• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Angela U. Paramitasari

Program Studi Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak

Museum yang memiliki kriteria ideal diharapkan mampu untuk menarik minat masyarakat unutk melakukan kunjungan dan melakukan kegiatan di dalamnya. Artikel ini membahas tentang persoalan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang mengunjungi museum dan kriteria museum ideal yang diinginkan. Pengumpulan data artikel diperoleh melalui pengisian kuesioner online oleh responden dengan pertanyaan yang bersifat open ended. Metode analisis menggunakan metode analisis data teks (content analysis) dengan cara mencari dan menemukan kata-kata kunci dari kuesioner, mengkategorikan kata kunci, lalu menghitung frekuensi dari kategori dan mene-mukan kategori dominan dari museum ideal. Melalui hasil analisis, ditemene-mukan kategori dominan yaitu kriteria desain dan sifat yang membuat museum menjadi ideal di mata responden.

Kata-kunci : museum ideal, minat, content analysis, persepsi masyarakat

Pengantar

Museum yang ideal merupakan museum yang dapat menarik minat seseorang untuk datang dan berkegiatan di dalamnya. Menurut Calum Storrie (2006) museum ideal adalah suatu tempat yang dilapisi oleh beberapa level sejarah, situasi, kejadian, serta obyek yang bermacam-macam dan terbuka dengan interpretasi yang tak terhitung. Namun, membentuknya agar ideal dan menarik minat untuk mengunjungi museum tidaklah mudah. Barangkali museum adalah proses modernitas yang terus berlangsung dan berdurasi sangat panjang yang pernah ditemui. Dari wonder rooms dan cabinet of curiosities (ruang penyimpanan barang sejarah), ke per-pustakaan taksonomikal dan pameran sisa-sisa peninggalan jaman dahulu yang diawetkan, museum menampilkan versi spesifik dari sejarah, melalui preservasi beberapa artifak penting untuk dipamerkan dan dikagumi (Carol S. Jeffers, 2003). Museum masih dapat dikatakan suatu utopia, khususnya bagi museum-museum di Indonesia yang masih membutuhkan peren-canaan dan perbaikan.

Dalam menentukan standar perencanaan museum, UNESCO (United Nations Educational,

Scientific and Cultural Organization) sebagai salah satu lembaga internasional dari PBB menerapkan kriteria-kriteria dalam merencana-kan museum yang baik.

Tabel 1. Kriteria museum menurut Unesco

Kategori Kata Kunci

Siting Studi dan pemilihan tapak

Sociology Konteks sosial dan tempat berkegiatan

Phisiology Faktor yang mempengaruhi pengunjung

Psychology Persepsi dan perilaku

Conservation Fisio-kimia obyek

Functions Ruang dan sirkulasi

Technology Fleksibilitas dan ekstensibilitas

Aesthetics Rumusan bentuk dan semantik Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui minat masyarakat dalam mengun-jungi museum beserta alasan yang melatar-belakangi minat atau tidaknya responden serta bentuk museum ideal di mata masyarakat se-cara umum melalui analisis kuesioner respon-den melalui analisis isi dan analisis distribusi.

(2)

Metode

Metode pengumpulan data dan analisis secara keseluruhan menggunakan metode kualitatif, (Creswell, 2008) yang mendapatkan teori baru dari hasil analisis yang timbul berdasarkan pemahaman atau fenomena (grounded theory); dengan sifat penelitian berupa penelitian eksplo-ratif (Groat & Wang, 2002) yang mencari hubungan antara minat responden dengan museum ideal yang diinginkan.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan sistem survey, yaitu dengan cara membuat kuesioner secara online, lalu disebarkan secara acak (random sampling) kepada para responden melalui surat elektronik dan media sosial. Ber-dasarkan hasil pengumpulan data, tercatat res-ponden yang mengisi kusioner sejumlah 163 orang. Responden terdiri dari pria sebanyak 68 orang dan wanita sebanyak 95 orang yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia. Kuesioner online yang disebarkan berisi per-tanyaan-pertanyaan yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif (mixed method). Pertanyaan kuantitatif berupa pertanyaan-pertanyaan closed ended yang mengidentifikasi karakteristik res-ponden seperti jenis kelamin, usia, tempat tinggal, dan pekerjaan serta pertanyaan yang berhubungan dengan topik museum, seperti berminat atau tidak mengunjungi museum dan frekuensi mengunjungi museum dalam setahun. Pertanyaan kualitatif yang bersifat open ended berupa pertanyaan seputar topik museum, seperti terakhir kali ke museum, alasan respon-den yang melatarbelakangi minat atau tidaknya ke museum, dan persepsi responden terhadap bentuk museum yang ideal.

