• Tidak ada hasil yang ditemukan

PR DAN RELASI MEDIA. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PR DAN RELASI MEDIA. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PR DAN RELASI MEDIA

(2)

PENGANTAR

• Praktisi PR harus mampu menjalin hubungan

yang baik dengan berbagai media massa.

Perkembangan media yang tumbuh begitu pesat

di Indonesia, menantang para praktisi PR untuk

lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan

keterangan informasi.

• Di era informasi sekarang ini, praktisi PR tidak

bisa menganggap bahwa konferensi pers atau

acara yang dibuatnya pasti diliput media. Karena

kini satu peristiwa harus bersaing ketat dengan

lainnya untuk diberitakan media.

(3)

KIAT MEMPEROLEH PEMBERITAAN

MEDIA

a) KREATIVITAS

Kreativitas adalah unsur utama yang harus dimiliki siapa saja yang ingin mendapatkan pemberitaan media. Hal ini dikarenakan setiap hari media menghadapi begitu banyak informasi, isu, kasus, dan permasalahan publik. Kesulitan media saat ini bukan lagi mencari informasi, tetapi memilah-milah informasi yang hendak diberitakan kepada khalayak. Maka untuk menjadi sumber berita yang produktif dan diberitakan media dibutuhkan kreativitas. Dalam mengemas isu atau pesan yang ingin diberitakan; dalam memanfaatkan momentum;dalam memilih tempat untuk seminar,konpers,atau dalam memilih pembicara.

Pada intinya perlu dipahami bahwa media selalu mencari sesuatu yang unik, baru, dan menarik. Peristiwa atau sumber berita yang biasa saja akan sulit mendapatkan pemberitaan media dan tidak akan menjadi perhatian publik.

(4)

b) KOMPETENSI

Kompetensi atau spesialisasi seseorang di mata media

akan dilihat dari beberapa segi. Pertama, latar

belakang pendidikan, formal atau informal apakah

pendidikan yang digeluti sang tokoh? Sampai pada

jenjang pendidikan, kemudia perguruan tinggi mana,

negeri atau swasta, dalam atau luar negeri?. Jenjang

pendidikan

dan

latar

belakang

almameter

memberikan nilai lebih kepada sumber berita. Namun

jenjang pendidikan dan latar belakang almameter

bukan satu-satunya faktor. Media juga melihat

aktivitas dan keterlibatan seseorang dalam suatu

bidang.

(5)

c) Mempunyai Jaringan dengan Pers

Seorang praktisi PR, pejabat publik, politisi, pengamat harus secara personal mengenal wartawan dan redaktur dari media yang berbeda-beda. Mereka juga harus mengetahui dan mengenal secara pribadi tokoh asosiasi wartawan atau jurnalis. Jaringan tersebut akan mempermudah sumber berita untuk menyebarkan pesan, pernyataan publik, press release, undangan konperensi pers. Mempunyai jaringan dengan komunitas pers juga bermanfaat jika sewaktu-waktu sumber berita (pribadi, badan publik atau korporasi) mempunyai masalah dengan pers atau wartawan. Masalah tersebut bisa berupa berita tidak berimbang, menghakimi, tidak akurat atau perilaku wartawan yang berlebihan dan tidak profesional. Masalah dapat segera diselesaikan dan tidak memantik kontroversi jika sumber atau subjek berita mempunyai jaringan di komunitas pers.

(6)

d) Penyelennggaraan Konferensi pers, Kunjungan media, dan diskusi publik.

 Konferensi pers adalah pertemuan yang diselenggarakan khusus untuk kalangan wartawan guna menyampaikan sesuatu yang relatif simpel, ringkas dan tidak bertele-tele. Konferensi pers berhubungan kebutuhan sehari-hari wartawan terhadap informasi, data atau sikap yang gamblang, mudah dipahami dan jika bisa kontroversial.

 Diskusi publik atau seminar mempunyai fungsi yakni membahas suatu masalah secara konseptual dan mendalam dari perspektif tertentu. Di dalam diskusi publik dan seminar, wartawan bukan khalayak satu-satunya. Diskusi publik biasanya hanya berlangsung 2-4 jam, terdiri dari satu sesi dengan 3-5 pembicara. Sementara seminar dapat dilakukan sehari atau lebih, terdiri dari minimal dua sesi, dengan pembicara 3-5 orang untuk masing-masing sesi.

