Repository FMIPA 1 PENENTUAN TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH PAGAR BUATAN DI SEKITAR BANGUNAN RUMAH PENDUDUK DI KOTA
PEKANBARU
Maya Asti*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
*Mayaasti41@yahoo.co.id
ABSTRACT
A has been conducted research on noise reduction using artificial fence on houses Measured noise levels were generated by vehicles passing through which is on the cipta karya street and suka karya street in pekanbaru. Distance sound level meter to the noise source the road was set to be the same. The measurements using two sound level meter were performed in 9 different points. The results showed that a home with fencereceived less noise than that of home without fence. If has been seen that the artificial fences could reduce the noise generated by vehicles. The noise without barrier at suka karya street was 66,897 dBA to 70,980 dBA and a was 60,482 dBA to 64,464 dBA far the home with fence to the north-south direction. The noise of home without barrier in cipta karya street was 59,995 dBA to 65,548 dBA with barrier in cipta karya street was 56,800 dBA to was 59,809 dBA to the north-south.
Keywords: vehicle, noise reduction, artificial fence.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengurangan kebisingan menggunakan pagar buatan pada rumah. Tingkat kebisingan yang diukur dihasilkan oleh kenderaan yang melewati jalan dimana dilakukan penelitian ini, yaitu di jalan Cipta Karya dan jalan Sukakarya Kota Pekanbaru. Jarak penerima (SLM) terhadap sumber bising (jalan raya) sama antara rumah yang memiliki pagar dengan rumah yang tidak memiliki pagar. Pengukuran menggunakan dua Sound Level Meter (SLM) dengan menempatkankan pada 9 titik yang berbeda dari sumber bising (jalan raya). Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk jarak penerima (SLM) yang sama terhadap sumber bising menunjukkan terjadinya reduksi bising yang dihasilkan oleh rumah yang memiliki pagar buatanTerlihat bahwa pagar buatan dapat mereduksi kebisingan yang dihasilkan oleh kenderaan yang menghasilkan kebisingan jalan raya. Nilai kebisingan minimum tanpa penghalang di jalan Sukakarya yaitu 66,897 dB, nilai maksimumnya yaitu 70,980 dB dan nilai kebisingan minimum dengan penghalang di jalan Sukakarya yaitu 60,482 dB dan nilai maksimumnya yaitu 64,464 dB untuk arah utara-selatan (A-B). Nilai
Repository FMIPA 2
kebisingan minimum tanpa penghalang di jalan Cipta Karya yaitu 59,995 dB, nilai maksimumnya yaitu 65,548 dB dan nilai kebisingan minimum dengan penghalang di jalan Cipta Karya yaitu 56,800 dB dan nilai maksimumnya yaitu 59,809 dB untuk arah utara-selatan (A-B).
Kata Kunci : Kendaraan, Reduksi Bising, Pagar Buatan
PENDAHULUAN
Kebisingan didefenisikan sebagai energi bunyi (audible acoustic
energy) yang memberikan pengaruh
yang tidak diinginkan secara fisik atau psikologis pada manusia atau secara umum diartikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan oleh penerimanya (Karl, 1985). Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat, dengan sumber bising lalu lintas antara lain dari mesin
kendaraan, knalpot, serta akibat
interaksi roda dengan jalan (Setiawan, 2001). Kebisingan akibat kendaraan bermotor berbanding lurus dengan
jumlah dan kecepatan kendaraan
bermotor yang melewati jalan, semakin banyak dan cepatkendaraan bermotor, maka dengan sendirinya kebisingan jalan raya akan semakin meningkat (Martono,2008).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kebisingan lalu lintas adalah dengan membuat pagar buatan di halaman rumah penduduk di sekitar
kota pekanbaru untuk mereduksi
kebisingan yang dihasilkan oleh
kenderaan bermotor. Pada level tertentu
suara-suara tersebut masih dapat
ditoleransi oleh masyarakat, dalam arti suara yang diakibatkan masih tidak
menimbulkan suatu gangguan
kenyamanan dan gangguan lainnya terhadap masyarakat, akan tetapi pada tingkat yang lebih tinggi suara yang ditimbulkan oleh kendaraan-kendaran
transportasi tersebut, sudah dapat
dikatakan sebagai suatu gangguan yang disebut polusi suara atau kebisingan (Djalante, 2010).