Metode Analisis Data

Analisis data menggunakan metode analisis teks data (content analysis), analisis distribusi, dan analisis korespondensi. Analisis teks data dilakukan dengan mencari dan menemukan kata-kata kunci dari jawaban kuesioner dari responden yang bersifat open ended untuk

selanjutnya dikategorikan. Pemilihan kata-kata kunci dilakukan berkelompok oleh tiga orang untuk mengurangi bias. Kata-kata kunci yang sudah ditemukan dan dikategorikan lalu di-ana-lisis distribusi untuk mengetahui jumlah kata kunci dan kategori yang terbanyak atau domi-nan dan yang paling sedikit atau tidak domidomi-nan. Analisis dan Interpretasi

Analisis dibagi menjadi analisis distribusi karateristik responden, analisis berminat atau tidaknya responden terhadap museum, dan analisis museum yang ideal bagi para responden. Karateristik Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data, res-ponden yang mengisi kuesioner berjumlah 163 orang yang terdiri dari pria sebanyak 68 orang dan wanita sebanyak 95 orang yang sebagian besar berasal dari Yogyakarta (77 orang), jakarta (28 orang) dan Bandung (14 orang). Rentang usia responden didominasi usia 20-30 tahun (134 orang) yang merupakan usia dewasa muda.

Minat terhadap Museum

Untuk dapat melihat minat masyarakat untuk mengunjungi museum dilakukan pengumpulan data kepada responden dengan pilihan berminat atau tidak mengunjungi museum. Hasil respon-den menunjukkan 134 orang berminat mengun-jungi museum dan 27 orang tidak berminat untuk mengunjungi museum.

Gambar 1. Distribusi jumlah responden berdasarkan

(3)

banyak yang berminat untuk mengunjungi museum. Kategori-kategori yang mendukung responden untuk mengunjungi museum adalah akademik, konsep, keinginan personal, fasilitas, kemudahan, suasana, serta kriteria museum. Hasil pemilihan kategori-kategori tersebut mela-lui open coding dengan pemilihan kata-kata kunci dari pernyataan responden, lalu kata-kata kunci tersebut dikelompokkan menjadi kategori. Kebanyakan dari responden yang berminat mengunjungi museum dikarenakan alasan aka-demik, yaitu menambah pengetahuan sebanyak 81 orang. Contoh pernyataan yang mengandung kategori akademik antara lain :

“Untuk menambah ilmu pengetahuan.” (wanita, karyawan swasta)

”Banyak belajar, menambah wawasan, memperkaya ide.” (laki-laki, karyawan swasta) Selain alasan akademik, kategori lain yang dominan adalah konsep sebanyak 32 responden. Konsep mengandung kata kunci menarik (14), unik (11), antik (3), terbarukan (2), keren (1), dan interaktif (1). Pernyataan yang mengan-dung kategori konsep antara lain :

“tergantung isi museum, kalau museumnya unik seperti museum ya aku senang berkunjung karena penasaran” (wanita, karyawan swasta) “Biaya masuk affordable / worth to buy. Konsep yg ditawarkan unik dan menarik perhatian. Objek yg ditampilkan diminati.” (wanita, pelajar)

Gambar 2. Distribusi jumlah responden yang

berminat mengunjungi museum

yang dominan dan menjadi bahan pertimbangan para responden untuk berkunjung. Dari hasil analisis, terlihat bahwa responden berminat un-tuk mengunjungi museum karena mereka ingin menambah wawasan pengetahuan umum, selain yang didapatkan pada pendidikan formal. Konsep juga menjadi pertimbangan, konsep yang baik akan membuat responden ingin mengunjungi museum dan melakukan eksplorasi ke museum tanpa merasa bosan.

