Implementasi Regulasi Konglomerasi Keuangan di
Indonesia
Disampaikan dalam acara Seminar Sehari dan Executive Roundtable
Konglomerasi Jasa Keuangan di Indonesia
Zulkifli Zaini – Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia
Jakarta, 14 Januari 2016
Pertumbuhan bisnis di Indonesia baik dari industri perbankan dan industri lainnya sudah mengalami
perkembangan yang sangat besar.
Pertumbuhan Bisnis Potensi Risiko Secara Konglomerasi
Perkembangan bisnis tersebut membawa konsekuensi pada peningkatan potensi risiko dalam kegiatan usaha dari sebuah perusahaan, termasuk dalam kaitannya dengan risiko yang dihadapi oleh sebuah konglomerasi keuangan/group usaha.
Sebagai upaya mitigasi risiko dalam suatu
konglomerasi keuangan/ group usaha maka
otoritas d.h.i OJK mengeluarkan: -POJK No.
17/POJK.03/2014 -POJK No. 18/POJK.03./2014
Peraturan OJK terkait Konglomerasi
Keuangan
Peraturan tersebut dikeluarkan dengan tujuan untuk
menciptakan sektor jasa keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta memiliki daya saing yang tinggi.
Tujuan Akhir
Latar belakang
Peraturan OJK Terkait Konglomerasi Keuangan
POJK No: 17/POJK.03/2014
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan
POJK No 18/POJK.03/2014
Tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan
a. Pengawasan Direksi dan Dewan Komisaris Entitas Utama;
b. Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen Risiko Terintegrasi;
c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian Risiko secara terintegrasi, dan sistem informasi
Manajemen Risiko Terintegrasi; dan d. Sistem pengendalian intern yang
menyeluruh terhadap penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi.
a. Persyaratan Direksi Entitas Utama dan Dewan Komisaris Entitas Utama;
b. Tugas dan tanggung jawab Direksi Entitas Utama dan Dewan Komisaris Entitas Utama; c. Tugas dan tanggung jawab Komite Tata Kelola
Terintegrasi;
d. Tugas dan tanggung jawab satuan kerja kepatuhan terintegrasi;
e. Tugas dan tanggung jawab satuan kerja audit intern terintegrasi;
f. Penerapan manajemen risiko terintegrasi; dan
g. Penyusunan dan pelaksanaan Pedoman Tata Kelola Terintegrasi.
Latar belakang
POJK No: 17/POJK.03/2014
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi Bagi Konglomerasi Keuangan
• Membentuk Komite (Direksi) Manajemen
Risiko Terintegrasi
• Membentuk Satuan Kerja Manajemen
Risiko Terintegrasi, yang bertugas untuk
memberikan masukan kepada Direksi Entitas Utama antara lain dalam
penyusunan kebijakan Manajemen Risiko Terintegrasi, serta memantau pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko Terintegrasi.
POJK No 18/POJK.03/2014
Tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi Konglomerasi
Keuangan
Membentuk Komite (Komisaris) Tata Kelola
Terintegrasi
Membentuk Satuan Kerja Kepatuhan Terintegrasi, yang bertugas untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan fungsi kepatuhan pada masing-masing LJK dalam Konglomerasi Keuangan.
Membentuk Satuan Kerja Audit Intern
Terintegrasi, yang mempunyai tugas paling sedikit
memantau pelaksanaan audit intern pada masing-masing LJK dalam Konglomerasi Keuangan.
How to keep comply
with other’s regulation?
Dalam setiap sektor keuangan telah terdapat ketentuan yang sebelumnya telah berlaku, seperti UU Perbankan, UU PT, UU Asuransi, dll. Kewajiban Kewajiban Pasal 16 & 19 Pasal 14 Pasal 21 & 22 Pasal 24 & 25 4
Latar belakang
Konglomerasi keuangan yang dikelola dengan baik dapat
meningkatkan kapasitas bisnis maupun permodalan
Konglomerasi Keuangan
• Bertujuan untuk diversifikasi risiko, sinergi dan aliansi bisnis masing-masing perusahaan anak dengan mempertimbangkan strategi cross selling atau value chain antar perusahaan anak atau perusahaan anak dengan holdingnya, sehingga sektor keuangan dapat tumbuh lebih sehat dan berkelanjutan
• Konglomerasi lembaga keuangan yang dikelola dengan baik dapat meningkatkan kapasitas bisnis maupun permodalan yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan nasional dari segi ekonomi
• Dalam menghadapi MEA dimana pasar akan semakin terbuka, sehingga Indonesia memerlukan perusahaan konglomerasi keuangan nasional yang kuat, agar dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan yang besar untuk proyek yang penting bagi negara dan berskala besar. Misalnya infrastruktur, energi, alutista, industri strategis dsb
Pro dan Kons Konsep Konglomerasi
Induk
Anak
Pro
Saling bersinergi antar perusahaan sehingga memiliki jasa pelayanan yang lengkap dan efisien bagi nasabah dan GCG yang baik Contoh, strategi konglomerasi keuangan untuk memperluas
potensi bisnisnya di kawasan ASEAN melalui Temasek Holding dan
Khasanah Holding
Kons
Tidak menjalankan usaha dengan niat dan governance yang baik. Contoh, reengineering laporan keuangan dengan
menyembunyikan transaksi keuangan diantara perusahaan
holding.
