• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PRIMER PCR IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI GEN rbcl PADA GENUS Mangifera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESAIN PRIMER PCR IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI GEN rbcl PADA GENUS Mangifera"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

163

DESAIN PRIMER PCR IN SILICO UNTUK

AMPLIFIKASI GEN rbcL PADA GENUS Mangifera

Suparman

Laboratorium Biologi FKIP Universitas Khairun, Ternate [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan studi bioinformatika untuk mendapatkan sekuen primer gen rbcL pada genus tanaman Mangifera. Gen rbcL merupakan gen barcode yang digunakan untuk identifikasi dan pembeda antar jenis pada kelompok tumbuhan tingkat tinggi juga dapat digunakan untuk rekonstruksi filogenentik tumbuhan. Metode yang digunakan dalam mendapatkan primer optimal ialah dengan cara in silico yakni simulasi dengan computer menggunakan informasi website genebank yang menyediakan berbagai gen. Desain primer gen rbcL dimulai dengan mengunduh sekuen DNA dari gen rbcL Mangifera indica dari GenBank dan mengkopy dalam bentuk pasta sebagai acuan untuk mencari daerah lestari. Primer dibuat dengan dua arah pembacaan DNA : forward F) dan primer reverse (rbcL-R). Primer didesain dengan menggunakan software primer designer yakni Genamics Expression dan selanjutnya primer dikonfirmasi secara insilico menggunakan perangkat lunak blast primer pada NCBI untuk mengetahui posisi akurat penempelan primer pada gen rbcL secara bioinformatika. Primer gen rbcL yang dihasilkan ialah CTTGGCAGCATTCCGAGTA untuk primer forward dan TCACAAGCAGCAGCCAGTTC untuk primer reverse. Prediksi suhu optimal annealing ialah 61-64 derajat celsius. Produk PCR yang didapatkan sepanjang 1272 bp.

Kata kunci : Mangifera, primer rbcL, studi bioinformatika

Genus Mangifera merupakan salah satu dari 70 genus dalam famili Anacardiaceae (Judd, dkk. 2002), dan termasuk genus yang memiliki anggota spesies terbesar, yakni 69 spesies yang telah diidentifikasi (Kostermans dan Bompard, 1993). Kebanyakan dari spesies tersebut tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaysia (Mukerjee, 1953). Spesies dari genus

Mangifera yang dikenal umum adalah Mangga

(Mangifera indica). Mangga memiliki nilai komersil sebagai buah konsumsi, karena itu sebagian besar orang mengenal Mangifera sebagai Mangga. Saat ini terdapat sekitar 1500 varietas Mangga (Krishnan, dkk. 2002). -Anggota Mangifera lain seperti Mangifera

odorata (Kuweni), M. caesia (Binjai/wani), M. foetida (Bacang/Limus) kurang dikenal, padahal spesies-spesies tersebut dimanfaatkan sebagai buah konsumsi di beberapa daerah,

seperti pada M. caesia yang dikonsumsi dan telah teridentifikasi sebanyak 22 kultivar di Bali (Rai, dkk. 2008). Spesies lain seperti M.

decandra (Konyot besi), M. dewildei (Berhul),

dan M. minor (Mangga liar) telah digunakan sebagai sumber kayu dan bahan obat-obatan karena mengandung zat Fitokimia, Fenol, dan Terpenoid (Kostermans dan Bompard, 1993). Semakin banyaknya spesies yang dikenal akan semakin menambah pemanfaatannya.

Semua spesies anggota genus

Mangifera diduga berasal dari satu nenek

moyang yang sama, tetapi Kostermans dan Bompard (1993), menyatakan bahwa

Mangifera diturunkan dari dua nenek moyang

yang berbeda. Perbedaan dugaan ini akan menyebabkan keraguan dalam klasifikasi

Mangifera. Menurut Hidayat (2011), klasifikasi antar spesies dalam genus

(2)

164

Mangifera masih tidak stabil, hal ini

dikarenakan kompleksitas dari organ vegetatif dan reproduktif genus tersebut. Klasifikasi genus Mangifera berdasarkan morfologi oleh Kostermans dan Bompar (1993) dibagi menjadi dua subgenus yakni Mangifera dan

Limus.

