Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dan upaya pemantauan lingkungan hidup
- UKL – UPL -
PETERNAKAN AYAM
PEDAGING
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
: Cindy Tiaranita
: Pemilik
: Jl. Raya Sagaranten Ds. Cimerang Kec. Purabaya Kabupaten Sukabumi
Alamat UsahalKegiatan : Jl. Raya Sagaranten Ds. Cimerang Kec. Purabaya Kabupaten Sukabumi
Telp.fakslHP/Email :
-Selanjutnya bertindak atas nama pemrakarsa Peternakan Ayam Pedaging, dengan ini menyatakan bahwa
L.
Data UKL-UPL dari kegiatan tersebut d i atas telah disusun dengan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku,2.
Kami bersedia melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan yang tercantum didalam dokumen UKL-UPL serta bersedia dipantau dampaknya oleh instansi yangberwenang selama kegiatan berlangsung dan mengirimkan laporana setiap 5 {enam} bulan sekali
ke Badan Lingkungan Hidup,
3.
Apabila kami tidak melakukan apa yang tercantum dalam dokumen UKL-UPL dan terjadi pencemarlln atau kerusakan lingkungan, kami bersedia menghentikan kegiatan usaha danbersedia menanggung semua kerugian serta resiko yang ditimbulkan oleh pencemaran atau kerusakan lingkunga n yang terjadi.
4.
Kami bersedia merevisi dokumen UKL-UPL jika terdapat perubahan dalam kegiatan/usaha baikluasan lahan, kapasitas maupun desain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya, sebagai komitmen perusahaan kami dalam.
mewujud ka n pembanguna n yang berwawasa n I ingkungan.
Sukabumi, Juli2O15
Penanggung Jawab UKL-U PL Nama
Jabatan
UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging
K
ATA PENGANTAR
Pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dan Peraturan Bupati Sukabumi No. 53 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan UKL-UPL di Kabupaten Sukabumi.
Kegiatan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting diharuskan menyusun dokumen UKL-UPL, sehingga rencana operasional Peternakan Ayam Pedaging di Kabupaten Sukabumi kategori dampaknya kecil, tetapi tetap harus diantisipasi dan dilakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang memadai.
Tujuan penyusunan dokumen UKL-UPL ini khususnya agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemrakarsa dalam melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup juga bagi Dinas/Instansi terkait di Kabupaten Sukabumi, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap pihak yang telah mendukung penyelesaian dokumen UPL-UKL ini.
Sukabumi, Juli 2016 Pemrakarsa
UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging
D
AFTAR ISI
Hal. PERNYATAAN PELAKSANAAN
IZIN LINGKUNGAN HIDUP SURAT REKOMENDASI UKL-UPL
KATA PENGANTAR ………... i
DAFTAR ISI ………... ii
DAFTAR TABEL ………... iv
DAFTAR GAMBAR ………... v Bab 1 Identitas Pemrakarsa ………... i-1 Bab 2 Rencana Kegiatan ………... ii-1
2.1. Nama Kegiatan ………... ii-1 2.2. Lokasi Kegiatan ………... 2.3. Skala Kegiatan ……… 2.4. Kesesuaian Tata Ruang ………. 2.5. Rona Lingkungan Awal
2.6. Tahap Pra Konstruksi ……… 2.6.1. Sosialisasi kepada masyarakat ………. 2.6.2. Pembeasan lahan ……….. 2.6.3. Pengurusan Perizinan ……….. ii-1 ii-3 ii-11 ii-12 ii-13 ii-13 ii-14 ii-15 2.7. Tahap Konstruksi ………..
2.7.1. Rekrutmen tenaga kerja konstruksi ………. 2.7.2. Pematangan lahan ………. 2.7.3. Mobilisasi Peralatan dan material ... 2.7.4. Pembangunan sarana dan prasarana ...
ii-15 ii-15 ii-16 ii-17 ii-17 2.8. Tahap Operasi ………... ii-24
UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging Bab 3 Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup serta Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup iii-1 3.1. Tahap Pra Konstruksi ………... iii-1 3.2. Tahap Konstruksi ………. iii-4 3.3. Tahap Operasi ………. iii-10 MATRIKS UKL – UPL
Bab 4 Jumlah dan Jenis izin PPLH yang dibutuhkan ……… iv-1 DAFTAR PUSTAKA
UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging
D
AFTAR TABEL
Hal. Table 2.1. Penggunaan Lahan ……….. ii-3 Table 2.2. Luas bangunan ………. ii-3 Table 2.3. Populasi ternak ……….. ii-4 Tabel 2.4. Pemberian pakan ternak ……….. ii-6 Tabel 2.5. Pemberian minum ternak ………. ii-7 Tabel 2.6. Vaksin dan obat-obatan ………. ii-10 Table 2.7. Tenaga kerja ……… ii-11 Table 2.8. jadwal rencana kegiatan ……… ii-11 Table 2.9. Baku mutu air limbah ……… ii-13 Table 2.10. Perizinan yang dimiliki ……….. ii-15 Table 2.11. Tenaga kerja konstruksi ……….. ii-16 Table 2.12. Peralatan yang digunakan ………. ii-17 Table 2.13. Material yang digunakan ………. ii-17 Table 2.14. Fungsi bangunan ………. ii-18 Table 2.15. Jenis tanaman RTH ………. ii-22 Table 2.16. Kebutuhan tenaga kerja tahap operasi ………. ii-25 Table 2.17. Kebutuhan air bersih ………. ii-26 Table 2.18. Volume timbulan sampah ……….. ii-28 Tabel 2.19. Volume limbah B3 ……….. ii-28 Tabel 2.20. Volume kotoran ternak ……… ii-29 Table 2.21. Durasi kendaraan ………. ii-31 Table 2.21. Koefisien limpasan ………. ii-31 Table 3.1. Perubahan debit limpasan air hujan tahap konstruksi ……… iii-5
UKL-UPL Peternakan Ayam Pedaging
D
AFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1. Lokasi kegiatan ……….. ii-2 Gambar 2.2. Desain kandang ………. ii-6 Gambar 2,3, Kondisi lahan eksisting ………. ii-16 Gambar 2.4. Muka jalan ROW 6 ……… ii-18 Gambar 2.5. Desain Drainase ………. ii-18 Gambar 2.6. Skema penggunaan air bersih ……….. ii-19 Gambar 2.7. Rencana pemasangan septic tank ……… ii-20 Gambar 2.8. Model sumur resapan ………. ii-24 Gambar 2.9. Desain lubang biopori ……….. ii-24 Gambar 2.10. Neraca air ……… ii-26
Bab 1
Identitas Pemrakarsa
Nama Pemohoan : Cindy Tiaranita
Alamat Pemohon : Jl. Kesatrian Raya No. 8 RT. 03/03 Kelurahan Kebon Manggis Kecamatan Mantraman Jakarta Timur Provinsi DKI Jakarta
Lokasi Kegiatan : Kp. Padaringan RT. 01/04 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat
Penanggung Jawab UKL-UPL
- Nama : Cindy Tiaranita - Jabatan : Pemilik
Jenis Usaha : Peternakan Ayam Broiler (pedaging) Luas Tanah : 4.973 m2
Luas ruang usaha : + 1.500 m2
Luas Bangunan : 2.976 m2
Jumlah populasi : 40.000 ekor
Jumlah kandang : Satu unit bertingkat dua Luas kandang : 120 m x 12 m
Bab 2
Rencana Kegiatan
2.1. Nama Kegiatan
Kegiatan ini adalah rencana kegiatan pembangunan “Peternakan Ayam Broiler (Pedaging)” yang diprakarsai oleh perorangan yang selanjutnya disingkat dengan kata peternakan. Peternakan yang akan dibangun sesuai rencana kegiatan memiliki luas lahan 4.973 m2 dengan luas ruang usaha 1.500 m2 dan luas bangunan 1.488 m2.
Berisikan populasi ternak sebanyak 40.000 ekor ayam broiler (pedaging) dalam kandang berlantai dua dengan ukuran kandang sama panjang 120 m x lebar 12 m sebanyak satu buah kandang.
2.2. Lokasi Kegiatan
Rencana kegiatan peternakan secara administrasi berlokasi : Jalan : Jl. Raya Purabaya
Kampung : Kp. Padaringan RT. 01/04 Kel./Desa : Cimerang
Kecamatan : Purabaya Kabupaten : Sukabumi Provinsi : Jawa Barat.
