• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Renstra Balai POM di Gorontalo Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Renstra Balai POM di Gorontalo Tahun"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan HidayahNya yang dilimpahkan kepada kita semua sehingga proses penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Balai POM di Gorontalo tahun 2015 – 2019 ini berjalan lancar dan telah dihasilkan satu dokumen Renstra.

Renstra Balai POM di Gorontalo Tahun 2015 – 2019 disusun dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang merupakan penjabaran dari Renstra badan POM RI Tahun 2015 – 2019 dalam mencapai tujuan yaitu meningkatnya jaminan produk obat dan makanan aman, bermanfaat dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat serta meningkatnya daya saing obat dan makanan di pasar lokal dan global. Melindungi masyarakat merupakan tugas bersama. Oleh karena itu dibutuhkan partisipasi yang sinergi dari masyarakat luas dan stakeholder terkait

Tujuan utama dalam penusunan Renstra adalah agar diperoleh acuan dalam penyusunan rencana kerja tahunan, penyusunan anggaran, penetapan kinerja serta penyusunan Laporan Akuntabilitan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BPOM.

Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah nasional tahun 2015 -2019, program pengawasan Obat dan Makanan diprioritaskan untuk percepatan keunggulan produk Obat dan Makanan yang diproduksi dan beredar di Indonesia, utamanya provinsi Gorontalo Permintaan Obat dan Makanan yang semakin meningkat itu, menjadi peluang dalam pengembangan mutu dan kuantitas produksi. Disisi lain hal tersebut menjadi tantangan penyelenggaraan pengawasan karena mendorong masuknya produk dari luar negeri masuk ke wilayah Indonesia. Dengan berlakunya era pasar bebas, pengawasan Obat dan Makanan bergeser menjadi semakin komplek.

(4)

pengawasan harus dioptimalkan untuk menjaga mutu, kemanan dan manfaat, agar produk Obat dan Makanan menjadi unggul dalam penguasaan pasar global.

Terkait dengan target dimaksud, maka Balai Pengawas Obat Makanan di Gorontalo dalam melaksanakan pengawasan dilakukan pengembangan pemberdayaan sumber daya secara optimal, melibatkan pemangku kepentingan secara tersinergi, percepatan tindak lanjut terhadap temuan ketidak sesuaian. Diharapkan langkah percepatan dapat memberikan capaian target kinerja secara produktif dan efisien.

Untuk hal tersebut pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan di Gorontalo disusun dalam Rencana Strategis tahun 2015-2019 melalui kajian risiko secara komprehensif sehingga mampu menghasilkan keunggulan produk yang berdampak kesejahteraan sejalan dengan tujuan Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Demikianlah kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan pemikiran sehingga berhasil menyusun Rencana Strategis ini , kami ucapkan terimakasih. Akhir kata, semoga dokumen ini bermanfaat bagi perkembangan pengawasan obat dan makanan di Provinsi Gorontalo

Gorontalo, Februari 2015 Kepala Balai POM di Gorontalo

Drs. Edi Witanto, Apt NIP. 195804231985031001

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ………. Iii SURAT KEPUTUSAN ……… iv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. KONDISI UMUM ……… 1

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN ………. 13

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BPOM ……… 27

A. VISI ……….. 27

B. MISI ………. 29

C. BUDAYA ORGANISASI ……… 33

D. TUJUAN ……….. 33

E. SASARAN STRATEGIS ……… 34

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ……… . 40

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN POM ……….. 40

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BALAI POM GORONTALO … 43 C. KERANGKA REGULASI ……… 46

D. KERANGKA KELEMBAGAAN ……….. 49

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ……… 52

A. TARGET KINERJA ……….. 52

B. KERANGKA PENDANAAN ………. 52

(6)

PERATURAN

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

NOMOR : HK.04.102.04.15.1198 TENTANG

RENCANA STRATEGIS

BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI GORONTALO TAHUN 2015 – 2019

KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI GORONTALO

Menimbang

Mengingat

:

:

a. Bahwa berdasarkan evaluasi tahunan dan evaluasi paruh waktu pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2010 s.d. 2014, perlu dilakukan penyesuaian terhadap dokumen Rencana Srategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2015 s.d. 2019;

b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2015 s.d. 2019;

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2010 tentang Pembangunan

(7)

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013;

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 s.d. 2019; 7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian / Lembaga (Renstra-K/L) 2015 – 2019;

8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 tahun 2004;

9. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015 s.d. 2019.

(8)

MEMUTUSKAN Menetapkan Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 : : : : :

PERATURAN KEPALA BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI GORONTALO TENTANG RENCANA STRATEGIS BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI GORONTALO TAHUN 2015 s.d 2019

Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo tahun 2015 s.d 2019 mengacu pada Rencana Strategis Badan POM RI Tahun 2015 s.d. 2019.

(1) Pelaksanaan Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2015 s.d. 2019 dievaluasi secara berkala setiap tahun, paruh waktu dan tahun terakhir periode Rencana Strategis.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo.

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo Tahun 2010 s.d .2014 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Gorontalo Pada tanggal 30 April 2015

(9)

BAB I

A. KONDISI UMUM

Provinsi Gorontalo memiliki luas wilayah 12.435 km2. Jika dibandingkan dengan wilayah Indonesia, luas wilayah propinsi ini hanya sebesar 0,63 persen, Provinsi Gorontalo terdiri dari lima kabupaten dan 1 kota, secara geografis Provinsi Gorontalo berada di bagian utara pulau Sulawesi, yaitu berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur dan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah barat, sedangkan di sebelah utara berhadapan langsung dengan Selat Sulawesi dan sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini.

GAMBAR : 1.1 Peta Provinsi Gorontalo

Jumlah Kabupaten Kota Di Provinsi Gorontalo Terdiri Dari 1 Kota Dan 5 Kabupaten Dengan 77 ( Tujuh Puluh Tujuh ) Kecamatan & 732 (Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua ) Desa Dengan Wilayah Kerja Balai POM Gorontalo : Kabupaten Boalemo Dengan Luas Wilayah 1.736,61 Km2 , Kabupaten Gorontalo Dengan Luas Wilayah 2.143,48 Km2, Kabupaten Pohuwato Dengan Luas Wilayah 4.455,60 Km2, Kabupaten Bone Bolango Dengan Luas Wilayah 1.891,49 Km2 ,Kabupaten Gorontalo Utara dengan Luas Wilayah 2.141,86 Km2 Kota Gorontalo Dengan Luas Wilayah 65,96 Km2dan Pola Transportasi yang digunakan ke semua kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo adalah melalui transportasi darat.

(10)

(Renstra) Kementerian/Lembaga untuk jangka waktu 5 tahun, serta Rencana Pembangunan Tahunan yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007. Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMN kedua, RPJMN ketiga ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam, sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara terus menerus mengalami peningkatan.