Anak Anak Anak
Kerangka pengaturan hubungan perusahaan induk dan anak
memerlukan perhatian tersendiri dengan mempertimbangkan UU PT
no. 40 tahun 2007
Perusahaan Induk
Perusahaan Anak
UU PT no. 40 tahun 2007
Remarks
• Konglomerasi atau grup usaha merupakan susunan perusahaan induk dan anak yang merupakan badan hukum yang mandiri yang saling terkait erat.
• Perusahaan induk berupaya untuk menjadi pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengkoordinasikan perusahaan-perusahaan anak bagi tercapainya tujuan kolektif perusahaan-perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi.
• Pasal 1 UU PT no 40 tahun 2007 menyatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang mengenal prinsip hukum
limited liability sebagai perseroan tunggal .
• Peraturan perundang-undangan tidak mengatur mengenai group usaha, sehingga hingga saat ini belum adanya pengakuan yuridis terhadap status perusahaan group.
• Konstruksi perusahaan grup berpotensi menimbulkan gap kepentingan antara aspek yuridis dengan ekonomi mengingat fakta pengendalian induk terhadap perusahaan anak
merupakan realitas di industri keuangan maupun non keuangan Sumber: Sulistiowati, Mimbar Hukum Vol. 23, Juni 2011, disarikan
Intervensi ?
Interaksi antara perusahaan induk dan anak dalam rangka proses bisnis
sehari-hari tetap memperhatikan aspek tata kelola perusahaan (GCG)
Perusahaan Induk
PA 1
Good Corporate Governance
Remarks
• Regulator telah mengatur tata kelola perusahaan di industri perusahaan induk maupun anak sebagai dasar implementasi sehari-hari.
• Proses monitoring perkembangan perusahaan anak melalui performance review, pengolahan data finansial, dan informasi strategis lainnya menjadi suatu
kebutuhan bisnis sehari-hari dengen tetap mengedepankan aspek GCG.
• Pola penyampaian informasi yang dapat menyangkut kerahasiaan informasi antar perusahaan anak dengan perusahaan anak lainnya, perlu diatur dengan lebih jelas mengingat masing-masing adalah entitas terpisah. • Pola jalur komunikasi sebagai alert, pengendalian, audit,
pengelolaan risiko, good corporate governance (GCG), dan lainnya.
?
PA 2
PA 3
?
?
PA: perusahaan anak
8
Organisasi dan Fungsi Pengawasan Terintegrasi dalam Praktik
Entitas Utama
Dewan Komisaris
Direktur Utama
Direktur Yang Membawahkan Fungsi Kepatuhan Direktur Keuangan/CFO Direktur Yang Membawahkan Fungsi Manajemen Risiko Satuan Kerja Kepatuhan TerintegrasiSatuan Kerja Unit Pengembangan Perusahaan Anak
Satuan Kerja Manajemen Risiko
Terintegrasi
Komite Tata Kelola
Terintegrasi
Komite
Audit
Komite
Pemantauan Risiko
Dewan DireksiSatuan Kerja Audit Intern Terintegrasi Komite Manajemen Risiko Terintegrasi (Non Struktural) Memberikan rekomendasi Laporan Profil Risiko Terintegrasi
Standarisasi framework manajemen risiko merupakan salah satu
percepatan dalam implementasi manajemen risiko terintegrasi di
industri keuangan
Perusahaan Induk
PA 1
Remarks
• Standarisasi framework manajemen risiko akan
memberikan pedoman bersama dalam implementasi dan mempercepat internalisasi dalam proses bisnis sehari-hari
• Standarisasi framework manajemen risiko antara
perusahaan induk dan anak tetap tidak menghilangkan
best practise dalam masing-masing industri.
• Standar framework yang akan diterapkan sudah teruji pada berbagai industri keuangan maupun non keuangan sehingga benefit bersifat menyeluruh.
• Contoh standar framework adalah implementasi ISO
31000 yang mencakup standarisasi metodologi,
vocabulary, tata cara penilaian, dan pengembangan aplikasi penilaian yang terintegrasi.
• Standar-standar yang akan digunakan dapat diterima oleh industri dan regulator dalam konteks
pengembangan bisnis dan pengawasan
PA 2
PA 3
PA: perusahaan anak
Framework Risk Management
PA 4
Sharing informasi/data risk event akan mendukung perhitungan
permodalan dan antisipasi risiko secara terintegrasi
Group
Usaha 1
Remarks
• Kejadian risiko (risk event) di industri keuangan relatif beragam dan database hal tersebut akan mempercepat perhitungan kebutuhan permodalan secara terintegrasi. • Pengumpulan data kejadian tersebut dapat difasilitasi
oleh regulator dengan mempertimbangkan kesiapan infrastruktur.