Koordinat : 7°3'57.23"S 106°53'2.92"E Ketinggian : 650 dpl
Kesampaian lokasi rencana kegiatan dapat ditempuh dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan dikarenakan berada di jalan raya Purabaya. Selain itu, jarak lokasi kegiatan dengan pusat Pemerintahan antara lain :
Pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi + 52 KM Pemerintahan Kecamatan Purabaya + 4 KM
Pemerintahan Desa Cimerang + 2 KM
Pemukiman penduduk terdekat + 150 meter
Adapun batas lokasi dengan kegiatan di sekitarnya antara lain : Sebelah utara : kebun singkong
Sebelah timur : jalan setapak, kebun campuran Sebelah selatan : kegiatan peternakan broiler lain Sebelah barat : kebun singkong
2.3. Skala Kegiatan Penggunaan Lahan
Luas lahan yang digunakan untuk rencana pembangunan peternakan seluas 4.973 m2 dimanfaatkan untuk :
Tabel 2.1. Penggunaan Lahan
No. Penggunaan Luas (m2) Terbuka (m2) Tertutup (m2) Persen (%)
A Lahan Tertutup
1 Kandang 1.440 - 1.440 29
2 Gudang dan mess 48 - 48 1
3 Jalan, parkir, pagar 512 - 512 10
Jumlah 2.000 - 2.000 40 B Lahan Terbuka 4 RTH 2.933 2.933 - 59 5 Tempat bangkai 40 40 - 1 Jumlah 2.973 2.973 - 60 Jumlah (A + B) 4.973 2.973 2.000 100 Sumber : pemrakarsa
Adapun luas bangunan rencana peternakan sebesar 2.976 m2 untuk
pembangunan kandang tipe close house dan gudang serta mess karyawan terdiri dari 2 lantai.
Table 2.2. Luas Bangunan
No Bangunan Volume (lantai) Jumlah satuan (m2) Jumlah (m2)
1 Kandang 2 1.440 2.880
2 Mess dan gudang 2 48 96
Jumlah 2.976
Sumber : Pemrakarsa
Adapun status lahan untuk lokasi rencana pembangunan peternakan tersebut telah melalui proses jual beli antara pihak pertama Ny. Hindun dengan Ny. Cindy
Tiaranita (pemrakarsa). Pada saat ini sedang dalam proses balik nama sertifikat hak milik tanah.
Jumlah Ternak
Rencana kegiatan peternakan ayam pedaging dengan jumlah populasi 40.000 ekor dalam 2 ruang kandang menggunakan sistem close house (sistem tertutup).
Tabel 2.3. Populasi Ternak
No Kandang Populasi Ternak (ekor) 1 Lantai dasar 20.000
2 Lantai 1 20.000
Jumlah 40.000
Sumber : Pemrakarsa
Bibit Ternak
Bibit mempunyai kontribusi sebesar 30% dalam keberhasilan suatu usaha peternakan. Rencananya bibit ayam (DOC) diperoleh dari PT. Inti Plasma (Pokphand Group) melalui perjanjian kerjasama dengan pemrakarsa. Pemasukan ayam bibit dilakukan secara bertahap. Secara singkat DOC ayam yang sehat dan baik mempunyai kriteria sebagai berikut : dapat berdiri tegap, sehat dan tidak cacat, mata bersinar, pusar terserap sempurna, bulu bersih dan mengkilap, Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram, tanggal menetas tidak lebih lambat atau cepat.
Sedangkan dalam pemeliharaan bibit dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak akan segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas.
Pemeliharaan 1. Perkandangan
Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Tujuan membangun
mampu mengeluarkan gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan ammonia ke luar kandang.
2. Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan hawa panas dari kandang yang dihasilkan berasal dari tubuh ayam dan lingkungan luar. Kemudian menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang sesuai.
3. Meminimalisir tingkat stress pada ternak, dapat dilakukan dengan cara mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan stress, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia (misalnya dengan feeder dan drinker otomatis, vaksinasi dengan spray dll), serta meminimumkan cahaya dan lain-lain.
Kualitas udara dilihat dari kandungan oksigen, karbondioksida, karbonmonoksida dan amoniak dengan batasan tertentu. Adapun batasan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Oksigen > 19.6% Karbondioksida < 0.3% Karbonmonoksida < 10 ppm Amonia < 10 ppm
Kelembaban relatif 45 - 65%
Kecepatan angin setelah 28 hari 350 - 500 FPM (Feet Per Minute)
Syarat kandang yang baik : jarak kandang dengan permukiman minimal 500 m, tidak lembab, sinar matahari pagi dapat masuk dan sirkulasi udara cukup baik. Selain itu, pembuatan kandang didukung juga dengan lokasi yang agak rindang dan terhalangi oleh tembok pembatas agar angin tidak berhembus langsung ke dalam kandang.
Penyucihamaan kandang dan peralatannya dilakukan secara teratur dua kali dalam seminggu dan setiap akhir periode untuk penyucihamaan kandang sebagai usaha biosecurity dengan menggunakan desinfektan yang tepat dan tidak membahayakan bagi ternak itu sendiri. Banyak pilihan jenis desinfektan yang ditawarkan oleh berbagai produsen pembuatan obat.
Ukuran kandang : rencana pembangunan kandang berukuran 120 x 12 meter. Yang perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter persegi harus menampung maksimal 10 ekor ayam dewasa.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15 cm.
Gambar 2.2. Desain Kandang
2. Pemberian pakan dan minum
Pemberian pakan haruslah memperhatikan kualitas pakan itu sendiri dengan memiliki kadar nutrisi yang baik untuk pertumbuhan ternak. Kandaungan gizi pakan tiada lain mengandung protein, lemak, serat kasar, kalsium, posfor, karbohidrat, dan multi vitamin. Pemberian pakan berdasarkan Standar
Performance Broiler untuk 60.000 ekor ternak antara lain :
Tabel 2.4. Pemberian Pakan Ternak Umur
(hari) (minggu) Umur
Pakan (Kg/hari) Rata-rata
BB/ekor (kg) Kematian (%) Resiko Per ekor Total
0 - - - 0.042 - 1 - 0.013 520 0.049 0.4 2 - 0.015 600 0.059 0.5 3 - 0.018 720 0.075 0.6 4 - 0.021 840 0.094 0.7 5 - 0.024 960 0.117 0.8 6 - 0.027 1080 0.144 0.9 7 I 0.031 1240 0.175 1 8 - 0.035 1400 0.210 1.1
12 - 0.058 2320 0.382 1.5 13 - 0.064 2560 0.433 1.6 14 II 0.070 2800 0.487 1.7 15 - 0.076 3040 0.543 1.8 16 - 0.082 3280 0.602 1.9 17 - 0.088 3520 0.664 2 18 - 0.094 3760 0.727 2.1 19 - 0.100 4000 0.794 2.2 20 - 0.107 4280 0.862 2.3 21 III 0.113 4520 0.932 2.4 22 - 0.118 4720 1.004 2.52 23 - 0.124 4960 1.078 2.64 24 - 0.130 5200 1.153 2.76 25 - 0.135 5400 1.230 2.88 26 - 0.141 5640 1.308 3.00 27 - 0.146 5840 1.387 3.12 Jumlah 1.969 78760
Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan untuk ternak ayam sebanyak 40.000 ekor dalam satu periode selama 27 hari adalah 78.760 Kg/periode atau 78,76 Ton/periode. Sedangkan, pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam diperkirakan rata-rata dua kali lipat dari jumlah konsumsi pakan per hari.
Tabel 2.5. Pemberian Minum Ternak Umur
(hari)
Umur (minggu)
Pakan (L/hari) Rata-rata BB/ekor (kg) Per ekor Total
0 - - - 0.042 1 - 0.026 1040 0.049 2 - 0.03 1200 0.059 3 - 0.036 1440 0.075 4 - 0.042 1680 0.094 5 - 0.048 1920 0.117 6 - 0.054 2160 0.144 7 I 0.062 2480 0.175 8 - 0.07 2800 0.210 9 - 0.082 3280 0.248 10 - 0.092 3680 0.290 11 - 0.104 4160 0.334 12 - 0.116 4640 0.382 13 - 0.128 5120 0.433
14 II 0.14 5600 0.487 15 - 0.152 6080 0.543 16 - 0.164 6560 0.602 17 - 0.176 7040 0.664 18 - 0.188 7520 0.727 19 - 0.2 8000 0.794 20 - 0.214 8560 0.862 21 III 0.226 9040 0.932 22 - 0.236 9440 1.004 23 - 0.248 9920 1.078 24 - 0.26 10400 1.153 25 - 0.27 10800 1.230 26 - 0.282 11280 1.308 27 - 0.292 11680 1.387 Jumah 3.938 157520
Jadi kebutuhan air minun ternak sebanyak 40.000 ekor dalam satu periode selama 27 hari adalah 157.520 L/periode atau 157,52 m3/periode.
3. Pengendalian penyakit
Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan tindakan antara lain :
1. Menjaga sanitasi lingkungan kandang, peralatan kandang dan manusianya 2. Pemberian pakan yang fresh dan sesuai kebutuhan ternak
3. Melakukan vaksinasi secara teratur
4. Pemilihan lokasi peternakan di daerah yang bebas penyakit 5. Manajemen pemeliharaan yang baik
6. Kontrol terhadap binatang lain
Berikut sedikit uraian beberapa jenis penyakit yang kerap menyerang ayam : a. Tetelo (ND)
Penyebab : paramyxivirus
Pengobatan : belum ada b. Gumboro (gumboro disease)
Penyebab : virus
Gejala : ayam tiba-tiba sakit dan gemetar serta bulu-bulunya berdiri, sangat lesu, lemah dan malas bergerak, diare putih di sekitar anus.