Sebagaimana amanat tersebut dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah, Balai POM di Gorontalo sesuai kewenangan, tugas pokok dan fungsi menyusun renstra yang memuat visi, misi, tujuan, strategis dan indikator kegiatan untuk periode 2015 s.d. 2019. Penyusunan renstra ini berpedoman kepada RPJMN dan Renstra Badan POM periode 2015 s.d. 2019. Proses penyusunan renstra Balai POM di Gorontalo didasarkan pada evaluasi capaian kinerja tahun 2010 s.d. 2014 serta masukan-masukan dari Badan POM. Renstra Balai POM di Gorontalo periode 2015 s.d. 2019 diharapkan dapat meningkatkan kinerja Balai POM di Gorontalo dibanding periode renstra sebelumnya.

Adapun kondisi umum Balai POM di Gorontalo pada saat ini berdasarkan peran, tupoksi dan pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Peran BPOM di Gorontalo berdasarkan Peraturan Perundang-undangan

Balai POM di Gorontalo bertugas mengawasi peredaran obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik dan makanan di wilayah Provinsi Gorontalo. Tugas, fungsi Balai POM di Gorontalo diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah non Departemen yang telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001. Sesuai amanat ini, Balai POM Gorontalo menyelenggarakan fungsi: (1) Pelaksanaan pemeriksaan secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian mutu Produk; (2) Pelaksanaan Pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan pada sarana produksi dan distribusi; (3) Pelaksanaan Penyelidikan dan penyidikan pada kasus pelanggaran Hukum; (4)

(11)

Kepala BPOM; (5) Pemantauan pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah dibidang Pengawasan Obat dan Makanan (6) Penyelenggaraan Pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,keuangan, kearsipan,persandian,perlengkapan dan rumah tangga.

Dilihat dari fungsi Balai POM di Gorontalo terdapat kegiatan: a) Peningkatan inspeksi sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan dalam rangka pemenuhan standar Good

Manufacturing Practices (GMP) dan Good Distribution Practices (GDP) terkini; b) Penguatan

kapasitas laboratorium BPOM; c) Pengambilan sampel dan pengujian; d) Peningkatan cakupan pengawasan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan di Provinsi Gorontalo, termasuk pasar aman dari bahan berbahaya; e) Investigasi awal dan penyidikan kasus pelanggaran di bidang Obat dan Makanan di Provinsi Gorontalo; f) Pemberian Informasi dan Penyuluhan/Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan; g) Peningkatan pengawasan terhadap Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS), dan advokasi kepada masyarakat.

2. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Stuktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014.

Dalam pelaksanaan tugas Pokok dan fungsi Balai Pengawas Obat dan Makanan di Gorontalo didukung dengan struktur organisasi yang terdiri dari 3 Seksi dan 1 Sub Bagian Tata Usaha yang melaksanakan tugas sebagai berikut :

(12)

tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya serta evaluasi dan penyusuna laporan, sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi serta memberikan layanan informasi konsumen.

2. Seksi Pengujian Pangan Bahan Berbahaya & Mikrobiologi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pemeriksaan secara laboratorium pangan, bahan berbahaya dan mikrobiologi, serta pengujian dan penilaian mutu dibidang pangan, bahan berbahaya serta pengujian dan penilaian mutu secara mikrobiologi.

3. Seksi pengujian Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen tugas melaksanakan penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan pemeriksaan secara laboratorium, serta pengujian dan penilaian mutu dibidang Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika, Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.

4. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi dilingkungan Balai POM di Gorontalo.

Gambar 1.2. Struktur Organisasi Balai POM di Gorontalo

JABATAN FUNGSIONAL

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

KEPALA SEKSI PENGUJIAN TERAPETIK, NARKOTIKA, KOSMETIK DAN PRODUK

KOMPLEMEN KEPALA SEKSI PENGUJIAN PANGAN, BAHAN BERBAHAYADAN MIKROBIOLOGI KEPALA SEKSI PEMERIKSAAN, PENYIDIKAN, SERTIFIKASI DAN LAYANAN INFORMASI

KONSUMEN

(13)

Untuk mendukung tugas-tugas Balai POM di Gorontalo sesuai dengan peran dan fungsinya, diperlukan sejumlah SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Jumlah SDM yang dimiliki Balai POM di Gorontalo untuk melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan sampai tahun 2014 adalah sejumlah 44 orang. Adapun jumlah pegawai Balai POM di Gorontalo yang tersebar beberapa Seksi/Sub Bagian dan dapat dijelaskan pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Profil pegawaiBalai POM di Gorontaloberdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

No Seksi / Sub Bag S3

S 2 A p o te ke r/ P ro fe si S 1 D ip lo m a 3 Ju m la h

1 Sub Bagian Tata Usaha 0 0 3 1 6 10

2 Seksi Pengujian Pangan dan Bahan

Berbahaya dan Mikrobiologi 0 1 4 3 2 10

3 Seksi Pengujian Teranokoko 0 0 5 1 5 11

4 Seksi Pemeriksaan Penyidikan Dan

Layanan Informasi Konsumen (ULPK) 0 0 5 4 4 13

TOTAL 0 1 17 9 17 44

Dari Tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa 38,63% pegawai Balai POM di Gorontalo adalah Diploma (Non Sarjana), Dominan di Sub Bagian Tata Usaha Sebanyak 6 Orang, Seksi Pengujian Teranokoko Sebanyak 5 Orang, Seksi Pemeriksaan Penyidikan dan Layanan Informasi Sebanyak 4 orang dan Seksi Pengujian Pangan Bahan Berbahaya dan Mikrobiologi sebanyak 2 Orang . Di bawah ini gambar 1.2: grafik komposisi persentase SDM BPOM menurut pendidikan.

(14)

Grafik : 1.1 Profil pegawai Balai POM di Gorontalo berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014

Dari komposisi SDM Balai POM DI Gorontalo sampai dengan tahun 2014 sesuai dengan tabel 1.1 dan gambar 1.2 di atas, dirasakan bahwa untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, khususnya perubahan lingkungan strategis eksternal, maka perlu dilakukan peningkatan kuantitas maupun kualitas SDM Balai POM di Gorontalo , agar dapat mengantisipasi perubahan lingkungan strategis tersebut sehingga bisa mewujudkan tujuan organisasi dalam lima tahun kedepan.

Dengan adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai selama lima tahun mulai tahun 2015 s.d. 2019 berarti tidak ada penambahan pegawai selama kurun waktu tersebut. Hal ini semakin menyebabkan terjadinya kesenjangan jumlah pegawai Balai POM di Gorontalo, apalagi pada tahun 2015 ada 2 pegawai yang sudah mengajukan pindah, sementara beban kerja makin meningkat. Dengan adanya kekurangan pegawai tersebut menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan yang akan dilakukan menjadi kurang optimal. 0 1 2 3 4 5 6 7

Tata Usaha Pangan TeranokokoPemdi Serlik

S2 Apoteker S1 Diploma 3

(15)

Grafik 1.2 : Tahun 2015 s.d. 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja

3. Hasil Capaian Kinerja Balai POM di Gorontalo Periode 2010 s/d 2014

Sesuai dengan peran dan kewenangan Balai POM di Gorontalo Mempunyai Tugas Mengawasi peredaran Obat dan Makanan di wilayah Provinsi Gorontalo dalam rangka menjalankan menjalankan tugas tersebut, maka terdapat kegiatan yang telah dilaksanakan dalam Renstra Balai POM di Gorontalo.

