar 25% yang hidup di pedesaan tidak bekerja sebagai petani tetapi bekerja di industri pedesaan/rumah tangga atau jasa-jasa.

Masuknya investasi asing dan peranan perdagangan internasional di tahun 1980-an pada perekonomian Cina menyebabkan tumbuhnya industri-industri di wilayah perkotaan.19

Pada Februari 1992, Deng Xiaoping melakukan “perjalanan ke selatan”. Perjalanan ini ditengarai sebagai tonggak penentu dari sejarah Cina modern karena ucapan Deng selama perjalanan itu memberi pencerahan besar kepada semua pemimpin rakyat Cina untuk meneruskan keterbukaan dan meneruskan pembangunan ekonomi. Sejak saat itu, kemajuan demi kemajuan ekonomi dilaporkan baik dari Cina sendiri maupun dari luar negeri.20 Dalam buku yang berjudul Charting China's Future : Political,

Social, and International Dimensions,

menurut Jae Ho Chung (2006) kesuksesan reformasi ekonomi Cina terkait pada 5 (lima) proses, yaitu : 1) Desentralisasi; 2) Marketisasi adalah berorientasi pada mekanisme pasar; 3) Diversifikasi kepemilikan adalah penganekaragaman kepemilikan; 4) Liberalisasi tidak hanya di

19

Eckaus, Richard. 1997. “China”, dalam Going Global: Transition from Plan to Market in the World Economy. Ed. Padma Desai. New York: Colombia University Press, hal. 67.

20

Wibowo, Ignatius. 2004. Belajar dari Cina. Jakarta: KOMPAS.

(13)

10 bidang ekonomi tapi juga pemikiran21; 5)

Internasionalisasi.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN ASEAN

Teori Perdagangan Internasional

Dampak liberalisasi perdagangan internasional akan berbeda antara negara besar dan negara kecil. Negara besar dapat mempengaruhi di perdagangan internasional dengan menaikkan harga impor dan menurunkan harga ekspornya. Sedangkan negara kecil tidak dapat mempengaruhi perdagangan internasional, negara kecil harus menerima harga ekspor dan impor dunia. Tujuan kebijakan perdagangan internasional sebagai berikut: 1) autarki, bermaksud untuk menghindar dari pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau militer; 2) kesejahteraan (welfare) dengan mengadakan perdagangan internasional suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi; 3) proteksi untuk melindungi

21

Liberalisasi pemikiran yaitu menentang konsep perekonomian terencana dan terpusat yang dianggap unggul, juga pengendalian atas badan-badan usaha oleh pemerintah, oleh karena itu Deng mengeluarkan slogan “kaya adalah mulia”yang bertujuan untuk mengubah pola pikir masyarakat petani tradisional yang pada umumnya cepat puas dan berpedoman bahwa hidup bukan untuk bekerja sehingga mendorong mereka agar mengaktualisasikan diri.

industri dalam negeri dari persaingan barang impor; 4) keseimbangan neraca pembayaran22; 5) pembangunan ekonomi.23 Tarif adalah pembebanan pajak terhadap barang-barang yang melewati batas suatu negara, tarif digolongkan menjadi tiga, yaitu (a) Bea Ekspor adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang di angkut menuju negara lain, (b) Bea transito adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melewati wilayah suatu negara dengan ketentuan barang tersebut sebagai tujuannya negara lain, (c) Bea impor adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk suatu negara dengan ketentuan bahwa negara tersebut menjadi tujuan akhir.24

Sedangkan terdapat alasan pembebanan tarif dalam perdagangan internasional : (1) Memperbaiki dasar tukar/Terms of Trade (TOT), 25 (2)

22

Kebijakan yang berbentuk pengawasan devisa (exchange control), pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas barang tetapi juga modal (uang).

23 Kebijakan pembangunan ekonomi misalnya : perlindungan terhadap industri dalam negeri, mengurangi impor barang konsumsi nonessensial (konsumsi barang mewah) dan mendorong impor barang-barang yang essensial, mendorong ekspor dan sebagainya.