Pencegahan : vaksinasi teratur dan menjaga sanitasi kandang Pengobatan : belum ada
c. Penyakit cacing ayam (worm disease) Penyebab : Cacing
Gejala : pertumbuhan terhambat, kurang aktif, bulu kelihatan kusam.
Pencegahan : pemberian obat cacing secara berkala, sanitasi kandang yang baik, penggantian litter kandang secara berkala, dan mencegah serangga yang dapat menjadi induk semang perantara.
Pengobatan : pemberian obat cacing seperti pipedon-x liquid, sulfaquinoxalin, sulfamezatin, sulfamerazin, piperazin dan lain sebagainya
d. Berak kapur (Pullorum)
Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum
Gejala : anak ayam bergerombol di bawah pemanas, kepala menunduk, kotoran melekat pada bulu-bulu disekitar anus
Pencegahan : mengusahakan induk terbebas dari penyakit ini, fumigasi yang tepat pada mesin penetas dan kandang
Pengobatan : noxal, quinoxalin 4, coxalin, neo terramycyn atau lainnya e. Berak darah (Coccidiosis)
Penyebab : protozoa Eimeria sp.
Gejala : anak ayam terlihat sangat lesu, sayap terkulai, kotoran encer yang warnanya coklat campur darah, bulu-bulu disekitar anus kotor, ayam bergerombol di tepi atau sudut kandang.
Pencegahan : mengusahakan sanitasi yang baik dan sirkulasi udara yang baik pula atau bisa juga dengan pemberian coccidiostat pada makanan sesuai takaran
Vaksin dan Obat-obatan
Vaksin dan obat-obatan yang digunakan dalam pemeliharaan ternak ayam antara lain :
Tabel 2.6. Vaksin dan Obat-obatan
No Jenis Obat Dosis Jumlah
1 Vaksin ND Kill 0,25 ml/ekor 10 liter 2 Vaksin Lasoka 1 tetes/ekor 4 liter 3 Vaksin IBD 1 vial/1.000 ekor 40 vial 4 Antibiotic 0,025 gr/ekor 1 kg 5 Vitamin 0,03 gr/ekor 1,2 kg 6 Vitamin elektrolit 0,05 gr/ekor 2 kg 7 Vitamin growth promotor 0,1 gr/ekor 4 kg 7 Desinfektan 5 ml/40 L air secukupnya
Panen dan Pasca Panen
Hasil utama peternakan ayam pedaging berupa ayam dewasa yang siap dipotong biasanya 95 % dari total populasi ayam ternak. Sedangkan 5 % lagi di asumsikan sebagai tingkat kematian ternak. Dari 40.000 ekor ternak di asumsikan hasil panen ayam mencapai 38.000 ekor ayam dewasa yang siap di potong dan sisanya 2.000 ekor ayam dianggap masuk dalam ranah resiko kematian ternak. Hasil panen ayam dewasa di salurkan ke PT. Inti Plasma (Pokphand Group) sebagai rekan bisnis utama pemrakarsa.
Pada pasca panen dilakukan pembersihan dan penyucian kandang dengan menggunakan desinfektan, agar kandang terjaga kebersihannya. Air buangan sisa pencucian dialirkan menuju settling pond sebagai IPAL sederhana/kolam pengendapan/filterisasi. Masa pasca panen ini kandang setelah dibersihkan akan di biarkan selama satu minggu dan penaburan kapur untuk memastikan kandang telah siap untuk digunakan kembali.
Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk menjalankan rencana usaha peternakan ayam pedaging ini membutuhkan karyawan sebanyak 7 orang, antara lain :
Tabel 2.7. Tenaga Kerja
No. Departemen Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin Asal L P
1 Kepala kandang Sarjana 1 1 - Sukabumi 2 Admin Diploma 1 - 1 Sukabumi 3 Anak kandang - 6 6 - Warga sekitar 4 Keamanan - 2 2 - Warga sekitar
Jumlah 10 9 1
Sumber : Pemrakarsa
Jadwal Kegiatan
Jadwal rencana kegiatan pembangunan Peternakan Ayam broiler (Pedaging) dimulai dari survey pendahuluan dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar sebelum melakukan pembebasan lahan sampai operasional rencana kegiatan. Adapun jadwal rencana kegiatan antara lain :
Tabel 2.8. Jadwal Rencana Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
I Pra Konstruksi
1 Sosialisasi kepada masyarakat 2 Pembebasan Lahan
3 pengurusan perizinan
II Konstruksi
1 rekrutmen tenaga kerja konstruksi 2 pematangan lahan
3 mobilisasi alat dan material
4 pembangunan sarana dan prasarana III Operasi
1 rekrutmen tenaga kerja operasional 2 kegiatan peternakan
No Kegiatan
Tahun 2016 Bulan
2.4. Kesesuaian Tata Ruang
Rencana kegiatan peternakan ayam broiler (pedaging) Cindy Farm haruslah sesuai dengan perda 22/2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan paragraph 3 kawasan peruntukan pertanian pasal 85 huruf d di pertegas pada pasal 89 poin 2 menyatakan bahwa kawasan peternakan rakyat tersebar di seluruh Kecamatan. Dengan demikian, rencana kegiatan Peternakan
Ayam Pedaging tidak bertentangan dengan RTRW Kabupaten Sukabumi dikarenakan termasuk peternakan rakyat.
2.5. Rona Lingkungan Awal 1. Iklim
Cuaca adalah keadaan atmosfir pada waktu tertentu yang berubah – ubah, sedangkan iklim adalah keadaan rata – rata cuaca dalam waktu relatif lama dan tetap. Keadaan iklim di sekitar daerah lokasi studi secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah curah hujan, lama penyinaran matahari, temperatur, kelembaban relative dan dataran sedang. Desa Cimerang memiliki kelembaban rata-rata berkisar antara 60-90 °C, temperatur 25-35 °C, curah hujan 2.115 mm/tahun.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di sekitar lokasi studi cukup baik, hanya apabila musim kemarau banyak terdapat debu dari jalan. Oleh karena itu dilakukan uji kadar debu rona lingkungan awal terlampir. Kualitas udara harus memenuhi baku mutu untuk areal peternakan sesuai peraturan pemerintah.
3. Kebisingan
Keadaan di lokasi studi mempunyai tingkat kebisingan relatif aman, karena berada di areal pertanian. Namun, kebisingan diakibatkan dari aktivitas mobilisasi kendaraan umum pengguna jalan raya Purabaya yang merupakan jalan utama.
4. Perairan
Pola aliran permukaan suatu daerah tangkapan hujan ditentukan oleh tofografi dan kondisi bentang alam daerah wilayah studi merupakan perbukitan. Secara alami air akan mengalir ke tempat-tempat yang rendah. Untuk mengetahui kondisi fisik, kimia dan biologi air maka tim melakukan pengamatan langsung dilapangan dan pengambilan sampling air permukaan (eksisting).
Tabel 2.9. Baku Mutu Air Limbah
No. Parameter Satuan Batas Maksimum A FISIKA
1 Bau - Tidak berbau 2 Suhu - - 3 Kekeruhan NTU 25 4 Warna - Tidak berwarna 5 TDS mg/l 1.500 6 DHL Μ.mhos/cm - B KIMIA 1 pH - 6 – 9 2 Krom mg/l 0,5 3 Seng mg/l 10 4 Tembaga mg/l 2 5 Amonia mg/l 20 6 Sulfida mg/l 1 7 BOD mg/l 50-100 8 COD mg/l 100-300 9 C Mikrobiologi 1 e. Coli Per 100 ml 100 2 Total coliform Per 100 ml 1000
Keterangan sumber : Permen LH. No. 03/2010
5. Kependudukan
Desa Cimerang yang memiliki wilayah 1.308,92 Ha, dengan kondisi geografis berbukit. Jumlah penduduk Desa Cimerang sebanyak 6.745 jiwa dari 2.075 KK dengan komposisi 3.478 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 3.267 jiwa berkelamin perempuan, yang tersebar dalam wilayah 4 Kedusunan, 8 RW dan 35 RT. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani dan pedagang sedangkan yang lainnya berprofesi sebagai PNS, pegawai swasta, tenaga pengajar, wirausaha, TNI, POLRI, dan sebagainya.
2.6. Tahap Pra Konstruksi
Tahap pra konstruksi, meliputi : sosialisasi kepada masyarakat, pembebasan lahan, dan pengurusan perizinan.
2.6.1. Sosialisasi Kepada Masyarakat
Sosialisasi rencana kegiatan peternakan ayam pedaging dilakukan melalui pertemuan dengan masyarakat setempat. Secara administrasi lokasi kegiatan berada
di wlayah kampung Padaringan RT. 01/04 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi. Selain itu, melakukan sosilaisai juga terhadap warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi yang merupakan masyarakat terkena dampak langsung. Disampin itu pula, pemrakarsa mendapatkan persetujuan secara tertulis dari kegiatan peternakan boiler atas nama Fajar Surya Bayuaji dan peternakan boiler atas nama Handoko Marhaban L. yang lokasinya berdampingan dengan rencana kegiatan peternakan boiler Cindy Tiaranita. Rangkuman hasil sosialisasi kepada masyarakat menghasilkan kesepakatan/persetujuan masyarakat dengan catatan sebagai berikut :
1. Tempat usaha tersebut tidak mencemari lingkungan yang akan merugikan warga masyarakat dan harus melaksanakan peraturan dan perundangan yang berlaku;
2. Melakukan kerjasama dengan peternakan boiler Fajar Surya Bayuaji dan Handoko Marhaban L. dalam penggunaan fasilitas umum dan fasilitas social serta bekerja sama dalam pengelolaan lingkungan hidup agar tidak merugikan satu sama lainnya.