Adapun pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Balai POM di Gorontalo tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama sesuai sasaran strategis pada tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2 Capaina Kinerja Balai POM Gorntalo Periode 2010 s/d 2014

Indikator Kinerja T*) Tahun 2014 Tahun 2013 Tahun 2012 Tahun 2011 Tahun 2010 2014 R**) R (%) R (%) R (%) R (%) (%) %C***) thd 2014

Persentase kenaikan obat yang 0 10 20 30 40 50 60 70 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Standar Kebutuhan SDM SDM yang tersedia SDM Pensiun, Pindah, dll SDM Kurang

(16)

Persentase kenaikan suplemen makanan

yang memenuhi standar 0,5 -6,25 -1.250 0 0 5 95

Persentase kenaikan makanan yang

memenuhi standar 3,75 2,26 194,29 -8,87 -1,48 -11,96 92,2

Proporsi obat yang memenuhi standar

(aman, manfaat, dan mutu) 99,63 100 100,37 99,36 96,55 92.92 96 Proporsi obat tradisional yang

mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 1 1,79 99,21 3,54 0 1.27 0 Proporsi kosmetik yang mengandung

bahan berbahaya 1 0 101 0 0 0.00 0

Proporsi suplemen makanan yang tidak

memenuhi syarat keamanan 2 6,25 95,66 0 0 0.00 5

Proporsi makanan yang memenuhi syarat 90 90,12 100,14 83,33 90,72 80.24 92,2

Sumber : Lakip 2014 BPOM di Gorontalo

Catatan:

*) T = Target

**) R = Realisasi

***) %C = Persentase capaian (realisasi dibandingkan terhadap target)

Dari Tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa target kinerja tahun 2014 telah tercapai untuk 10 indikator. terdapat 3 indikator yang capaiannya jauh melebihi target. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adalah karena belum tepatnya penetapan target, atau indikator yang digunakan tidak sensitif untuk mengukur kinerja Sasaran Strategis “Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat di Provinsi Gorontalo”.

Grafik 1.3 Profil Obat yang Memenuhi Standar Tahun 2010-2014

90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 2010 2011 2012 2013 2014 Persentase/proporsi obat yang memenuhi standar Target presentase/proporsi obat yang memenuhi standar

(17)

Grafik 1.4 : Profil Proporsi kenaikan Obat Tradisional yang Memenuhi Standar Tahun 2010-2014

Sumber : Lakip 2014 BPOM Gorontalo

Grafik 1.5 Profil Proporsi Kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya Tahun 2010-2014

Sumber : Lakip 2014 BPOM Gorontalo

-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 2010 2011 2012 2013 2014 Target Proporsi kenaikan obat tradisional yang Memenuhi Syarat 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2010 2011 2012 2013 2014

Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

Target Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya

(18)

Grafik 1.6 Profil Proporsi Kenaikan Kosmetik yang mengandung Bahan Berbahaya Tahun 2010-2014

Sumber : Lakip 2014 BPOM Gorontalo

Grafik 1.7 Profil proporsi kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar Tahun 2010-2014

Sumber : Lakip 2014 BPOM Gorontalo

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 2010 2011 2012 2013 2014 Target Proporsi Kenaikan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya Proporsi kenaikan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2010 2011 2012 2013 2014 Proporsi Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar Target Proporsi Kenaikan Suplemen Makanan yang Memenuhi Standar

(19)

Grafik 1.8 Profil Proporsi Makanan yang Memenuhi Standar Tahun 2010-2014

Sumber : Lakip 2014 BPOM Gorontalo

4. Isu-isu strategis Sesuai dengan tupoksi dan kewenangan

Selama periode 2010-2014, pelaksanaan peran dan fungsi Balai POM di Gorontalo telah diupayakan secara optimal untuk mencapai target kinerja. Tiga hal yang secara terus menerus menjadi perhatian dalam memberikan perlindungan masyarakat yang semakin optimal: (1) Masih Belum kuatnya sistem pengawasan obat dan makanan ( Regulatory System), (2) Masih lemahnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku usaha,dan kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta partidipasi masyarakat melalui kerjasama, komunikasi, informasi dan edukasi, (3) Masih rendahnya kualitas dan Kapasitas kelembagaan BPOM

. Dari permasalahan tersebut terdapat beberapa penyebab potensial dan strategis bagi BPOM Gorontalo untuk dilakukan pembenahan di masa mendatang. Diharapkan pencapaian kinerja berikutnya akan lebih optimal. Di bawah ini pada gambar terdapat diagram yang menunjukkan analisa permasalahan pokok dan isu-isu strategis sesuai dengan tupoksi dan kewenangan sebagai berikut:

70 73 76 79 82 85 88 91 94 97 100 2010 2011 2012 2013 2014 persentase/Proporsi makanan yang memenuhi syarat Target persentase/Proporsi makanan yang memenuhi syarat

(20)

Gambar 1.3 Diagram permasalahan dan isu strategis, kondisi saat ini dan dampaknya

Berdasarkan kondisi tersebut, Balai POM di Gorontalo sebagai unit pengawas obat dan makanan di provinsi Gorontalo masih perlu dilakukan penguatan, baik kelembagaan maupun sumber daya manusia sehingga kinerja di masa mendatang semakin optimal dan memastikan berjalannya proses pengawasan obat dan makanan yang lebih baik dalam koridor hukum dalam menjaga keamanan mutu serta manfaat obat dan makanan. Sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi pembangunan kesehatan masyarakat Gorontalo pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Terdapat 3 isu strategis permasalahan pokok yang dihadapi Balai POM di Gorontalo sesuai peran dan kewenangannya untuk memperkuat dan meningkatkan kinerja di masa yang akan datang:

1. Penguatan sistem dalam pengawasan Obat dan Makanan,

2. Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik untuk mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

PERAN BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI GORONTALO Pengujian produk, pemeriksaan dan

penyidikan, sertifikasi produk, serta sarana produksi dan distribusi

Pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan

BELUM OPTIMALNYA PERAN BPOM DALAM MELAKSANAKAN PENGAWASAN OBAT DAN

MAKANAN

Masih Belum kuatnya sistem pengawasan obat dan makanan ( Regulatory

System)

Masih lemahnya jaminan kualitas pembinaan dan bimbingan dalam mendorong kemandirian pelaku

usaha,dan kemitraan dengan pemangku kepentingan, serta partidipasi masyarakat melalui kerjasama, komunikasi, informasi

dan edukasi

Masih rendahnya kualitas dan Kapasitas

(21)

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan,

3. Penguatan kapasitas kelembagaan BPOM, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengelolaan sumber daya.

Dalam memperkuat peran dan kewenangan tersebut, Balai POM di Gorontalo secara terus menerus akan melakukan perbaikan baik di bidang laboratorium, pemeriksaan dan penyisikan, serta sertifikasi produk, dan sarana produksi serta distribusi. Dengan adanya lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi, unit Balai POM di Gorontalo perlu terus melakukan evaluasi dan dapat menyesuaikan diri sesuai dengan perkembangan zaman. Sehingga pada akhirnya dapat menjadi bagian dalam mempercepat pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sesuai dengan dinamika lingkungan strategis, lokal maupun nasional, permasalahan dan tantangan yang dihadapi masyarakat Sulawesi Tengah semakin kompleks demikian juga yang dihadapi Balai POM di Gorontalo. Nasionalisasi membawa kemudahan dalam memperoleh informasi dan pendistribusian barang dan jasa yang berdampak pada munculnya isu-isu berdimensi lintas bidang. Percepatan arus informasi dan modal juga berdampak pada meningkatnya pemanfaatan berbagai sumber daya alam yang memunculkan isu perubahan iklim, ketegangan lintas batas antarprovinsi serta percepatan penyebaran wabah penyakit mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi oleh Balai POM di Gorontalo. Hal ini menuntut peningkatan peran dan kapasitas unit Balai POM di Gorontalo dalam mengawasi perederan Obat dan Makanan.

