• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nurjannah (2009) dalam penelitian berjudul Analisis Prospek Budidaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nurjannah (2009) dalam penelitian berjudul Analisis Prospek Budidaya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

8

Nurjannah (2009) dalam penelitian berjudul “Analisis Prospek Budidaya Tambak di Kabupaten Brebes”. Penelitian ini bertujuan (1) Mengkaji profil budidaya tambak di Kabupaten Brebes.(2) Menganalisis prospek budidaya tambak di Kabupaten Brebes berdasarkan komoditas budidaya dan teknologi budidaya.(3) Menentukan strategi pengembangan budidaya tambak yang sesuai dengan potensi dan daya dukung lingkungan pertambakan di Kabupaten Brebes. Penilitian ini menggunakan alat analisis deskriptif dan analisi SWOT. Hasil penelitian ini menyatakan (1) Usaha budidaya tambak di Kabupaten Brebes berada pada kondisi yang relatif stabil dengan jumlah volume dan nilai produksi yang semakin meningkat dengan komoditas andalan ikan bandeng (Chanos-chanos Forskal). (2) Pengelolaan budidaya tambak di Kabupaten Brebes secara teknis pelaksanaan budidaya dikembangan dengan teknologi budidaya sistem resirkulasi.

Susilo (2007) dalam penelitian berjudul “Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi”. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui apakah usaha pertambakan yang terdapat di Desa Sepatin Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan atau tidak. (2) juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi pada usaha pertambakan di desa tersebut. Penelitian ini menggunakan alat analisa pendekatan fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian ini

(2)

menyatakan (1) Usaha budidaya udang di Desa Sepatin Kabupaten Kutai Kartanegara menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dengan analisis rasio keuntungan usaha yaitu RCR > 1. (2) Luas tambak, padat penebaran, jumlah tenaga kerja dan lama usaha secara simultan berpengaruh terhadap produksi. Luas tambak secara parsial sangat berbeda nyata terhadap produksi.. Jumlah tenaga kerja secara parsial berbeda nyata terhadap produksi.

Wardah (2015) dalam penelitian ini yang berjudul “Analisis Tingkat Produktivitas Petani Tambak Bandeng di Desa Kedungpandan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat produktivitas petani tambak bandeng di Desa Kedungpandan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor luas lahan, investasi pada peralatan, modal dan tenaga kerja di Desa Kedungpandan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, menganalisis tingkat pendapatan petani tambak bandeng di Desa Kedungpandan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan alat analisis data regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variabel bebas yang signifikan berpengaruh positif terhadap produktivitas petani tambak bandeng adalah luas lahan, investasi pada peralatan dan modal. Sedangkan tenaga kerja secara statistik berpengaruh tidak signifikan terhadap produktivitas petani tambak bandeng.

Az-Zanurji (2011) dalam penelititan yang berjudul “Analisis Efisiensi Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Boyolali”. Penelitian ini bertujuan menganalisis Menganalisis alokasi penggunaan faktor-faktor produksi budidaya ikan lele dumbo di Kabupaten Boyolali dan Menganalisis tingkat efisiensi pemakaian input

(3)

pada budidaya ikan lele dumbo. Penelitian ini menggunakan alat analisis Fungsi Produksi Frontaier dan fungsi Cobb-Douglass. Hasil penelitian ini menyatakan (1) Di dalam usaha budidaya ikan lele diketahui bahwa Return to Scale (RTS) adalah sebesar 1,01 hal ini menunjukkan bahwa budidaya ikan lele yang dijalankan di daerah penelitian berada pada kondisi Increasing Return to Scale (RTS) sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi ini layak untuk dikembangkan atau diteruskan.(2) Nilai R/C dapat diketahui sebesar 1,19. Dari nilai R/C yang diperoleh dengan nilai lebih dari 1 maka dapat dikatakan bahwa usaha budidaya ikan lele di daerah penelitian menguntungkan untuk diteruskan.

