• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penyambungan Serat Optic Menggunakan Fusion Splicer Di PT TELKOM Surbaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Penyambungan Serat Optic Menggunakan Fusion Splicer Di PT TELKOM Surbaya"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

TEKNIK PENYAMBUNGAN SERAT OPTIK

4.1. Faktor-faktor Penyebab Kerusakan atau Putusnya Jaringan pada Fiber Optik Ketika berbicara dengan jaringan fiber optic tentu sudah memperkirakan bahwa jaringan fiber optic adalah jaringan Broadband yang dapat dilalui oleh sinyal berkecepatan tinggi.Namunpun dianggap memiliki kecanggihan tetapi banyak hambatan dalam operasional terutama kerusakan akibat gangguan alam, binatang atau pihak ketiga.

Berikut penyebab utama kerusakan jaringan fiber optic antara lain sebagai berikut : 1. Kerusakan Disebabkan Pihak Ketiga

a. Fiber Optic Underground Cable (KABEL TANAH)

Yang berkepentingan dengan utilitas jalan yaitu : TELKOM,OTHER OPERTOR TEL, PLN, PAM, GAS, PU, Unit-unit ini bekerja menurut cara dan keinginan masing-masing sehingga jaringan fiber optic eksisting mengalami kerusakan.Kerusakan juga dipicu akibat konstruksi Instalasi fiber optic yang tidak SPEC sesuai dengan norma-norma konstruksi baik kedalaman kabel, letak, maupun pelindung jaringan kabel.Rekam jejak misalnya gambar detail route jaringan seperti berapa jarak dari as jalan, pinggir parit atau bangunan permanent, kedalaman kabel, kordinat titik sambung tidak ada data sama sekali, sehingga untuk menyanyikan data ke unit terkait yang memanfaatkan utilitas jalan sulit dipenuhi sehingga berdampak ke recost yang tinggi, dan tentu korban yang paling mengalami kerugian adalah pelanggan karena tidak ada jaminan yang menjadi acuan waktu recovery.

b. Fiber Optic Overhead Cable (KABEL UDARA)

Tidak bisa dipungkiri bahwa kerusakan jaringan fiber optic yang diistalasi menggunakan jaringan kabel udara termasuk penyumbang kerusakan yang tinggi misalnya : FO kena rabasan ranting pohon, peningkatan jalan sehingga tiang-tiang route ada yang roboh kena buldozer, cross dengan jaringan PLN dll. Hal ini sulit sekali dihindari jika hal ini terjadi. Program-program masing-masing Instansi belum terpadu dan informasi kadang-kadang tidak disampaikan lebih awal sehingga dampaknya jika sudah dalam pelaksanaan pekerjaan jaringan fiber optic ikut mengalami kerusakan.

2. Kerusakan Akibat Binatang Pengerat Bajing/Tupai, Tikus, Kecoa, Semut, Bajing/Tupai

Gambar 4.1 Kerusakan kabel F.O Akibat Binatang

Bajing/Tupai adalah salah satu binatang pengerat yang sangat membahayakan jaringan Fiber Optic, terutama instalasi yang berada di lintasan hutan, atau perkebunan kelapa. Binatang ini sesuai dengan pengamatan di lapangan akan mengerat/ menggigit kulit kabel sampai core

(2)

fiber optic terputus. Kebiasaan Bajing/Tupai berlangsung menjelang sore hari. Bajing/ Tupai meniti diatas kabel sampil mengupas kulit kabel. Menurut informasi para teknisi lapangan ada waktu-waktu tertentu Bajing/Tupai mengganas terutama masa kawin atau giginya sudah tumbuh memanjang.Yang lebih spesifik lagi warna isolasi yang sering putus lebih awal adalah core yang memiliki warna hijau daun.

