• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL MAKSILA DENGAN TINGGI BADAN PADA SUBRAS DEUTROMELAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL MAKSILA DENGAN TINGGI BADAN PADA SUBRAS DEUTROMELAYU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL MAKSILA

DENGAN TINGGI BADAN PADA SUBRAS

DEUTROMELAYU

SKRIPSI

Oleh: Indah Octantia 04031181419019

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTRERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

(2)

i

KORELASI PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL MAKSILA

DENGAN TINGGI BADAN PADA SUBRAS

DEUTROMELAYU

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya

Oleh: Indah Octantia 04031181419019

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTRERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Papa dan Mama

Yang tidak pernah putus untuk terus mendoakan, menyayangi, dan mengasihi

Every flower blooms in its own time

“But perhaps you hate a thing and it’s good for you And perhaps you love a thing and it’s bad for you

Allah knows while you are not either” QS. 2 : 216

(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Korelasi Panjang Gigi Insisif

Sentral Maksila dengan Tinggi Badan pada Subras Deutromelayu” dapat

terselesaikan.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan bantuan baik berupa pikiran, materi, tenaga maupun dukungan moral dan spiritual selama masa perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Mama dan Papa tercinta yang tak henti-hentinya medoakan, memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Adik-adikku Ayu dan Rani yang terus memberikan dukungan dan semangat.

3. drg. Sri Wahyuningsih Rais, M.Kes, Sp, Pros selaku ketua Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya sekaligus dosen pembimbing akademik.

4. drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp. Ort selaku dosen pembimbing pertama skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, saran serta masukan sejak awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

(8)

vii

5. dr. Indri Seta Septadina, M.Kes selaku dosen pembimbing kedua skripsi yang telah dengan sangat baik hati memberikan bimbingan, saran dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. drg. Emilia Ch. Prasetyanti, Sp. Ort selaku dosen penguji pertama yang telah meluangkan waktu, memberikan saran dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. dr. Mutiara Budi Azhar, SU., M.Med, Sc. selaku dosen penguji dua yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan saran dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Fauziah Qodrrine Susanto dan Cut Dhien Nissa Shella teman seperjuangan susah dan senang dari awal mengarungi hidup perkuliahan hingga saat ini. Reni Astriyanna, Fairuz Mudiah, Ade Putri Acong, Ade Rizky Putri Ratih, Latifah Mulyana, Siska Erissa, Deratih Putri Utami, terima kasih untuk semangat, dukungan, saran serta hiburannya.

9. Teman-teman yang pernah dan sedang tinggal seatap Syifa Khairiyah, Dea Laksmi Prajwalita, Claudine Radot Pamela, Ashrinda Dita Mutiara.

10. Teman-teman seperjuangan Undevertien, terima kasih untuk masa prekliniknya.

11. Seluruh teman-teman, adik, dan kakak yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

12. Pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya yang telah membantu dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan masa studi preklinik.

(9)

viii

13. Seluruh dosen pengajar, pegawai dan staf tata usaha di Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya.

14. Kak Ari dan Mbak Yanti selaku petugas radiografi serta staf di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Provinsi Sumatra Selatan yang telah membantu penulis selama masa penelitian.

Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu dan profesi kedokteran gigi serta dapat berguna bagi masyarakat.

Palembang, Oktober 2018

(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 3

I.3 Tujuan Penelitian ... 4

I.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

II.1 Subras Deutromelayu ... 5

II.2 Gigi ... 6

II.2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi... 6

II.2.2 Struktur dan Histologi Gigi ... 8

II.2.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Ukuran Gigi ... 10

II.2.4 Pengukuran Panjang Gigi ... 11

II.3 Gigi Insisif Sentral Maksila ... 12

II.3.1 Morfologi Gigi Insisif Sentral Maksila ... 12

II.4 Tinggi Badan ... 14

II.5 Tulang ... 15

II.5.1 Pembentukan Tulang ... 15

II.5.2 Struktur Tulang ... 16

II.5.3 Histologi Jaringan Tulang ... 17

II.5.4 Pertumbuhan Panjang Tulang ... 19

II.5.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Panjang Tulang ... 19

II.6 Radiologi Kedokteran Gigi ... 22

II.7 Kerangka Teori ... 27

II.8 Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

III.1 Jenis Penelitian... 28

III.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

III.3.1 Populasi Penelitian ... 28

(11)