Klasifikasi Mangifera berdasarkan morfologi mengindikasikan keraguan pengelompokan (Yonemori, dkk. 2002), hal ini dapat dilihat pada uncertain position untuk 11 spesies yang telah diidentifikasi. Klasifikasi oleh Hou (1978) dan Mukherjee (1953), M.

longipes dimasukan ke dalam genus

Mangifera, tetapi Kosterman dan Bompard

(1993) tidak mencantumkan nama jenis M.

longipes dalam genus Mangifera karena

dianggap sinonim dari M. laurina. Mangifera

odorata diduga merupakan hasil dari persilangan antara M. indica dengan M.

foetida (Hou, 1978) tetapi Kosterman dan

Bompard (1993) menolak dugaan tersebut. Oleh karena itu perlu alternatif selain morfologi sebagai dasar klasifikasi sebagai penguat klasifikasi yang telah ada.

Penggunaan marker molekuler menurut Li (1997), dinilai menyediakan karakter yang lebih berlimpah dibandingkan morfologi dan fisiologi, serta lebih cepat, praktis, dan efisien dalam pengerjaan. Sistematika molekuler dengan menggunakan marker molekuler pada tanaman telah digunakan secara luas sebagaimana pada organisme lain dalam determinasi hubungan filogenetik (Asahina, dkk. 2010). Pada sistematika Angiospermae pendekatan filogenetik dengan karakter molekuler telah digunakan dan efektif dalam mengelompokan

takson yang belum terselesaikan oleh dengan

karakter fenetik (Reddy, 2009). Salah satu marker molekuler yang banyak digunakan dalam filogentik tumbuhan yakni rbcL. Gen

rbcL tanaman merupakan pengkode sub unit

besar riboluse-1,5-bisphosphate carboxylse (RubisCo) yang berada di genom kloroplas (Judd, dkk. 2001) dan merupakan gen yang universal pada hampir semua tanaman,

sehingga penggunaanya akan efektif mengenali keragaman dalam semua tanaman.

Penggunaan marker rbcL pada analisis filogenetik yang dipadukan dengan marker lain diantara spesies dalam satu genus telah dilakukan, seperti pada spesies anggota Zygophyllum family Zygophyllaceae (Bellstedt, dkk. 2008), Caragana family Leguminoseae (Zhang, dkk. 2009) dan efektif dalam memberikan informasi filogenetik diantara spesies yang diuji. Gen rbcL merupakan salah satu gen yang direkomendasikan oleh Consortium Barcode

of Life (CBOL) pada tahun 2009 sebagai

marker molekuler barcode pada tanaman, rekomendasi ini memerkuat alasan penggunaan rbcL dalam analisis filogenetik dan kekerabatan tanaman.

Markah molekuler dapat dianalisis menggunakan Polimerase Chain Reaction yang dikenal dengan PCR yakni metode perbanyakan DNA dengan tiga langkah utama yakni denaturasi, annealing dan extensi. Proses perbanyakn DNA mengikuti kaidah pangkat dua. Proses PCR memerlukan primer, yakni sederet sekuen DNA pendek sebagai pengenal DNA target yang selanjutnya memperpanjang dan memperbanyak DNA target.

Desain primer dapat dibuat dengan menggunakan konstruksi secara insiliko berbasis ilmu bioinformatika. Olah karena itu, untuk keperluan isolasi sekuen gen rbcL dari DNA Mangifera maka perlu di lakukan desain primer untuk mengamplifikasi gen rbcl yang dapat di gunakan untuk semua anggota genus

Mangifera. Penelitian ini adalah penelitian

awal pada penelitian filogenetik pada genus mangifera untuk menjawab latarbelakang penelitian.

METODE PENELITIAN Desain primer gen rbcL.

Penelitian ini merupakan penelitian berbasis in silico dalam mendesain primer PCR dengan menggunakan analisis

(3)

165 bioinformatika. Pengambilan dan pengolahan data yang tersedia pada website penyedia gen dan layanan pengolahan/analisis gen dan DNA. Proses PCR (Polymerase Chain

Reaction) memerlukan sepasang primer sebagai pemicu terbentuknya DNA baru yang mirip gen target seperti proses replikasi DNA.

Berikut gambaran proses pembentukan gen target saat amplifikasi, jumlah molekul DNA double stranded yang dihasilkan sesuai dengan hitungan pangkat dua dari siklus amplifikasi yang dilakukan.