24

Nopirin. 1995. Ekonomi Internasional. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

25

Term Of Trade atau dasar tukar ialah perbandingan harga ekspor dengan harga impor, karena TOT pengaruhnya besar sekali terhadap kesejahteraan

(14)

11 Perlindungan terhadap industri yang sedang

tumbuh, (3) Diversivikasi: semakin banyak jenis barang yang dihasilkan ekonomi negara itu akan semakin stabil karena penurunan harga satu jenis produk mungkin dapat diimbangi dengan harga barang lain, (4) Employment : dapat memperluas kesempatan kerja (pembebanan tarif menurunkan impor dan menaikan ekspor), (5) Anti dumping. TOT besar sekali pengaruhnya terhadap kesejahteraan suatu bangsa dan juga sebagai pengukur posisi perdagangan luar negeri suatu bangsa.

Integrasi ekonomi menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi negara-negara di dalamnya, di antaranya melalui pembukaan akses pasar lebih besar, dorongan mencapai efisiensi dan daya saing ekonomi lebih tinggi, termasuk terbukanya peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. Integrasi ekonomi akan mendorong masuknya investasi, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan, dan pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Adanya restrukturisasi industri yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi, kualitas dan efisiensi sehingga pada akhirnya akan tercipta struktur industri yang lebih sehat. Bukti empiris dari hal ini

suatu negaradan mengukur posisi perdagangan luar negeri suatu negara.

dapat ditemukan di kawasan Uni Eropa, di mana struktur industri kawasan tersebut periode pasca integrasi ditandai dengan jumlah perusahaan yang lebih sedikit, namun lebih besar dan lebih efisien. Kondisi ini pada akhirnya akan menciptakan atmosfer yang memacu masuknya Foreign

Direct Investment (FDI) yang selanjutnya

akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih luas ke pasar dunia.26 Melalui efek terhadap pertumbuhan ekonomi, FDI selanjutnya dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. FDI dapat juga membantu meningkatkan pendapatan pemerintah, yang dapat digunakan untuk membiayai jaring pengaman sosial untuk kaum miskin, melalui kontribusi pajak dan secara tidak langsung dengan menstimulasi pertumbuhan dan memperluas wajib pajak.

Association of South East Asia Nations (ASEAN)

ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh lima negara Asia

26

http://www.gaikindo.or.id/download/industri-policies/k-bank-indonesia/OEI-2008-2012.pdf diakses pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 09.00 wib

(15)

12 Tenggara yaitu Indonesia, Filipina,

Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tujuan organisasi regional ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara anggotanya secara bersama dengan semangat persamaan dan persaudaraan. Secara spesifik dinyatakan bahwa negara-negara anggota ASEAN akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan kerjasama ekonomi seefektif mungkin di antara sesamanya mealui perluasan perdagangan di wilayah Asia Tenggara. Peningkatan kerjasama ekonomi ASEAN secara lebih intensif dan terarah baru dilakukan setelah diadakan KTT Bali pada bulan Februari 1976, menghasilkan Deklarasi Kesepakatan ASEAN yang isinya antara lain negara anggota akan mengambil langkah-langkah kerjasama dalam program pembangunan nasional dan regional mereka serta sejauh mungkin akan memanfaatkan sumber-sumber yang dapat diperoleh di wilayah ASEAN untuk saling melengkapi perluasan ekonominya masing-masing.27

Kerjasama ekonomi ASEAN meliputi kerjasama komoditas dasar terutama pangan dan energi, kerjasama industri, perdagangan, dan pendekatan bersama terhadap masalah komoditas

27 ASEAN Document Series.1985. 1967-1985. Jakarta: ASEAN Secretariat, hal. 2.

internasional serta masalah ekonomi lainnya. Dalam perjanjian persahabatan dan kerjasama di Asia Tenggara, antara lain dinyatakan bahwa anggota ASEAN akan bekerja sama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Peningkatan tersebut dilakukan dengan perluasan pertanian, industri, dan perdagangan serta memperbaiki infrastruktur ekonomi yang saling menguntungkan bagi rakyat negara-negara Asia Tenggara. Berkaitan dengan itu, mereka akan melanjutkan penjajakan pada semua kesempatan bagi kerjasama yang lebih erat dan saling menguntungkan dengan negara-negara lain, organisasi-organisasi internasional dan regional di luar wilayah Asia Tenggara.