Pagar buatan tersebut akan mempengaruhi suara bising yang disebabkan oleh aktivitas lalu lintas
tersebut. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk menentukan nilai reduksi bising pagar buatan di depan rumah penduduk dibandingkan dengan rumah penduduk tanpa pagar buatan serta membandingkan hasil reduksi bising pengukuran secara langsung dengan hasil perhitungan ISO 9613. Penelitian ini dilakukan di beberapa jalan raya di kota Pekanbaru. Salah satunya adalah jalan Suka Karya, dan jalan Cipta Karya Pekanbaru.Jalan
Suka Karya dan Cipta Karya
merupakan jalan yang banyak dilewati kendaraan dan berkembang pesat.
Perkembangan ini mempengaruhi
tingkat kebisingan di jalan ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan dua
Sound Level Meter secara bersamaan
dalam mengambil data kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas lalu lintas di jalan Cipta Karya dan jalan Suka Karya Kota Pekanbaru. Sound Level Meter diletakkan pada jarak yang sama dari sumber bising (jalan raya) untuk dua keadaan rumah yang berbeda yaitu rumah dengan pagar buatan dan rumah tanpa pagar buatan. Untuk rumah
Repository Fmipa 3
dengan pagar buatan jarak sumber bising dengan pagar tetap tetapi jarak penerima (Sound Level Meter) dengan pagar divariasikan menjadi 9 titik pengukuran yaitu setiap titik berjarak 1 meter horizontal dan 1 meter pertikal. Pagar buatan di depan rumah penduduk
sebagai objek untuk mereduksi
kebisingan yang dihasilkan aktivitas lalu lintas di jalan Cipta Karya dan jalan Suka Karya Kota Pekanbaru. Untuk
rumah tanpa pagar buatan jarak
penerima juga sama dengan rumah yang menggunakan pagar buatan yaitu setiap titik berjarak 1 meter horizontal dan 1 meter pertikal.
Selanjutnya pada 9 titik
pengukuran yang berbeda baik rumah tanpa pagar maupun rumah dengan
pagar akan menghasilkan nilai
kebisingan yang terbaca oleh penerima (Sound Level Meter) setiap 16 menit
pada masing-masing titik
pengukurannya. Hasil pengukuran yang terbaca oleh penerima (Sound Level
Meter) di rumah tanpa pagar akan
dikurangi dengan nilai yang terbaca oleh penerima (Sound Level Meter) pada rumah yang menggunakan pagar, nilai inilah yang dimaksud dengan reduksi kebisingan yang dihasilkan oleh pagar buatan tersebut. Setelah itu hasil
pengurangan tersebut juga akan
dibandingkan dengan nilai pengukuran menggunakan metode ISO 9613.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini membahas tentang hasil dan analisa reduksi bising di rumah penduduk jalan Suka Karya dan Cipta Karya Pekanbaru dengan menggunakan penghalang (pagar) dan tanpa penghalang (pagar).
Gambar 1 sampai Gambar 2 menunjukkan pola kebisingan dua
dimensi yang disebabkan oleh
kebisinganlalu lintas di jalan Suka Karya dengan alat ukur digital Sound
Level Meter dengan sistem grid.
Gambar 1. Peta kontur dua dimensi tanpa penghalang di jalan Suka Karya.
Gambar 2. Peta kontur dua dimensi tingkat kebisingan dengan menggunakan penghalang (pagar ) di jalan Suka Karya.
Pola kebisingan di jalan Suka Karya pada Gambar 1 dapat dilihat memiliki
Repository Fmipa 4
dengan nilai minimum 65,5 dBA dan nilai maksimum 70,5 dBA. Ada dua pola penyebaran yang menarik untuk dianalisa yaitu arah Barat-Timur (C-D) dan Utara-Selatan (A-B), karena kedua posisi itu menunjukkan perubahan jarak dari sumber bising secara horizontal (menjauh sumber bising) dan secara vertikal searah sumber bising (searah sumber bising). Pola kebisingan di jalan Suka Karya pada Gambar 2 dapat
dilihat bahwa pola kebisingan
terdistribusi dengan pola teratur dan
memiliki nilai penyebaran secara
homogen dengan nilai minimum 58 dBA dan nilai maksimum 65,5 dBA. Ada dua pola penyebaran yang menarik untuk dianalisa yaitu arah C-D dan A-B, karena kedua posisi itu menunjukkan perubahan jarak dari sumber bising secara horizontal (menjauh sumber bising) dan secara vertikal searah sumber bising (searah sumber bising).
Pola kebisingan dua dimensi yang disebabkan oleh kebisingan lalu lintas di jalan Cipta Karya diukur dengan alat Sound Level Meter dengan sistem grid ditunjukkanoleh Gambar 3 dan Gambar 4 dibawah ini.