3. Penyerapan tenaga kerja harus memprioritaskan warga setempat.
4. Perusahaan akan memberikan CSR kepada masyarakat terkena dampak langsung dalam bentuk bantuan pembangunan fasilitas umum, bantuan kapada warga miskin, dan bantuan-bantuan untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya seperti memperingati hari-hari besar keagamaan, hari-hari besar nasional dan lain-lain;
5. Warga masyarakat terkena dampak langsung pada dasarnya menyetujui rencana kegiatan peternakan ayam dengan catatan dan tuntutan warga dapat terpenuhi;
2.6.2. Pembebasan Lahan
Lahan seluas 4.973 m2 dibebaskan oleh pemrakarsa melalui jual beli dan saat
ini sedang proses pengalihan sertifikat hak milik atas nama Cindy Tiaranita. Lahan eksisting berupa lahan tegalan yang ditumbuhi semak belukar yang tidak produktif. Sehingga disimpulkan status lahan yang dimaksud tidak sedang dalam keadaan
2.6.3. Pengurusan Perizinan
Pengurusan izin Peternakan Ayam Pedaging termasuk pula didalamnya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi untuk mendapatkan persetujuan tetangga. Secara keseluruhan pengurusan perizinan meliputi :
Persetujuan warga
Surat keterangan domisili Surat rekomendasi Kecamatan Rekomendasi UKL-UPL
Izin Lingkungan
Rekomendasi Andalalin Izin gangguan (Ho)
Tanda daftar perusahaan (TDP) Izin Usaha Peternakan (IUP) Izin PPLH
Adapun izin yang telah dimiliki antara lain :
Tabel 2.10. Perizinan yang dimiliki
No. Jenis surat Nomor Instansi
1 Izin tetangga - -
2 Surat keterangan
tanah 026/YSM/N/III/2016 Sugih Munandar, SH Notaris PPAT Yusep 3 Keterangan domisili 500/186/2004/III/2016 Kepala Desa Cimerang 4 Rekom Camat 503/36 – Trantib/2016 Kecamatan Purabaya 5 Rekom Disnak 524.2/
/Rekom-Disnak/2016 Dinas Peternakan 6 SK-IKR 601/329-Bid.TR Dinas Tarkimsih
Sumber : Pemrakarsa
2.7. Tahap Konstruksi
Tahap konstruksi, meliputi: rekrutmen tenaga kerja konstruksi, pematangan lahan, mobilisasi alat dan material, dan pembangunan sarana dan prasarana.
2.7.1. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi
Untuk melaksanakan rencana kegiatan tahap konstruksi pembangunan peternakan ayam pedaging membutuhkan tenaga kerja konstruksi sebanyak 10 orang untuk pembangunan peternakan sesuai rencana teknis yang sudah ditetapkan.
Tabel 2.11. Tenaga Kerja Konstruksi
No. Tenaga Kerja Pendidikan Jumlah Asal 1 Kepala proyek Megister 1 Luar Sukabumi 2 Teknik Sarjana 1 Sukabumi 3 Tukang - 2 Warga sekitar 4 Asisten tukang - 5 Warga sekitar 5 Keamanan - 1 Warga sekitar
Jumlah 10
Sumber : Pemrakarsa
Untuk tenaga kerja kepala proyek dan tenaga teknik membutuhkan kemampuan ahli khusus yang didatangkan dari sukabumi atau luar Sukabumi. Sedangkan tenaga kerja lainnya di rekrut dari warga sekitar lokasi sesuai dengan pengalaman dan keahliannya. Jam kerja tahap konstruksi ini dimulai dari jam 08.00 – 16.00 WIB setiap hari kerja dari senin – sabtu dan hari minggu libur.
2.7.2. Pematangan Lahan
Lahan yang berupa tegalan dengan struktur yang tidak merata dan bergelombang sehingga harus dilakukan cut and fiil untuk perataan, pembersihan, pengurugan dan penggalian serta pemagaran. Hal tersebut dilakukan bertujuan agar tanah bisa stabil dan tidak mudah amblas sehingga memudahkan dalam pengerjaan pondasi dan bangunan. Lahan yang dimatangkan dan dibersihkan seluas 4.973 m2
2.7.3. Mobilisasi Peralatan dan Material
Alat yang digunakan untuk melaksanakan rencana kegiatan pembangunan kandang beserta sarana dan prasarana dasar maupun pekerjaan finishing sesuai rencana teknis adalah :
Tabel 2.12. Peralatan yang digunakan No. Jenis Peralatan Jumlah Fungsi
1 Beck hoe 1 Menggali, memuat 2 Vibrator 1 Memadatkan
3 Bulldozer 1 Memotong, meratakan tanah 4 Stum 1 Memadatkan jalan
5 Alat bangunan sederhana lainnya
Sedangkan material yang digunakan untuk pengerjaan pada tahap konstruksi adalah :
Tabel 2.13. Material yang digunkan No. Jenis Material Fungsi
1 Pasir Campuran beton 2 Semen Campuran beton 3 Krikil Campuran beton 4 Koral/batu cadas Campuran jalan 5 Baja ringan Rangka atap 6 Batu belah Pondasi
7 Besi kolom Campuran pondasi dan tiang 8 Bahan bangunan lainnya
Sumber : Pemrakarsa
2.7.4. Pembangunan Sarana dan Prasarana Kandang dan Kantor
Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi (kontak dengan organisme lain) dengan pengaturan ventilasi yang baik sehingga lebih sedikit stress yang terjadi pada ternak. Rencana pembangunan peternakan untuk 2 lantai dengan dimensi 124 x 12 m. Fungsi gedung tersebut dibangun sesuai rencana teknis diantaranya :
Tabel 2.14. Fungsi Bangunan
Bangunan Fungsi Luas (m2)
Lantai dasar
Kandang ukuran 120 x 12 m, kantor ukuran 12 x 4 m sudah termasuk MCK, washing, dan tangga
1.488
Lantai 1 Kandang ukuran 120 x 12 m, mess ukuran 12 x 4 m sudah termasuk MCK
1.488
Jumlah 2.976
Sumber : Pemrakarsa
Pembangunan Jalan, pagar dan Drainase
Pembangunan jalan yang direncanakan menggunakan batu koral dan agregat terdiri dari 1 type jalan dengan lebar jalan ROW 6 meter. Jalan yang dibangun haruslah stabil dan kuat sehingga tidak terjadi penurunan badan jalan/amblas ketika kendaraan berada di atasnya. Untuk pembangunan pagar digunakan beton/tembok dengan tinggi 3 m dari tanah. Sedangkan saluran drainase di sisi kiri dan kanan badan jalan dan mengeliling bangunan bermanfat untuk penyaluran air larian dari air buangan dan air limpasan hujan ke settling pond dan kolam ikan sebelum masuk ke badan air permukaan umum. Permukaan jalan harus memiliki kemiringan tertentu (2 %) untuk memperlancar air hujan masuk ke dalam saluran.
Gambar 2.4. Muka jalan ROW 6
Drainase yang akan dibangun memiliki dimensi lebar 0,5 meter dan kedalaman 0,5 meter.
Sistem Penyediaan Air (Plumbing Sistem)
Plumbing Sistem dimanfaatkan untuk penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang dikehendaki tanpa ada ganguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air, yakni melalui kran, kloset, wastafel, dan lain-lain. Untuk bahan plumbing dapat digunakan pipa besi tuang (galvanize), pipa PVC, dan pipa tembaga (untuk air panas). Plumbing sistem menggunakan sistem vertikal dan horizontal melalui sumber air memanfaatkan air permukaan dari sungai Cimerang yang diolah dengan metode fisika-kimia agar menghasilkan air bersih layak pakai yang ditampung dalam reservoir. Sedangkan untuk air minum menggunakan air dalam kemasan (gallon) yang di beli dari pasaran.
Saluran pembuangan air bekas dan air kotor berasal dari westafel, MCK, pencucian alat dan lain-lain dialirkan menuju saluran menuju settling pond dan kolam ikan. Sedangkan, pembuangan tinja berasal dari kloset dialirkan menuju septic tank. Dan saluran air hujan, penyiraman taman di alirkan menuju sumur resapan dan lubang biopori melalui drainase.
Gambar 2.6. Skema Penggunaan Air Bersih
Pembangunan Septictank
Septic tank dibuat sesuai standar yang disyaratkan agar tidak menyebabkan bau dan tidak mengalami kebocoran yang menyebabkan penurunan kualitas air tanah.