Jumlah siklus Jumlah target M o l e k u l D N A y a n g

Gambar 1. Gambaran proses PCR dan amplifikasi gen target serta penambahan jumlah fragment sejalan dengan panambahan siklus (Primerose, Twyman and Old : 2003)

Gambar 2. Prinsip umum dan proses PCR (Handoyo dan Rudiretna, 2001)

Desain primer gen rbcL dimulai dengan mengunduh sekuen DNA dari gen

rbcL Mangifera indica yang tersedia di

GenBank. Gen dicopy dalam bentuk pasta dan dijadikan acuan untuk mencari daerah lestari. Primer yang dibuat yakni primer untuk dua arah pembacaan DNA yakni primer forward (rbcL-F) dan primer reverse (rbcL -R). Desain

(4)

166 primer dibuat dengan ketentuan persen GC dari masing-masing primer harus di atas 50%, perbedaan suhu mealting antara kedua primer maksimal 4ºC. Panjang masing-masing primer berkisar antara 15 basa sampai 25 basa. Desain primer juga harus menghindari struktur sekunder dan primer dimer (Claverie dan Notredame, 2007).

Primer diharapkan dapat menempel pada bagian ujung kedua pasangan basa gen

rbcL, sehingga menghasilkan panjang gen

hasil amplifikasi yang maksimal, setelah mengikuti aturan tersebut, selanjutnya primer didesain dengan menggunakan software

primer designer yakni Genamics Expression

dan selanjutnya primer dapat di ujicoba atau dikonfirmasi secara insilico menggunakan perangkat lunak blast primer pada NCBI untuk mengetahui posisi akurat penempelan primer pada gen rbcL secara bioinformatika.

Sekuen gen rbcL yang didapatkan berdasarkan primer pada Tabel 2 yakni berupa sekuen parsial gen rbcL yang berjumlah 1272 basa dare 1460 basa untuk total gen rbcL). Penggunaan sekuen parsial pada gen rbcL dalam filogenetik tanaman diantarnya digunakan oleh beberapa peneliti, diantaranya oleh Asahina, dkk. (2009), Barrachlough, dkk. (1996), Duvall, dkk. (1993), Reddy (2009), dan Setoguchi dkk. (1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

DNA templet/cetakan yang dijadikan acuan merupakan sekuen gen rbcL yang terdapat di NCBI bersumber dari Aguilar and Sosa (2004). Desain primer yang dilakukan menghasilkan beberapa pasangan primer (F dan R) sebagai berikut :

No Primer Panjang Panjang Produk GC Tm* Struktur Sekunder Dimer Jumlah hasil Blast basa basa % oC 1 F CTTGGCAGCA TTCCGAGTA 19 1272 52.63 51.82 / 63.9 Tidak Tidak >475 R CAGCCAGTTCA TCACAAGCAG 21 52.38 56.9/ 69.45 Tidak Tidak

2

F AAAGCCCTGC GCGCTCTACG 20

875

65 60.11 / 72.52 Lemah Tidak

>500 R GCTACGGAAC CCGGCGCATT 20 65 60.11 / 73.87 MODERATE Tidak

3

F AAAGCCCTGC GCGCTCTACG 20

872

65 60.11 / 72.52 Lemah Tidak

>500 R GGCGCATTTCC ACGGAACCC 20 65 60.3 / 75.76 MODERATE Tidak

4

F CGAGGAAGCA AGTTCCACC 19

1235

57.89 54.92 / 67.05 MODERATE Tidak

>500 R CAGTTCAGGAC AAGCAGCAGC 21 57.14 57.31 / 67.14 Tidak Tidak

5

F AAAGCCCTGC GCGCTCTACG 20

875

65 60.11 / 72.52 WEAK Tidak

>500 R CAGTTCAGGAC AAGCAGCAGC 21 57.14 57.31 / 67.14 Tidak Tidak

6

F ATTCCGAGTA CTTGGCAGC 19

1272

52.63 51.82 / 63.9 Tidak Tidak

>475 R TCACAAGCAG CAGCCAGTTC 20 52.38 55.4 / 66.73 Tidak Tidak

Tabel 1. Primer hasil yang didapat menggunakan software genamic expression, terdiri dari enam pasang primer.

(5)

167 Berdasarkan primer yang didesain dengan metode insiliko, maka profil suhu prediksi amplifikasi gen rbcL untuk PCR dari genom daun tanaman Mangifera diperkirakan sebagai berikut:

Gambar 3. Hasil Rekayasa Desain Profil Suhu Penempelan Primer rbcL Pada Gen Target

Pembahasan

Primer hasil desain secara insilico terdapat enam pasang yang direkomendasikan. Pada empat pasang primer tersebut terdapat struktur sekunder yang diprediksikan terbentuk pada saat proses amplifikasi pada saat PCR, yakni pasangan primer 2, 3,4 dan 5. Struktur sekunder dapat menggangu proses amplifikasi, sehingga gen rbcL yang teramplifikasi tidak sempurna dan primer tidak menempal pada DNA templet. Pada dasarnya adabbeerapa yang harus dihindari dalam mendesain primer PCR yakni : struktur sekunder dan pengulangan basa.