Gambar 3. Peta kontur dua dimensi tingkat kebisingan tanpa
penghalang di Jalan
Cipta Karya.
Gambar 4. Peta kontur dua dimensi
tingkat kebisingan
menggunakan penghalang (pagar) di jalan Cipta Karya.
Pola kebisingan di jalan Cipta Karya pada Gambar 3 dapat dilihat memiliki
nilai penyebaran secara homogen
dengan nilai minimum 59,5 dBA dan nilai maksimum 64,5 dBA. Ada dua pola penyebaran yang menarik untuk dianalisa yaitu arah C-D dan A-B, karena kedua posisi itu menunjukkan perubahan jarak dari sumber bising secara horizontal (menjauh sumber bising) dan secara vertikal searah sumber bising (searah sumber bising). Peta kontur dua dimensi tingkat kebisingan menggunakan penghalang (pagar) di jalan Cipta Karya pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pola kebisingan terdistribusi dengan pola teratur dan memiliki nilai penyebaran secara homogen dengan nilai minimum 55,2 dBA dan nilai maksimum 58,2 dBA. Ada dua pola penyebaran yang menarik untuk dianalisa yaitu arah C-D dan A-B, karena kedua posisi itu menunjukkan perubahan jarak dari
Repository Fmipa 5
sumber bising secara horizontal
(menjauh sumber bising) dan secara vertikal searah sumber bising (searah sumber bising).
Gambar 5 sampai Gambar 7 menunjukkan grafik hubungan antara Profil perbandingan penampang A-B
(utara-selatan), Profil perbandingan
penampang C-D (barat-timur) dan Profil perbandingan penyebaran kebisingan
hasil eksperimen dengan nilai
penyerapan bising menurut ISO di jalan Suka Karya untuk profil C-D.
Gambar 5. Profil perbandingan
penampang A-B
tingkat kebisingan di jalan Suka Karya
Gambar 6. Profil perbandingan
penampang C-D
tingkat kebisingan di jalan Suka Karya
Gambar 7. Profil perbandingan penyebaran
kebisingan hasil
eksperimen dengan
nilai penyerapan
bising menurut ISO di
jalan Suka Karya
untuk profil C-D Gambar 5 sampai Gambar 7 menunjukkan grafik hubungan antara Profil perbandingan penampang A-B
(utara-selatan), Profil perbandingan
penampang C-D (barat-timur) dan Profil perbandingan penyebaran kebisingan
hasil eksperimen dengan nilai
penyerapan bising menurut ISO di jalan Suka Karya untuk profil C-D.
Gambar 5 dapat dilihat bahwa penghalang (pagar) dapat mereduksi tingkat kebisingan dengan nilai reduksi minimum sebesar 6,021 dBA. Hal ini terjadi pada titik grid kecil dari 0.5.
Nilai kebisingan minimum tanpa
penghalang sebesar 66,897 dBA, nilai
maksimum kebisingan tanpa
penghalang sebesar 70,98 dBA. Nilai
kebisingan minimum dengan
penghalang sebesar 60,482 dBA dan nilai maksimum dengan penghalang
sebesar 64,464 dBA. Hal ini
Repository Fmipa 6
penyerapan bising oleh pagar artinya pagarnya kurang tinggi atau kurangnya pepohonan sebagai pereduksi bising. Dari hasil pantauan jumlah kendaraan
yang lewat banyak dan
akanmengakibatkan sumber bising
besar. Sebaliknya nilai reduksi besar terjadi pada titik grid 1.5.
Gambar 6 memperlihatkan bahwa penghalang (pagar) dapat mereduksi tingkat kebisingan dengan nilai reduksi minimum 3.004 dBA. hal ini terjadi pada titik grid kecil dari 0.5. Dari hasil
pantauan jumlah kendaraan yang
banyak lewat, akan mengakibatkan
sumber bising menjadi besar.
Sebalikanya nilai reduksi besar terjadi pada titik grid 1.5 dengan nilai maksimum reduksi 4.447 dBA. Hal ini
akibat pengaruh pagar sehingga
amplitudo bising menjadi kecil atau
superposisi gelombang yang
melemahkan dan juga bunyi yang diserap oleh pepohonan yang ada disekitar lokasi sehingga memperbesar nilai reduksi atau sumber bising melemah karena perambatan sudah berkurang energinya. Nilai minimum
menggunakan penghalang sebesar
62,455 dBA dan nilai maksimum
menggunakan penghalang sebesar
64,997 dBA. Nilai kebisingan minimum tanpa penghalang sebesar 65,995 dBA dan nilai maksimum tanpa penghalang sebesar 68,002 dBA.