• Share data ini sebenarnya telah dimulai dengan data perkreditan dan industri keuangan saat ini sangat membutuhkan data kejadian risiko operasional. • Database yang lengkap dengan metodologi yang
tervalidasi dengan baik akan memberikan daya prediksi atas potensi di risiko di akvitias bisnis yang signifikan. Hal ini akan memudahkan risk treatment untuk
menurunkan dampak kepada perusahaan induk dan anak
PA: perusahaan anak
Group
Usaha 2
Group
Usaha 3
Group
Usaha 4
OJK PA 5 PA 6 PA7 PA8 PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 10Penerapan asas resiprokal tidak hanya memberikan equal treatment
pada industri keuangan di ASEAN, namun juga menuntut implementasi
manajemen risiko terintegrasi dengan efektif
Group
Usaha 1
Remarks
• Negara-negara kawasan ASEAN telah menyepakati beberapa poin garis pedoman Qualified ASEAN Bank (QAB), diantaranya adalah asas resiprokal atau asas kesetaraan.
• Asas resiprokal pada dasarnya yang terpenting bagaimana pihak luar memberikan equal treatment terhadap bank di Indonesia, sehingga tercipta asas keadilan.
• Kesiapan industri perbankan lokal menjadi peserta QAB dan menjalankan asas resiprokal, dapat dilihat salah satunya berdasarkan kriteria besaran aset, setidaknya bank yang termasuk kategori Bank Umum Kategori Usaha (BUKU) IV atau modal inti di atas Rp 30 triliun. • Asas resiprokal menuntut implementasi manajemen
risiko terintegrasi yang efektif karena standar
operasional industri keuangan di ASEAN yang semakin meningkat.
Group
Usaha 2
Group
Usaha 3
Group
Usaha 4
11Regulator memiliki peran tersendiri untuk menjangkau dan memastikan
perusahaan pengendali dalam decision tree company yang rumit,
khususnya perusahaan keuangan yang memiliki induk di luar indonesia
Group
Usaha
Remarks
• Beberapa transaksi jual beli kepemilikan bank,
perusahaan asuransi, dan multifinance menunjukkan peran asing di di industri keuangan Indonesia semakin meningkat.
• Transaksi tersebut melibatkan berbagai perusahaan yang saling berkaitan dan juga perusahaan yang
dedicated untuk transaksi (SPV). Dengan demikian
jenjang kepemilikan perusahaan semakin rumit.
• Kondisi ini juga didukung dengan beberapa negara yang memberikan kemudahan dalam pendirian dan operasi perusahaan yang bersifat remote.
• Untuk melengkapi pengawasan secara terintegrasi, regulator penting menerapkan cross border supervision, yaitu mengawasi perusahaan yang berada di luar
yurisdiksi Indonesia namun memiliki keterkaitan dengan industri keuangan di Indonesia, termasuk menjalin kerja sama pengawasan dengan otoritas pengawas negara lain. 12 PA 5 PA 6 PA 7 PA 8 PA 1 PA 2 PA 3 PA 4 PIL 2
PA: perusahaan anak
PIL: perusahaan induk luar negeri HIL: perusahaan holding luar negeri
HL PIL 3 PIL 1 OJK BNM Kerja sama
Aspek lain yang juga perlu mendapat perhatian bersama dalam
implementasi manajemen risiko terintegrasi
Istilah “Konglomerasi”
Dukungan konglomerasi
Alignment induk dan anak
Konglomerasi memberikan image negatif mengenai group usaha yang beroperasi tidak prudent. Beberapa definisi konglomerasi menunjukkan adanya bisnis dengan susunan perusahaan anak yang saling tak berkaitan, sementara konglomerasi perbankan Indonesia sebagian besar di bidang keuangan. Perlu dipertimbangkan istilah lain yang lebih netral konotasinya
Dukungan pemerintah Indonesia menjadi hal mutlak sebagaimana
Singapore dan Malaysia memperkuat konglomerasi/group usaha melalui Temasek dan Khazanah untuk menghadapi MEA 2015.
Permainan harga
Dengan semakin banyaknya perusahaan konglomerasi, maka dikuatirkan akan muncul praktek permainan penentuan harga secara semu yang menguntungkan perusahaan konglomerasi yang ikut “bermain”.
Optimalisasi potensi growth
Beberapa pengamat memandang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi dan ini merupakan peluang bagi industri keuangan yang bersifat end to end. Oleh karena itu konglomerasi merupakan salah satu strategi pihak asing untuk optimalisasi potensi pertumbuhan Indonesia.
Perlu alignment tersendiri antara perusahaan induk dan anak, khususnya untuk perusahaan induk yang bergerak di bidang non keuangan. Di
samping itu perlu principle guideline yang menjadi pedoman bersama
Hubungi Kami
Alamat : Ikatan Bankir Indonesia
Menara Mandiri Lt. 9 Bapindo Plaza
Jln. Jend. Sudirman Kav. 54 – 55
Jakarta 12190
Telp : 021 – 5267306
Fax : 021 – 5278690
Email : sekretariat@ikatanbankir.or.id