Struktur sekunder meliputi; 1). Hairpins : terbentuknya struktur loop/hairpin pada primer sebaiknya dihindari, namun sangat sulit untuk memperoleh primer tanpa memiliki struktur hairpin. Hairpin pada ujung 3' dengan ΔG (energi yang dipelukan untuk memecah struktur hairpin) = -2 kcal/mol dan hairpin internal dengan ΔG = -3 kcal/mol masih dapat ditoleransi; 2). Self Dimer : primer dapat berikatan dengan primer lainnya yang sejenis disebut dengan dimer. self-dimer pada ujung 3' dengan ΔG = -5 kcal/mol dan self- dimer pada bagian internal dengan ΔG= -6 kcal/mol masih dapat ditoleransi. 3). Cross Dimer : Primer dapat beriktan dengan primer pasangannya (reverse dan forward) sehingga disebut cross dimmers. Cross dimmer re homologous. Optimally a 3' end cross dimer with a ΔG of - 5 kcal/mol and an internal cross dimer pada ujung 3' dengan ΔG = -5 kcal/mol dan self- dimer pada bagian internal dengan ΔG= -6 kcal/mol masih dapat ditoleransi.

Pengulangan basa/repeats : primer sebaiknya tidak memiliki urutan pengulangan dari 2 basa dan maksimum pengulangan 2 basa sebanyak 4 kali masih dapat di toleransi. Misalnya ATATATAT. Primer juga sebaiknya tidak memiliki urutan basa yang di ulang terus menerus. Pengulangan basa berurutan sampai 4 kali masih dapat di toleransi. Misalnya AGCGGGGGATGGGG memiliki urutan basa G diulang 5 kali berturut-turut.

Secara manual, suhu annealing optimum sangat mempengaruhi hasil pcr. Ta Opt ini dapat dihitung dengan cara Ta Opt =

Primer ukuran Panjang Produk GC Tm Struktur Sekunder Dimer Basa Basa % oC Forward (rbcL-F) CTTGGCAGCATTCCGAGTA 19 1272 53 64 NONE NO Reverse (rbcL-R) TCACAAGCAGCAGCCAGTTC 20 1272 52 67 NONE NO

Tabel 2. Sepasang primer terbaik hasil desain primer gen rbcL setelah dikonfirmasi dengan blast primer NCBI

(6)

168 0.3 x(Tm of primer) + 0.7 x(Tm of product) – 25.

PRIMER HASIL PEMBUATAN HASIL PENEMPELAN

Gambar 4. Penggambaran penempelan sekuen primer pada sekuen gen target.

PANJANG BASA HASIL PCR, SUHU OPTIMAL

Panjang basa produk hasil PCR ialah 1272 bp. Panjang basa produk DNA target gen

rbcL yang dihasilkan merupakan gen parsial

yakni hanya 1272 bp dari 1460 bp gen rbcL. Ini merupakan hasil terpanjang dibandingkan dengan primer lainnya. Suhu annelaing optimal ialah diprediksikan antara 61 sampai 64 derajat celsius. Gen parsial dapat digunakan untuk identifikasi tanaman, rekonstruksi pohon filogenetik dan uji taksonomi tumbuhan.

Gen rbcL merupakan gen yang

moderate conserve artinya memliki kelestarian

gen yang cukup kuat tetapi jika dibandingkan dengan gen conserve lain, tidak terlalu kuat sehingga dapat di gunakan untuk identifikasi dan membedakan jenis dari tumbuhan. Sekuen DNA barkode memegang peran tambahan yang penting dalam alur kerja taksonomi sehingga barkoding DNA tidak dapat tergantikan untuk analisis taksonomi yang menyeluruh (Hajibabaei, et al. 2007)

Sekuen DNA dari beberapa jenis tumbuhan atau dari beberapa speciemen dapat digunakan untuk rekonstruksi dan analisis filogenetika. Filogenetika merupakan satua bagian yang penting dalam analisis taksonomi yang menyeluruh, karena menyediakan informasi kekerabatan berdasarkan sejarah evolusi gen dan jenis dari masing-masing sampel.