Biantang lainnya adalah Tikus, juga merupakan hama jaringan fiber optic yang merusak, terutama pada lintasan pipa di parit, jembatan, yang memiliki lubang yang dapat dimasuki Tikus. Tikus ini sama dengan binatang pengerat lainnya, akan melukai fiber optic sampai putus namun ada pelindung armoring baja.Tikus juga sangat rentan merusak jaringan fiber optic di terminal Fiber Optic terutama jampering Pathcore, atau kabel yang masuk station FDM, ODC, ODP bawah tanah yang tidak tertutup atau terdapat pelindung pipa. Ada lagi binatang serangga namanya Kecoa & Semut, ini adalah binatang yang tidak pernah diperhitungkan dalam memberi andil merusak jaringan Fiber Optic. Binatang yang masuk katagori serangga ini akan menggigit secara pelan-pelan path core, atau picktail yang berada di FDM, ODC maupun di OPD.Serangga ini akan masuk ke perangkat untuk bersarang terutama ruang yang lembab dan pada saat musim hujan. Path Core maupun Picktail terkelupas secara tidak beraturan di titik dimana serangga yang dimaksud bersarang atau menjadi lintasannya.

3. Kerusakan Akibat Gangguan Alam dan Benturan Mekanik

Gambar 4.2 Kerusakan akibat gangguan alam dan benturan mekanik

Kerusakan jaringan akibat gangguan alam terutama swaktu musin hujan dan angin kencang juga menjadi penyebab utama kerusakan jaringan fiber optic.Kerusakan banyak terjadi di daerah lintasan pepohonan utamanya jaringan overhead Cable. Sedang kerusakan underground cable antara lain karena bencana longsor, banjir, kebakaran.

Kerusakan lainnya adalah akibat benturan mekanik yaitu lintasan jaringan kabel udara yang tidak melebihi >5,4 m dari ketinggian akan rentan disambar oleh mobil-mobil pembawa contener, mobil box, mobil pembawa alat berat, tiang PLN. Dan yang menjadi kebiasaan supir-supir truck atau meobil yang bergerak yang kehilangan keseimbangan tiang-tiang route jaringan menjadi obyek sasaran untuk mungurangi laju dan risiko tinggi.

Hobby menembak menggunakan sanapan burung, juga menjadi salah satu kasus kerusakan jaringan fiber optic, burung-burung yang bertengger di jaringan kabel udara, ditembak tetapi kadang-kadang yang terkena peluru adalah bukan burung, tetapi kabel fiber optic.Peluru yang mengenai kabel FO biasanya tertanam di dalam kabel sehingga seluruh core-core FO menjadi rusak karena terjepit oleh benda logam peluru.

(3)

4. Vandalisme

Gambar 4.3 Vandalisme(Pencurian kabel)

Vandalisme ada dua macam, yaitu vandalisme yang betul-betul akan mengambil kabel sesuai dengan keperluannya atau vandalisme yang karena ketidaktahuan mengidentifikasi untuk membedakan sasaran yang dimaksud terutama kabel jenis tembaga. Kedua-duanya merupakan pemicu kerusakan fiber optik yang sangat berbahaya saat ini. Di kota maupun daerah pedalaman hal ini sudah sering terjadi, jika salah sasaran karena bukan tembaga maka kabel Fo dipotong beigitu saja, tetapi untuk merecovery para teknisi dibuat repot karena harus mencari jenis dan kapasitas kabel yang sama, apalagi slack kabel terbatas.

Menurut FRED LAWLER DARI SVP Global Field Services lebih dari 57.000 mil backbone dan sekitar 27.000 kilometer jaringan serat optic metro, atau sekitar 17 % dari panjang jaringan yang menjadi obyek penelitian dan laporannya, rusak akibat faktor penyebab tersebut diatas

4.2. Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing)

Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) adalah penyambungan serat optik yang dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pada ujung sambungan dan menggunakan lelehannya sebagai perekatnya sehingga terbentuk suatu sambungan koninu. Teknik Penyambungan Serat Optik Dengan Metode Penyambungan Fusi (Fusion splicing) merupakan suatu teknik penyambungan serat optik untuk menyambung dua fiber secara permanen dan rugi-rugi penyambungan yang didapat pun kecil karena penyambungan menggunakan suatu alat yaitu fusion splicer.

Proses ini jauh lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan konektor maupun teknik mekanik, karena redaman yang dihasilkan bisa sampai 0 dB. Sedangkan bila menggunakan konektor masih menimbulkan redaman meskipun proses penyambungannya dilakukan dengan baik. Sedangkan penyambungan teknik mekanik sifat nya hanya semi permanen dan besar redaman yang dihasilkan bersifat sedang.