Reservoir Sanitasi : MCK dan mess Taman Septic tank Settling pond (IPAL) Pengolahan
air bersih Kandang
Kolam ikan Tanah (sumur resapan
dan biopori) Badan air permukaan Sumber : Sungai Cimerang
Gambar 2.7. Rencana Pemasangan Septictank
Septic tank ini direncanakan dapat menampung semua limbah buangan tinja yang dihasilkan dari karyawan.
Pembangunan Sarana Persampahan
Sarana persampahan yang disediakan oleh pemrakarsa adalah sarana persampahan yang dibuat secara permanen dan non-permanen. Tong sampah terpilah organic dan anorganik yang non-permanen akan disiapkan pada masing-masing ruangan sebanyak 5 unit tong sampah terpilah untuk sampah organic dan anorganik. Sedangkan tong sampah B3 akan dibangun tempat penyimpanan sementara limbah B3 di areal kegiatan beserta TPSS secara permanen. Disamping itu, dibuatkan juga untuk limbah bangkai ayam yaitu kolam pemusnahan untuk memusnahkan bangkai ayam dengan cara di bakar terus dikubur.
Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 (TPS B3)
Tempat penyimpanan sementara limbah B3 atau lebih dikenal dengan nama TPS B3 dibangun dengan ukuran 2 x 3 m. Dengan luas 6 m2 TPS B3 dapat menampung
limbah B3 baik cair dan padatan yang dihasilkan dari kegiatan peternakan. TPS B3 disesuaikan dengan ketentuan perundangan yang berlaku dilengkapi dengan fasilitas pendukungnya.
serta lampu LED emergency untuk penerangan pertama saat terjadi mati listrik. Penggunaan genset dilakukan pada saat terjadi mati listrik dari PLN.
Pemasangan Alat Pemadam Kebakaran
Penyediaan dan pemasangan alat pemadam kebakaran untuk kegiatan peternakan digunakan APAR. Pemasangan APAR berkapasitas 3 Kg sebanyak 5 unit diletakan pada tempat yang strategis setiap lantai bangunan khususnya di dalam ruangan.
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ruang terbuka hijau (RTH) harus sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Proporsi RTH pada wilayah kota sebesar 30 % dari luas wilayah kota. Seluas 20 % diperuntukan RTH publik dan sebesar + 10 % untuk RTH privat. Yang termasuk RTH publik diantaranya taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau, dan lainnya. Sedangkan RTH privat antara lain kebun atau halaman rumah milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Oleh karena itu, RTH kegiatan peternakan ayam pedaging ini sebesar 25 % dari luas lahan sehingga sudah melebihi batas minimal Pemerintah sebesar 10 %. Ruang Terbuka Hijau (RTH) haruslah berfungsi sebagaimana mestinya dapat menyimpan air tanah, menjaga kualitas udara, peredam kebisingan, dan penyeimbang estetika lingkungan hidup. Konsep RTH berdasarkan fungsi dan luasan lebih condong pada RTH mikro dengan fungsi RTH :
Ameliorasi iklim, artinya dapat mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro. Ruang terbuka hijau menghasilkan O2 dan uap air (H2O) yang menurunkan, serta menyerap CO2 yang bersifat gas rumah kaca sehingga dapat menaikkan suhu udara dan berpengaruh pada iklim mikro setempat
Memberikan perlindungan terhadap terpaan angin kencang dan peredam suara. Tanaman berfungsi sebagai pematah angin (windbreak) dan peredam suara (soundbreak)
Memberikan perlindungan terhadap terik sinar matahari. Kehadiran tanaman dalam ruang terbuka hijau akan mengintersepsi dan memantulkan radiasi matahari untuk fotosintesis dan transpirasi sehingga di bawah tajuk akan terasa lebih sejuk
Memberikan perlindungan terhadap asap dan gas beracun, serta penyaring udara kotor dan debu
Mencegah erosi. Arsitektur tanaman (pilotaxi) berupa pohon akan mempengaruhi sifat aliran batang (steam flow) air hujan yang tertampung oleh tajuk, sehingga dapat mempengaruhi tata air dan erosi lahan
Membantu peresapan air hujan sehingga memperkecil erosi dan banjir serta membantu penanggulangan intrusi air laut. Tanaman dalam ruang terbuka hijau yang diperuntukkan untuk mencegah intrusi air laut adalah jenis tanaman yang berkemampuan dalam menyerap, menyimpan, dan memasok air, dll.
Oleh karena itu, direkomendasikan menanam pohon rindang di sekeliling areal kegiatan. Dibawah ini merupakan pohon yang dapat di gunakan untuk RTH yang dapat di pilah dan di pilih sesuai keadaan di lokasi kegiatan.
Tabel 2.15. Jenis Tanaman untuk RTH
No. Nama Tanaman Dimensi Fungsi
1 Trembesi Tinggi 5 meter Penyerap CO2 28 ton/thn
Pohon peneduh
2 Bambu Tinggi 5 meter Penyerap CO2 12 ton/thn
Pohon peneduh
3 Cassia Tinggi min 3 m Penyerap CO2 5.295,47
Kg/thn
4 Kenanga Tinggi min 3 m Penyerap CO2 756,59 Kg/thn
5 Pingku Tinggi min 3 m Penyerap CO2 720,49 Kg/thn
6 Beringin Tinggi 5 meter Penyerap CO2 535,9 Kg/thn
Pohon peneduh
7 Krey payung Tinggi min 3 m Penyerap CO2 404,83 Kg/thn
Pohon peneduh
8 Matoa Tinggi min 3 m Penyerap CO2 329,72 Kg/thn
9 Mahoni Tinggi min 3 m Penyerap CO2 295,73 Kg/thn
Pohon peneduh
10 Saga Tinggi 5 m Penyerap CO2 221,18 Kg/thn
Pohon peneduh
11 Bungur Tinggi min 3 m Penyerap CO2 160,14 Kg/thn
12 Jati Tinggi 5 m Penyerap CO2 135,27 Kg/thn
18 Flamboyan Tinggi 5 m Penyerap CO2 42,2 Kg/thn
Pohon peneduh
19 Sawo kecik Tinggi 5 m Penyerap CO2 36,19 Kg/thn
Pohon peneduh
20 Tanjung Tinggi min 3 m Penyerap CO2 34,29 Kg/thn
Pohon peneduh
21 Bunga merak Tinggi min 3 m Penyerap CO2 30,95 Kg/thn
22 Puring Tinggi 0,5 m Penyerap CO2 20-30 gr/hari
Penyerap timbal dan polutan 23 Lidah mertua 4/5 helai Penyerap formaldehid,
nitrogen oksida dan polutan lainnya
24 Spider plant Panjang daun 20
cm Penyerap formalin, xylene, CO 25 Bunga lily - Mengurangi racun dalam
ruangan yang menyebabkan kanker
26 Sri rezeki - Menyerap trikloroetilen, benzen
27 Hanjuang Tinggi min 1 m Menyerap polutan bensin 28 Kerisik - Menyerap bau
29 Cemara Tinggi 3 m Peredam bising 30 Palem Tinggi 5 m Peredam bising
Sumber : Penelitian Endes N. Dahlan IPB Publishing, 2008
Sumur Resapan dan Biopori
Pengelola peternakan harus membuat sumu resapan dengan ukuran 1 x 1 x 2 m sesuai dengan SNI dengan daya tampung air pada sumur resapan adalah 2 m3.
Sumur resapan yang akan dibuat untuk rencana pembangunan peternakan sebanyak 5 unit yang akan ditempatkan pada titik-titik limpasan air hujan yang menyebabkan genangan air. Sumur resapan akan dikombinsasikan dengan lubang biopori berdiameter 10 cm dan tinggi/kedalaman 100 cm, sehingga volume biopori ¼ x ∏d2 x t sebesar 7.850 cm3 setara 0,008 m3 sebanyak 616 unit lubang biopori.
Gambar 2.8. Model Sumur Resapan
Gambar 2.9. Desain Lubang Biopori
2.8. Tahap Operasi
Tahap operasi meliputi, mobilisasi tenaga kerja dan kegiatan peternakan.
2.8.1. Mobilisasi Tenaga Kerja
Tenaga yang dibutuhkan untuk kegiatan peternakan sebanyak 7 orang. Rekrutmen tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar lokasi yang terkena dampak langsung dengan kegiatan. Adapun posisi tenaga kerja yang dibutuhkan terdiri dari :
Tabel 2.16. Kebutuhan Tenaga Kerja Tahap Operasi
No. Departemen Pendidikan Jumlah Jenis Kelamin Asal L P
1 Kepala kandang Sarjana 1 1 - Sukabumi 2 Admin Diploma 1 - 1 Sukabumi 3 Anak kandang - 6 6 - Warga sekitar 4 Keamanan - 2 2 - Warga sekitar
Jumlah 10 9 1
Sumber : Pemrakarsa
Adapun jam kerja terbagi dalam 2 sift dalam waktu operasi 24 jam setiap hari kerja. Sift 1 mulai dari pukul 07.00 – 15.00 WIB dan sift 2 mulai jam 15.00 – 23.00 WIB. Setiap karyawan memiliki hak libur selama 1 hari dalam satu minggu yang waktunya di jadwalkan oleh pihak pengelola. Selain itu, diberlakukannya jadwal piket tengah malam secara bergiliran dan masuk dalam kategori lembur. Untuk jam keamanan berlaku malam hari sampai esok pagi.
