Optimasi
Konfigurasi
Sudut Stinger dan
Kedalaman Laut
Dengan Local
Buckling Check
Oleh :
Desak Made Ayu | 4310100019
Pembimbing :
Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D
Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc
I. PENDAHULUAN
-Latar Belakang -Manfaat
-Perumusan Masalah -Batasan Masalah
-Tujuan
II. Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori -Tinjauan Pustaka
-Dasar Teori
OUTLINE :
III. Metodologi Penelitian -Skema Diagram Alir
-Skema Local Buckling Check
OUTLINE :
IV. Analisa dan Pembahasan -Analisa Instalasi Dengan OFFPIPE
-Analisa Local Buckling Check
Latar Belakang
• Penggunaan minyak dan gas pada kehidupan sehari-hari tidak dapat
dilepaskan, hal ini menyebabkan semakin agresifnya eksplorasi minyak
dan gas didaerah lepas pantai.
• Proses instalasi pipa terlebih dahulu harus dilakukan agar dapat
mendistribusikan minyak dan gas yang terlebih dahulu telah ditambang.
• Sebagai bagian dari proyek PRP 2013-2014, PT. PHE ONWJ bermaksud
untuk menginstal pipa baru dalam rangka melakukan antisipasi
peningkatan produksi di masa depan.
Tabel 1.1 Data Desain Pipa
Material Units 6” Pipeline
Steel Outer Diameter inch 6.625
Material Specifiation - Carbon Steel API-5L-X52 PSL 2 Offshore Wall Thickness in 0.432 Corrosion Allowance mm 2.54 Steel Density pcf 490 (7850 kg/m3) SMYS psi 52000 @ 70°F SMTS psi 66000 @ 70°F
Young’s Modulus, E psig 3.002 x 107
Poisson’s Ratio - 0.3
Coefficient of Thermal Expansion k-1 11.7 x 10-6
Thermal Conductivity W/mK 45 (Sumber: PT. Globa Maritime, 2013)
Data Pipa
Tabel 1.2 Pipeline Coating Parameter
Decription Pipeline External Anti-Corrosion Coating Type AE Thickness,mm 4 Density,lb/ft3 79.97 Cutback,mm 150 +/- 10mm Concrete Coating Thickness Thickness,mm 30 Density,lb/ft3 190 Cutback,mm 300 +/- 25mm Water Absorption 5
Data Lay Barge & Stinger
Tabel 1.3 Data Lay Barge
Description Barge Parameter
Maximum Pipe Tension Available 60 MT No. Of Tensioners Available on the
Barge
2 nos
No. Of Rollers on the Barge 7 nos Length of Tensioner 6.5 m Hitch X-Location (w.r.t stern) 0.497 m Hitch Y-Location (w.r.t main deck) -1.80 m
Barge Moulded Dimensions
Length = 85 m Breadth = 25 m Depth = 5.5 m (Sumber: PT. Globa Maritime, 2013)
Tabel 1.4 Stinger Parameter
Description Barge Parameter
No.of Rollers on Stinger 3
Stinger Length 20.55 (1 section) Stinger Roller Bed Length 2.586 m
Increment Rotation Angle (from horizontal)
2.22 deg
(Sumber: PT. Globa Maritime, 2013) Untuk pengerjaan menggunakan Barge S-Lay HAFAR
Neptune. Data barger dan stinger yang akan digunakan adalah sebagai berikut :
Man
faa
t
Tuju
an
Perumu
san
Ma
salah
-Berapakah sudut
optimum stinger dan
bagaimanakah
pengaruh konfigurasi
sudut stinger pada
tegangan Von Mises
yang terjadi pada
pipeline untuk setiap
perbedaan kedalaman
saat proses instalasi?
-Bagaimanakah local
buckling yang terjadi
pada pipeline untuk
setiap perbedaan
kedalaman dan variasi
sudut stinger?