Secara garis besar lingkungan strategis yang bersifat eksternal dan internal yang dihadapi Balai POM di Gorontalo adalah sebagai berikut:

1. Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

(22)

menjamin: (i) aspek keamanan, khasiat / kemanfaatan dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar; (ii) ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial; (iii) perlindungan masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalagunaan obat penggunaan obat yang rasional; serta (iv) upaya kemandirian di bidang kefarmasian melalui pemanfaatan sumber daya di Provinsi Gorontalo. Subsistem ini saling terkait dengan subsistem lainnya sehingga pengelolaan kesehatan dapat diselenggarakan dengan berhasil guna dan berdaya guna.

Balai POM di Gorontalo merupakan penyelenggara subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan, utamanya untuk menjamin aspek keamanan, khasiat/manfaat dan mutu Obat dan Makanan yang beredar serta upaya kemandirian di bidang pengawassan Obat dan Makanan. Pengawasan sebagai salah satu unsur dalam subsistem tersebut dilaksanakan melalui berbagai upaya secara komprehensif oleh Balai POM di Gorontalo, yaitu:

No keamanan, khasiat / kemanfaatan danUpaya terkait jaminan aspek mutu Obat dan Makanan yang beredar

No Upaya terkait kemandirian Obat dan Makanan

1 Pengawasan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah daerah, SKPD, pelaku usaha dan masyarakat secara terpadu dan bertanggung jawab;

1 Pembinaan terhadap industri rumah tangga pangan (IRTP) agar dapat melakukan produksi sesuai CPMB dan dapat melakukan usaha dan menjalankan usaha secara efektif dan efisien sehingga mempunyai daya saing.

2 Pelaksanaan pengawasan yang baik didukung dengan sumber daya yang memadai secara kualitas maupun kuantitas, sistem manajemen mutu, referensi ilmiah, kerja sama antar Balai, laboratorium pengujian mutu yang andal, independen dan transparan;

3 Pengambilan dan pengujian sampel, surveilan, serta pemantauan label atau penandaan iklan dan promosi;

4 Penegakan hukum yang konsisten dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran, termasuk pemberantasan produk palsu dan ilegal;

5 Perlindungan masyarakat dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika, zat adiktif sebagai upaya yang terpadu antara upaya refresif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif;

(23)

cemaran sediaan farmasi dari bahan-bahan dilarang atau penggunaan bahan-bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan persyaratan;

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin agar setiap rakyat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang minimal layak menuju terwujudnya kesejahteraan sosial yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sistem ini merupakan program negara dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pendekatan sistem. Sistem ini diharapkan dapat menanggulangi risiko ekonomi karena sakit, PHK, pensiun usia lanjut dan risiko lainnya dan merupakan cara (means), sekaligus tujuan (ends) dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk itu, dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional juga diberlakukan penjaminan mutu obat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan juga dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Implementasi JKN dapat membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap pengawasan Obat dan Makanan. Dampak langsung adalah meningkatnya jumlah produk obat yang akan beredar di Provinsi Gorontalo baik jumlah maupun jenisnya. Hal ini akan berimplikasi kepada pengawasan obat yang beredar baik di distributor maupun di sarana-sarana pelayanan pemerintah maupun swasta. Sementara dampak tidak langsung dari penerapan JKN adalah terjadinya peningkatan komposisi obat, baik jumlah maupun jenisnya.

Tingginya demand Obat akan mendorong banyak industri farmasi malakukan pengembangan fasilitas dan peningkatan kapasitas produksi dengan perluasan sarana yang dimiliki sehingga pada akhirnya akan banyak obat yang terdistribusi ke daerah yang menjadi objek pengawasan Balai POM di Gorontalo termasuk monitoring efek samping obat (MESO).

Dari sisi penyediaan (supply side) JKN, kapasitas dan kapabilitas laboratorium pengujian Balai POM di Gorontalo harus terus diperkuat. Begitu pula dengan pengembangan dan pemeliharaan kompetensi SDM Pengawas Obat dan Makanan (penguji, evaluator, maupun inspektur), serta kuantitas SDM yang harus ditingkatkan sesuai dengan beban kerja.

(24)

menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pembangunan kesehatan, khususnya dalam rangka mengurangi dampak yang merugikan, sehingga mengharuskan adanya suatu antisipasi dengan kebijakan yang responsif.

Dampak dari pengaruh lingkungan eksternal khususnya globalisasi tersebut berdampak ke daerah termasuk Gorontalo khususnya di bidang ekonomi, yang menghendaki adanya area perdagangan bebas / Free Trade Area (FTA).

Masuknya produk akibat perdagangan bebas tersebut merupakan persoalan krusial yang perlu segera diantisipasi. Realitas menunjukkan bahwa saat ini Indonesia termasuk Provinsi Gorontalo telah menjadi pasar bagi produk Obat dan Makanan dari luar negeri yang belum tentu terjamin keamanan dan mutunya untuk dikonsumsi. Untuk itu, masyarakat membutuhkan proteksi yang kuat dan rasa aman dalam mengkonsumsi Obat dan Makanan tersebut.

Perdagangan bebas juga membawa dampak tidak hanya terkait isu ekonomi saja, namun juga merambah pada isu kesehatan. Terkait isu kesehatan, masalah yang akan muncul adalah menurunnya derajat kesehatan yang dipicu oleh perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat tanpa diimbangi dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan.

Perdagangan bebas membuka peluang perdagangan Obat dan Makanan yang tinggi dengan memanfaatkan kebutuhan konsumen terhadap produk dengan harga terjangkau sehingga terdapat risiko beredarnya obat ilegal (tanpa izin edar, palsu dan substandar) dan makanan mengandung bahan berbahaya dimana hal ini sangat merugikan masyarakat. Berdasarkan data Balai POM Gorontalo, jumlah pelanggaran di bidang Obat dan Makanan yang ditemukan pada hasil uji laboratorium pada tahun 2014 untuk produk tidak memenuhi syarat (TMS) masih banyak.

4. Perubahan Iklim

Ancaman perubahan iklim di Indonesia, akan semakin dirasakan oleh sektor pertanian khususnya produk bahan pangan di Provinsi Gorontalo. Perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan pangan yang berkualitas, sehat, bermanfaat, dengan harga yang kompetitif. Dari sisi ekonomi makro, industri makanan dan minuman di masa yang akan datang perannya akan semakin penting sebagai pemasok pangan Nasional.