 Kunjungan media untuk kebutuhan diskusi intensif dengan awak redaksi. Dalam kunjungan media, kita mempunyai waktu lebih panjang untuk menjelaskan suatu hal dan melakukan pendalaman melalui diskusi. Kita dapat lebih jauh mengeksplorasi informasi atau data yang kita miliki, juga pemikiran atau konsep terkait masalah tertentu.

(7)

e) Kemasan yang menarik dan efisien.

Media tidak hanya membutuhkan sesuatu yang penting dan bernilai publik, tetapi juga sesuatu yang menarik. Oleh karena itu diskusi publik, seminar, atau konferensi pers harus dikemas secara menarik. Suguhan musik selera anak muda, kedatangan selebriti terkenal, pengamat yang terpercaya bisa menambah daya tarik. Demikian juga dengan pembawa acara atau moderator yang komunikatif, penuh humor, dan sanggup menghidupkan suasana. Perlu diperhatikan pula kesesuaian dana yang dibutuhkan dengan efek yang ditimbulkan. Siaran pers, makalah, atau presentasi yang dibagikan kepada wartawan, pertama-tama harus menarik; menggunakan layout yang bagus, disertai dengan diagram, tabel, foto, bagan yang ilustratif dan demonstratif. Siaran pers, makalah atau presentasi juga harus efisien, dalam arti singkat, padat, dan mudah dipahami.

(8)

f) Tidak Berpretensi Ilmiah Teoritis

Banyak pengamat atau akademisi berpikir, ketika

menghadapi

wartawan,

mereka

harus

menempatkan diri layaknya ilmuwan, yang harus

berbicara secara ilmiah dan teoritis. Padahal

ketika menghadapi media yang perlu ditonjolkan

pertama

kali

adalah

berbicara

secara

komunikatif dan artikulatif. Berbicara dengan

gamblang, jelas, dan mudah dipahami, inilah

makna dari komunikatif.

(9)

g)

Selalu mudah diwawancarai.

Wartawan adalah sekelompok orang yang bekerja hampir

sepanjang waktu. Wartawan bekerja tidak dengan jam

kerja konvensional. Konsekuensinya, kebutuhan mereka

akan informasi, data, klarifikasi, konfirmasi sumber juga

tidak dibatasi oleh waktu. Kita bukan berarti tidak

memiliki privasi sama sekali dan harus menerima

permintaan wawancara kapan pun. Tetapi dalam arti

bahwa kita mempunyai peluang yang bagus untuk

menjadi narasumber idola para wartawan. Yakni jika kita

selalu meluangkan waktu untuk mereka, selalu terbuka

untuk

diwawancarai,

bahkan

untuk

menerima

pertanyaan-pertanyaan

mereka

di

luar

konteks

wawancara.

(10)

h) Menguasai Teknologi Informasi

Sumber berita atau praktisi PR, harus lebih produktif dan

menguasai teknologi informasi, baik software maupun

hardware. Di zaman serba virtual seperti sekarang,

mengirimkan press release melalui faks sudah mulai

ditinggalkan. Wartawan lebih membutuhkan press release

yang disampaikan melalui email, BBM, atau WhatsApp.

Selain lebih mudah diakses di mana pun dan kapan pun,

press release jadi lebih mudah dikutip. Wartawan tidak

perlu mengetik ulang sebagaimana press release yang

dikirimkan

melalui

faks.

Sifat

hiperaktualitas

dan

interaktivitas media sosial memberi kemudahan bagi siapa

saja untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak

pihak.

(11)

i) Aktualitas

Ciri dari media harian adalah mengedepankan aktualitas. Media harian selalu berusaha mencari dan memberitakan peristiwa yang paling baru, yang terkini. Untuk media radio dan televisi, aktualitas itu bahkan tidak diukur dalam hitungan hari, namun hitungan jam. Media radio dan televisi mempunyai program berita regular edisi pagi, siang, sore, bahkan malam. Dapat dibayangkan betapa dinamis perubahan dan perkembangan realitas yang diangkat media. Maka jika kita ingin mendapatkan pemberitaan media, kita harus mengikuti perubahan dan perkembangan realitas terberitakan itu. Kita perlu mengamati perkembangan isu dan wacana publik, dan tidak memaksakan wacana yang sudah lewat atau sama sekali belum berkembang.