Putranto (2007) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Produksi Kasus pada Budidaya Penggemukan Kepiting Bakau di Kabupaten Pemalang”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan input (faktor produksi) terhadap produksi penggemukan kepiting bakau di daerah penelitian dan mengestimasi tingkat efisiensi penggunaan input budidaya penggemukan kepiting bakau. Penelitian ini menggunakan alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglass dan fungsi produksi Frontier. Hasil penelitian ini menyatakan (1) Faktor-faktor internal pembudidaya yang diduga berpengaruh terhadap produksi adalah tingkat pendapatan responden.(2) Hasil produksi kepiting bakau dalam satu periode penggemukan/budidaya dapat mencapai rata-rata sebesar 87,28 kg dengan hasil minimum sebesar 44 kg dan maksimum sebesar 161 kg.(3) Usaha budidaya penggemukan kepiting bakau masih menguntungkan sehingga layak untuk dikembangkan, seperti ditunjukkan oleh nilai R/C rasio sebesar 1,9516.

(4)

Fauzi (2016) dalam penelitian yang berjudul (Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi 5 Kabupaten Penghasil Padi Terbesar di Jawa Barat (Studi Kasus Kab. Indramayu, Kab. Subang, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Garut). Penelitian ini brtujuan (1) untuk mengkaji pengaruh luas panen padi terhadap hasil produksi padi, (2) untuk mengkaji pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi, (3) untuk mengkaji pengaruh pupuk terhadap hasil produksi padi. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi data panel. Hasil penelitian ini menyatakan (1)luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi, (2) tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap produksi padi (3) pupuk tidak berpengaruh terhadap produksi padi.

Nugroho (2014) dalam penelitian yang berjudul (Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Teknologi Terhadap Hasil Produksi Susu Kabupaten Boyolali). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari penggunaan faktor produksi modal, tenaga kerja dan tekomologi terhadap hasil produksi susu sapi perah di Kecamatan Musuk). Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda atau Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa nilai variabel bebas yaitu modal, tenaga kerja dan teknologi berpengaruh secara positif terhadap produksi susu sapi perah.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Produksi

Menurut Nuraini (2006) telah dikemukakan sebelumnya bahwa fungsi produksi merupakan hubungan teknis antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output). Faktor produksi merupakan hal yang mutlak dalam proses

(5)

produksi karena tanpa faktor produksi kegiatan produksi tidak dapat berjalan. Fungsi produksi menggambarkan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan, suatu industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan. Secara umum fungsi produksi menunjukkan bahwa jumlah barang produksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakkan. Jadi hasil produksi merupakan variabel tidak bebas, sedangkan faktor produksi merupakan variabel bebas. Fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q : (K,L,R,T) Q : Output K : Kapital/modal L : Labour/tenaga kerja R : Resources/sumber daya T : Teknologi

Dari persamaan di atas pada dasarnya berarti bahwa besar kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, tenaga kerja, sumber daya dan teknologi yang digunakkan. Jumlah produksi yang berbeda-beda tentunya memerlukan faktor produksi yang berbeda pula. Tetapi ada juga bahwa jumlah produksi yang tidak sama akan dihasilkan oleh faktor produksi yang di anggap tetap, biasanya adalah faktor produksi seperti modal, mesin, peralatannya serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja.

Menurut Subyanto (1989) dalam Prakoso (2013) mengemukakan produksi adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari bekerjanya faktor-faktor produksi

(6)

sekaligus antara lain tanah, modal dan tenaga kerja. Pengertian tentang produksi tersebut dapat disimpulkan sebagai sumber daya atau input yeng terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan skil yang dibutuhkan atau digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan suatu komoditi yang bernilai ekonomi. Kombinasi atas sumber daya tersebut harus menunjukkan suatu proses produksi yang efisien, sehingga akan meminimalkan pengeluaran dalam biaya produksi. Seorang produsen termasuk nelayan dalam dalam melaksanakan setiap produksinya tidak akan lepas dari kewajiban melakukan pengeluaran terhadap berbagai input yang akan digunakan untuk menghasilkan sejumlah produksi misalnya pada penggunaan tenaga kerja, pembelian bahan bakar, kosumsi, biaya operasional, dll. Keseluruhan biaya ini telah dikeluarkan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan produksi.