-Menganalisa dan mengetahui berapakah sudut optimum stinger dan pengaruh konfigurasi sudut stinger pada tegangan VonMisses pada saat
proses instalasi. Menganalisa local buckling yang terjadi pada pipeline untuk setiap perbedaan kedalaman dan variasi sudut stinger. Manfaat dari
penelitian ini adalah memberikan
pemahaman
mengenai instalasi pipa bawah laut dengan metode S-Lay, mengetahui pengaruh konfigurasi sudut stinger untuk melihat tegangan yang terjadi pada
pipeline serta
menganalisa local
buckling yang terjadi
pada saat proses
Metode instalasi yang digunakan adalah metode S-Lay.
Dasar laut dianggap datar.
Analisa yang dilakukan adalah analisa statis.
Tinggi roller konstan.
Gerakan barge diabaikan.
Panjang stinger konstan.
Codes yang digunakan adalah DNV 1981 mengenai Rules
for Submarine Pipeline System.
Metode Pipelaying
Teori Tegangan
Teori Optimasi
Local Buckling
Local Buckling Check
DNV 81
dI
Dasar
Metode
Pipelaying
S Lay
Kurva pipa yang keluar dari Lay Barge hingga seabed akan berbentuk seperti huruf S. Pada saat pemasangan akan
Metode
Pipelaying
J Lay
Metode ini menggunakan berat pipa itu sendiri agar pipa dapat menyentuh dasar laut. Tidak ada daerah kritis pada tekukan atas (overbend) dan hanya ada pada bagian tekukan bawah (sagbend) sebagai daerah kritis
Proses
Pipelaying
Welding Operation -> NDT (None Distraction Test) station cek pengelasan dan coating station -> Roller akan membantu pipa bergerak dari barge hingga masuk ke laut
Proses
Pipelaying
Stinger
A B
Stinger berfungsi sebagai pengarah pipa pada roller yang terletak antara tubular sehingga pipa dapat meluncur ke bawah dari barge stern sampai ke seabed.
Proses
Pipelaying
Overbend
Daerah overbend biasanya dimulai dari
tensioner pada deck barge, melalui barge ramp, dan turun ke stinger sampai pada titik dimana pipa tidak lagi didukung oleh stinger
Proses
Pipelaying
Sagbend
Daerah sagbend biasanya dimulai dari titik inflection sampai titik touch down pada seabed
Teori
Tegangan
Tegangan Normal
Tegangan normal adalah tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus terhadap permukaan bahan dan dapat berupa tegangan tarik (tensile stress) atau tegangan tekan (compressive
stress). 𝜎 = 𝑃 𝐴 dengan: σ = tegangan normal (N/m2) P = gaya tarik/tekan (N)
Teori
Tegangan
Tegangan Von Mises
Penggabungan tegangan-tegangan utama pada suatu elemen merupakan suatu cara untuk mengetahui nilai tegangan maksimum yang terjadi pada node tersebut. Salah satu cara mendapatkan tegangan gabungan adalah dengan menggunakan formula tegangan Von Misses yaitu:
𝜎𝑒 = 0.5(𝜎1 − 𝜎2)2 + (𝜎2 − 𝜎3)2(𝜎3 − 𝜎1)2 0.5
dengan:
σe = tegangan von mises
σ1 = tegangan utama 1
σ2 = tegangan utama 2
Teori
Optimasi
Optimasi adalah pencarian nilai-nilai variable yang dianggap optimal, efektif dan efisien.
Metode
Pendekatan
Optimasi
Untuk mendapatkan titik optimum pada grafik, dengan mencari beberapa titik variasi
kemudian memplotkan. Sehingga didapatkan grafik masing-masing constraint. Kemudian didapatkan grafik constraint tersebut, dimana titik potong tersebut adalah titik optimumnya.
Local
Buckling
Local Buckling pada pipa dipengaruhi external pressure, axial force dan bending moment. Buckling merupakan keadaan dimana pipa sudah tidak bundar atau mengalami
perubahan bentuk akibat tekanan hidrostatis yang besar pada kedalaman tertentu.