EKONOMI CINA DAN KERJASAMA DENGAN ASEAN

Perkembangan Ekonomi Cina

Sejak tahun 2005 perkembangan ekonomi, perdagangan dan industri Cina mengalami peningkatan, begitu pula dampak keanggotaan Cina di World Trade Organization (WTO) juga telah memberikan

arti yang positif, terintergrasinya kegiatan perekonomian, perdagangan dan industri Cina dengan pasar global menyebabkan

(16)

13 terjadinya ekspansi besar-besaran dari

industri manufaktur Cina ke seluruh dunia, maka pada tahun 2005 perkembangan ekonomi Cina ditandai dengan sebagai ‘world’s foremost manufacturing base,’sehingga menjadi salah satu negara

terkemuka di Asia. Tiga implikasi penting dari perkembangan ekonomi Cina yang bercirikan pada industri manufaktur dan teknologi tinggi, yaitu :

1. Perekonomian Cina dapat dikatakan sudah masuk dalam taraf berorientasi pada mekanisme pasar.

2. Perekonomian Cina tidak saja amat besar dalam ukurannya dibanding periode 1990-an, tapi strukturnya juga berbeda, dan dapat dikatakan perekonomian Cina kini lebih maju.

3. Faktor dan peran ‘political

imperative of high economic growth’, 28 yang telah menjadi satu kesatuan yang cukup kuat bagi proses pembangunan Cina. Dalam mendukung kebijakan ekonomi Cina yang bersifat industrialis atau

28

Pemerintah daerah diberi otonomi untuk mengelola dan mengontrol perekonomian di daerah masing-masing, termasuk wewenang membuat kebijakan terkait dengan investasi asing dan perdagangan luar negeri untuk membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

world’s foremost manufacturing base,

pemerintah Cina melakukan berbagai reformasi yang pada intinya pertumbuhan ekonomi harus memperkuat legitimasi politik pemerintah, hal ini ditandai dengan reformasi perusahaan pemerintah, pembangunan non-state enterprise,

perkembangan small and medium

enterprise, dan reformasi sistem

perbankan.29

Semua Reformasi yang menyangkut Perusahaan Pemerintah (SOE atau Stated

Own Enterprise) berhubungan dengan dua

kata kunci yaitu ‘power-delegating and

profit sharing (fangquan rangli)’, kedua hal

tersebut menjadi penting dalam mengatasi berbagai masalah yang biasa terjadi pada SOE, untuk mengatasi hal-hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus menjadi prioritas antara lain, (a) kekuatan pengambilan keputusan terkosentrasi pada pemerintah pusat, (b) pemerintah mengimplementasikan intervensi administratif pada pihak pengusaha, (c) para manajer dan pekerjanya bersifat menyesuaikan kebijakan dengan keinginan pemerintah, (d) Partai maupun organ

29

Djafar, Zainuddin. 2008. Indonesia, ASEAN & Dinamika Asia Timur. Jakarta : Pustaka Jaya, hal. 90.

(17)

14 tertentu dari pemerintah dapat menunjuk

orang tertentu di SOE.