2.8.2. Kegiatan Peternakan Kebutuhan Air Bersih
Air bersih dibutuhkan untuk kegiatan peternakan dan kebutuhan dasar karyawan serta untuk penyiraman dan pencucian. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut memanfaatkan air sungai Cimerang yang diolah menjadi air bersih. Kabutuhan air bersih untuk karyawan dihitung jika 1 orang menghabiskan 0,01 m3 per
hari antara lain :
Kebutuhan air bersih = A x B Dimana : A adalah jml orang
B adalah rata-rata penggunaan air
Kebutuhan air bersih karyawan = A x B
= 10 x 0,01 m3
Tabel 2.17. Kebutuhan Air Bersih
No Jenis kebutuhan Jumlah Satuan Periode 1. Karyawan 0,1 M3 Harian
2. Penyiraman taman 1 M3 Harian
3. Ternak 157,52 M3 Periode
4. Pencucian kandang 10 M3 Akhir periode
Gambar 2.10. Neraca Air
Timbulan Limbah Cair Domestik
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari aktivitas karyawan, produksi, boiler, pencucian, penyiraman, mushola dan fasilitas umum lainnya. Dapat diperkirakan timbulan limbah cair domestik adalah 80% dari jumlah total kebutuhan air jika dihitung adalah :
Limbah cair domestic = (0,1 + 1) x 80 % = 0,88 m3/hari
Limbah cair domestic akhir periode = 10 x 80 % = 8 m3
Limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan tersebut di alirkan melalui saluran tersendiri, untuk limbah domestik karyawan terbagi dalam dua jaringan yakni, jaringan limbah tinja menuju septic tank dan air kotor menuju IPAL. Sedangkan
Pengolahan air bersih MCK Aktivitas karyawan 0,1 m3 Ternak 157,52 m3 Taman (1m3) Kandang (10 m3) IPAL Kolam ikan Badan air penerima Reservoir Sumber : Sungai Cimerang Tanah
pengolahan bakteri (digester), kolam pengendapan, dan kolam pemisahan (filter). Sedangkan limpasan air hujan dan penyiraman taman dialirkan melalui drainase ke sumur resapan dan lubang biopori.
Timbulan Gas Amoniak
Dampak negative dari kegiatan perternakan terutama masalah bau yang berasal dari limbah kotoran ternak, yakni gas amoniak (NH3). Reaksi pembentukan amoniak
dipengaruhi oleh kadar protein dalam pakan dan kotoran ternak. Semakin besar kandungan protein pada pakan akan semakin besar pula gas amoniak yang dihasilkan. Namun, di sisi lain kandungan protein pada pakan juga akan mempengaruhi bobot ternak. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik tentunya berbanding lurus dengan bobot ternak. Oleh karena itu, kandungan protein sangat penting untuk pertumbuhan ternak (dampak positif) dan sebagai sumber utama penghasil gas amoniak (dampak negative). Untuk meminimalisir reaksi gas amoniak maka ditambahkan probiotik ke dalam pakan atau minum ternak. Probiotik tersebut dapat memaksimalkan metabolisme protein dalam tubuh ternak dan akan mengurangi gas amoniak yang keluar bersama kotoran (ekskresi) .
Timbulan Sampah/Limbah Padat
Sampah yang ditimbulkan dari kegiatan peternakan berupa sampah organic, anorganik dan B3. Hasil timbulan sampah tersebut di dominasi sampah organic diantaranya dari aktivitas karyawan dan ternak. Sedangkan sampah anorganik di timbulkan dari aktivitas karyawan. Sampah organik dihasilkan dari sisa-sisa makanan, tumbuhan, pakan dan kotoran ternak. Sedangkan sampah anorganik berasal dari sisa-sisa bungkus makanan, minuman, dan lain-lain. Adapun sampah B3 yang umum di temukan antara lain dari limbah lampu, pecahan kaca, solar, kemasan obat-obatan, dan lain-lain.
Volume sampah yang ditimbulkan dari kegiatan karyawan jika di asumsikan sebesar 0,54 l/karyawan/hari maka besarnya volume sampah yang dihasilkan sebanyak 5,4 l/hari setara dengan 0,0054 m3/hari. Maka besarnya volume timbulan
Tabel 2.18. Volume Timbulan Sampah No. Kegiatan Volume satuan (l/hari) Jumlah karyawa n (org) Jumlah (l/hari) Konversi ke m3/hari 1 Karyawan 0,54 10 5,4 0,0054 Jumlah 5,4 0,0054 Sumber : perhitungan
Dengan adanya timbulan sampah tersebut Peternakan Ayam Pedaging menyediakan tong sampah terpilah organic dan anorganik sebanyak 5 unit untuk menampung dan mengelola sampah yang dihasilkan dari kegiatan karyawan. Sampah organic dikelola dengan melakukan pengomposan dalam komposter berukuran 1 m x 1 m. Sedangkan, sampah anorganik ditampung pada TPSS berukuran 2 x 2 m untuk dapat dimanfaatkan kembali dan sisanya dibuang ke TPA.
Timbulan Limbah B3
Timbulan limbah B3 sebagian besar berasal dari aktivitas laboratorium hewan dengan penggunaan bahan kimia dan obat-obatan baik berupa padat maupun cair serta sisa oli bekas dari mesin bermotor. Timbulan limbah B3 padat seperti pecahan kaca, pial, botol, suntikan, jarum suntik, alumunium voil, dan lain-lain diperkirakan mencapai 20 Kg/periode. Sedangkan limbah B3 cair seperti oli bekas diperkirakan sebesar 10 L/bulan.
Tabel 2.19. Volume Timbulan Limbah B3 No Jenis Limbah Volume Periode
1 Padatan 20 Kg periode 2 Cairan 10 Liter bulanan
Timbulan limbah B3 harus dikelola secara khusus ditempatkan di TPS B3 sebagai tempat penyimpanan sementara limbah B3. Adapun untuk pengelolaan limbah B3 ini harus dikerjasamakan dengan pihak ketiga perusahaan yang bergerak di bidang transportasi dan pengolah/pemusnah limbah B3.
1991). Sehingga dapat diperkirakan volume timbulan limbah ternak populasi 40.000 ekor adalah 6.000 Kg/hari atau 6 ton/hari.
Tabel 2.20. Volume Kotoran Ternak Jumlah Populasi Volume kotoran
(Kg/ekor/hari) Jumlah Total (kg/hari) Jumlah total (ton/hari) 40.000 0,15 6.000 6 Jumlah 6
Untuk menangani limbah kotoran ternak dilakukan dengan cara pemberian kapur dan sekam pada kotoran ternak. Kotoran ternak di tampung dalam ruang penampungan sementara kotoran ternak yang berada di bawah kandang. Penambahan kapur sebesar 1 % dari jumlah total limbah kotoran ternak selama 14 hari akan menurunkan kadar nitrogen dan sulfida sebagai sumber penyebab bau dalam bentuk senyawa amoniak (NH3) dan hydrogen sulfida (H2S). Kapur dan sekam dicampur aduk
dengan kotoran sampai merata agar proses pengomposan berjalan sempurna. Kotoran ternak ini akan di jadikan pupuk kandang organic melalui proses dekomposisi yang akan dikerjasamakan dengan warga sekitar lokasi kegiatan untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organic dalam bidang pertanian. Pengambilan kotoran ternak dilakukan dalam waktu 14 hari sekali keluar areal lokasi kegiatan setelah kotoran ternak tersebut menjadi pupuk organic oleh pengelola yang melibatkan pemrakarsa dan warga masyarakat.
Penanganan Bangkai Ternak
Bangkai ternak diperkirakan mencapai 2.000 ekor berdasarkan factor resiko kematian sebesar 5 % dari jumlah populasi sebanyak 40.000 ekor. Penanganan bangkai ayam dilakukan dengan cara :
1. Pengontrolan kandang untuk memeriksa ayam yang mati
2. Pengambilan ayam yang mati di dalam kandang petugas diwajibkan menggunakan pakaian khusus karena tidak diperbolehkan kontak langsung dengan ayam yang mati
3. Bangkai ayam mati dikeluarkan dari kandang dan ditampung pada banker
4. Bangkai ayam yang mati di bakar pada akhir kegiatan harian dan di saksikan oleh petugas statistic, sekuriti, dan anak kandang
Penanganan wabah Flu Burung
Salah satu ciri ternak terjangkit flu burung adanya ayam mati mendadak. Setelah itu di periksa ciri-ciri ayam terjangkit flu burung. Ketika terjadi suspek seperti itu maka pengambilan ayam yang mati mendadak tersebut dapat dilakukan sama seperti penanganan bangkai ternak. Namun untuk pencegahan penularan dan penyebaran flu burung ini dapat dilakukan melalui :
a. Peningkatan biosekuriti; desinfektan alat dan fasilitas peternakan serta alat pelindung kerja karyawan (anak kandang)
b. Depopulasi (pemusnahan selektif); pemusnahan ayam sehat yang berdekatan dengan ayam mati terinfeksi flu burung
c. Disposal; pemusnahan (pembakadan dan penguburan) ayam mati dan pakan yang tercemar
d. Vaksinasi; pemberian vaksin terhadap ayam yang sehat dalam satu kandang yang ditemukan ayam mati terjangkit flu burung
e. Melaporkan terjadinya kasus flu burung kepada Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sukabumi
f. Mendapatkan pelatihan atau pembekalan penanganan flu burung oleh Dinas terkait di Kabupaten Sukabumi
Potensi Terjadinya Kebakaran
Sumber energy listrik tegangan tinggi sebesar 5 KVA berpotensi terjadinya kebakaran bila terjadi konsleting listrik. Oleh karena itu, disediakan APAR berkapasitas 3 Kg sebanyak 5 unit dan alarm peringatan bencana. Disamping itu, adanya pintu darurat dan jalur evakuasi bencana menuju titik kumpul.