4.3. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Proses Penyambungan

Salah satu penyebab gangguan serat optic adalah pengaruh air. Bila kotak sambung atau splice clouser tidak baik pemasangannya maka air dapat masuk ke dalam splice clouser. Hal ini akan mempengaruhi atau menurunkan karakteristik dari serat optic dari serat optic itu sendiri, yaitu seratnya rapuh setelah lima atau sepuluh tahun kemuduan.

(4)

Hal-hal yang perlu diperhatikan lagi antara lain:

1. Sebelum melakukan splicing usahakan semua peralatan dan tangan kita sebersih mungkin sebab adanya kotoran pada serat optik dapat menyebabkan redaman pada serat dan sifat dari teknik penyambungan ini sangat sensitive terhadap debu.

2. Jangan menginjak tube karena dapat merusak core yang ada didalamnya sehingga bisa menyebabkan core pecah atau retak.

3. Jangan menggulung core dengan ukuran diameter yang kecil karena bisa membuat core patah.

4. Setelah melakukan pemotongan, hasil pemotongan langsung dimasukan kedalam wadah khusus agar core tidak masuk kedalam kulit yang dikhawatirkan mengganggu kesehatan. 5. Selalu perhatikan perlindungan pada kaset agar air tidak bisa masuk kedalam kaset yang

dapat merusak serat optik.

6. Ikuti prosedur dan langkah-langkah yang ada. 4.4. Alat dan Bahan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan untuk penyambungan kabel serat optik adalah sebagai berikut : 1. Optical Fiber Fusion Splicer Type 39

2. Alat ukur Optical Time Domain Reflectometer (OTDR) Anritsu MT9083 3. Sumber Listrik

4. Perangkat pemotong Perangkat umum :

1. Pemotong kabel, gergaji : untuk memotong tubing 2. Besi penyangga kabel tambahan (closure) : 3. Meteran : untuk mengukur kabel

4. Gunting : untuk memotong kabel 5. Obeng : untuk

6. Tang : untuk

7. Kain majun : untuk membersihkan setelah pengupasan 8. Minyak pembersih gel : untuk

9. Sleave protection : untuk

10. Alkohol 95% : untuk membersihkan serat optic setelah di kupas 11. Dust off : untuk membersihkan core

12. Tissue : untuk membersihkan core 13. Tie rape : untuk mengikat

14. Kabel serat optic : untuk 15. PVC tape : untuk

16. Spidol : untuk menandai kabel yang akan di kupas Peralatan khusus :

SEICOR closure tool kit untuk membuat lubang sesuai dengan diameter kabel yang akan disambung, material yang digunakan untuk penyambungan kabel serat optik adalah sebagai berikut :

1. Fiber Stripper berfungsi mengupas jaket (coating) 2. Lupsheat Cutter berfungsi untuk mengupas tube

(5)

Gambar 4.4 Fiber Stripper dan Lupsheet Cutter 3. Fiber Cleaver: untuk memotong core

4. Splicer berfungsi untuk menyambungkan antara serat yang satu dengan yang lain 4.4. Prosedur Penyambungan Kabel

4.4.1. Persiapan Kabel

1. Langkah pertama yang harus dilakuakn adalah mengukur panjang kabel yang akan kita kupas untuk proses penyambungan, 120 cm untuk kabel udara dan 180 cm untuk kabel tanah maupun kabel duct. Untuk kabel udara, sebelum dilakuakan pengupasan kulit kabel, kabel dipisahkan terlebih dahulu antara kabel dengan penyangga kabel (metalic messenger) sepanjang 200 cm.

2. Bersihkan alumunium tape atau lapisan alumunium yang terdapat diantara kulit kabel dan water blocking yang berfungsi sebagaikonduktivitas elektris dan melindungi kabel dari pengaruh mekanis, dan bersihkan water blocking serta serat ini dengan menggunakan gunting.

3. Urai susunan kabel agar lebih mudah dalam proses pengupasan dan bersihkan tube dari jell menggunakan kain majun yang dibasahi dengan alkohol.

4. Potong central stregh member sisakan 10 cm, lalu kupas kulit central stregh member 5cm.

5. Buka lapisan tube dengan menggunakan alat pengupas lupsheat cutter. Pengupasan sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit sepanjang ± 25 cm dengan cara memutar lupsheat cutter searah jarum jam sebanyak 2-3 kali lalu patahkan dan jangan lebih dari 30° agar serat optik tidak ikut patah, lalu tarik tube sehingga yang terlihat hanya serat optik saja yang dilindungi oleh jelly. Lakukan berulang- ulang sampai panjang kulit pengelupasan yaitu ±120 cm dari ujung tube. Setelah itu akan muncul core yang masih dilapisi cladding dan jelly, kita bersihkan jelly dengan menggunakan kain majun yang telah dibasahi alkohol dan untuk mempermudah memisahkan core yang ada. Di dalam tube ini terdapat 12 macam warna core yang masih dilapisi oleh coating.