Pembangunan Non-State Enterprise (NSE), selama periode 1980-an perusahaan-perusahaan swasta di tingkat kotamadya dan pedesaan muncul sebagai pemain yang amat penting, pada tahun 1992 gross output

value 30 perusahaan-perusahaan swasta

tersebut telah melebihi nilai finansial sekitar 1,600 milyar renminbi (RMB) yang juga berarti bahwa pertumbuhan ekonomi industri manufaktur Cina amat kuat fondasinya. Perusahaan swasta di tingkat kotamadya dan desa masing-masing mempunyai ciri khas dan karakteristik dalam hal produk, penguasaan teknologi serta prioritas jangkauan pasar ekspornya. Manajemen yang merupakan unsur penting dari setiap usaha swasta menjadi target utama pada Reformasi Small and Medium

Enterprise (SME), inti reformasi yaitu

memaksimalkan manajemen SME untuk dapat meningkatkan seoptimal mungkin tingkat produksi dan pendapatan. SME telah mengambil peran hampir dua pertiga yang turut mengendalikan perekonomian Cina.31

30 Gross output value merupakan analisa pendapatan kotor yang dapat menghitung total pendapatan dari jumlah produksi yang dihasilkan dan disesuaikan dengan harga barang yang dihasilkan per satuan. GO = Jumlah Produksi (kg) x Harga (Rp)

31

(Djafar, 2008: 89)

Sistem ekonomi terpusat yang dianut Cina terdapat beberapa karakteristik dari sistem uang yaitu uang adalah atau hanya finansial, uang adalah pasif dimana hanya digunakan untuk harga (pricing) dan pencatatan (accounting), bank hanya berfungsi sebagai kasir termasuk untuk pembayaran pajak dan lain-lain, individu maupun rumah tangga tidak diperbolehkan berpartisipasi pada kegiatan finansial, kecuali membuka deposit accounts. Cina juga melakukan pengembangan dan perbaikan pasar uang dengan fokus sebagai berikut ; (a) mengembangkan pasar modal yang sesuai dengan apa yang sudah berjalan di negara-negara maju lainnya, (b) mengembangkan pasar uang dengan mengembangkan pinjaman antar bank dan pemberian diskon pada surat berharga (commercial papers), (c) memberikan dukungan penuh pada berbagai organisasi penghubung dibidang pelayanan, komunikasi, notarisasi dan supervisi, (d) mereformasi sistem mata uang asing.32

Cina menunjukkan kebijakan ekonomi dan perdagangannya demikian aktif dan progresif sejak tahun 1980-an, perkembangan tersebut dari waktu ke waktu menunjukan peningkatan kuantitas dan

32

(18)

15 kualitas, pertumbuhan ekonomi terus

mengalami peningkatan kemajuan yang cukup signifikan. Demikian pula dalam hal perkembangan perdagangan Cina yang tidak hanya meningkat tapi juga muncul sebagai ‘one of giant market.’ Globalisasi

perdagangan mengakibatkan liberalisasi lintas barang dan jasa menjadi tidak terbatasi. Dalam hal ini faktor tersebut bisa dimanfaatkan oleh Cina sehingga mengakibatkan negara Cina menjadi pionir di dalam perdagangan internasional khususnya di kawasan Asia.

Kerjasama Cina-ASEAN

Pasca Perang Dingin, kekuatan-kekuatan geopolitik baru muncul dalam akhir tahun 1980-an, cenderung meningkatkan hubungan Cina-ASEAN. Cina secara konsisten dan terbuka menyatakan sokongannya kepada organisasi ASEAN, dan mengadakan forum diskusi terhadap issu kepentingan Cina dan ASEAN. Perubahan hubungan Cina-ASEAN dimulai setelah Deng Xiaoping melancarkan reformasi politik ekonominya. Sejak akhir tahun 70-an, Deng membuat Cina mulai terbuka dengan dunia luar dan mulai membuka pintu bagi investasi asing. Maka perdagangan Cina-ASEAN telah melonjak menjadi 7%-8% dari total

pendapatan Cina. Selama bertahun-tahun, dua ciri utama telah masuk ke dalam struktur perdagangan Cina-ASEAN. Pertama, pasar ASEAN merupakan saluran yang sangat penting bagi hasil pertanian dan produk industri ringan yang diekspor Cina ke luar negeri. Kedua, Cina telah mengembangkan suatu pola perdagangan yang tangguh dengan berusaha mencapai surplus perdagangan dengan negara-negara berkembang dengan mendorong ekspor beras, bahan pangan, produk-produk tradisional dan berbagai barang manufaktur yang padat karya, sementara defisit perdagangan dengan negara-negara industri dengan mengimpor pangan murah (gandum), peralatan modal dan teknologi.33 Ada beberapa faktor yang menyebabkan Cina membangun hubungan di bidang ekonomi dengan ASEAN, yaitu :