Gambar 3. Distribusi jumlah responden yang tidak

berminat mengunjungi museum

Kebalikan dari berminat atau tertarik me-ngunjungi museum, ada pula keengganan atau tidak berminat ke museum, dengan kategori suasana, fasilitas, serta akses. Kategori yang paling dominan mewakili adalah suasana seba-nyak 42 orang, dengan kata kunci kurang menarik (18), membosankan (8), kurang nyaman (8), kurang informatif (5), dan kurang interaktif (3). Contoh pernyataan yang me-ngandung kategori suasana antara lain :

"hmm ... cepat bosan karena seperti kurang "atraksi" dari museum di indonesia ini untuk menarik minat pengunjung ... jadi datang lihat-lihat pulang ... kadang display nya menakutkan jadi buat kurang nyaman." (pria, pelajar) "museum tempat yang banyak manfaat tapi sangat membosankan … penampilan museum kebanyakan kuno dan sangat tidak nyaman." (wanita, karyawan swasta)

Museum menjadi tidak menarik untuk dikunjungi bagi responden karena suasana yang tidak men-dukung kegiatan di museum, seperti suasana suram, kaku, dan tidak terawat, sehingga res-ponden tidak nyaman untuk berkegiatan. Selain itu, konsep yang kurang baik dan atraktif membuat responden merasa bosan, tidak

(4)

merasakan variasi dalam berkegiatan dan enggan mengunjungi museum untuk kesekian kali.

Responden beranggapan bahwa museum se-layaknya mampu memberikan suasana rekreasi dan eksplorasi serta memberikan informasi de-ngan cara yang berbeda dede-ngan edukasi formal. Museum yang Ideal

Para responden diberikan pertanyaan open ended mengenai museum ideal menurut per-sepsi masing-masing. Hasil pengumpulan data menunjukkan terdapat 59 kata kunci. Kata-kata kunci tersebut lalu dikelompokkan melalui axial coding secara workshop dan diskusi dengan anggota tiga orang. Hasil dari pengelompokkan kata-kata kunci menjadi terbagi ke dalam delapan kategori, yaitu suasana, sifat, kriteria desain, konsep, peraturan, fasilitas pendukung, promosi, dan kemudahan akses.

Tabel 1. Variabel kata kunci berdasarkan kategori

untuk museum ideal

Kategori Kata Kunci F

Suasana Nyaman 22 Tenang 3 Hening 1 Heritage 1 Klasik 1 Dapat dinikmati 1 Tidak membosankan 7 Tidak menakutkan 10 Ramah 2 Luas 6 Sifat Komunikatif 2 Informatif 42 Edukatif 21 Rekreatif 8 Atraktif 3 Fasilitatif 1 Interaktif 18 Kriteria desain Tertata rapi 20 Terjaga 2 Penghawaan 10 Pencahayaan 17 Sirkulasi 17 Aman 2 Terawat 20 Bersih 32 Interior baik 2 Fungsional 1 Konsep Update 4 Modern 16 Konsep menyesuaikan isi 13 Keren 1 Unik 11 Menarik 39 Tidak monoton 4 Seru 1 Penasaran 1

Peraturan Peraturan tegas 1

Fasilitas pendukung Fasilitas 4 Kelengkapan informasi 17 Guide 22 Sarana umum 1 Area istirahat 1 Toko souvenir 1 Ruang audiovisual 1 Lounge 1 Foodcourt 4 Pameran temporer 2 Ruang terbuka 2 Teater 2 Parker 1 Perpustakaan 1 Toilet bersih 2 Wifi 1 Diorama 3 Promosi Event 4 Sosialisasi 1 Publikasi 1 Harga terjangkau 9 Kemudahan

(5)

dibuat analisis distribusi untuk mengetahui fre-kuensi tiap kategori. Hasil analisis bertujuan untuk mengetahui kategori yang dominan mau-pun yang tidak dominan.

54 95 123 90 1 66 15 4 0 50 100 150 Suasana Sifat Kriteria desain Konsep Peraturan Fasilitas pendukung Promosi Kemudahan akses

Jumlah Responden

Ka

teg

ori

Gambar 2. Distribusi jumlah responden berdasarkan

kategori museum ideal

Kategori dominan pada museum ideal terletak pada kriteria desain sebanyak 123 orang. Kategori kriteria desain terdiri dari bersih (32), tertata rapi (20), terawat (20), pencahayaan (17), sirkulasi (17), penghawaan (10), terjaga (2), aman (2), interior baik (2), fungsional (1). Pemilihan kategori kriteria desain yang dominan menimbulkan persepsi bahwa museum-museum yang telah dikunjungi para responden kurang memenuhi kriteria desain dasar dari museum ideal. Kriteria desain yang paling dominan terdapat pada kata kunci bersih, terawat, dan tertata rapi. Hal ini menunjukkan bahwa keber-sihan museum belum terjaga dengan baik, kurangnya perawatan museum dan penataan yang kurang rapi. Perlunya perawatan dan pengaturan secara berkala oleh pihak museum agar untuk menjaga kebersihan dan kerapian museum.