6. Ikat central stregh member pada clamp yang ada di dalam join closure.

7. Pasang kabel serat optik pada join closure yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik elastis pada pangkal nya.

8. Hal yang sama dilakukan untuk kabel ke dua. 4.4.2. Proses Penyambungan Serat

Pada penyambungan serat optik terdapat urutan proses yang harus dilakukan, antara lain : 1. Terlebih dahulu masukan plastik khusus yang disebut slip protection untuk melindungi

(6)

2. Kupas coating dengan menggunakan tang pengupas (fiber stripper) dengan cara memposisikan tang agak miring, tahan lalu Tarik ke ujung core secara perlahan, kupas ± 4 cm.

Gambar 4.5 Pengupasan coating dengan menggunakan fiber stripper

3. Setelah terkupas bersihkan core dengan tissue tanpa parfum yang sudah dibasahi dengan alkohol sampai gesekannya mengeluarkan bunyi.Lakukan sebanyak 2-3 kali lalu bersihkan kembali dengan tisue kering. Hal ini sangat penting dilakukan karena apabila ada sedikit saja kotoran yang menempel pada core maka akan mempengaruhi kualitas redaman pada saluran.

Gambar 4.6 Membersihkan core dengan tissue

4. Masukan ke dalam pemotong core (fiber cleaver) dimana menempatkan ujung coating pada skala yang ada pada alat antara 15 mm – 20 mm, lalu potong.

(7)

Gambar 4.7 Pemotongan core menggunakan fiber cleaver

5. Setelah itu masukan ke dalam fusion splicer yang akan menyambung core dengan teknik fusion. Penyambungan fiber optik sesuai dengan nomor core, artinya core nomor 1 harus disambung dengan core nomor 1 pula.

Gambar 4.8 Penyambungan core dengan fusion splicer

6. Kemudian tekan tombol berwarna hijau yang berarti start maka splicer akan meleburkan kedua core dan menyambugnya secara otomatis.Tunggu sampai layar menunjukan bahwa proses penyambungan telah selesai dan layar akan memunculkan estimasi redaman saluran yang dihasilkan dari kabel.

(8)

Gambar 4.9 Proses penyambungan dengan fusion splicer

7. Keluarkan core yang telah tersambung tadi kemudian geser slip protection kearah core yang tidak tertutup oleh coating dan masukan kebagian heater yang berfungsi untuk memanaskan slip protection agar mampat, kemudian tekan heat dan tunggu sampai proses selesai dan mengeluarkan bunyi

4.4.3. Mengecek Hasil Sambungan

Hasil penyambungan dapat dianalisa secara visual.

Perkiraan nilai sambungan dan tampilan luar daripada titik sambungan menunjukan baik jeleknya kualitas sambungan. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan cacat pada sambungan serat optik dengan metode fusi.

1. Gelembung 2. Garis tebal 3. Bayangan hitam

Bila terjadi hal semacam itu maka penyambungan penyambungan harus dilakuakan kembali. Kualitas sambungan yang baik adalah sambungan yang memiliki redaman < 0,3 dB

4.4.4. Penutupan Joint Closure

Sarana sambungan kabel (closure) adalah untuk melindungi dan menempatkan tape agar terhindar dari pengaruh mekanis. Syarat yang harus harus dipenuhi oleh sarana sambung kabel adalah harus mampu melindungi serat optik dari gangguan alam dan mekanis seperti air, getaran, panas, tension, reaksi kimia, dan bending / tekukan.

Prosedure penanganan joint closure:

1. Penempatan serat optik setelah disambung pada kaset / tape harus memperhatikan mikro banding dengan membuat lingkaran sebesar mungkin pada pinggiran kaset.

2. Pertama-tama tempatkan splice protection pada penjepit yang tersedia pada sisi pinggir kaset, kemudian dengan hati-hati letakan serat optik pada kaset dengan membuat lingkaran-lingkaran sebesar mungkin pada sisi pinggir kaset, hindari terjadi melintirnya serat optik.