1. Kebijakan Cina dalam hal berhubungan dengan tetangga secara bersahabat

2. Kedekatan geografis dan sejarah serta budaya dengan ASEAN 3. Keterbatasan bahan mentah di

Cina dan kepentingan nasional Cina yang ingin menggantikan

33

Wong, John. 1999. Politik Cina di Negara Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka Pelajar.

(19)

16 posisi hegemoni dalam

perekonomian dengan Jepang Tahun 1982, perekonomian Cina telah secara progresif terbuka terhadap perdagangan luar negeri yang lebih besar dan pemasukan modal asing serta dibolehkan bereaksi terhadap kebebasan yang lebih besar dari kekuatan-kekuatan pasar. Meningkatnya fleksibilitas politik dan ekonomi mempermudah Cina memasuki kerjasama pembangunan dengan ASEAN atas dasar non-ideologi, manfaat perdagangan itu tentu saja timbal balik. Dari sudut pandang ASEAN, peningkatan perdagangan dengan Cina dianggap sebagai salah satu cara terpenting untuk mendiversifikasikan konsentrasi perdagangannya yang sangat geografis itu. Pertumbuhan Cina-ASEAN pada umumnya adalah sesuai dengan strategi diversifikasi pasar jangka panjang yang hendak dilaksanakan oleh pemerintah negara-negara ASEAN. Secara keseluruhannya dipandang dari perspektif ASEAN, perdagangan Cina-ASEAN adalah didasarkan atas landasan ekonomis yang kuat. Bagi ASEAN, Cina adalah pasar raksasa bagi produk yang dihasilkan ASEAN. Sementara ASEAN merupakan pasar bagi produk Cina seperti tekstil, barang-barang konsumen, sepeda motor, dan barang elektronik. ASEAN juga

kawasan menarik bagi para turis asal Cina. Lebih dari dua juta turis Cina mengunjungi negara-negara ASEAN sepanjang tahun 2000.34

Dinamika perluasan hubungan ekonomi Cina-ASEAN dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ekonomi internalnya sendiri dan prospek untuk pertumbuhan perdagangan Cina-ASEAN sangat bergantung pada keberhasilan usaha modernisasi Cina yang sedang berlangsung. Ekonomi Cina tumbuh begitu cepat dalam perdagangan global dan manufaktur. Antara tahun 1985-2003, Pertumbuhan ekonomi riil Cina tumbuh secara konsisten yaitu dengan rata-rata pertumbuhan 9% setiap tahunnya. Pada 2004, pangsa perdagangan global Cina mencapai sekitar 6%. Pada tahun 2005 Cina sudah melesat melampaui sebagian besar negara Eropa dalam ukuran ekonomi, dan mengambil alih peran Jepang sebagai pedagang tingkat dunia.35 Dengan kekuatan yang sedang meningkat, baik Cina mencari peluang yang lebih besar melalui multilateralisme dan kerjasama regional.

34

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Teropong Dinamika terhadap Dinamika, Realitas dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal.179.

35

Engardio, Pete. 2007. CHINDIA: Strategi China dan India Menguasai Bisnis Global (Chindia: How China and India are Revolutionizing Global Business). Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

(20)

17 Cina melihat ASEAN untuk kepentingan

strategis Cina terutama dalam hal perdagangan dan investasi. Keterlibatan dan partisipasi dalam proses regional seperti ACFTA sangat penting dengan tujuan untuk memperoleh manfaat dari kerjasama regional, membangun kekuatan yang lebih besar, memainkan peranan, serta menjaga keseimbangan.

