Wilayah pesisir merupakan perairan yang sangat penting, baik dipandang dari segi ekologis dan ekonomis serta merupakan penopang sistem ekologi dari biota laut. Karena memiliki nilai ekonomis yang penting bagi kehidupan manusia, kawasan pesisir biasanya menjadi rentan terhadap pengaruh eksternal dari berbagai aktifitas kegiatan manusia. Permasalahan yang selama ini terjadi di pesisir adalah pencemaran dan eutrofikasi. Hal ini telah menjadi isu dan permasalahan beberapa pesisir di Indonesia, seperti pesisir perairan Teluk Jakarta, perairan Taman Nasional Kepulauan Seribu dan tempat lainnya.
Kasus pencemaran yang terjadi di beberapa negara seperti penelitian Dave (2010) di Teluk Maracas pantai Puerto Rico dan Trinidad, bahwa air tidak bisa digunakan lagi sebagai tempat rekreasi karena terkontaminasi tinja manusia yang mengandung Escherichia coli, sehingga tingkat penurunan kualitas air 30-50%. Shumchenia et al ( 2010) mengemukakan bahwa kadar oksigen terlarut 2, 0 mg/L di Teluk Greenwich Rhode Island USA sangat rendah akibat tinja, pellet dan peningkatan sedimen. Penelitian Gecek (2010) di Teluk Bolinao Filippina juga menunjukkan, bahwa akibat peningkatan produksi budidaya perikanan secara intensif di Teluk Bolinao, menyebabkan kondisi teluk berada pada titik berbahaya pada produksi ikan. Disebutkan bahwa penyebabnya akibat pertukaran air lokal dengan air laut sekitarnya pada saat pasang surut. Kemudian peneliatian García, (2010) di Teluk Lorenzo Spayol Utara menunjukkan bahwa asal usul ganggang di perairan bersumber dari proses eutrofikasi yang terjadi di muara sungai telah mempengaruhi tempat untuk mandi, akan bertambah akibat peningkatan eutrofikasi dan pergeseran ganggang dari dasar laut akibat arus. Sedangkan hasil penelitian Swanson (2010) di sungai Forge di Amerika Selatan menunjukkan bahwa akibat limbah peternakan kualitas sungai menurun yang mempengaruhi kualitas air Teluk Moriches.
Kasus pencemaran juga terjadi di Indonesia seperti yang dikemukakan, Dahuri (2005) bahwa akibat pencemaran di Teluk Jakarta ikan mati secara massal yang terjadi pada tahun 1993 dan tahun 1994 lalu yang disebabkan pengkayaan unsur hara atau eutrofikasi. Menurut Saparjadi (2005) bahwa pencemaran pernah juga terjadi di Taman Nasional Kepulauan Seribu yaitu pencemaran minyak yang
mengakibatkan kegagalan telur penyu berembrio pada bulan Oktober tahun 2004. Kemudian hasil penelitian Selanno (2009), bahwa beban pencemaran di Teluk Ambon Dalam dengan indikator NO3 dan PO4 telah melewati baku mutu. Hal
tersebut menandakan masukan beban limbah organik dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas asimilasi. Cornwell, Davis (1998) mengemukakan bahwa sumber titik pencemar dapat bersumber dari limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian, dan limpasan perkotaan.
Wilayah pesisir dan lautan mengandung potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam, yang belum dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan. Potensi perekonomian pesisir dan lautan berdasarkan sektor kegiatan meliputi diantaranya: perikanan tangkap, pariwisata bahari dan pantai, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri dan jasa maritime, kehutanan (mangrove), dan sumberdaya non-komersial (Dahuri 2008).
Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam di beberapa wilayah pesisir dan lautan akibat kegiatan antropogenik telah mencapai tingkat yang membahayakan daya dukung lingkungan wilayah pesisir. Selain akibat kegiatan antropogenik , beberapa wilayah pesisir di Indonesia juga rawan terhadap bencana alam seperti tsunami, gelombang pasang, badai maupun terjadinya gempa bumi. Oleh karena itu, untuk mensejahterakan bangsa, maka kebijakan dan strategi pembangunan kelautan harus mampu menggunakan berbagai potensi yang ada secara efisien, berkeadilan dan berkelanjutan.