x

III.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 29

III.3.4 Kriteria Sampel ... 30

III.4 Variabel Penelitian ... 31

III.5 Definisi Operasional ... 32

III.6 Alat dan Bahan Penelitian ... 34

III.7 Prosedur Penelitian... 36

III.8 Analisis Data ... 38

III.9 Alur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 39

IV.1 Hasil Penelitian ... 39

IV.2 Pembahasan ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

V.1 Kesimpulan ... 47

V.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Rata-rata panjang gigi insisif sentral maksila dan tinggi badan pada Subras Deutromelayu ... 39 Tabel 4.2. Hasil uji korelasi Pearson antara panjang gigi insisif sentral maksila dengan tinggi badan pada sampel laki-laki subras Deutromelayu... 40 Tabel 4.3. Hasil uji korelasi Pearson antara panjang gigi insisif sentral maksila dengan tinggi badan pada sampel perempuan subras Deutromelayu . 41

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gigi insisif sentral maksila dari berbagai pandangan ... 14

Gambar 2. Sel-sel pada tulang ... 18

Gambar 3. Pengukuran gigi secara klinis dan pada foto rontgen ... 33

Gambar 4. Timbangan dengan stadiometer One Med ZT-120... 35

Gambar 5. Jangka sorong digital ... 35

Gambar 6. Probe periodontal ... 35

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed consent ... 52

Lampiran 2. Kuisioner peserta penelitian ... 53

Lampiran 3. Surat pernyataan kelayakan etik ... 55

Lampiran 4. Surat izin penelitian... 56

Lampiran 5. Surat selesai penelitian ... 57

Lampiran 6. Data hasil penelitian ... 58

Lampiran 7. Hasil uji statistik ... 61

Lampiran 8. Foto prosedur penelitian ... 66

(15)

xiv

KORELASI PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL MAKSILA

DENGAN TINGGI BADAN PADA SUBRAS DEUTROMELAYU

Indah Octantia

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Pertumbuhan gigi dan tulang dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga terdapat perbedaan-perbedaan inter-rasial. Mayoritas penduduk Indonesia adalah subras Deutromelayu. Perbedaan ras dapat memengaruhi ukuran gigi dan tinggi badan interindividu. Pengetahuan mengenai variasi ukuran gigi dan tulang dapat membantu praktisi kesehatan dalam aplikasi perawatan gigi khususnya di bidang ortodonsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi panjang gigi insisif sentral maksila dengan tinggi badan pada subras Deutromelayu. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini melibatkan 60 mahasiswa PSKG Universitas Sriwijaya (30 laki-laki dan 30 perempuan). Pengukuran panjang gigi insisif sentral maksila dilakukan langsung pada mahkota klinis pasien dan pada foto radiografi periapikal menggunakan jangka sorong digital. Tinggi badan diukur menggunakan stadiometer. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan korelasi Pearson. Rata-rata panjang gigi insisif sentral maksila laki-laki adalah 22,43 mm dan pada perempuan adalah 21,71 mm. Rata-rata tinggi badan laki-laki pada penelitian ini adalah 169,70 cm dan pada perempuan 157,13 mm. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data terdistribusi normal (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak terdapat korelasi antara panjang gigi insisif sentral maksila dan tinggi badan pada subras Deutromelayu (p>0,05).