Local
Buckling
Check
DNV 81
Local Buckling adalah kombinasi kritis tegangan longitudinal dan hoop yang kemudian dicari permissible combination
σx = Total axis stress (Pa)
σxcr= Critical Longitudinal Stress (Pa)
ηxp= Permessible buckling usage factor
σy = Hoop Stress (Pa)
σycr= Critical Hoop Stress (Pa)
Metodologi
Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Skema Diagram Alir
Mulai
Pengumpulan data pipa dan lay
barge Pemodelan Pipa dengan menggunakan software OFFPIPE Running pemodelan menggunakan software OFFPIPE Output variasi sudut
stinger dan kedalaman
Analisa hasil pemodelan Cek Local Buckling
dengan DNV 1981 Selesai
Skema
Alir
Memasukan inputan data Menghitung Cross Section Area Menghitung elastic section modulus Menghitung longitudinal stress due to axial force
Menghitung
longitudinal stress due to pipe bending
Mulai
Local
Buckling
Check
Menghitung critical longitudinal stress ketika N bertindak sendiri Menghitung longitudinal stress Menghitung critical longitudinal stress ketika M bertindak sendiri AInput Data
Nominal Outside Diameter of Pipe
Nominal Wall Thickness
Axial force in pipe
Bending moment Specified yield strength Water depth External pressure Internal pressure Modulus of Elasticity Menghitung longitudinal (compressive) stress A Menghitung hoop stress Menghitung critical compressive hoop
stress for completely elastic buckling Menghitung compressive hoop stress Menghitung α Check 𝜎𝑥 ᶯ𝑥𝑝𝜎𝑥𝑐𝑟 𝛼 + ᶯ 𝛼𝑦 𝑦𝑝𝜎𝑦𝑐𝑟 ≤ 1 Selesai
Analisa Data
dan
Pembahasan
Untuk memulai permodelan instalasi dengan menggunakan bantuan software OFFPIPE yang akan dilakukan adalah memodelkan laybarge, stinger,dan memasukan data properties pipa serta memasukkan data lingkungan seperti kedalaman laut. Berikut adalah loadcase untuk pengerjaan tugas akhir :
Load Case
STATIC CASE Water Depth Stinger Angle Outiside Diamete r Wall Thickness Lay Tension 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 16.827 1.1 235.2 (cm) (cm) (kN) 16.827 1.1 235.2 16.827 1.1 235.2 (m) (deg) CASE 1 14.935 CASE 2 15.979 CASE 3 17.023 STATICCASE Water Depth Stinger Angle
Outiside Diamete
r
Wall
Thickness TensionLay
6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 CASE 6 20.155 16.827 1.1 235.2 CASE 4 18.067 16.827 1.1 235.2 CASE 5 19.11 16.827 1.1 235.2 (m) (deg) (cm) (cm) (kN) STATIC
CASE Water Depth Stinger Angle
Outiside Diamete
r
Wall
Thickness TensionLay
6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 6.66 8.88 11.1 13.32 15.54 CASE 9 23.287 16.827 1.1 235.2 CASE 7 21.199 16.827 1.1 235.2 CASE 8 22.243 16.827 1.1 235.2 (m) (deg) (cm) (cm) (kN)
STATIC
CASE Water Depth Stinger Angle
Total
Stress StressTotal (Mpa) (Mpa) 6.66 253.9 71 168 47 8.88 257.1 71 100.6 28 11.1 237.4 66 100.6 28 13.32 320.5 89 100.6 28 15.54 446 124 100.6 28 6.66 284.6 79 189.3 53 8.88 257.2 71 100.6 28 11.1 237.3 66 100.6 28 13.32 321.6 89 100.6 28 15.54 441.1 123 100.6 28 6.66 314.2 87 209.8 58 8.88 257.2 71 121.4 34 11.1 237.3 66 100.7 28 13.32 322.7 90 100.7 28 15.54 436.4 121 100.7 28 6.66 342.8 95 229.7 64 8.88 257.2 71 142 39 11.1 237.3 66 100.8 28 13.32 323.7 90 100.8 28 15.54 436.4 121 100.8 28 6.66 370.4 103 248.8 69 8.88 257.3 71 161.9 45 11.1 237.4 66 100.8 28 13.32 324.7 90 100.8 28 15.54 437.4 121 100.8 28 CASE 5 19.11 CASE 3 17.023 CASE 4 18.067 CASE 1 14.935 CASE 2 15.979 Maximum Stress