(9)

Gambar 4.10 Penginstallan serat optic pada joint closure

3. Fusion Splicing dilaksanakan satu persatu serat optik, suatu serat optik selesai disambung, lalu tempatkan di kaset, baru melakukan penyambungan serat optik selanjutnya.

4. Setelah semua serat optik selesai disambung dan ditempatkan pada kaset, tutup kaset dengan penutup yang telah disediakan lalu disekrup agar rapat.

Gambar 4.11 Hasil akhir setelah penginstallan pada kaset joint closure

5. Pasang ring penutup pada alur yang tersedia, dimana sebelumnya ring dilapisi dengan selatip hitam.

(10)

6. Pasang tutup joint clusure sampai rapat

(11)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Dari hasil Kerja Praktek di PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Area Network Surabaya, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Struktur serat optik terdiri dari 3 bagian yaitu inti(core), selubung(cladding) dan jaket(coating).

2. Komunikasi serat optik lebih banyak menguntungkan daripada komunikasi dengan menggunakan gelombang radio atau satelit karena menggunakan serat optik, tidak ada suatu informasi yang mengalami penundaan, isyarat tidak terpengaruh oleh derau elektris maupun medan magnetis, isyarat dalam kabel serat optik terjamin keamanannya, dan cepat dalam memberikan sinyal informasi.

3. Metode penyambungan serat optik menggunakan fusion splicer merupakan metode yang paling efektif, karena metode ini menghasilkan redaman yang paling kecil. 4. Peralatan utama dalam fusion splicing adalah rotary pip berfungsi mengupas kulit

terluar kabel (Polyethelne), Lupsheat Cutter berfungsi mengupas kulit tube, Fiber Stripper untuk mengupas coating, Fiber Cleaver untuk memotong serat optik, danFusion Splicer untuk melebur/menyambung serat optik.

5. Dalam melakukan peleburan, jarak kedua ujung serat otik tidak boleh saling bersentuhan tetapi hanya berdekatan satu sama lain dengan rentang jarak 0,2 mm – 0.5 mm.

6. Prinsip kerja Fusion Splicer adalah menggunakan kontrol komputer dalam melakuakn penyambungan dan sekaligus memberikan perkiraan analisa hasilnya (besar loos estimasi).

7. Untuk mendapatkan kualitas penyambungan yang bagus harus menggunakan kabel yang sesuai spesifikasi, alat sambung (Splicer) yang baik,lingkungan Core yang bersih dan Jointer yang berpengalaman.

5.2. Saran

1. Dalam upaya penanganan masalah dalam bidang komunikasi diperlukan data atau informasi yang dialami pelanggan secara detail dan lengkap.

Gambar

Gambar 4.1 Kerusakan kabel F.O Akibat Binatang
Gambar 4.2 Kerusakan akibat gangguan alam dan benturan mekanik
Gambar 4.3 Vandalisme(Pencurian kabel)
Gambar 4.4 Fiber Stripper dan Lupsheet Cutter 3. Fiber Cleaver: untuk memotong core
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk akumulasi 2007 hingga Mei 2012, penghematan subsidi yang diperoleh dari program konversi minyak tanah ke elpiji tabung 3 kg mencapai Rp61,6 triliun.. Bayangkan jika

berbasis perikanan budidaya ini tampak masih jauh lebih sedikit dibanding jumlah peminat corak wisata berbasis budaya. Karena itu, perlu upaya tambahan agar peminat

Empat perspektif pengukuran kinerja perguruan tinggi menggunakan Metode Balanced Scorecard: (a) Konsumen: untuk mengetahui bagaimana pelanggan menilai kita ; (b)

Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

2.5.2 Pengukuran Risiko Teknologi Informasi Berdasarkan OCTAVE-S OCTAVE-S adalah sebuah variasi dari pendekatan OCTAVE yang dikembangkan untuk pengukuran risiko teknologi

Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan

Modal kerja dan rasio leverage mempunyai peranan penting dalam pembentukan rentabilitas, karena dengan adanya pengelolaan modal kerja yang efektif dan manajemen hutang yang baik

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, semakin lama waktu perendaman ( priming ) akan menaikkan tingkat hidrasi secara bertahap dan memperbaiki mutu