(16)

xv

CORRELATION BETWEEN MAXILLARY CENTRAL INCISOR

TOOTH LENGTH AND STATURE IN DEUTROMALAY

SUBRACE

Indah Octantia

Dentistry Study Program

Medical Faculty of Sriwijaya University

ABSTRACT

Tooth and bone growth are influenced by many factors so that there are inter-racial differences. The majority of Indonesians populations is Deutromalay subrace. Racial differences can affect individual tooth size and stature. Knowledge of variatons in tooth and bone size can help health practitioners in dental care applications, especially in orthodontic. This study aimed to determine the correlation between maxillary central incisor tooth length and stature in Deutromalay subrace. This study was an analytical observational research with a cross sectional design. This study involved 60 college students of PSKG Sriwijaya University (30 males and 30 females). Length measurements of the maxillary central incisor tooth were carried out directly on clinical crown and on periapical radiograph using digital sliding caliper. Stature was measured using stadiometer. Data were analysed using Kolmogorov-Smirnov and Pearson correlation test. The mean length of maxillary central incisor in males was 22,43 mm and in females 21,71 mm. The mean stature of the males in this study was 169,70 cm and for females 157,13 mm. Kolmogorov-Smirnov test showed normally distribution of data (p>0,05). It is concluded that there is no correlation between maxillary central incisor tooth length and stature of Deutromalay subrace (p>0,05).

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Manusia bervariasi dalam ruang dan waktu karena setiap individu itu unik,

einmalig, tanpa preseden dan non-rekuren. Namun, sebagai kelompok tiap-tiap

ras, seks atau golongan umur mempunyai persamaan. Pertumbuhan memperlihatkan kisaran variasi normal yang lebar. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan sehingga terdapat perbedaan-perbedaan inter-rasial dalam osifikasi, erupsi gigi serta pertautan epifisis.1

Gigi dan tulang merupakan struktur yang paling keras dalam tubuh dan dapat bertahan dari perubahan perimortem dan postmortem sehingga dapat digunakan dalam bidang antropologi dan identifikasi forensik.2,3 Pengetahuan mengenai variasi normal dimensi tulang dan gigi juga dapat membantu dalam bidang kedokteran gigi seperti dalam bidang ortodonsia, prostodonsia dan konservasi. Ukuran panjang gigi dalam bidang ortodonsia memengaruhi pemberian kekuatan alat ortodonsi yang diaplikasikan pada gigi. Semakin panjang ukuran gigi, maka semakin besar kekuatan alat ortodonsi yang dibutuhkan, begitu juga sebaliknya. Selain itu, pengetahuan mengenai ukuran gigi juga berperan dalam pembuatan gigi tiruan di bidang prostodonsia.4

Tulang dan gigi berasal dari jaringan yang sama ditinjau dari ilmu pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dentin yang menentukan ukuran dari

(18)

2

suatu gigi berasal dari jaringan ektomesenkim, sedangkan osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang berasal dari mesenkim yang berasal dari lapisan mesoderm.5,6 Tulang dan dentin memiliki komponen struktural yang sama yaitu kristal hidroksiapatit sebagai matriks anorganik dan kolagen yang berperan sebagai matriks organik, khususnya kolagen tipe I yang berhubungan dengan pembentukan tulang dan gigi.5,7 Hal-hal tersebut memungkinkan bahwa terdapat

hubungan yang erat dalam proses pertumbuhan tulang dan gigi, khususnya antara ukuran gigi dan tinggi badan seseorang.

Terdapat beberapa penelitian mengenai korelasi panjang gigi dan tinggi badan. Penelitian yang dilakukan oleh Reddy dkk di India pada tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara panjang gigi posterior dan tinggi badan laki-laki dan perempuan kelompok usia 20-50 tahun; semakin tinggi tubuh seseorang, maka semakin panjang gigi posterior yang dimi likinya, dan sebaliknya.8 Namun hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian oleh Jayawardena dkk pada tahun 2009 yang dilakukan pada gigi orang dewasa kelompok etnis Sinhala di Srilanka yang telah dicabut yang menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara panjang gigi insisif maksila dan tinggi badan.9 Serupa dengan hasil penelitian oleh Jayawardena dkk, penelitian Raghavendra dkk di Indiapada tahun 2014 yang dilakukan dengan mengukur panjang mahkota klinis gigi insisif sentral maksila dari model studi 100 individu usia 18-23 tahun menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara panjang mahkota klinis gigi insisif sentral maksila dan tinggi badan.3