On Overbend Maximum Stress On Sagbend (m) (deg) Pipeline Stress
SYMS %
Pipeline Stress SYMS
%
Untuk analisa kali ini akan digunakan 9 case seperti pada tabel diatas yang dimana pada setiap water depth akan divariasikan sudut stingernya. Setelah itu loadcase akan dimasukan dan setelah itu kita akan mendapatan hasil dari runningan OFFPIPE, yaitu :
STATIC
CASE Water Depth Stinger Angle
Total
Stress StressTotal
(Mpa) (Mpa) 6.66 342.8 95 229.7 64 8.88 257.2 71 142 39 11.1 237.3 66 100.8 28 13.32 323.7 90 100.8 28 15.54 436.4 121 100.8 28 6.66 370.4 103 248.8 69 8.88 257.3 71 161.9 45 11.1 237.4 66 100.8 28 13.32 324.7 90 100.8 28 15.54 437.4 121 100.8 28 6.66 397.3 110 267.5 74 8.88 272.4 76 181.1 50 11.1 237.4 66 100.9 28 13.32 325.6 90 100.9 28 15.54 438.4 122 100.9 28 CASE 5 19.11 CASE 6 20.155 CASE 4 18.067 Maximum Stress
On Overbend Maximum Stress On Sagbend (m) (deg) Pipeline Stress
SYMS %
Pipeline Stress SYMS
STATIC
CASE Water Depth Stinger Angle
Total
Stress StressTotal
(Mpa) (Mpa) 6.66 423.4 118 285.6 79 8.88 299.3 83 199.8 56 11.1 237.5 66 112.6 31 13.32 325.6 90 101 28 15.54 439.3 122 101 28 6.66 448.8 125 303.3 84 8.88 325.5 90 218 61 11.1 237.5 66 131.3 36 13.32 325.3 90 101.1 28 15.54 440.2 122 101.1 28 6.66 473.6 132 320.5 89 8.88 350.9 97 235.6 65 11.1 237.5 66 149.5 42 13.32 325.1 90 101.1 28 15.54 441.1 123 101.1 28 CASE 9 23.287 CASE 7 21.199 CASE 8 22.243 Maximum Stress
On Overbend Maximum Stress On Sagbend (m) (deg) Pipeline Stress
SYMS %
Pipeline Stress SYMS
Hasil yang didapat akan diplotkan dalam bentuk grafik, maka akan membentuk grafik sebagai berikut:
200 250 300 350 400 450 500 5 7 9 11 13 15 17 M axi m u m Str e ss (M p a)
Stinger Angle (deg)
Maximum Stress On Overbend
CASE 1 (14.935 m) CASE 2 (15.979 m) CASE 3 (17.023 m) CASE 4 (18.067 m) CASE 5 (19.11 m) CASE 6 (20.155 m) CASE 7 (21.199 m) CASE 8 (22.243 m) CASE 9 (23.287 m)
80 130 180 230 280 330 380 5 7 9 11 13 15 17 M axi m u m Str e ss (M p a)
Stinger Angle (deg)
Maximum Stress On Sagbend
CASE 1 (14.935 m) CASE 2 (15.979 m) CASE 3 (17.023 m) CASE 4 (18.067 m) CASE 5 (19.11 m) CASE 6 (20.155 m) CASE 7 (21.199 m) CASE 8 (22.243 m) CASE 9 (23.287 m)
Permisebble combination untuk menghitung local buckling yang terjadi pada pipa dengan menggunakan DNV 1981 adalah:
Dengan:
σx = Total axis stress (Pa)
σxcr = Critical Longitudinal Stress (Pa)
ηxp = Permssible buckling usage factor (0.86)
σy = Hoop Stress (Pa)
σycr = Critical Hoop Stress (Pa)
Hasil yang didapatkan dari perhitungan local buckling check untuk perhitungan pada overbend dengan 11.1 deg dengan DNV 1981
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa pipa aman dari adanya local buckling karena permisibble combination dari seluruh static case tidak lebih besar dari 1.