Aspek Transportasi
Kebutuhan transportasi merupakan aspek yang sangat penting untuk kegiatan Peternakan Ayam Pedaging. Kendaraan operasional digunakan untuk pengangkutan DOC, pakan, hasil panen, dan limbah kotoran serta sekam. Kendaraan operasional rencananya sewa truk kepada pihak ketiga. Selain kendaraan operasional aspek transportasi juga digunakan karyawan yang menggunakan mayoritas sepeda motor
menyediakan petugas parkir dan tanda warning symbol di pintu keluar masuk kendaraan peternakan.
Tabel 2.21. Durasi Kendaraan
No Pengguna Jenis kendaraan Durasi 1 Karyawan Sepeda motor Setiap hari 2 Pakan Truk 1 x seminggu 3 Panen Truk Akhir periode 4 Limbah ternak Truk Setiap hari
Lahan Tertutup Bangunan (Run Off)
Adanya luas lahan terbangun seluas 2.000 m2 dari luas total 4.973 m2 akan
menyebabkan peningkatan limpasan air hujan di areal lokasi. Besarnya debit aliran limpasan air hujan dapat di hitung dengan menggunakan rumus rasional,
Q = 0,00278 C.A.I Dimana:
Q = Total Debit Limpasan C = Koefisien air limpasan
A = Rencana luas lahan terbangun I = Intensitas hujan
Koefisien limpasan dapat dilihat pada tabel :
Tabel .2.22. Koefisien Limpasan
Tipe Area Koefisien Run off Pegunungan yang curam 0,75 - 0,90 Tanah yang bergelombang dan hutan 0,50 - 0,75 Atap yang tidak tembus air 0,75 - 0,90 perkerasan aspal, beton 0,80 - 0,90 Tanah padat sulit diresapi 0,40 - 0,55 Tanah agak mudah diresapi 0,05 - 0,35 Taman / lapangan terbuka 0,05 - 0,25 Kebun 0,05 - 0,20 Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah/Ha) 0,25 - 0,40 Perumahan kerapatan sedang (21-60 rumah/Ha) 0,40 - 0,70
Perumahan rapat (60-160 rumah/Ha) 0,70 - 0,80 Daerah rekreasi 0,20 - 0,30 Daerah Industri 0,80 - 0,90 Daerah perniagaan 0,90 - 0,95
Sumber : Buku Drainase Perkotaan, H.A. Halim Asma
Jika diketahui :
- Luas lahan terbangun adalah 2.000 m2 (0,2 Ha)
- Intensitas curah hujan berdasarkan hasil analisa hidrologi untuk Desa Cimerang 2.115 mm/tahun atau rata-rata 5,9 mm/hari.
Maka :
Perkiraan debit limpasan air hujan di daerah tanah yang bergelombang dan atap yang tidak tembus air adalah:
Q = 0,00278 C . A . I = 0,00278 x 0,75 x 0,2 x 5,9 = 0,0024 m3/s = 207,36 m3/hari Q = 0,00278 C . A . I = 0,00278 x 0,9 x 0,2 x 5,9 = 0,0029 m3/s = 250,56 m3/hari
Dengan demikian dapat disimpulkan debit limpasan air hujan berkisar antara 0,0024 - 0,0029 m3/s (207,36 – 250,56 m3/hari). Oleh karena itu, saluran drainase harus
mampu menampung dan mengalirkan dengan baik limpasan air tersebut. Kemudian dibuatkan sumur resapan sesuai SNI dan peraturan pemerintah sebanyak 5 unit bervolume 2 m3 dan lubang biopori sebanyak 616 unit yang disebar di areal peternakan
yang rawan akan genangan air hujan untuk menghindari terjadinya banjir di lokasi kegiatan.
Bab 3
Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan dan Upaya
Pengelolan
Lingkungan
Hidup
serta
Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup
Dari komponen-kompenen kegiatan mulai dari tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi pada rencana kegiatan Peternakan Ayam Broiler (Pedaging) yang terletak di Kp. Padaringan RT. 01/04 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi akan menimbulkan dampak terhadap komponen-komponen lingkungan hidup, baik dampak positif (+) maupun dampak negatif (-) dari tahapan kegiatan yang meliputi :
1. Tahap pra konstruksi, meliputi: sosialisasi kepada masyarakat, pembebasan lahan, dan pengurusan perizinan.
2. Tahap konstruksi, meliputi : rekrutmen tenaga kerja konstruksi, pematangan lahan, mobilisasi peralatan dan material, dan pembangunan sarana dan prasarana;
3. Tahap operasi, meliputi: mobilisasi tenaga kerja operasional, Kegiatan peternakan.
Prakiraan dampak dari tahapan tersebut diatas diuraikan dibawah ini :
3.1. Tahap Pra Konstruksi
Kegiatan yang diprakirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap pra konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Persepsi Masyarakat Sumber Dampak
Sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi kegiatan di Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi untuk mendapatkan persetujuan izin warga.
Jenis Dampak
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan peternakan ayam pedaging.
Besaran Dampak
Jumlah dan respon masyarakat yang menanggapi positif dan negatif terhadap rencana pembangunan peternakan ayam pedaging.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) Melakukan komunikasi, sosialisasi dan observasi Lokasi UKL
Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi.
Periode UKL
Satu kali pada saat sosialisasi rencana kegiatan dan untuk mendapatkan persetujuan izin warga.
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Observasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar lokasi Lokasi UPL
Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi.
Periode UPL
Sekali pada saat pembuatan izn tetangga dan Rekomendasi Camat Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya
Penerima laporan : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya Keterangan
Pada prinsipnya warga terkena dampak langsung Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi setuju dengan adanya rencana pembangunan Peternakan Ayam Pedaging oleh Pemrakarsa serta mendapatkan persetujuan tertulis dari kegiatan peternakan boiler Fajar Surya Bayuaji dan peternakan boiler Handoko.
2. Pembebasan Lahan Sumber Dampak
Adanya kegiatan jual beli lahan untuk rencana kegiatan Peternakan Ayam Pedaging. Pembebasan lahan dimaksudkan untuk memastikan hak kepemilikan lahan tidak dalam keadaan sengketa lahan.
Jenis Dampak
Terjadinya perselisihan sengketa lahan seluas 4.973 m2 sehingga menyebabkan
keresahan warga masyarakat Besaran Dampak
Jumlah kerugian yang dialami dan diakibatkan dari transaksi jual beli lahan. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Melakukan pengukuran luas lahan
Melakukan transaksi jual beli hingga balik nama sertifikat Memagar batas-batas lahan
Lokasi UKL
Areal lokasi kegiatan Kp. Padaringan RT. 01/04 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi
Periode UKL
Sekali pada proses jual beli dan balik nama sertifikat hak milik lahan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Observasi visual dan pencatatan data-data kepemilikan lahan serta pajak. Lokasi UPL
Areal lokasi kegiatan Kp. Padaringan RT. 01/04 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi
Periode UPL
Pada tahap pra konstruksi pada saat balik nama sertifikat hak milik lahan Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, BPN Sukabumi
Penerima laporan : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, BPN Sukabumi Keterangan
Transaksi jual beli lahan sedang dilaksanakan dan dalam proses balik nama sertifikat hak milik.
3.2. Tahap Konstruksi
Kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap konstruksi adalah sebagai berikut :
1. Rekrutmen Tenaga Kerja Konstruksi Sumber Dampak
Untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan sesuai rencana teknis membutuhkan tenaga kerja konstruksi.
Jenis Dampak
Terserapnya tenaga kerja lokal Besaran Dampak
Tenaga kerja konstruksi sebanyak 10 orang. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Rekrutmen tenaga kerja konstruksi lebih memprioritaskan warga sekitar lokasi yang terkena dampak langsung
Lokasi UKL
Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi
Periode UKL
Pada saat rekrutmen tenaga kerja konstruksi Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Melakukan wawancara dan observasi dengan pekerja dan penduduk sekitar Lokasi UPL
Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi
Periode UPL
Sekali pada tahap rekrutmen tenaga kerja konstruksi Instansi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Disnakertrans
datangkan dari Sukabumi atau luar Sukabumi dan kepala proyek bagian dari internal perusahaan.