(25)

virus influenza yang variannya sekarang menjadi cukup banyak dan mudah tersebar dari satu provinsi ke provinsi lainnya.

Menurut Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan Research Center for

Climate Change University of Indonesia (RCCC-UI) tahun 2013, dalam pelaksanaan kajian

dan pemetaan model kerentanan penyakit infeksi akibat perubahan iklim, terdapat tiga penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus terkait perubahan iklim dan perkembangan vektor yaitu Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Selain dari ketiga jenis penyakit tersebut, masih ada lagi penyakit yang banyak ditemukan akibat adanya perubahan iklim seperti, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan penyakit batu ginjal.

Dengan adanya potensi permasalahan serta peluang dari proses perubahan iklim, diperlukan peranan dari Balai POM di Gorontalo dalam mengawasi peredaran varian obat baru dari jenis penyakit tersebut. Selain dari obat kimia, varian obat baru ini juga diikuti pula dengan varian obat herbal tradisional Indonesia dan Cina yang banyak juga beredar di pasar. Kondisi ini menuntut kerja keras dari Balai POM di Gorontalo dalam melakukan pengawasan terhadap perkembangan produksi dan peredaran Obat dan Makanan tersebut.

5. Perubahan Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Secara teori semakin tinggi pendapatan maka semakin besar pula konsumsi masyarakat terhadap Obat dan Makanan yang memenuhi standar dan kualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, tantangan yang dihadapi Balai POM di Gorontalo adalah melakukan pengawasan

post-market.

Berdasarkan data sarana produksi dan distribusi obat dan makanan yang di ada di provinsi Gorontalo tahun 2014 (sarana produksi Obat dan Makanan 80, sarana distribusi Obat dan makanan 1369, ini menggambarkan bahwa perlu pengawasan secara serius dan berkesinambungan dalam menjamin produk yang beredar pada sarana-sarana tersebut. Untuk melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan, mutu dan manfaat. Mengingat jumlah sarana yang relatif begitu besar dibanding tenaga pengawas Balai POM yang ada, Balai POM di Gorontalo harus mampu melakukan pengawasan dengan strategi khusus agar dapat menjangkau sarana yang kurang berimbang tersebut.

(26)

utara pulau Sulawesi, yaitu berbatasan langsung dengan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah timur dan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah barat, sedangkan di sebelah utara berhadapan langsung dengan Selat Sulawesi dan sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini. Jumlah penduduk Provinsi Gorontalo Tahun 2013 adalah 1.097.990 jiwa, di mana Laki-laki mencakup angka tertinggi yang berjumlah 550.004 jiwa sementara Perempuan berjumlah 547.986 (Sumber BPS : Gorontalo Dalam Angka 2014).

Rata rata laju pertumbuhan penduduk pertahun menurut Kabupaten/ Kota adalah Jumlah Penduduk untuk Kabupaten Boalemo sebesar 141.547 atau Laju Pertumbuhannya 2,88 %, Jumlah Penduduk untuk Kabupaten Gorontalo sebesar 365.781 atau Laju Pertumbuhannya 0,80 %, Jumlah Penduduk untuk Kabupaten Pohuwato sebesar 139.675 atau Laju Pertumbuhannya 2,55 %, Jumlah Penduduk untuk Kabupaten Bone Bolango sebesar 148.971 atau Laju Pertumbuhannya 1,48 %, Jumlah Penduduk untuk Kabupaten Gorontalo Utara sebesar 108.324 atau Laju Pertumbuhannya 1,17 %,dan Jumlah Penduduk untuk Kota Gorontalo sebesar 193.692 atau Laju Pertumbuhannya 2,29 %.

Persentase Penduduk berumur > 15 Tahun yang melek huruf menurut kabupaten Boalemo 95,82 %, Kabupaten Gorontalo 95,55% , Kabupaten Pohuwato 97,09%, Kabupaten Bone Bolango 98,87%, Kabupaten Gorontalo Utara 96,67 % dan Kota Gorontalo sendiri sebesar 99,67%.

Laju Pertumbuhan Pendapatan regional Kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 berdasarkan sumber BPS adalah Kabupaten Boalemo 1.114.582, Kabupaten Gorontalo 3.313.516, Kabupaten Pohuwato 1.908.921, Kabupaten Bone Bolango 1.217.569, Kabupaten Gorontalo Utara 676.634 dan Kota Gorontalo 2.620.739.

7. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Perubahan paradigma sistem penyelenggaraan pemerintah yang semula sentralisasi menjadi desentralisasi atau otonomi daerah, maka urusan kesehatan menjadi salah satu kewenangan yang diselenggarakan secara berkelanjutan antara pusat dan daerah. Hal ini berdampak pada pengawasan obat dan makanan yang tetap bersifat sentralistik dan tidak mengenal batas wilayah (borderless), dengan one line command (satu komando), sehingga apabila terhadap suatu produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat maka dapat segera ditindaklanjuti.

(27)

Desentralisasi dapat menimbulkan beberapa permasalahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan diantaranya kurangnya dukungan dan kerjasama dari pemangku kepentingan di daerah sehingga tindak lanjut hasil Pengawasan Obat dan Makanan belum optimal.

Untuk menunjang tugas dan fungsi Balai POM di Gorontalo dalam pengawasan diperlukan komitmen yang tinggi, dukungan dan kerjasama yang baik dari pemangku kepentingan antara pemerintah daerah (SKPD) terkait, masyarakat, termasuk swasta dengan mendayagunakan potensi yang dimiliki masing-masing untuk menghasilkan tata penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik. Dengan berlakunya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, merupakan tantangan bagi Balai POM di Gorontalo untuk melaksanakan Norma, Standar, Pedoman Kriteria dengan Pemerintah Daerah terkait Obat dan Makanan.

8. Perkembangan Teknologi

Seiring dengan Kemajuan teknologi produksi di bidang Obat dan Makanan meliputi perkembangan vaksin baru dan produk biologi lain , pangan hasil rekayasa genetika, pangan iradiasi,. Ini adalah sebagian dari kemajuan teknologi produksi yang diprediksi akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kondisi ini menuntut Balai POM di Gorontalo meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sebagai unit pengawas, utamanya pengetahuan teknologi laboratorium pengujian Balai POM di Gorontalo .

Kemajuan teknologi telah memungkinkan industri Obat dan Makanan untuk berproduksi dalam skala besar dengan cakupan yang luas sampai ke daerah terpencil sekalipun. Selain itu, dengan kemajuan teknologi transportasi baik darat, laut dan udara maupun jasa pengiriman barang, berbagai produk itu dimungkinkan dalam waktu relatif singkat mencapai seluruh wilayah negeri ini hingga ke pelosok-pelosoknya.

Bagi pengawasan Obat dan Makanan, ini merupakan satu potential problem, karena bila terdapat produk yang substandar, peredarannya dapat menjangkau areal yang luas dalam waktu yang relatif singkat. Untuk itu, antisipasi pengawasan Obat dan Makanan juga harus sama cepatnya.