Kota Jayapura berdiri sejak tanggal 21 September 1993 berdasarkan Undang Undang No. 6 tahun 1993 terletak di bagian utara Provinsi Papua, secara geografis terletak pada koordinat 010 28‟ 17,26” – 30 58‟ 0,82” LS dan 1370 34‟ 10,6” – 1410 0‟8,22” BT. Luas Kota Jayapura adalah 940 km2 atau 94.000 Ha, terdiri dari 5 distrik yaitu Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Muara Tami, dan Distrik Heram, serta 25 kelurahan dan 14 kampung (Profil Kota Jayapura, 2009). Wilayah Kota Jayapura mempunyai batas administratif: sebelah Utara berbatasan dengan Lautan Pasifik, sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Arso Kabupaten Keerom, sebelah Timur berbatasan dengan Negara PNG, dan sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Sentani dan Depapre Kabupaten Jayapura.
Kota Jayapura memiliki dinamika pertumbuhan yang cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya pusat-pusat pemukiman, perkantoran, sentra perdagangan, dan pertambahan jumlah penduduk. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Jayapura adalah 230.824 jiwa dengan laju pertumbuhan 4,10 % per tahun dengan kepadatan penduduk rata-rata 240/km2 (Laporan Statistik Kota Jayapura, 2008).
Teluk Youtefa terletak dalam kawasan Teluk Yos Sudarso, mencakup beberapa kampung (desa adat) yaitu kampung Tobati, Engross, dan Nafri. Ketiga kampung tersebut memiliki hubungan kekerabatan adat budaya yang sangat erat namun secara administratif terpisah. Secara geografis Teluk Youtefa terletak pada 020 31‟ 00” – 020 42‟ 00” LS dan 1340 37‟ 00” – 1420 48‟ 00” BT dan berbatasan langsung di sebelah barat Distrik Jayapura Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Yos Sudarso, sebelah selatan berbatasan dengan distrik Abepura, dan sebelah utara berbatasan dengan Distrik Jayapura Selatan. Teluk Youtefa luasnya 1.675 Ha (SK Menhut no.714/Kpts/II/1996).
Teluk Youtefa dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan kegunaan yaitu sebagai daerah perikanan tangkap dan budidaya, jalur transportasi nelayan dan wisata, pelabuhan perikanan tradisional, dermaga perahu nelayan, dan tempat penampungan limbah kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa sendiri. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, Keramba Jaring Apung, transportasi Teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk), perambahan hutan, pembangunan hotel, restoran, pasar, pertanian, (gambar 1). Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.
Permasalahan terhadap kelestarian ekosistem pesisir dan lautan dalam kasus Teluk Youtefa antara lain perusakan ekosistem seperti sedimentasi,
peningkatan bahan pencemar, peningkatan sampah yang masuk ke teluk akibat buruknya manajemen lahan atas. Oleh karena itu jika perubahan kualitas lingkungan di teluk terjadi, maka diduga komponen biologis di dalamnya akan mengalami perubahan dan ikan bermigrasi maupun mengalami kepunahan. Pencemaran laut tidak hanya mematikan biota dan ekosistem laut, tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, merusak nilai estetika atau keindahan laut serta mengancam fungsi ekosisten teluk. Jika terjadi pencemaran di Teluk Youtefa, maka secara umum akan mengganggu seluruh aktivitas sosial ekonomi kota Jayapura dan secara khusus Teluk Youtefa.
Menurut Bapedalda Papua (2007), bahwa di Teluk Youtefa telah terjadi peningkatan limbah cair maupun limbah padat yang masuk ke Teluk Youtefa. Pencemaran di Teluk Youtefa harus dikendalikan, supaya tidak melampaui kapasitas asimilasi atau tidak terjadi pencemaran akibat pasokan limbah. Kemudian jika terjadi pencemaran, maka strategi apa yang diusulkan guna mengatasi permasalahan pencemarannya. Oleh karena itu, selain kajian kondisi fisik maupun kimia, maka aspek aspek ekonomi budaya, hukum dan kelembagaan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya pengelolaan Teluk Youtefa.
Pengelolaan Teluk Youtefa agar tetap lestari perlu melibatkan multi stakeholder yaitu pelaku usaha, baik yang berusaha di Teluk Youtefa maupun di luar kawasan Teluk Youtefa, dinas perikanan dan kelautan, LSM, nelayan dan non nelayan, perguruan tinggi, serta didukung kualitas sumber daya manusia, kelembagaan, infrastruktur, regulasi, dan penegakan hukum.