Pembentukan ASEAN – Cina Free Trade Area (ACFTA)

Penandatangan Kerangka Kesepakatan atas Kerja sama Ekonomi Cina-ASEAN pada tahun 2002 menunjukkan adanya usaha perbaikan

hubungan antara negara-negara anggota ASEAN dan Cina. Kesepakatan ini selanjutnya berkembang menjadi Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-Cina (ACFTA). Di atas kertas, keputusan ASEAN dan Cina untuk membentuk kesepakatan tersebut menggambarkan perluasan hubungan ekonomi dan politik di antara kedua pihak. ACFTA merupakan kerjasama perdagangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN dengan Cina mengenai penurunan tarif, bea masuk dan pajak. Kerjasama ini berlaku untuk semua negara ASEAN sesuai dengan kesepakatan yang telah ditandatangani.

Tabel 1. Skema Penurunan Tarif ASEAN-Cina ASEAN 6 and China

X = Applied MFN

Tariff Rate

ACFTA Preferential Tariff Rate (Not later than 1 January)

2005* 2007 2009 2010 X ≥ 20% 20 12 5 0 15% ≤ X < 20% 15 8 5 0 10% ≤ X < 15% 10 8 5 0 5% < X < 10% 5 5 0 0 X ≤ 5% Standstill 0 0

*The fist date of implementation shall be 1 July 2005

Sumber: Ignatius Wibowo dan Syamsul Hadi (2009). Merangkul Cina, Hubungan Indonesia-Cina Pasca-Soeharto.

Berdasarkan Tabel 1, semua produk pangan kecuali beras36 dengan tarif awal

36

Beras yang merupakan makanan pokok bagi sebagian besar anggota negara ASEAN, sehingga beras tidak dimasukkan karena sifat sensitivitas produk di negara-negara ASEAN. Integrasi ekonomi

lebih besar atau sama dengan 20%, pada

mengutamakan produk yang mempunyai harga murah dan kualitas serta kuantitas baik, sehingga bagi negara yang tidak siap terhadap adanya liberalisasi pangan maka negara tersebut akan lebih banyak mengimpor beras daripada mengekspor beras.

(21)

18 tahun 2007 akan diturunkan menjadi 12%,

kemudian turun secara bertahap menjadi 5% pada tahun 2009. Semua produk pangan kecuali beras dengan tarif awal 15% dan dibawah 20% akan diturunkan menjadi 8% pada tahun 2007 dan menjadi 5% pada tahun 2009. Begitu juga terhadap semua produk pangan kecuali beras dengan tarif awal 10% dan dibawah 15%. Semua produk pangan kecuali beras dengan tarif awal dibawah 5% hingga 10% akan diturunkan pada 2009 menjadi 0%.

Dalam kerjasama perdagangan bebas antara ASEAN dengan Cina mengatur tentang kesepakatan penurunan tarif dan kerjasama dalam penghapusan tarif untuk mempermudah perdagangan internasional seperti yang ada pada WTO. Keputusan untuk membentuk zona perdagangan bebas antara ASEAN dan Cina merupakan tanggapan terhadap usulan yang muncul dari mantan Perdana Menteri Cina, Zhu Rongji, saat dilangsungkannya KTT ASEAN keenam pada bulan November 2000. Selanjutnya pada bulan November 2002, ASEAN dan Cina menandatangani Kerangka Kesepakatan Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN dan Cina. Kerangka kerjasama ini meresmikan komitmen ASEAN dan Cina untuk memperkuat kerjasama ekonomi. Didalam

framework tersebut disepakati pentahapan

pembentukan perdagangan bebas untuk barang pada tahun 2004, sektor jasa tahun 2007, dan investasi tahun 2009. Sementara dari sisi kesiapan perdagangan bebas bagi ASEAN juga berlaku bertahap. Perdagangan bebas mulai berlaku tahun 2010 antara Cina dengan ASEAN-6 yaitu untuk Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, dan Brunei. Sementara tahun 2015 berlaku bagi Cina dengan ASEAN-4 yaitu Kamboja, Vietnam, Laos, dan Myanmar.37