2. Fungsi Produksi

Mengingat permasalahan yang ada, maka landasan teori yang digunakan adalah analisis fungsi produksi. Menurut Soediyono (2000), bahwa fungsi produksi menunjukkan output atau jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan per-satuan waktu tertentu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan berupa output sedang variabel yang menjelaskan berupa input. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

(7)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan dengan X1... Xn.

Dalam usahatani, produksi perikanan secara matematis dapat pula dirumuskan sebagai berikut (Hasan BT dan Gunawan S, 1989) :

Q = f (X1, X2, X3... Xn) ... Dimana :

Q : tingkat produksi

X1 ... Xn : faktor-faktor produksi (input)

Pengetahuan usahatani antara lain bertujuan meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani. Kedua tujuan tersebut merupakan faktor penentu bagi seorang petani untuk mengambil keputusan dalam usahataninya. Petani sebagai pengelola usahatani harus dapat mengalokasikan penggunaan faktor-faktor produksi tersebut agar mencapai hasil yang optimum sehingga memperoleh pendapatan yang maksimum.

Kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi diusahakan sedemikian rupa agar dalam jumlah tertentu menghasilkan keuntungan tetinggi. Tindakan ini sangat berguna untuk memperkirakan tingkat keuntungan usahatani relatif terhadap sumber daya yang tersedia. Namun demikian, pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi terhadap produksi yang dihasilkan dibatasi dengan hukum “The Law of Diminishing Return”, yang menyatakan bahwa bila suatu macam input ditambah penggunaannya sedang input lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan mula-mula menaik, kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambahkan.

(8)

Secara grafis, penambahan faktor-faktor produksi yang digunakan dapat dijelaskan dengan Gambar sebagai berikut :

Output per periode C TPP B A Input (X) 0 (a) Output per periode E APP Input (X) 0 (b) MPP

Gambar 2. 1 Tahapan dari suatu proses produksi Sumber : Boediono, 1997

(9)

a. Penggunaan input (X) pada sampai tingkat dimana TPP (Total Physical Product) cekung keatas (0 sampai A), maka MPP (Marginal Physical Product) menaik, demikian pula APP (Average Physical Product).

b. Pada tingkat penggunaan input (X) yang menghasilkan TPP yang menaik dan cembung keatas (antara A sampai C), MPP menurun.

c. Pada tingkat penggunaan input (X) yang menghasilkan TPP yang menurun, maka MPP negatif.

d. Pada tingkat penggunaan input X dimana garis singgung pada TPP persis melalui titik origin B, maka MPP = APP maksimum. Sebagai seorang produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap ini.

Penjelasan kurva tahapan produksi. a. Tahap I

Dimulai dari titik origin hingga ke MP pada titik tertinggi atau MP maksimum. Menunjukkan bahwa pada saat penggunaan input tenaga kerja (Labour, L) masih sedikit, bila dinaikkan penggunaannya, maka akan meningkatkan volume produksi. Dengan meningkatnya volume produksi makan tingkat biaya produksi perunit akan menurun. Hal ini akan memperbesar keuntungan yang diterima perusahaan. Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan tenaga kerja akan meningkatkan Total Produksi (TP) maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP

(10)

meningkat tajam).Jadi pada titik ini efisiensi produk belum maksimal atau disebut irasional.

Pada titik ini juga terlihat LDR (The Law of Diminshing Return), titik LDR terjadi ketika perusahaan terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika MP sudah < 0, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi total. Titik LDR terjadi pada saat belok kurva MP (Marjinal Product), karena ketika belok sudah menunjukkan MP mengalami penurunan

b. Tahap II

Dimulai dari titik MP maksimum hingga ke titik AP maksimum. AP maksimum bila turunan pertamafungsi AP adalah 0 ( AP = 0). dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum.

Karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah Total Produksi (TP) mencapai nilai maksimum (slope kurva TP sejajar dengan sumbu horizontal). Tahap II disimpulkan terjadi efisiensi produk maksimal atau disebut rasional, karena MP = 0 yang menunjukkan tingkat produksi maksimum/titik puncak. c. Tahap III

Meliputi daerah dimana TP maksimum/ MP = 0 hingga MP negatif. Pada tahap III perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan Total Produksi (TP). TP semakin lama semakin menurun karena pada tahap III penggunaan input

(11)

Labour/tenaga kerja sudah terlalu banyak, sehingga TP menurun. Jika penggunaan input tenaga kerja diperbesar menyebabkan MP negatif (efisiensi produk telah melampaui kondisi maksimal). Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negatif). Tahap III disimpulkan sebagai tahap irasional.

3. Usaha Tambak

Definisi tambak atau kolam menurut Murtidjo (2002) adalah badan air yang berukuran 1 m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia. Tambak atau kolam cenderung berada pada lahan dengan lapisan tanah yang kurang porus. Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin. Fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air. Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang dibudidayakan.

Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif, tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. Perbedaan dari ketiga jenis tambak tersebut terdapat pada teknik pengelolaan mulai dari padat penebaran, pola pemberiaan pakan, serta sistem pengelolaan air dan lingkungan.

Keberlanjutan budidaya tambak sangat tergantung pada kondisi kualitas lingkungan perairan. Kondisi lingkungan perairan yang berbeda mempengaruhi kondisi kualitas lingkungan, baik secara fisika, kimia maupun biologi. Pengembangan usaha budidaya tambak juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan disamping keuntungan secara ekonomi, jenis tambak yang

(12)

berbeda akan menghasilkan kondisi kualitas lingkungan yang berbeda pula. Kandungan klorofil-a, nitrat, nitrit, fosfat anorganik, COD dan TOC cenderung lebih rendah pada tambak organik dibandingkan dengan tambak konvensional. Dengan demikian, tambak organik memberikan dampak yang lebih baik terhadap lingkungan dibandingkan dengan tambak konvensional.

Dampak budidaya terhadap lingkungan tersebut dapat memberikan dampak yang vital terhadap keberlanjutan budidaya yang dilakukan dan adanya interaksi antara bahan organik dengan efisiensi produksi dari tanah tambak dimana kandungan bahan organik pada tambak yang produksinya rendah cenderung lebih rendah dibandingkan tambak dengan produksi yang tinggi. Akumulasi bahan organik juga menunjukkan bahwa pada tambak dengan substrat dominan pasir cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pada substrat dominan lanau. Adanya pengaruh lingkungan tambak terhadap aliran sungai di sekitarnya dimana kondisi air buangan tambak yang buruk (tercemar) juga akan menurunkan kondisi kualitas air sungai. Pengelolaan tambak tidak hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan, tetapi juga penting untuk menjaga kondisi lingkungan yang layak, mengawasi panen dan pertumbuhan ikan, pemeriksaan keberhasilan reproduksi ikan dan menjauhkan ikan-ikan yang tidak diinginkan (predator/parasit). Disamping itu juga masih terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tambak seperti pengelolaan populasi ikan, pengelolaan sistem, pemilihan spesies ikan, pemberiaan pakan, pemasaran, dan sebagainya. Tambak yang dikelola dengan baik cenderung memiliki kualitas air yang lebih baik.

(13)

4. Pengertian Pendapatan

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usaha tani selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dilkeluarkan dalam selama sekali periode.