Static Case Permissible Combination Overbend Case 1 0.59997 Case 2 0.59722 Case 3 0.59732 Case 4 0.59742 Case 5 0.59751 Case 6 0.59760 Case 7 0.59769 Case 8 0.59778 Case 9 0.59785
Static Case Permissible Combination Sagbend Case 1 0.27980817 Case 2 0.279990438 Case 3 0.281284249 Case 4 0.281390378 Case 5 0.281572187 Case 6 0.282849407 Case 7 0.312520555 Case 8 0.357913451 Case 9 0.40103426
Dari hasil dibawah dapat diketahui bahwa pipa aman dari adanya local buckling karena permisibble combination dari seluruh static case tidak lebih besar dari 1.
• Sudut optimal saat variasi sudut stinger dan kedalaman laut adalah sudut 11.1 derajat. Pada variasi sudut stinger dengan kedalaman laut kita dapat melihat bahwa semakin besar sudut (13.32 dan 15.54 derajat) maka akan semakin besar pula tegangan Von Mises yang didapatkan (dapat dilihat pada gambar dan grafik) tetapi hal ini terjadi setelah sudut
stinger bernilai 11.1 derajat. Jika sudut terlalu besar (13.32 dan 15.54 derajat) dan
kedalaman laut tidak terlalu dalam (14.935 m, 17.023 m dan 18.067 m), hal ini menyebabkan tegangan akan semakin besar.
• Tidak terjadi local buckling pada daerah sagbend dan overbend karena nilai permissible
combination yang didapatkan ≤1 dengan menggunakan standart code DNV 1981.
Daftar Pustaka
Andini, F. T., (2010). Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Jarak Antara Lay
Barge dan Exit Point Pada Instalasi Horizontal Directional Drilling, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Kelautan-FTK, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Bai, Y., (2001). Pipeline and Riser, Elsevier Ocean Engineering Book Series, Volume 3, Oxford, UK.
Det Norske Versitas (1981). DNV 1981: Rules For Submarine Pipeline System. Det Norsle Versitas, Norway.
Gere, J., S. Timoshenko, (2009). Mechanics of Material. Cengage Learning, Canada. Guo, B., S. Song, J. Chacko, A. Ghalambor, (2005). Offshore Pipeline. Elsevier, UK. Kenny, J. P. (1993). Structural Analysis of Pipeline Spans. Safety Executive, USA. Mouselli, A.H., (1981). Offshore Design, Analysis and Methods, Penwell Books, Oklahoma.
PT. Pertamina PHE ONWJ (2013). Pipelaying Analysis (Including Dynamic and Pipe
Weld Repair). MMA MMJ Pipeline, MIKE-W-CAL-0023. Jakarta
PT. Rare (2013). ANSI B36.10 Seamless Pipe Sizes. Midvaal.
Rizaldi, A., (2011). Analisa Buckling Pada Saat Instalasi Pipa Bawah Laut: Studi
Kasus Saluran Pipa Baru “Karmila-Titi” Milik CNOOC di Offshore South East Sumatera, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan-FTK, Institut Teknologi Sepuluh
Rao, S., (1985). Optimization Theory and Applications, Wiley Eastern Limited, New Delhi. Rosyid, D. M., (2009). Optimasi Teknik Pengambilan Keputusan Secara Kuantitatif, ITS Press, Surabaya.
Soegiono, (2007). Pipa Laut. Airlangga University Press, Surabaya.