Terdapat enam elemen penting dalam Kerangka Kesepakatan Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara ASEAN dan Cina, meliputi: (1) perdagangan dan langkah-langkah fasilitasi (mencakup berbagai isu seperti penghapusan hambatan non-tarif, pengakuan standar di masing-masing pihak dan penilaian prosedur bagi sektor jasa); (2) bantuan teknis dan pengembangan kapasitas bagi negara-negara anggota yang baru di ASEAN; (3) langkah-langkah promosi perdagangan yang konsisten dengan peraturan di WTO; (4) perluasan kerjasama dalam bidang keuangan, pariwisata, pertanian, pengembangan sumber daya manusia, hak atas kekayaan intelektual (HaKI); (5)

37

(22)

19 pembentukan ACFTA dalam jangka waktu

10 tahun, dengan perlakuan khusus dan berbeda diberikan ke negara-negara anggota baru ASEAN; dan (6) pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan untuk menjalankan komitmen kerangka kerjasama. Kesepakatan Perjanjian ini bertujuan untuk:

1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua pihak.

2. Meliberalisasi perdagangan barang, jasa dan investasi.

3. Mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua pihak.

4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada di kedua belah pihak.

Kedua pihak juga menyepakati untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi melalui: penghapusan tarif dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang, liberalisasi secara progresif perdagangan jasa membangun investasi yang kompetitif dan terbuka dalam kerangka ACFTA.38

38

(Wibowo, 2009: 238)

Kondisi ini pada akhirnya akan menciptakan atmosfer yang memacu masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang selanjutnya akan membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih luas ke pasar dunia. Melalui efek terhadap pertumbuhan ekonomi, FDI selanjutnya dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. FDI dapat juga membantu meningkatkan pendapatan pemerintah, yang dapat digunakan untuk membiayai jaring pengaman sosial untuk kaum miskin, melalui kontribusi pajak dan secara tidak langsung dengan menstimulasi pertumbuhan dan memperluas wajib pajak.

KESIMPULAN

Reformasi Cina yang dicanangkan oleh Deng Xiaoping pada tahun 1978, melalui program Reformasi dan Keterbukaan (Gaige Kaifang) telah membawa Cina kepada sebuah sistem perekonomian baru ala Cina yaitu sistem pasar-sosialis. Reformasi ini membuat Cina terbuka dengan dunia luar dan membuka pintu bagi investasi asing. Oleh karena itu pada tahun 1980 Cina menciptakan Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones),

(23)

20 yaitu di Propinsi Guangdong (Kabupaten

Shenzhen, Zhuhai, Shantou) dan Fujian (Pulau Xiamen). Para penanam modal asing di zona ekonomi tersebut mendapat pelbagai keringanan pajak, juga tersedia pelbagai prasarana seperti : jalan raya, tenaga listrik, dan pelabuhan.

Bahwa kunci kesuksesan reformasi ekonomi Cina terkait pada 5 (lima) proses, yaitu : 1) Desentralisasi; 2) Marketisasi; 3) Diversifikasi kepemilikan; 4) Liberalisasi tidak hanya dibidang ekonomi tapi juga pemikiran; 5) Internasionalisasi (Jae Ho Chung, 2006). Ini terlihat pada tahun 2005 perkembangan ekonomi, perdagangan dan industri Cina mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan Cina menjadi salah satu negara ‘world’s foremost manufacturing

base’ di Asia. Dalam mendukung kebijakan

ekonomi Cina yang bersifat ‘world’s

foremost manufacturing base,’ pemerintah

Cina melakukan berbagai reformasi yaitu reformasi perusahaan pemerintah, pembangunan Non-State Enterprise (NSE), perkembangan Small and Medium Enterprise (SME), dan reformasi sistem

perbankan.

ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) merupakan kerjasama perdagangan bebas antara negara-negara anggota ASEAN dengan Cina mengenai

penurunan tarif, bea masuk dan pajak. ACFTA dibentuk bertujuan untuk: memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua pihak, meliberalisasikan perdagangan barang, jasa dan investasi, mencari area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua pihak dan memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara anggota baru ASEAN juga menjembatani gap yang ada di kedua belah pihak. Dua faktor yang menjadikan tercapainya kerjasama perdagangan bebas antara Cina dengan ASEAN. Pertama, ASEAN merupakan pasar bagi produk Cina seperti tekstil, barang-barang konsumen, sepeda motor, dan barang-barang elektronik. Kedua, bagi ASEAN, Cina merupakan pasar raksasa bagi produk yang dihasilkan ASEAN.

Integrasi ekonomi Cina dengan ASEAN menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi negara-negara yang tergabung didalamnya, hal ini karena integrasi ekonomi mendorong masuknya

Foreign Direct Investment (FDI) yang akan

membantu menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang dapat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan melalui perbaikan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pembangunan sumber daya manusia (human

(24)

21

capital) dan memperluas akses ke pasar

dunia.

DAFTAR ACUAN Buku dan Jurnal

Akbar, Nanda. 2011. Transformasi Besar

China: Dinamika Negara dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogja: Jogja

Mediautama.

ASEAN Document Series. 1985. 1967-1985.

Jakarta: ASEAN Secretariat.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan

Internasional di Asia Tenggara,

Teropong Dinamika terhadap

Dinamika, Realitas dan Masa Depan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cheng, Chu-yuan. 1971. The Economy of

Communist China 1949-1969 : with a bibliography of selected materials on Chinese economic development. Ann

Arbor: University of Michigan, Center

for Chinese Studies.

Chilcote, Ronald H. 2004. Teori Perbandingan Politik, Penelusuran Paradigma (Theories of Comparative Politics The Search for a Freedom).

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Chung, Jae Ho. 2006. Charting China's

Future : Political, Social, and

International Dimensions. United

States of America: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.

Djafar, Zainuddin. 2008. Indonesia, ASEAN

& Dinamika Asia Timur. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Eckaus, Richard. 1997. “China”, dalam

Going Global: Transition from Plan to

Market in the World Economy. Ed.

Padma Desai. New York: Colombia University Press.

Engardio, Pete. 2007. CHINDIA: Strategi

China dan India Menguasai Bisnis Global (Chindia: How China and India are Revolutionizing Global Business). Jakarta: PT Bhuana Ilmu

Populer.

Kompas, 2006. Cermin dari Cina Geliat

Sang Naga di Era Globalisasi.

Jakarta: Buku Kompas.

Muas, Tuty N. 2008. “30 Tahun Reformasi RRC: Reformasi Gradual yang Penuh Penyesuaian” dalam buku 30 Titik

Balik Historiografi di Indonesia.

Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Nopirin, 1995. Ekonomi Internasional.

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Sutopo, FX. 2009. China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.

Wibowo, Ignatius. 2004. Belajar dari Cina. Jakarta: KOMPAS.

Wibowo, Ignatius dan Syamsul Hadi. 2009.

Merangkul Cina, Hubungan

Indonesia-Cina Pasca-Soeharto.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wibowo, Priyanto. 2007. Perubahan Sosial

Cina Tahap Pertama: Mao dan

Pedesaan (1949-1959). Depok:

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.

Wong, John. 1999. Politik Cina di Negara

Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka

(25)

22 Publikasi Elektronik

http://www.gaikindo.or.id/download/industri -policies/k-bank-indonesia/OEI-2008-2012.pdf diakses pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 09.00 wib.

Gambar

Tabel 1.  Skema Penurunan Tarif ASEAN-Cina   ASEAN 6 and China

Referensi

Dokumen terkait