Hasil desain primer gen rbcL ini, pada penelitian selanjutnya akan diguanakan untuk rekonstruksi pohon filogenetik genus

Mangifera. Sehingga akan di isolasi genom

dare beberapa sampel tanaman dare genus mangifera sesuai yang tersedia dan telah diidentifikasi di laboratorium. Langkah selanutnya akan di analisis kekerabatan antar jenis dare genus mangifera. Hal ini sesuai dengan latar belakang penelitian yang digambarkan oleh penulis mengenai ketidakjelasan pengelompokan dari anggota genus mangifera.

Hasil desain primer gen rbcL akan berguna dalam isolasi gen dan amplifikasi melalui proses PCR gen rbcL. Hasil tersebut selanjutnya akan digunakan untk analisis filogenetik yang dapat memberikan informasi kekerabatan berdasarkan urutan DNA gen

rbcL. Hal ini tentu membutuhkan keakuratan

dalam mendesain dan menghasilkan primer gen rbcL sehingga menghasilkan produk PCR yang akurat.

KESIMPULAN

Primer gen rbcL yang optimal ialah

CTTGGCAGCATTCCGAGTA untuk primer

forward dan TCACAAGCAGCAGCCAGTTC untuk primer reverse. Suhu optimal berdasarkan perhitungan DNA calculator ialah 61-64 derajat celsius. Produk PCR yang didapatkan sepanjang 1272 bp.

DAFTAR PUSTAKA

Aguilar, C.J. and Sosa,V. 2004. The evolution of toxic phenolic compounds in a group of Anacardiaceae genera. Taxon Journal 53 (2), p:357-364, www.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/nuccore/45 935396 diakses : 15 Agustus 2010. Asahina, H., Shinozaki, J., Masuda, K.,

Morimitsu, Y., dan Satake, M. 2010. Identification of medicinal Dendrobium species by phylogenetic analyses using

mat K and rbcL sequences. The Japanese Society of Pharmacognosy and Springer. J Nat Med, 64, p:133–138.

(7)

169 Barrachlough, T.G., Harvey, P.H., dan Nee, S.

(1996) : Rate of rbcL gene sequences evolution and species diversification in flowering plants (Angiospermae). The

Royal Society. Proc. R. Soc. Lond. B

263, 589-591.

Bellstedt, D.U., van Zyl, L., Marais, E.M., Bytebier, B., de Villiers, C.A., Makwarela, A.M., dan Dreyer, L.L. (2008) : Phylogenetic relationships, character evolution and biogeography of Southern African members of

Zygophyllum (Zygophyllaceae) based on

three plastid regions. Molecular Phylogenetics and Evolution 47 : 932–

949. Elsevier Inc

Claverie, J.M., dan Notredame, C. (2007) :

Bioinformatics for Dummies 2nd edition.Wiley Publishing, Inc. Indianapolis.

Duvall, M.R., Learn, G.H., Eguiarte, L.E., Jr., dan Clegg, M.T., (1993) : Phylogenetic analysis of rbcL sequences identifies

Acorus calamus as the primal extant

monocotyledon, Proc. Natl. Acad. Sci (90): 4641-4644.

Hajibabaei, M., Singer, G.A.C., Hebert, P.D.N dan Hickey, D.A. 2007. DNA barcoding: how it complements taxonomy, molecular phylogenetics and population genetics. Trends in Genetic.

Handoyo, D., dan Rudiretna A. 2001. Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (Pcr).Unitas, Vol. 9, No. 1, p: 17-29.

Hidayat, T., dan Pancoro, A. 2001. Molecular Phylogenetic Study of Anacardiaceae Based on Variation of the Internal Transcribed Spacer Region Sequences.

Hayati, Vol. 8, No.4, p : 98-l0l

Hidayat, T., Pancoro, A., Kusumawaty, D., dan Eiadthong, W. 2011. Molecular Diversification and Phylogeny of Mangifera (Anacardiaceae) in Indonesia and Thailand. Proceeding of the International Conference on Advanced Science, Engineering and information Technology : 88-91, Putrajaya, Malaysia.

Hou, D. 1978. Anacardiaceae (revisions).

Flora Malesiana, Series I, 8(3), p:

395-548.

Jena, R.C., Samal, K.C. and Das, B.K. 2010. Opimization of DNA isolation and PCR protocol for RAPD analysis of

Mangifera indica L. Journal of Agricultural Technology, Vol. 6(3), p:

559-571.