Kategori kedua yang dominan pada museum ideal terletak pada sifat sebanyak 95 orang. Kategori sifat terdiri dari komunikatif (2), informatif (42), edukatif (21), rekreatif (8), atraktif (3), fasilitatif (1), dan interaktif (18).

ponden adalah sifat informatif. Hal ini meng-indikasikan bahwa museum-museum yang yang telah dikunjungi oleh responden kurang infor-matif, edukatif, dan interaktif sehingga mem-butuhkan kelengkapan-kelengkapan yang men-dukung sifat museum ideal. Menurut bebe-rapa responden museum yang informatif memi-liki pemandu atau tour guide yang mem-bantu pengunjung menjelaskan isi muse-um, diorama yang mampu memberi gambaran lebih jelas kepada pengunjung, serta penanda, brosur, dan pamflet yang memberi gambaran perkenalan secara singkat tentang museum. Contoh pernya-taan yang menunjukkan museum yang bersifat informatif antara lain :

“… ada diorama, penjelasan di tiap diorama, dan berbagai benda benda bersejarah terpampang disana. Yang pasti jika tidak tahu, harus ada tour guide yg bisa menjelaskan.” (Pria, karyawan swasta dan wiraswasta)

"Yang informatif, phamflet, brosur, atau guide, biar tidak bengong kalau di dalam terus tidak mengerti sesuatu.” (wanita, pelajar)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa kategori yang mempe-ngaruhi minat pengunjung mendatangi museum, yaitu faktor akademik berupa penambahan wawasan dan pengetahuan serta konsep yang unik dan menarik. Sebaliknya, kategori yang mempengaruhi keengganan pengunjung menda-tangi museum paling dominan adalah suasana yang kurang menarik, kurang nyaman, dan membosankan.

Di samping frekuensi minat pengunjung, muncul pula kategori museum ideal menurut responden. Kategori yang paling dominan pada museum ideal yaitu kriteria desain, berupa bersih, terawat, dan tertata rapi. Kategori dominan yang kedua adalah sifat, berupa sifat informatif. Dari berbagai kategori museum di atas, diharapkan dapat memberikan gambaran kepa-da para perancang kepa-dan perencana tentang gambaran museum yang ideal dan diminati

(6)

pengunjung. Namun, kelemahan dari artikel ini adalah pengumpulan data yang hanya bersifat online sehingga yang mengisi kuesioner hanya pengguna internet, maka generalisasi bentuk museum ideal masih terbatas. Dibutuhkaan penelitian lebih lanjut yang lebih eksploratif dengan sasaran responden yang lebih luas. Daftar Pustaka

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

Groat, L. & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Calum Storrie (2006): The Delirious Museum. A

Journey from the Louvre to Las Vegas. New York: 2. Carol S. Jeffers (2003): Museum as process. Journal of

Aesthetic Education, Vol. 37, No. 1, pp. 107-119. Unesco. (1975). Museum. Switzerland: Centrales S.A., Lausanne.

Gambar

Tabel 1. Kriteria museum menurut Unesco
Gambar  2.  Distribusi  jumlah  responden  yang  berminat mengunjungi museum
Tabel  1.  Variabel  kata  kunci  berdasarkan  kategori  untuk museum ideal
Gambar  2. Distribusi jumlah responden berdasarkan  kategori museum ideal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data dapat diambil kesimpulan bahwa Peran guru dalam penanaman karakter religius di lingkungan sekolah pada siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas bakteriologis air dengan kejadian penyakit diare di desa boiya kecamatan maiwa kabupaten

Potensi banjir di lahan sawah 8-harian Metode: Overlay antara kondisi NDVI lahan sawah dengan informasi curah hujan dari TRMM TRMM MODIS HIMAWARI NPOESS SMOS

Pulau Tiga desa sabang mawang barat..(1

Tidak ada standar dalam melakukan pemeriksaan Belum memiliki SOP dan SPM yang memadai Peran Inspektorat berdasarkan peraturan perundang- undangan 4 Terwujudnya instansi

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Min, dkk (2006) yang menyatakan bahwa lansia dengan fungsi kognitif yang masih baik dan mengalami inkontinensia urin akan

SAPARUN SITANIA, SE.M.MPd LA HUFI,

PENDETEKSIAN HOTSPOT DENGAN SPACE TIME SCAN STATISTICS PADA KESEHATAN BAYI DAN BALITA DI KOTA DEPOK.. Maryana 1* , Yekti Widyaningsih 2 , Dian