(28)

dapat menjadi tantangan Bagi Balai POM di Gorontalo terkait trend pemasaran dan transaksi produk Obat dan Makanan secara online, yang juga perlu mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi.

9. Implementasi Program Fortifikasi Pangan

Salah satu upaya di dalam mendukung Arah Kebijakan Nasional Perbaikan Kualitas Konsumsi Pangan dan Gizi Masyarakat dilakukan melalui peningkatan peran industri dan Pemerintah daerah dalam ketersediaan pangan beragam, aman, dan bergizi.

Fortifikasi pangan merupakan salah satu cara dalam menangani permasalahan tingginya angka kekurangan gizi mikro. Sebagai langkah awal pemerintah menetapkan fortifikasi pada garam dan tepung terigu, mengingat masih tingginya masalah gangguan kesehatan karena kurangnya yodium (GAKI). Penerapan fortifikasi harus diiringi dengan pengawasan oleh Balai POM di Gorontalo.

Untuk mengawal program ini, Kegiatan intensifikasi pengawasan produk fortifikasi Nasional (tepung terigu dan garam) merupakan upaya pengawasan produk pangan baik dalam rangka pemenuhan persyaratan (compliance)maupun surveilan keamanan pangan. Upaya tersebut dilakukan melalui verifikasi terhadap pemenuhan Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB), baik penerapan CPPOB pada produsen pangan dan penerapan Cara Ritel Pangan yang bak di sarana peredaran. Selain itu juga dilakukan pengawasan terhadap produk pangan baik di sarana produksi maupun di sarana peredaran dan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran di bidang pangan, pengujian laboratorium terhadap parameter keamanan dan mutu pangan dan gizi pangan, pengawasan terhadap kesesuaian label serta pengawasan terhadap keamanan kemasan pangan yang beredar melalui sampling dan pengujian.

10.Jejaring Kerja

Balai POM di Gorontalo menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat menjadi single player. Untuk itu, Balai POM di Gorontalo membangun kerjasama dengan Instansi terkait di daerah (SKPD). Kerjasama ini sangat penting dalam mendukung tugas-tugas Balai POM di Gorontalo maupun pemangku kepentingan. Beberapa jejaring yang kerja sudah dimiliki Balai POM di Gorontalo yaitu Jejaring Keamanan Pangan Nasional / Daerah, Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal di daerah.

(29)

11.Komitmen Pelaksanaan Repormasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, Balai POM di Gorontalo melaksanakan agenda reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010 tentang

Grand DesignRB 2010 s.d. 2025.

a. Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, Balai POM di Gorontalo adalah UPT Badan POM RI di daerah. Peran Balai POM di Gorontalo perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur organisasi, kompetensi dan kuantitas dan SDM, sarana dan prasarana, maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara optimal. Tantangan Balai POM di Gorontalo ke depan adalah melakukan pengawasan yang makin kompleks dengan area yang Cukup luas.

b. Penataan Tata Laksana

Balai POM di Gorontalo berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh pemangku kepentingan. Komitmen Balai POM di Gorontalo tersebut dilakukan melalui penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara berkelanjutan.

c. Penguatan Akuntabilitas Kerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Balai POM di Gorontalo telah mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik.

Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja Balai POM di Gorontalo. Namun, masih perlu melakukan penyempurnaan dalam penatausahaan manajemen

(30)

SDM aparatur di Balai POM di Gorontalo adalah hasil seleksi secara transparan, objektif, akuntabel, bebas KKN dan berbasis kompetensi yang telah memperoleh gaji dalam bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Perencanaan kebutuhan pegawai oleh Balai POM di Gorontalo diusulkan ke Badan POM untuk dievaluasi kemudian dilakukan proses perekrutan secara terpusat. Hasil yang direkrut lalu didistribusikan kepada Balai POM sesuai perencanaan.

Saat ini, SDM Balai POM di Gorontalo telah memiliki kualitas yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM Balai POM di Gorontalo belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan fungsi di wilayah Provinsi Gorontalo. Sistem manajemen pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah disusun.

e. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan mengubah secara sistematis dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi. f. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Melalui upaya pengawasan yang dilakukan Balai POM di Gorontalo, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Balai POM di Gorontalo sehingga menghindari tingkat penyalahgunaan wewenang.

(31)

Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, upaya pengawasan yang dilakukan Balai POM di Gorontalo tersebut masih perlu dievaluasi agar dapat ditingkatkan pelaksanaannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah penguatan peran Tim SPIP Balai yang fokus pada pemeriksaan kinerja berbasis risiko untuk mencegah potensi kesalahan yang mengganggu efektivitas pencapaian sasaran organisasi dan dapat menimbulkan kerugian negara.

g. Penegakan Hukum

Telah banyak Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas dan fungsi Balai POM di Gorontalo. Namun, Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus berulang. Terkait dengan hal tersebut perlu didorong terbitnya aspek legal berupa Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Tantangan ke depan, Balai POM di Gorontalo harus membuat terobosan dalam penegakan hukum seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait, menggeser pengawasan ke area preventif. Upaya ini pun perlu diikuti dengan evaluasi Balai POM di Gorontalo mengenai kerugian negara secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan Makanan.

Tabel 1.3: Rangkuman Analisis SWOT

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

Kekuatan

(Strengths)

1. Kualitas SDM

2. Integritas Pelayanan Publik diakui secara Nasional 3. Hubungan yang kuat dan baik dengan SKPD

(32)

HASIL PEMBAHASAN (SWOT)

7. Edukasi dan Pemberian Informasi Kepada Masyarakat 8. Sistem Pemgawasa Post- Market

9. Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Kelemahan

(Weaknesses)

1. Terbatasnya jumlah SDM

2. Belum optimalnya sistem manajemen kinerja

3. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun utama

4. Kurangnya dukungan IT

5. Belum optimalnya struktur organisasi dan tata kerja

6. Masih ada ASN yang memerlukan Peningkatan Kompetensi 7. Payung Hukum Pengawasan Obat dan Makanan belum Memadai Peluang

(Opportunities)

1. Adanya Program Nasional (JKN dan SKN) 2. Perkembangan Teknologi yang sangat cepat

3. Jumlah industri Obat dan Makanan yang berkembang pesat 4. Terjalinnya kerjasama dengan instansi terkait

5. Desentralisasi dan Otonomi Daerah

6. Tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk menyebabkan Peningkatan permintaan Obat dan Makanan

Tantangan

(Threats)

1. Perubahan iklim dunia yang Mempengaruhi

2. Masih Banyaknya Pelanggaran di Bidang Obat dan Makanan 3. Lemahnya penegakan hukum

4. Penjualan Obat dan Makanan Ilegal secara online 5. Perubahan pola hidup masyarakat

6. Munculnya Penyakit Baru

7. Masih Rendahnya Pemahaman / Pengetahuan Masyarakat terhadap Obat dan Makanan

8. Belum Optimalnya tindak lanjut hasil pengawasan obat dan makanan oleh pemangku kepentingan didaerah

(33)