Judd, W.S., Campbel, C.S., Kellog, E. A., Stevens, P. F., dan Donoghue, M. J. 2002. Plant Systematics : Phylogenetic

Approach, 2nd edition. Sinauer Associates, Inc. Publisher, Sunderland, Massachusets-USA.

Kostermans, A. J. G. H., dan Bompard, J. M. 1993. The manggoes : Their Bothany,

Nomenclature, Horticulture and Utilization. IBPGR Academic Press.

Harcourte Brace & Company. London. Krishnan, A.G., Nailwal, T.K., Shukla, A.,

Pant, R.C. 2009. Mango (Mangifera

indica L.) Malformation an unsolved

mystery. Researcher 1(5). [http:/www/scienpub.net/researcher] akses : 9 Maret 2011.

Li, W., dan Graur, D. 1991. Fundamental of

Molecular Evolution. Sinauer Associates, Inc.

Mukherjee, S.K. 1953. Origin, Distribution, and Phylogenetic affinity of the species of Mangifera L. Journal of the Linnean

Society, Botany. LV, p: 65-83.

Primerose, S.B., Twiman, R.M., Old., R.W. 2003. Principles of gene manipulation (six edition). Balckwell scince ltd.

Rai, I.N., Wijana, G. dan Semarajaya, C.G.A. 2008. Identifikasi Variabilitas Genetik Wani Bali (Mangifera caesia Jack.) dengan Analisis Penanda RAPD. Jurnal

Hortikultura, 18(2), p: 125-134.

Reddy, B.U. 2009. Molecular phylogeny of Angiospermic plant families using rbcL gene Sequences. International Journal

of Bioinformatics Research, 1(2) :

pp-27-36.

Setoguchi, H., Osawa, T.A., Pintaud, J.C., Jaffre, T. dan Veillon, J.M. 1998.

(8)

170 Phylogenetic Relationships within Araucariaceae Based on rbcL Gene Sequences. American Journal of Botany 85(11), p: 1507–1516.

Yonemori, K., Honso, C., Kanzaki, S., Wiadthong, W., dan Sugiura, A. 2002. Phylogentic relathionship of mangifera species revealed by ITS sequences of nuclear ribosomal DNA and a possibility of their hybrid origin. Plant Syst. Evol. 231, p: 59-75.

Zhang, M., Fritsch, P.W., dan Cruz, B.C. 2009. Phylogeny of Caragana (Fabaceae) based on DNA sequence data from rbcL, trnS–trnG, and ITS. Journal

Molecular Phylogenetics and Evolution

Gambar

Gambar  1.  Gambaran  proses  PCR  dan  amplifikasi  gen  target  serta  penambahan  jumlah  fragment  sejalan  dengan  panambahan  siklus  (Primerose, Twyman and Old : 2003)
Tabel 1. Primer hasil yang didapat menggunakan software genamic expression, terdiri dari enam  pasang primer.
Tabel 2. Sepasang primer terbaik hasil desain primer gen rbcL setelah dikonfirmasi dengan blast  primer NCBI

Referensi

Dokumen terkait

Soetjipto, S.H., Notaris di Surabaya, yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham kepada

1) Rancangan Antarmuka Halaman Utama E-Commerce. Merupakan antarmuka yang ditampilkan saat pengunjung atau member mengakses halaman website. Pada halaman ini terdapat

2 Ugyanakkor viszont legrégebbi szláv jövevény- szavaink esetében legtöbbször nem dönthető el még az sem, hogy a szláv nyelvek mely csoportjából szár- maznak, mert

Saat berbisnis dengan atau atas nama Syngenta, anda tidak boleh menawarkan kepada karyawan Syngenta, pemerintah atau pejabat publik atau pihak lainnya atas nama kami, segala

Pelaksanaan PPL UNNES oleh mahasiswa praktikan pada tahun 2012 di SDN Tambakaji 01 berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik dengan

Untuk membantu penentuan tingkat kejenuhan optimum pengendapan protein toksin, dilakukan pendugaan konsentrasi toksin kasar yang menghasilkan tingkat mortalitas yang sama dengan

1) Triangulasi metode: jika informasi atau data terhadap perilaku santri lama mempengaruhi perilaku santri baru yang berasal dari wawancara.. 2) Triangulasi sumber, jika informasi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri 104228 Sei Mencirim Kutalimbaru TA 2017/2018 dapat disimpulkan : (1) Model pembelajaran Bermain