Profil perbandingan penyebaran
kebisingan hasil eksperimen dengan nilai penyerapan bising menurut ISO di jalan Suka Karya untuk profil C-D pada Gambar 7 memperlihatkan analisa perbandingan penyebaran bising hasil eksperimen dengan nilai penyerapan bising menurut ISO di jalan Suka Karya
untuk profil arah barat-timur
(penampang C-D). Secara eksperimen
nilai reduksi meningkat dengan
bertambahnya jarak dengan penghalang. Hal ini disebabkan karena semakin bertambah jumlah kendaraan yang lewat. Sedangkan secara teori semakin
dekat dengan penghalang akan
menyebabkan nilai reduksi kebisingan
semakin besar, karena adanya
penyerapan oleh penghalang. Semakin
jauh dari penghalang akan
menyebabkan nilai reduksi kebisinan
semakin kecil, karena kecilnya
penyerapan oleh penghalang. Hal ini
sesuai dengan teori tanpa
memperhatikan jumlah kendaraan yang lewat. Nilai ISO maksimal sebesar 3,24 dBA nilai ISO minimum sebesar 2,31 dBA.
Gambar 8 sampai Gambar 10 menunjukkan grafik hubungan antara Profil perbandingan penampang A-B
(utara-selatan), Profil perbandingan
penampang C-D (barat-timur) dan Profil perbandingan penyebaran kebisingan
hasil eksperimen dengan nilai
penyerapan bising menurut ISO di jalan Cipta Karya untuk profil C-D.
Gambar 8. Profil perbandingan
penampang A-B
tingkat kebisingan di jalan Cipta Karya
Repository Fmipa 7
Gambar 9. Profil perbandingan
penampang C – D tingkat kebisingan di jalan Cipta Karya
Gambar 10. Profil perbandingan
penyebaran bising
hasil eksperimen
dengan nilai
penyerapan bising
menurut ISO di jalan Cipta Karya untuk profil C-D
Gambar 8 sampai Gambar 10 menunjukkan grafik hubungan antara Profil perbandingan penampang A-B
(utara-selatan), Profil perbandingan
penampang C-D (barat-timur) dan Profil
perbandingan penyebaran kebisingan
hasil eksperimen dengan nilai
penyerapan bising menurut ISO di jalan Cipta Karya untuk profil C-D. Gambar 8 dapat dilihat bahwa penghalang
(pagar) dapat mereduksi tingkat
kebisingan dengan nilai reduksi
minimum sebesar 2,206 dBA. Hal ini terjadi pada titik grid kecil dari 0.5. Ini diakibatkan oleh kurangnya bahan penyerapan bising oleh pagar artinya pagarnya kurang tinggi atau kurangnya
pepohonan sebagai pereduksi
bising.Dari hasil pantauan jumlah
kendaraan yang lewat banyak dan akan
mengakibatkan sumber bising
besar.Sebaliknya nilai reduksi besar terjadi pada titik grid 1.5 dengan nilai maksimum reduksi 6,687 dBA. Hal ini akibat pengaruh penyebaran bunyi yang
tersebar akibat pagar, sehingga
amplitudo bising menjadi kecil atau superposisi gelombang yang saling melemahkan dan juga bunyi yang diserap oleh pepohonan yang ada disekitar lokasi.Sehingga memperbesar nilai reduksi atau sumber bising melemah karena perambatan sudah berkurang energinya.Nilai kebisingan tanpa penghalang selalu lebih besar dari
nilai kebisingan menggunakan
penghalang. Nilai minimum
menggunakan penghalang sebesar 56,8 dBA dan nilai maksimum menggunakan penghalang sebesar 59,809 dBA. Nilai kebisingan minimum tanpa penghalang
sebesar 59,995 dBA dan nilai
maksimum tanpa penghalang sebesar 65,548 dBA.
Gambar 9 menunjukkan
perbandingan tingkat kebisingan tanpa penghalang dan dengan menggunakan penghalang untuk penyebaran arah barat-timur (penampang C-D) di jalan Cipta Karya. Gambar 9 memperlihatkan bahwa nilai reduksi untuk kebisingan
Repository Fmipa 8
untuk arah barat-timur lebih kecil dari nilai reduksi arah utara-selatan. Nilai minimum reduksi sebesar 1,184 dBA dan nilai maksimum reduksi sebesar 4,423 dBA. Nilai kebisingan tanpa penghalang selalu lebih besar dari nilai kebisingan menggunakan penghalang, dengan nilai minimum kebisingan tanpa penghalang dan nilai maksimum tanpa penghalang. Sedangkan nilai minimum menggunakan penghalang sebesar 54,59 dBA dan nilai maksimum menggunakan penghalang sebesar 56,598 dBA. Nilai kebisingan minimum tanpa penghalang sebesar 57,45 dBA dan nilai maksimum tanpa penghalang sebesar 60,1 dBA.