Berdasarkan hasil Analisis SWOT tersebut di atas, maka Balai POM di Gorontalo perlu melakukan penguatan pengawasan obat dan makanan baik pengujian maupun pemeriksaan-penyidikan, serta sertifikasi produk sarana peroduksi dan distribusi. Bisnis proses Balai POM di Gorontalo untuk periode 2015 s.d. 2019 sebagaimana pada Gambarl 1.4 di bawah ini:

Gambar 1.4 Peta Bisnis Proses Utama BPOM di Gorontalo sesuai Peran dan Kewenangan

Gambar 1.5

Penjabaran Bisnis Proses Utama kepada Kegiatan Utama BPOM di Gorontalo

Pengawasan Obat dan Makanan Post Market Pengawasan Obat dan Makanan Pembinaan dan Bimbingan kepada Pelaku Usaha

Post Market

Pengawasan Sarana Produksi sesuai

Standar

Pengawasan Sarana Distribusi sesuai Standar

Sampling dan Pengujian Laboratorium

Penyidikan dan Penegakan Hukum

Pembinaan dan Bimbingan kepada Pelaku Usaha

Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada

Masyarakat

SISTEM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KEMANDIRIAN

(34)

Tabel 1.4 Penguatan Peran BPOM Tahun 2015-2019

Penguatan Sistem Pengawasan Obat

dan Makanan

• Pengawasan Obat dan Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana produksi Obat dan Makanan sesuai standar

• Pengawasan sarana distribusi Obat dan Makanan sesuai standar

• Sampling dan pengujian laboratorium Obat dan Makanan • Penyidikan dan penegakan hukum

Komunikasi, Informasi dan Edukasi Publik

• Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik kepada masyarakat

• Penywbaran Informasi bahaya obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar

• Mendorong kemandirian pelaki usaha dan memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

(35)

BAB II

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Balai POM di Gorontalo sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga Pengawasan Obat dan Makanan dituntut untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan tersebut sesuai standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, visi, misi serta tujuan dan sasaran Balai POM di Grontalo disusun.

Gambar II.1 Peta Strategis BPOM Periode 2015-2019

A. VISI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BPOM harus memberikan kontribusi yang

(36)

Kualitas pengawasan Obat dan Makanan dilihat dari: 1) Kualitas kebijakan dalam penetapan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria terhadap Obat dan Makanan; 2) Kualitas pengawasan Obat dan Makanan, serta 3) Kerjasama dan Komunikasi Publik dalam mendorong peran serta masyarakat dalam memanfaatkan produk-produk Obat dan Makanan sesuai standar. Apabila keseluruhan hal tersebut dapat terpenuhi, maka berarti BPOM telah mampu berperan dalam mendukung pencapaian, target, sasaran, misi dan visi RPJMN 2015-2019 sesuai visi, misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2015-2019, dan selanjutnya mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sesuai amanat UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

Adapun visi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”

Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan,

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum,

3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim,

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera, 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing,

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju dan kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, dan

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam RPJMN 2015-2019 tersebut, maka BPOM sesuai dengan tugas dan kewenangannya sebagai lembaga yang bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan menetapkan Visi BPOM 2015-2019 adalah sebagai berikut:

(37)

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan Makanan telah melalui analisa dan kajian sehingga risiko yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi di masa depan.

B. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai dengan penguatan peran BPOM sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Bab I. Misi BPOM adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan satu-kesatuan fungsi (full spectrum) standardisasi, penilaian produk sebelum beredar, pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian produk serta penegakan hukum. Menyadari

”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”

(38)

daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, hal ini untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), pelaku usaha mempunyai peran yang sangat strategis dalam menjamin produk Obat dan Makanan aman. Pelaku usaha merupakan pemangku kepentingan yang mampu memberikan jaminan produk yang memenuhi standar dengan memenuhi ketentuan yang berlaku terkait dengan produksi dan distribusi Obat dan Makanan.

Sebagai lembaga pengawas, BPOM harus bersikap konsisten terhadap pelaku usaha, yaitu dengan melaksanakan proses pemeriksaan serta pembinaan dengan baik. BPOM harus mampu membina dan mendorong pelaku usaha untuk dapat memberikan produk yang aman, bermanfaat/berkhasiat dan bermutu. Dengan pembinaan secara berkelanjutan, ke depan diharapkan pelaku usaha mempunyai kemandirian dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan.

Era perdagangan bebas telah dihadapi oleh seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Sementara itu, kontribusi industri Obat dan Makanan terhadap Pendapatan Nasional Bruto (PDB) cukup siginifikan. Industri makanan, minuman dan tembakau memiliki kontibusi PDB non migas di tahun 2012 sebesar 36,33 persen, sementara Industri Kimia dan Farmasi sebesar 12,59 persen (sumber: Laporan Kemenperin 2004-2012). Perkembangan industri makanan, minuman dan farmasi (obat) dari tahun 2004 sampai dengan 2012 juga mempunyai tren yang meningkat. Hal ini tentunya merupakan suatu potensi yang luar biasa untuk industri tersebut berkembang lebih pesat.

Kaitannya dengan perdagangan bebas, industri dalam negeri tidak hanya bersaing di pasar dalam negeri, namun juga pasar di luar negeri. Sebagai contoh, masih besarnya impor terhadap obat serta besarnya pangsa pasar dalam negeri dan luar negeri menjadi tantangan industri obat untuk dapat berkembang. Demikian halnya dengan industri makanan, dimana pasar dalam negeri dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia

(39)

mempunyai karakteristik yang sama. Kemajuan industri Obat dan Makanan secara tidak langsung juga dipengaruhi dari sistem serta dukungan regulatory yang mampu diberikan oleh BPOM. Sehingga BPOM berkomitmen untuk mendukung peningkatan daya saing, yaitu melalui jaminan keamanan, manfaat dan mutu Obat dan Makanan.

Masyarakat sebagai konsumen mempunyai peran yang sangat strategis untuk dilibatkan dalam pengawasan Obat dan Makanan, utamanya pada sisi demand. Sebagai salah satu pilar pengawasan Obat dan Makanan, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi objek upaya peningkatan kesadaran (awareness) untuk memilih Obat dan Makanan yang memenuhi standar, tetapi juga diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait Obat dan Makanan sehingga dapat berperan aktif dalam meningkatkan pengawasan Obat dan Makanan.

Sadar dengan kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, BPOM melakukan berbagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mendukung pengawasan. Upaya tersebut salah satunya dilakukan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan pihak lain.