Menurut Sukirno (2002) dalam Yanutya (2013) Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input milik keluarga diperhitungkan dalam proses produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut :

π =

TR – TC

Keterangan :

π =

Pendapatan (Rp/musim tanam)

TR = Total Penerimaan (Rp/musim tanam)

TC = Total Biaya (Rp/musim tanam)

Menurut Suratiyah (2006) dalam Yanutya (2013) pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersediaan sarana produksi. Ketersediaan saran produksi dan harga dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor

(14)

produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

5. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Luas lahan dengan Produksi

Soekartawi (1993:14) mengemukakan bahwa tanah sebagai harta yang produktif adalah bagian organis rumah tangga tani. Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidupnya dan derajat kesejahteraan rumah tangga tani. Tanah berkaitan erat dengan keberhasilan usahatani dan teknologi modern yang dipergunakan. Untuk mencapai keuntungan usaha tani kualitas tanah harus ditingkatkan, hal ini dapat dicapai dengan cara pengelolaan yang hati-hati dan penggunaan metode terbaik.

Pentingnya faktor produksi tanah bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya tanah, tetapi juga segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan dan sebagainya) dan topografi (tanah daratan pantai, rendah dan dataran tinggi). Kemampuan tanah untuk pertanian penilaiiannya didasarkan kepada kemampuan tanah untuk ditanami berbagai jenis tanaman. Makin banyak tanaman makin baik kemampuan untuk berproduksi, sedangkan makin tinggi produksi per satuan luas makin baik kemampuan untuk berproduksi secara lestari, semakin sedikit pengawetan tanak semakin baik.

(15)

b. Hubungan Modal dengan Produksi

Soekartawi (1993:23) menyatakan bahwa modal yang dipergunakan dalam produksi boleh dikatakan tetap besarnya dan hanya sedikit sekali perubahan. Seringkali dijumpai adanya pemilik modal besar yang mampu mengusahakan usahataninya dengan baik tanpa adanya bantuan kredit dari pihak lain. Golongan pemilik modal yang kuat ini sering ditemukan pada petani besar, petani kaya dan petani cukupan, petani komersial atau pada petani sejenisnya. Sebaliknya, tidak demikian halnya pada petani kecil. Golongan petani yang diklasifikasikan sebagai petani tidak bermodal kuat yaitu petani kecil, petani miskin, petani tidak cukupan dan petani tidak komersial. Karena itulah mereka memerlukan kredit agar mereka mampu mengelola usahataninya dengan baik.

Modal dalam usahatani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk mengasilkan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan yaitu: a) untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut; dan b) untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani.

c. Hubungan Tenaga Kerja dengan Produksi

Suroto (1992:16) faktor tenaga kerja tidak hanya cukup dilihat dari segi jumlahnya saja melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Dengan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja maka batas penurunan produksi total karena pertambahan jumlah tenaga kerja akan dapat ditunda sampai jumlah tenaga kerja yang lebih besar. Pekerja adalah mereka yang

(16)

sungguh-sungguh bekerja atau melakukan kegiatan produksi dalam suatu perekonomian dan mendapatkan upah sebagai balas jasa mereka. Sebagai nilai output yang dihasilkan seorang tenaga kerja dimana tingkat produksi ditentukan dari kemampuan untuk menciptakan biaya produksi yang seefisien mungkin dan menciptakan nilai tambah yang lebih baik dibandingkan dengan pesaing.

Sukirno (1995:426) perlu diperhatikan adanya kualitas tenaga kerja, ada kualitas kerja terdidik dan tidak terdidik, kualitas kerja keahlian dan lain sebagainya. Aliran yang klasik dalam hal ini tidak memperhitungkan jam kerja yang dipergunakan untuk pembuatan barang, tetapi jumlah jam kerja yang biasa dan semestinya diperlukan untuk memproduksi barang. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses produksi untuk menghasilkan barang maupun jasa disamping faktor produksi modal, teknologi dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan menggerakan segala kegiatan, menggunakan peralatan maupun teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian, penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi a. Luas lahan

Menurut G. J Vink (1989), sewa adalah hak pakai atas tanah yang dibayarkan dengan uang atau hasil produksi yang sudah ditentukan terlebih

(17)

dahulu. Dalam upaya budidaya kepiting bakau, tanah atau lahan berupa lahan tambak di sekitar tanaman bakau yang telah diatur sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk budidaya, biasanya petani yang membudidayakan kepiting bakau menggunakan media keramba yang teruat dari bambu dengan spesifikasi dan ukuran tertentu.