(12)

j) Momentum

Selain aktualitas, media juga memperhitungkan momentun. Momentum dapat merujuk pada peristiwa besar keagamaan ataupun kenegaraan dan internasional. Momentum juga dapat merujuk pada peristiwa besar seperti kenaikan harga BBM, pasar bebas ASEAN, nilai tukar rupiah, bencana alam, dan terorisme. Media biasanya menerapkan agenda pemberitaan tertentu terkait dengan momentum atau peristiwa tersebut. Momentum ini dapat dimanfaatkan pihak-pihak berkepentingan dengan pemberitaan media untuk unjuk eksistensi diri, mengaktualisasikan gagasan atau pemikiran, atau memperkenalkan produk baru yang relevan. Perlu kejelian dan perencanaan matang untuk memanfaatkan momentum tersebut.

(13)

k) Dekat dengan masalah publik

Siapa pun yang ingin jadi sumber berita produktif,

mesti memperhatikan kedekatan masalah dengan

publik. Bahwa yang mereka bicarakan, yang mereka

ungkapkan, harus bersentuhan langsung dengan

masalah masyarakat, khususnya masyarakat yang

menjadi target sasaran dari media yang

berbeda-beda. Di hadapan pers, jangan memaksakan diri untuk

berbicara tentang sesuatu yang tidak penting dan

tidak

berurusan

langsung

dengan

kehidupan

masyarakat. Apa yang penting dan dekat dengan

kehidupan masyarakat itu? Tak perlu ragu untuk

mendengarkan opini orang lain dalam hal ini.

(14)

l)

UNIK

Media tidak menyukai hal-hal yang biasa saja,

yang

umum

dan

sudah

sering

terjadi.

Sebaliknya, media selalu tertarik kepada hal-hal

yang mencolok dan berbeda dari yang lain dan

istimewa. Maka jika suatu lembaga, tokoh,

perusahaan, produk, atau gagasan ingin menarik

perhatian media, maka harus menampilkan diri

sebagai sesuatu mencolok, berbeda, atau

istimewa.

(15)

j) Terobosan dan Prestasi

Media menuntut lebih dari sekedar unik, lain

dari yang lain dan kontroversial pada diri

suatu tokoh, lembaga, dsbnya. Media juga

mempertimbangkan

apa

prestasi

atau

terobosan yang sudah dilakukan calon

narasumber. Pers menuntu bukti nyata

kontribusi mereka untuk masyarakat.

(16)

Cara Menghadapi Wartawan Palsu

1) Jangan Panik dan Tidak Takut

Pertama

yang

harus

dilakukan

ketika

menghadapi wartawan palsu adalah sikap

tenang, tidak panik, dan tidak takut. Kepanikan

wajar terjadi karena tidak jarang wartawan

tersebut datang ke sebuah kantor atau sebuah

acara secara bergelombol dan demonstratif.

Ketakutan juga wajar terjadi karena wartawan

tersebut sering mengutarakan ancaman secara

langsung maupun tidak langsung.

(17)

2) Memahami UU PERS, Kode Etik Jurnalistik, serta Nota Kepahaman Dewan Pers & Polri.

Hak dan kewajiban wartawan, serta sebaliknya hak dan kewajiban sumber atau subjek berita diatur dalam UU Pers dan kode etik jurnalistik. Wartawan berhak untuk mendapatkan, mengolah, dan menyebarluaskan informasi terkait kepentingan publik, namun wartawan juga harus menghargai kepentingan dan privasi sumber atau subjek berita. Selain itu Nota Kesepahaman antara Dewan Pers dan Polri pada 9 Februari 2012 untuk pelembagaan kemerdekaan pers di Indonesia. Tujuan pembuatannya untuk memberikan kepastian tentang proses penanganan kasus-kasus yang terkait dengan masalah jurnalistik. Nota kesepahaman ini pertama-tama menegaskan bahwa sengketa jurnalistik akan diselesaikan secara jurnalistik.

(18)

3) Mengecek Identitas Wartawan dan Keberadaan Medianya.