Gambar 10 memperlihatkan analisa perbandingan penyebaran bising hasil eksperimen dengan nilai penyerapan bising menurut ISO di jalan Cipta Karya
untuk profil arah barat-timur
(penampang C-D). Secara eksperimen
nilai reduksi meningkat dengan
bertambahnya jarak dengan penghalang. Hali ini disebabkan karena semakin bertambah jumlah kendaraan yang lewat. Sedangkan secara teori semakin
dekat dengan penghalang akan
menyebabkan nilai reduksi kebisingan
semakin besar, karena adanya
penyerapan oleh penghalang. Semakin
jauh dari penghalang akan
menyebabkan nilai reduksi kebisinan
semakin kecil, karena kecilnya
penyerapan oleh penghalang. Hal ini
sesuai dengan teori tanpa
memperhatikan jumlah kendaraan yang lewat. Nilai maksimal reduksi 4,211 dBAjn dan minimal 1,704 dBA. Sedangkan nilai maksimal ISO sebesar 3,43 dan minimal 2,24.
KESIMPULAN
1. Tingkat kebisingan yang diukur di jalan Suka Karya dan Cipta
Karya yang menggunakan
penghalang (pagar) nilai tingkat kebisingan yang paling besar yaitu di jalan Suka Karya.
Tingkat kebisinganny yang
tertinggi yaitu sebesar 67,9 dB dan yang terendahsebesar 55,6 dB. Sedangkan nilai tingkat kebisingan di jalan Cipta Karya yang tertinggi adalah sebesar 59,9 dB dan yang terendah sebesar 54,3 dB.
2. Tingkat kebisingan yang diukur di jalan Suka Karya dan Cipta Karya tanpa penghalang nilai tingkat kebisingan yang tertinggi adalah di jalan Suka Karya. Nilai tingkat kebisingan yang tertinggi adalah sebesra 7,4dB dan yang terendah sebesar 63,3
dB.sedangkan nilai tingkat
kebsisingan di jalan Cipta Karya yang tertinggi sebesar 68,78 dB dan yang terendah sebesar 57,2. 3. Nilai maksimum ISO pada profil
penyebaran kebisingan hasil
eksperimen dengan penyerapan bising di Jalan Suka Karya
untuk arah Barat- Timur
penampang (C-D) sebesar 3,24 dB dan nilai ISO minimum sebesar 2,31 dB. Sedangkan nilai reduksi maksimum sebesar
7,503 dan nilai reduksi
minimum sebesar 3,989.
4. Nilai maksimum ISO pada profil
penyebaran kebisingan hasil
eksperimen dengan penyerapan bising di Jalan Cipta Karya Karya untuk arah Barat- Timur penampang (C-D) sebesar 3,43 dB dan nilai ISO minimum sebesar 2,24 dB. Sedangkan nilai reduksi maksimum sebesar
4,211 dan nilai reduksi
Repository Fmipa 9
5. Nilai baku mutu untuk
perumahan 55 dBA, sedangkan nilai tingkat kebisingan untuk rumah di Jalan Suka Karya tanpa penghalang sebesar 74,6 dBA dan dengan penghalang sebesar 67,9 dBA.
6. Nilai baku mutu untuk
perumahan 55 dBA, sedangkan nilai tingkat kebisingan untuk rumah di Jalan Cipta Karya tanpa penghalang sebesar 62,9 dBA dan dengan penghalang sebesar 58,6 dBA.
DAFTAR PUSTAKA
Djalantae, S. 2010.Analisis Tingkat Kebisingan Di Jalan Raya Yang
Menggunakan Alat Pemberi
Isyarat lalu Lintas.( APIL) (Studi Kasus : Simpang Ade Swalayan) .Jurnal SMARTEK. Vol8 No.4. November 2010 : 280 : 300. Karl D. Kryter. 1985. The Effect of
Noise On Man. California: academis Press, hal 1.
Martono, H. Sukar, N. Sulistiyani. 2008. Tingkat Kebisingan di DKI
Jakarta dan sekitarnya,
http://www.litbang.depises.go.id,0 7 04 2010.
Setiawan R. 2001Analisis Tingkat kebisingan lalu lintas pada jalan tol ruas Waru Sidoarjo. Available from: http://fportofolio.petra.ac.id, October 2 2008