Lahan tambak besar kecil termasuk faktor yang mempengaruhi produksi bandeng. Ukuran tambak yang besar menjadikan jumlah ikan yang dibudidayakan juga semakin banyak sehingga produksi ikan bandeng pun semakin besar. Luas lahan yang tidak sebanding dengan jumlah ikan akan mengakibatkan kondisi ikan menjadi tidak sehat.

Mubyarto (1908) lahan merupakan faktor produksi yang penting dalam pertanian karena merupakan tempat dimana usaha pertanian dilakukan dan tempat hasil produksi dikeluarkan. Tanah mempunyai sifat yang tidak sama dengan faktor produksi yang lain karena luas tanah relative tetap bahkan bisa dimungkinkan berkurang sementara permintaan akan semakin meningkat sehingga sifatnya langka. Tanah mempunyai beberapa sifat antara lain : luas lahan yang relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindah tangankan atau diperjual belikan. Dalam pertanian di negara berkembang termasuk Indonesia faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor produksi produksi lainnya. Sebagai faktor produksi tanah mendapatkan bagi hasil dari kegiatan produksi berupa sewa tanah.

(18)

b. Modal Usaha

Modal adalah salah satu faktor yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat meningkat karena digunakannya alat-alat mesin produksi yang efisien, ketika hasil produksi meningkat maka pendapatan juga akan meningkat. Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman, yang masing-masing menyumbang langsung pada produksi.

Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan bakumeingkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang.

Jhingan (1983) berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal. Jhingan menyebutkan makna pembentukan modal adalah masyarakat tidak melakukan keseluruhan kegiatannya saat ini sekedar untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumsi yang mendesak, tetapi mengarahkan sebagian daripadanya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin, fasilitas pengangkuutan, dan pabrik dalam arti pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional. Faktor yang menyebabkan rendahnya pembentukan modal adalah

(19)

rendahnya pendapatan masyarakat yeng menyebabkan rendahnya tabungan yang sangat penting dalam pembentukan modal. Rendahnya produksi yang berakibat laju pertumbuhan pendapatan nasional, yabungan, dan pembentukan modal menjadi rendah, alas an kependudukan yang sangat tinggi akan menyebabkan pendapatan perkapita yang menurun dan akan terjadi kekurangan dana dan akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan, dan kekurangan peralatan modal serta ketervelakangan teknologi.

Menurut Todaro (2006) akumulasi modal merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran yang digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari.

c. Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Simanjuntak (1995:74) berpendapat tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi selain faktor produksi tanah, modal yang memiliki peranan penting dalam mendukung kegiatan produksi guna menghasilkan barang dan jasa. Pertambahan permintaan barang dan jasa masyarakat akan mengakibatkan peningkatan permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja disebut derived demand, karena sebagai input perubahan permintaan tenaga kerja ditentukan oleh

(20)

perubahan permintaan outputnya. Semakin besar permintaan output yang dihasilkan besar pula permintaan tenaga kerjanya.

Tenaga kerja merupakan salah satu bagian terpenting dalam meningkatkan produktivitas, untuk itu perlu dilakukan pengukuran terhadap produktivitas tenaga kerja adar perusahaan dapat mengetahui perkembangan produksi yang terjadi. Metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap produktivitas tenaga kerja adalah metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar, karena hasil masukkan dapat dinyatakan dalam waktu peoduktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = hasil dalam jam-jam standar : masukan dalam jam-jam waktu.

Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapat digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan,2003:24-25).

Produktivitas secara umum akan dapat diformulasikan sebagai berikut:

(21)

Invisible input meliputi tingkah pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja dan pengetahuan organisasi dan motivasi kerja.

Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu:

Produktivitas = total keluaran yang dihasilkan

Tenaga kerja jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Di sini produktivitas dari tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia (man-hours), yaitu jam kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung, akan tetapi biasanya meliputi keduanya.