Di sisi lain, arus globalisasi memberi kesempatan masuknya produk yang tidak memenuhi standar dengan harga murah ke wilayah Indonesia. Pengetahuan masyarakat yang kurang mengenai syarat keamanan produk Obat dan Makanan menimbulkan asymmetric

information yang dapat dimanfaatkan oleh produsen nakal untuk menjual produk yang

murah namun substandar.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pihak lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan Obat dan

(40)

Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus disinkronkan dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah. Untuk itu, dalam melaksanakan tugas pengawasan di daerah, BPOM harus bersinergi dengan lintas sektor terkait, sehingga pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam upaya mencapai tujuan.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Balai POM di Gorontalo

Untuk melaksanakan misi pertama dan kedua, Balai POM di Gorontalo memerlukan sumber daya yang memadai untuk mencapai model kelembagaan yang kuat sebagai penggerak organisasi. Sumber daya yang dimaksud terkait SDM dan sarana-prasarana penunjang kinerja.Dengan keterbatasan sumber daya, Balai POM di Gorontalo harus mampu mengelola sumber daya secara optimal agar dapat mendukung terwujudnya kegiatan yang telah ditetapkan. Di samping itu, Balai POM di Gorontalo sebagai unit pelaksana Teknis Badan POM untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata (techno structure), tetapi juga melaksanakan fungsi, pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering).Untuk itu, diperlukan penguatan unit/organisasi.Unit tersebut meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Selain itu, Balai POM di Gorontalo juga melakukan kemitraan dengan pemangku kepentingan terkait kerja sama lintas sektor, lintas wilayah, lintas institusi dan sebagainya yang merupakan potensi yang perlu diperkuat. Semua itu dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki kesadaran dan pengetahuan yang baik terhadap Obat dan Makanan yang beredar di pasaran, sehingga mampu melindungi diri sendiri dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang tidak memenuhi syarat mutu, keamanan dan/atau ilegal.

Secara organisasi, Balai POM di Gorontalo sangat memerlukan peningkatan kualitas kinerja sistem manajemen mutu serta prinsip organisasi pembelajar (learning

organization). Untuk itu, Balai POM di Gorontalo perlu memperkuat koordinasi secara

internal dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia serta pertukaran informasi (knowledge sharing).

(41)

C. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. D. TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan Obat dan Makanan, maka tujuan Profesional Integritas Kredibilitas Kerjasama Tim Inovatif Responsif/Cepat Tanggap

(42)

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi.

Ukuran keberhasilan atau indikator kinerja untuk tujuan tersebut di atas, adalah:

1. Meningkatnya jaminan Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan indikator:

a. Tingkat kepuasan masyarakat atas jaminan pengawasan BPOM;

2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, dengan indikator:

a. Tingkat kepatuhan pelaku usaha Obat dan Makanan dalam memenuhi ketentuan; b. Tingkat kepuasan pelaku usaha terhadap pemberian bimbingan dan pembinaan

pengawasan Obat dan Makanan. E. SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan BPOM akan dapat mencapai sasaran strategis sebagai berikut:

1. Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Komoditas dan produk yang menjadi obyek pengawasan Balai POM di Gorontalo tergolong produk berisiko tinggi yang sama sekali tidak ada ruang toleransi terhadap produk yang tidak memenuhi standar mutu, keamanan, dan khasiat/manfaat. Dalam konteks ini, pengawasan tidak dapat dilakukan secara parsial hanya pada produk akhir yang beredar di masyarakat tetapi harus dilakukan secara komprehensif dan sistemik. Pengawasan pada seluruh mata rantai, harus ada sistem yang dapat mendeteksi secara dini jika terjadi degradasi mutu, produk substandar untuk dilakukan pengamanan sebelum merugikan konsumen/ masyarakat.

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh Balai POM di Gorontalo merupakan suatu proses yang komprehensif, yaitu pengawasan

post-market. Sistem itu terdiri dari: pertama, pengawasan setelah beredar

(43)

yang beredar, serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan, pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaan dan iklan. Pengawasan post-market dilakukan secara terpadu, konsisten, dan terstandar. Kedua, pengujian laboratorium.Produk yang disampling berdasarkan risiko kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi syarat yang digunakan untuk ditarik dari peredaran. Ketiga, penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan projusticia dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti dilarang untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka terhadap pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana.

Prinsip ini sudah sejalan dengan kaidah-kaidah dan fungsi-fungsipengawasan full spectrum di bidang Obat dan Makanan yang berlaku secara nasional. Diharapkan melalui pelaksanaan pengawasan post-market yang profesional dan independen akan dihasilkan produk Obat dan Makanan yang aman, dan berkhasiat/manfaat dan bermutu.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka dibuat indikator sebagai berikut: 1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir

2019,

2. Persentase obat tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 79,11% pada akhir 2019,

3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir 2019,

4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83% pada akhir 2019,

(44)

2. Meningkatnya kemandirian pelaku usaha, kemitraan dengan pemangku kepentingan, dan partisipasi masyarakat.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk itu perlu dijalin suatu Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang baik. Pengawasan oleh pelaku usaha sebaiknya dilakukan dari hulu ke hilir, dimulai dari pemeriksaan bahan baku, proses produksi, distribusi hingga produk tersebut dikonsumsi oleh masyarakat. Pelaku usaha mempunyai peran dalam memberikan jaminan produk Obat dan Makanan yang memenuhi syarat (aman, khasiat/bermanfaat dan bermutu) melalui proses produksi yang sesuai dengan ketentuan. Asumsinya, pelaku usaha memiliki kemampuan teknis dan finansial untuk memelihara sistem manajemen risiko secara mandiri. Dalam hal ini dari sisi pemerintah, Balai POM di Gorontalo bertugas dalam menerapkan kebijakan dan regulasi terkait Obat dan Makanan yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha. Kemandirian pelaku usaha diasumsikan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing khususnya Makanan.

Kerjasama yang telah dilakukan oleh Balai POM di Gorontalo belum dilakukan dengan program yang terukur dan sistematis. Kerjasama dengan berbagai pihak termasuk masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan Makanan yang menjadi mandat Balai POM di Gorontalo. Untuk mendorong kemitraan dan kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkat kepentingan setiap SKPD / Kelompok Masyarakat, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing SKPD tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat Balai POM di Gorontalo, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program kerjasama. Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling mendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yang tersedia di masing-masing SKPD dengan terlebih dahulu menentukan tujuan dan kerangka kerjasama, atau dengan “mendelegasikan” program-program yang ada di Balai POM di Gorontalo kepada SKPD/ kelompok masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan Balai POM di Gorontalo dengan mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan bahwa kerjasama ini bisa berjalan

Gambar

GAMBAR : 1.1 Peta Provinsi Gorontalo
Gambar 1.2. Struktur Organisasi Balai POM di Gorontalo
Grafik : 1.1 Profil pegawai Balai POM di Gorontalo berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014
Grafik 1.2 : Tahun 2015 s.d. 2019 berdasarkan Analisis Beban Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rujukan Surat penetapan pemenang Pelelangan Sederhana nomor : B/9.16/V/2015/Ro Sarpras tanggal 21 Mei 2015 tentang Penetapan pemenang paket pekerjaan Pengadaan Kapor Polri bahan

[r]

Pokja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Bima pada saat Klarifikasi dan Pembuktian Kualifikasi penyedia jasa diharuskan untuk membawa

Data Alternatif yang digunakan untuk melengkapi survei ini adalah data yang diperoleh dari pengumpulan data sekunder dan informasi dari media masa. ADA UNIT KERJA LAIN YANG

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan jenis dan dosis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi per sampel, bobot umbi per sampel, rataan

Manajemen sumber daya manusia , edisi ketiga, cetakan kedua, penerbit STIE YKPN, Yogyakarta. Manajemen sumber daya manusia , Cetakan pertama, STIE

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke Kota karena

[r]