(19)

3

Gigi insisif sentral maksila merupakan gigi yang paling mencolok di dalam rongga mulut.10 Panjang mahkota gigi insisif sentral maksila hampir sama besarnya dengan panjang akar.11 Panjang akar gigi insisif sentral maksila kurang lebih 13 mm, sedangkan panjang mahkotanya berkisar antara 10-11 mm dihitung dari titik tertinggi pada garis servikal hingga ke titik terendah pada tepi inisisal.10 Gigi insisif sentral maksila merupakan salah satu gigi yang paling jarang mengalami agenesis12 dan dilaserasi akar dengan prevalensi angka kejadian dilaserasi akar hanya sebesar 0,2 – 2%.13

Perbedaan ras dapat memengaruhi ukuran gigi dan tinggi badan interindividu.14 Perbedaan jenis makanan yang dikonsumsi dan aspek perilaku diet lainnya, termasuk teknik persiapan makanan juga dapat memengaruhi ukuran gigi antar-ras. Mayoritas penduduk Indonesia adalah subras Deutromelayu. Namun, data mengenai korelasi panjang gigi dan tinggi badan pada subras Deutromelayu saat ini belum tersedia sehingga perlu diteliti. Pengetahuan mengenai variasi ukuran gigi dan tulang dapat membantu praktisi kesehatan dalam aplikasi perawatan gigi khususnya di bidang ortodonsia.

I.2 Rumusan Masalah

Adakah korelasi antara panjang gigi insisif sentral maksila dengan tinggi badan pada subras Deutromelayu?

(20)

4

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi panjang gigi insisif sentral maksila dan tinggi badan pada subras Deutromelayu.

I.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendapatkan rata-rata panjang gigi insisif sentral maksila pada individu subras Deutromelayu.

2. Untuk mendapatkan rata-rata tinggi badan pada individu subras Deutromelayu.

3. Untuk menganalisis korelasi antara panjang gigi insisif sentral maksila dengan tinggi badan pada subras Deutromelayu

I.4 Manfaat Penelitian

Langkah awal dari penelitian mengenai korelasi panjang gigi insisif sentral maksila dan tinggi badan, khususnya pada subras Deutromelayu untuk melihat ada tidaknya konsistensi hasil mengenai korelasi panjang gigi dan tinggi badan dari berbagai populasi lain pada subras Deutromelayu.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Indriati E, editor. Antropologi biologis. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2000.

2. Prabhu S, Acharya AB, Muddapur MV. Are teeth useful in estimating stature?. J Forensic Leg Med. 2013;20(2):460-4.

3. Raghavendra N, Nayana RS, dan Venkatesh VK. The correlation between permanent maxillary central incisor crown length, facial height and body height and weight. An allometric analysis of 100 individuals. RRJDS. 2014;2(2):127-31.

4. Kumar MV, Ahila SC dan Devi SS. The science of anterior teeth selection for a completely edentulous patient: a literature review. J Indian Posthodont Soc. 2011;11(1):7-13.

5. Nanci A. Ten Cate’s Oral Histology . 8th ed. Canada: Elsevier. 2012. 6. Bhatnagar SM, Kothari MI, Mehta LA, Natarajan M. Essentials of human

embryology. 3rd ed. Chennai: Orient Longman Limited;2000.

7. Boskey AL. Mineralization of bones and teeth. Elements. 2007;3:387-93. 8. Reddy S, Shome B, Patil J, Koppolu P. A clinical correlation between

stature and posterior tooth length. PAMJ. 2017;26(17):1-10.

9. Jayawardena CK, Abesundara AP, Nanayakkara DC, Chandrasekara MS. Age-related changes in crown and root length in Sri Lankan Sinhalese. J Oral Sci. 2009;51(4):587-92.

10. Nelson SJ, Ash MM. Wheeler’s dental anatomy, physiology and occlusion. 9th ed. Missouri: Elsevier; 2010.

11. Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Master dentistry: Oral biology. 3rd vol. London: Elsevier; 2011.