2. Pematangan Lahan Sumber Dampak
Penggunaan lahan berupa tegalan kebun campuran dan ilalang yang tidak produktif seluas 4.973 m2. Pematangan dilakukan untuk pembersihan, perataan,
pengurugan, pemotongan, dan penggalian untuk pondasi bangunan sesuai rencana teknis.
Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu Peningkatan kebisingan
Penurunan estetika lingkungan
Terganggunya flora dan fauna lingkungan sekitar Peningkatan run off pada saat turun hujan Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien, dan besaran partikel harus lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m3 dan debu maksimum 350 mm3/m2 per
hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan melebihi baku mutu KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan untuk lahan ruang terbuka dan hijau 50 dBA.
Volume tanah galian dan urugan yang berceceran tidak beraturan Jumlah flora dan fauna yang terganggu/mati akibat dari kegiatan
Perkiraan perubahan limpasan air hujan dari kebun campuran menjadi tanah padat sulit diresapi dengan menggunakan metode rasional Q = 0,00278 C.I.A adalah sebesar 0,0028 m3/s.
Tabel 3.1. Perubahan Debit limpasan air hujan tahap konstruksi Komponen Sebelum
pematangan pematangan Sesudah Luas lahan (Ha) 0,4973 0,4973 Intensitas hujan (mm/jam) 5,9 5,9 Koefisien air limpasan 0,05 0,4
Konstanta 0,00278 0,00278
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Penyiraman lahan secara periodic pada musim kemarau Pemagaran di sekeliling areal kegiatan
Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan dilakukan pada siang hari
Pembersihan sisa tanah galian dimanfaatkan untuk urugan dan pemadatan Memilah dan memindahkan tanaman endemic yang di lindungi
Membuat trap lumpur/kolam pengendapan Membuat saluran drainase
Lokasi UKL
Areal lokasi kegiatan Areal pagar batas lahan Areal lokasi kegiatan Areal lokasi kegiatan Areal lokasi kegiatan
Trap lumpur/kolam pengendapan Saluran drainase
Periode UKL
Pada saat musim kemarau
Sebelum pematangan lahan dilakukan Selama kegiatan pematangan lahan Selama kegiatan pematangan lahan Pada saat melakukan pematangan lahan
Selama kegiatan berlangsung pada saat turun hujan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Uji kualitas udara/kadar debu Uji intensitas tingkat kebisingan Pengamatan visual
Pengamatan visual
Pengamatan visual pada saat turun hujan Lokasi UPL
Areal lokasi kegiatan
Trap lumpur/kolam pengendapan Saluran drainase
Periode UPL
Selama kegiatan pematangan lahan berlangsung
Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, BLHD Kab. Sukabumi
Penerima laporan : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, BLHD Kab. Sukabumi Keterangan
-
3. Mobilisasi Peralatan dan Material Sumber Dampak
Adanya mobilisasi alat berat, material bangunan, dan perlengkapan lainnya yang di datangkan baik dari dalam maupun dari luar daerah.
Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu Peningkatan kebisingan Peningkatan arus lalu lintas Penurunan kualitas badan jalan Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien dengan besaran partikel lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m3 dan debu maksimum 350 mm3/m2 per
hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk RTH sebesar 50 dBA sesuai KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan.
Bertambahnya volume kendaraan melalui jalan Purabaya Panjang jalan yang terkotori lumpur dari kendaraan proyek Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Penyiraman secara periodik pada musim kemarau Pemagaran sekeliling areal lokasi kegiatan
Pengangkutan alat terjadwal dan dilakukan pada siang hari
Penempatan petugas pengatur lalu lintas di pintu keluar masuk lokasi Pembuatan kolam pengendapan pembersihan ban kendaraan
Penyemprotan ban kendaraan sebelum keluar areal lokasi Lokasi UKL
Areal lokasi kegiatan Areal lokasi kegiatan Jalan Purabaya
Pintu keluar masuk lokasi proyek Periode UKL
Pada saat keluar masuk kendaraan angkut peralatan dan material Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Uji kualitas udara/kadar debu Uji intensitas tingkat kebisingan Pengamatan visual Pengamatan visual Lokasi UPL Areal kegiatan Areal kegiatan Jalan Purabaya Jalan Purabaya Periode UPL
Pada saat keluar masuk kendaraan angkut dan saat bongkar muat Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : BLHD, Dishub, Dinas Ke-PU-an
Penerima laporan : BLHD, Dishub, Dinas Ke-PU-an Keterangan
Peralatan akan didatangkan secara bertahap dan terencana sesuai jadwal yang sudah di tetapkan tim teknis.
4. Pembangunan Sarana dan Prasana Peternakan Sumber Dampak
Adanya lahan pembangunan sarana dan prasarana untuk peternakan. Jenis Dampak
Peningkatan kadar debu
Peningkatan intensitas kebisingan Penurunan estetika lingkungan Potensi kecelakaan kerja Besaran Dampak
Kualitas udara melebihi kualitas udara ambien dengan besaran partikel lebih rendah dari 10 μg maksimal 150 μg/m3 dan debu maksimum 350 mm3/m2 per
hari (PP. 41 tahun 1999)
Kebisingan tidak melebihi baku mutu untuk peternakan sebesar 70 dBA sesuai KepmenLH No. 48/1996 tentang baku mutu kebisingan.
Volume sampah/limbah padat sisa-sisa pembangunan
Jumlah pekerja yang mengalami kecelakaan dan gangguan kesehatan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Penyiraman secara periodic pada musim kemarau Pemagaran di sekeliling areal kegiatan
Pekerjaan yang menimbulkan kebisingan tinggi di kerjakan pada siang hari Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara
Sisa bahan bangunan yang layak pakai dapat dimanfaatkan kembali atau di jual Pemakaian peralatan septic kerja konstruksi sesuai SNI
Penyediaan P3K Lokasi UKL
Areal lokasi kegiatan Periode UKL
Selama kegiatan pembangunan di kerjakan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Uji kualitas udara/kadar debu
Uji tingkat kebisingan Pengamatan visual Pengamatan visual
Lokasi UPL
Areal lokasi kegiatan Periode UPL
Sekali pada tahap konstruksi bangunan dikerjakan Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : BLHD, Distarkimsih, BPPT&PM
Penerima laporan : BLHD, Distarkimsih, BPPT&PM Keterangan
Luas lahan 4.973 m2 dengan luas bangunan sebesar 2.976 m2, RTH 2.933 m2 dan
jalan, parkir, pagar sebesar 512 m2.
3.3. Tahap Operasi
Kegiatan yang diprakirakan dapat menimbulkan dampak pada tahap operasi adalah sebagai berikut :
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Sumber Dampak
Mobilisasi tenaga kerja tahap operasi untuk kegiatan Peternakan Ayam Pedaging. Jenis Dampak
Terserapnya tenaga kerja lokal dan berwirausaha yang berasal dari masyarakat sekitar.
Besaran Dampak
Jumlah tenaga kerja yang akan dikerjakan pada tahap operasional adalah sebanyak 10 orang dan jumlah warga yang membuka usaha di sekitar lokasi. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
Rekrutmen tenaga kerja memprioritaskan warga sekitar lokasi kegiatan sesuai keahlian dan kemampuannya
Memberikan upah/gaji sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Kabupaten Sukabumi dengan profesional dan proporsional.
Periode UKL
Selama operasional peternakan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
Melakukan wawancara dan komunikasi dengan karyawan dan penduduk sekitar lokasi kegiatan
Lokasi UPL
Warga Kp. Padaringan RT. 01/04 dan warga Kp. Lembur Pasir RT. 04/02 Desa Cimerang Kecamatan Purabaya Kabupaten Sukabumi
Periode UPL
Selama operasional peternakan dilakukan dan dilaporkan setiap 6 bulan sekali Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Pelaksana : Pemrakarsa
Pengawas : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Disnakertrans, BLHD
Penerima laporan : Desa Cimerang, Kecamatan Purabaya, Disnakertrans, BLHD Keterangan
Rekrutmen tenaga kerja akan memprioritaskan penduduk warga sekitar lokasi sesuai dengan kebutuhan dan keahliannya.
2. Kegiatan Peternakan Ayam Pedaging Sumber Dampak
Operasional Peternakan Ayam Pedaging akan menghasilkan berbagai dampak positif dan negatif terhadap komponen lingkungan.
Jenis Dampak
Penurunan kualitas air permukaan karena limbah cair domestik akibat adanya aktivitas karyawan dan penyucihamaan kandang
Penurunan kualitas air tanah yang diakibatkan oleh rembesan septictank dari sisa MCK pada Toilet
Penurunan kuantitas air tanah karena penggunaan sumur bor sebagai sumber air bersih utama
Penurunan kualitas udara dilingkungan peternakan Penggunaan genset
Timbulan gas amoniak dan sulfida
Peningkatan intensitas kebisingan dari operasi genset dan mobilitas kendaraan angkut.