Asri Marwan (1979:5) tenaga kerja dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Yang dinamakan tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat secara langsung pada proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar tenaga kerja jenis ini dikaitkan terhadap harga pokok barang yang dihasilkan dan bersifat proporsional (sebanding) dengan tingkat kegiatan yang dilakukan. Sedangkan yang dinamakan tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak secara langsung terlibat dalam proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar tenaga kerja jenis ini dikategorikan sebagai salah satu elemen biaya-biaya pabrik, yang besarnya tidak berubah secara proporsionil dengan tingkat kegiatan yang dilakukan.

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Jumlah yang cukup bukan saja dilihat dari

(22)

tersedianya tenaga kerja tapi juga kualitas dan macam tenaga kerja. Penggunaan faktor tenaga kerja dalam produksi barang dan jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomi yaitu (Suroto, 1992:16) :

1) Penggunaan tenaga kerja juga memberikan pendapatan kepada orang lain yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang input lain memperoleh pendapatan.

2) Dengan tenaga kerja yang disumbangkan, input lain berupa modal, bahan, energi dan informasi dapat diubah menjadi output atau produk yang mempunyai nilai tambah.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu diduga bahwa produksinya dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu luas lahan, modal dan investasi pada peralatan. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu Produksi (Y) sedangkan variabel bebasnya adalah luas lahan (X1), modal (X2) dan tenaga kerja (X3).

.

Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Pemikiran Luas lahan

Tenaga Kerja

(23)

a. Hubungan Luas lahan dengan Produksi menurut Soekartawi (1993) tanah merupakan harta yang produktif karena tanah berkaitan erat dengan keberhasilan usahatani, semakin luas lahan yang dimiliki semakin banyak pula pendapatan yang diterima dari usahatani.

b. Hubungan Modal dengan Produksi menurut Soekartawi (1993) modal menjadi salah satu faktor utama untuk menjalankan suatu produksi besar kecilnya modal mempengaruhi hasil produksi tetapi hanya sedikit sekali perubahan meskipun besar/kecilnya tetap.

c. Hubungan Tenaga Kerja dengan Produksi menurut Suroto (1992) untuk menghasilkan produksi yang baik diperlukan pekerja yang memiliki kualitas yang baik dan tekun dalam menjalankan suatu produksi.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan teori-teori yang telah dibahas dalam tinjauan pustaka, maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

1. Diduga bahwa luas lahan berpengaruh terhadap peningkatan produksi petani tambak bandeng Desa Golokan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.

2. Diduga bahwa modal berpengaruh terhadap peningkatan produksi petani tambak bandeng Desa Golokan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.

3. Diduga bahwa tenaga kerja berpengaruh terhadap peningkatan produksi petani tambak bandeng Desa Golokan Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik.

Gambar

Gambar 2. 1 Tahapan dari suatu proses produksi  Sumber : Boediono, 1997
Gambar 2. 2 Bagan Kerangka Pemikiran Luas lahan

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN ARSIPARIS TELADAN. ANRI Softcopy

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bagian hukum perdata dan hukum acara perdata dan juga mempunyai manfaat bagi

Manual Mutu ini mendokumentasikan sistem mutu Organisasi Pusat Pembinaan Agama (PPA) UB untuk menunjukkan kemampuan organisasi dalam menghasilkan produk/layanan secara

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran Team Assested Iindividualization (TAI) khusus mata pelajaran Akuntansi yang dapat

Adalah simbiosis dimana salah satu organisme hidup dalam organisme lainnya tetapi tidak mempengaruhi secara fisiologik pada organisme yang ditempati (hospes), tetapi

Penelitian ini bertujuan mengungkap: (1) berbagai keahlian yang dipelajari mahasiswa peserta program praktik industri (PI) dalam proses kegiatan produksi atau jasa

percaya, ketika melakukan ritual-ritual tertentu, arwah nenek moyang masuk ke dalam wayang sehingga mereka bisa berkomunikasi dengan arwah-arwah nenek moyang mereka.