12. Bozga A, Stanciu RP, dan Manuc D. A study of prevalence and distribution of tooth agenesis. J Med Life. 2014;7(4):551-4.

13. Silva BF, Costa LED, Beltrao RV, Rodrigues TL, Farias RC, dan Beltrao TS. Prevalence assessment of root dilaceration in permanent incisors. Dental Press J Orthod. 2012;17(6):97-102.

14. Blumenfeld J. Racial identification in the skull and teeth. UWOJA. 2000; 8(1):20-33.

15. Dhohiri TR, Wartono T, Soemono, Santoso A, Zuhro, Mulyati S, et al. Sosiologi: suatu kajian kehidupan masyarakat. 2007:9;11-2.

16. Yaacob H, Nambiar P, dan Naidu MDK. Racial characteristics of human teeth with special emphasis on the Mongoloid dentition. Malays J Pathol. 1996;18(1):1-7.

17. Waluya B. Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. Bandung: Setia Purna Inves; 2007.

18. Koentjaraningrat. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta; 2002.

19. Ahyat IS. Dinamika dan pengaruh budaya melayu di Kalimantan Barat. Pros the 4th Int Conf on Ind Stud; 424-438.

(22)

50

21. Scott GR. Encyclopedia of human biology, 2nd ed. Academic Press. 1997. 22. Itjingningsih WH. Anatomi gigi. Jakarta: EGC; 1991.

23. Susilowati, Sulastry. Korelasi antara lebar mesiodistal gigi dengan kecembungan profil jaringan lunak wajah orang Bugis-Makassar. Dentofasial. 2007;6(2):72-7.

24. Shetty K, Kumar M, Palagiri K, Amanna S dan Shetty S. Facial measurements as predictors of the length of the maxillary central incisor in a cross section of the indian population – a clinical study. Oral Hyg Health. 2013;1(1):1-4.

25. Grossman LI. Ilmu endodontik dalam praktik. Jakarta: EGC; 1995.

26. Glinka J, Artaria MD, Koesbardiati T. Metode pengukuran manusia. Surabaya: Airlangga University Press; 2008.

27. Maat GJR, Panhuysen RGAM, Mastwijk RW. Manual for the physical anthropological report. 3rd ed. Leiden: Barge’s Antropologica Leiden

University Medical Centre; 2002.

28. Sinclair D. Human growth after birth. 6th ed. New York: Oxford University Press; 1998.

29. Fong E, Ferris EB, Skelley EG. Body structures and function. New York: Delmar Publisher Inc. 1984.

30. Tortora GJ dan Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. 14th

ed. USA: Wiley; 2014

31. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 3. Alih bahasa Adji Dharnma. Jakarta: EGC; 1997

32. Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh IGNG. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta: Sagung Seto; 2002.

33. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 3rd ed. New York: Churchill Livingstone; 2003.

34. Margono dan Gunawan. Radiologi intraoral: teknik, interpretasi radiogram. Jakarta: EGC; 1998.

35. Hanna, Szczepanowska dan W. Wilson. Permanency of reprographic images on polyester fil. JAIC. 2008; 39 (3).

36. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 8 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.

37. White SC dan Pharoah MJ. Oral radiology principles and interpretation. 7th ed. Canada: University of Toronto; 2014.

38. Pramond R. Essentials of dental radiology. New Delhi: Jaypee; 2008. 39. Ghom. Textbook of Oral Radiology. India: Elsevier India; 2008.

40. Fraenkel JR dan Wallen NE. How to design and evaluate research in education. 7th ed. New York: McGraw-Hill Higher Education; 2009. 41. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan

RI. Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Jakarta; 2007.

42. Sunitha J, Ananthalakshmi R, Sathiya JJ, Nadeem J, dan Dhanarathnam S. Prediction of anthropometric measurements from tooth length – a dravidian study. JFOS. 2015;33(2):18-25.