Merujuk kepada pasal 2 kode etik jurnalistik, sekali lagi hanya wartawan dengan identitas yang jelas yang perlu dilayani. Oleh karena itu, tidak perlu ragu-ragu untuk menanyakan kartu identitas wartawan yang hendak melakukan wawancara. Walaupun misalnya wartawan dapat menunjukkan kartu identitasnya, sumber berita dapat melakukan pengecekan lebih lanjut terhadap keberadaan perusahaan media tempat wartawan itu bekerja. Yang tidak kalah penting adalah memeriksa badan hukum pers. UU pers no 32 tahun 1999 menegaskan, perusahaan pers harus berbadan hukum Indonesia. Badan hukum yang dimaksud adalah Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan, dan Perkumpulan. Untuk media komersial, badan hukum yang memungkinkan adalah PT.

(19)

4) Tidak Melakukan Intimidasi dan Kekerasan.

Bentuk-bentuk kekerasan terhadap wartawan

adalah sebagai berikut :

 Kekerasan fisik

 kekerasan non fisik

 perusakan alat peliputan

 upaya menghalangi kerja wartawan

 bentuk kekerasan lain yang diatur dalam KUHP

dan UU HAM.

(20)

5)

Tidak Memberikan Uang pada Wartawan

AMPLOP adalah istilah yang populer untuk uang yang

diberikan sumber berita atau objek pemberitaan kepada

wartawan. Mereka memberikan uang tersebut bisa jadi

karena ingin diberitakan secara positif atau karena

memang ada wartawan yang meminta uang tersebut.

Dalam konteks ini, direkomendasikan kepada pejabat

publik dan politisi untuk menggunakan anggaran media

relationsnya untuk pemasangan iklan secara profesional.

Anggaran media relations semestinya juga digunakan

untuk membuat event-event yang menarik, unik, dan baru

sehingga layak untuk diberitakan. Jika kita dapat membuat

event yang unik, menarik dan baru. Akan otomatis media

profesional akan memberitakannya.

(21)

6) Melaporkan Wartawan Tidak Profesional ke

Polisi

Berpegang pada nota kesepahaman Dewan Pers

dan

Polri

sebagaimana

telah

disebutkan,

berbagai bentuk pemerasan wartawan terhadap

sumber atau subjek berita adalah tindakan

kriminal.

Maka

tindakan

tersebut

dapat

langsung diadukan ke polisi. Yang akan diproses

oleh Polisi adalah tindakan pemerasannya,

sebagaimana

tindakan

pemerasan

pada

umumnya, dan bukan tindakan jurnalistiknya.

(22)

7) Bekerja Sama dengan AJI, PWI, dan IJTI

Tiga asosiasi wartawan yang telah menjadi

stakeholders Dewan Pers (AJI, PWI, dan IJTI)

dapat diharapkan banyak untuk menangani

masalah wartawan tidak profesional. Tiga

asosiasi profesi ini mempunyai komitmen

sekaligus tanggung jawab untuk menegakkan

profesionalisme wartawan dan etika pers.

Mereka juga mempunyai kepentingan untuk

menjaga

martabat

profesi

jurnalis

serta

martabat pers secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada rencana perbaikan jaringan, perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan software ETAP 12.6.0 diperoleh persentase jatuh tegangan hanya berkisar antara 1,81% -

Salah satu daerah yang mengalami peristiwa ini yaitu di wilayah sub-DAS Ngrancah yang hilirnya terdapat Waduk Sermo, Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa

Skripsi ini berjudul Pelaksanaan Upacara Tradisional Merti Dusun dan Nilai-nilai yang Terkandung Didalamnya (Studi kasus di Dusun Sumurup Kecamatan Bawen Kabupaten

Sistem Informasi Geografis dapat digunakan untuk memetakan lahan tambak garam yang juga dapat diisi oleh banyak informasi dari pemilik, produksi, serta luasan dari tiap

Secara keseluruhan lebih dari 70% res- pon menyatakan bahwa praktek manajemen sum- berdaya manusia berbasis Quran yang meliputi re- krutmen, seleksi, penilaian kerja, pelatihan dan

[r]

Latar Belakang Anak Pemulung Putus Sekolah Banyak anak-anak pemulung yang meninggalkan bangku sekolah yang disebabkan karena faktor ekonomi keluarganya dan ditambah lagi dengan

dimulai dari pengujian sensor temperatur, penguat tak membalik dan keluaran adc0804 yang dilakukan secara terpisah dan dilanjutkan pengujian sensor temperatur dengan