(23)

51

43. Newman GM, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology, 12th ed. Missouri: Elsevier; 2015.

44. Scheid RC dan Weiss G. Woelfel’s Dental Anatomy. 8th ed. USA: Wolters

Kluwer; 2012.

45. Patel P, Yong R, Ranjitkar S, Townsend G dan Brook A. Agents within a developmental complex adaptive system: intrauterine male hormones and dental arch size in human. Int J of Design & Nature and Ecodynamics. 2016;11(4):703-11.

46. Leung EMY, Yang Y, Khambay B, Wong RWK, McGrath C dan Gu M. A comparative analysis of tooth size discrepancy between male and female subjects presenting with a class I malocclusion.

47. Yadav S. A study on prevalence of dental attrition and its relation to factors of age, gender and to the signs of TMJ dysfunction. J Indian Prosthodont Soc. 2011;11(2):98-105.

48. Vieira EP, Barbosa MS, Quintao CCA dan Normando D. Relationship of tooth wear to chronological age among Indigenous Amazon populations. Plos One. 2015;10(1):1-8.

49. Wiryani C, Kuswardhani T, Aryana S, Astika N, Yanson, Widana K. Hubungan antara sudut kelengkungan thorak dan selisih tinggi badan ukur dan tinggi badan hitung berdasarkan tinggi lutut pada pasien usia lanjut di poliklinik geriatri Rumah Sakit Sanglah Denpasar. J Peny Dalam. 2010;11(1):10-16.

50. Fernihough A dan McGovern ME. Physical stature decline and the health status of the elderly population in England. Econ Jum Biol. 2015;16:30-44.

51. Rogol AD, Clark PA dan Roemmich JN. Growth and pubertal development in children and adolescent: effects of diet and physical activity. Am J Clin Nutr. 2000;72:521-8.

52. Elamin F dan Liversidge HM. Malnutrition has no effect on the timing of human tooth formation. PLoS ONE. 2013;8(8):1-8.

53. Shita ADP dan Sulistiyani. Pengaruh kalsium terhadap tumbuh kembang gigi geligi anak. J K G Unej. 2010;7(3):40-4.

54. Lee EM, Park MJ, Ahn HS dan Lee SM. Differences in dietary intakes between normal and short stature Korean children visiting a growth clinic. Clin Nutr Res. 2012;1:23-9.

55. Nordstrom A, Tervo T dan Hogstrom M. The effect of physical activity on bone accural, oteoporosis and fracture prevention. Open Bone J. 2011;3:11-21.

Referensi

Dokumen terkait

Kontrol sosial yang dilakukan masyarakat pro pembangunan melakukan pendekatan secara humanis melalui pemerintah lokal kepada pihak kontra terhadap pembangunan Kilang Minyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Intensitas akses media sosial sebagai alat pemasaran produk pada siswa kelas Entrepreneurship di SMK Negeri 4 Surakarta (2)

Sektor yang paling rendah pencapaian nilai efisiensinya adalah sektor industri mesin dan peralatannya (kode 29) yaitu 48,20 persen, namun pada tahun 2004

lisan dan tulis  yang  melibatkan  tindakan  memberi dan  meminta  informasi  terkait  kecukupan  untuk  dapat/tidak  dapat  melakukan/me njadi sesuatu, 

Tulisan ini mengulas tentang (a) Perluasan Areal Lahan Pertanian, (b) Tata Letak Lahan Pertanian Modern, (c) Irigasi Padi Sawah, (d) Irigasi Tanaman Non Padi, (e) Sistem Tata Air

Berdasarkan masalah yang terjadi, maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk masing-masing proses produksi CPB (03) dan Pad Alkali (11) sehingga

Objek penelitian yang dikaji adalah: (1) unsur-unsur intrinsik yaitu alur, penokohan, latar, tema; (2) wujud hubungan antara tanda dan acuannya berupa ikon, indeks, dan simbol

Untuk perdamaian di dalam proses PKPU dimana debitur dalam status pailit, maka kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai atau fiducia atau hak tanggungan dapat menerima