Uraian tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan Teluk Youtefa sangat penting, kompleks dan dinamis. Penting karena Teluk Youtefa memiliki fungsi ekologis, ekonomi serta melibatkan banyak pihak dengan karakteristik yang berbeda, dan dinamis karena tingkat pencemaran dan sedimentasi dapat berubah seiring dengan perubahan waktu. Hal ini menunjukkan bahwa penanganan masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan Teluk Youtefa harus secara integratif-holistik dengan pendekatan sistem, bukan secara parsial-sektoral. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu adanya pengelolaan Teluk Youtefa dengan pendekatan sistem yang lebih spesifik.
AKTIVITAS DI HULU
Gambar 1. Kerangka kompleksitas masalah Komflik kepentingan, perilaku sosial masyarakat, SDM terbatas Permukiman penduduk Industri rumah tangga Bahan Galian C Perambahan hutan Perdagangan, pengolahan kayu RS, Hotel, Kantor Pasar Youtefa Pertani an Bahan pencemar
Sungai Acai Sungai Sibhorgoni Sungai PTC Entrop Sungai Hanyaan
Beban pencemaran, Kapasitas asimilasi Di atas baku mutu
DAMPAK YANG DITIMBULKAN AKTIVITAS DI TELUK: Budidaya KJA, Permukiman, Wisata, Transportasi, Nelayan 5
1.2. Perumusan masalah
Pemanfatan Teluk Youtefa dan sekitarnya semakin meningkat oleh masyarakat, nelayan, dan pemerintah untuk kegiatan antropogenik yang dapat mempengaruhi daya dukung ekosistem sungai, dan ekosistem Teluk Youtefa. Masyarakat, nelayan, dan pemerintah adalah sebagai aktor dalam pengelolaan Teluk Youtefa. Permasalahan di Teluk Youtefa yang terjadi selama ini, terjadi akibat bertambahnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan rendah, kemiskinan, maupun perilaku sosial dengan berbagai aktivitas yang semakin meningkat seperti penangkapan ikan, keramba jaring apung, transportasi teluk, permukiman (dalam dan di luar Teluk Youtefa), perambahan hutan, hotel, restoran, dan pasar yang belum terkelola dengan baik. Kegiatan tersebut berdampak pada peningkatan sedimen, kekeruhan air sungai maupun air laut, kenaikan produksi limbah, kenaikan unsur hara, sehingga hasil tangkapan ikan menjadi rendah, vegetasi terganggu, penurunan nilai estetika dan wisata, serta penularan penyakit maupun berkurangnya tempat usaha.
Gambaran tersebut di atas tentunya akan mempengaruhi aspek nilai estetika maupun aspek lingkungan Teluk Youtefa secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berbagai masalah yang diuraikan di atas adalah karena tingginya intensitas antropogenik. Kemudian kurangnya kesadaran masyarakat maupun yang terlibat langsung dalam penggunaan Teluk untuk memelihara lingkungan perairan yang baik untuk keberlanjutan Teluk Youtefa.
Hasil survey yang pernah penulis lakukan bahwa, sumber pencemar yang potensial sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan Teluk Youtefa adalah aktivitas permukiman, sentra perekonomian, peternakan, pertanian, keramba jaring apung, dan sampah. Tuntutan pembangunan memacu pemerintah dan pihak swasta terus meningkatkan sarana dan prasarana yang berpotensi menghasilkan limbah. Uraian tersebut di atas, mendeskripsikan permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Semakin meningkat aktivitas para pengguna Teluk Youtefa dan sekitarnya, baik yang bersumber dari darat maupun dari teluk, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan Teluk Youtefa. Aktivitas masyarakat di darat maupun di teluk, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran Teluk Youtefa. Penurunan kualitas perairan Teluk
Youtefa akibat masuknya bahan pencemar kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol secara baik, (gambar 2). Hal ini diduga terjadi akibat kurangnya koordinasi antar stakeholder, penegakan hukum yang tidak tepat, dan kesadaran masyarakat yang rendah. Kondisi seperti ini akan mengganggu fungsi lain seperti pencemaran, sehingga diperlukan pengelolaan secara holistik dengan pendekatan sistem. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan pada penelitian ini perlu dijawab adalah:
1. Bagaimana kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3, NH3, dan PO4 ?
2. Bagaimana status pencemaran dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa 3. Bagaimana beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time perairan
Teluk Youtefa?
4. Bagaimana strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa?
5. Bagaimana mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa?
6. Bagaimana membangun model system dinamik pengelolaan perairan Teluk Youtefa?
Gambar 2. Skema perumusan masalah
Aktor Faktor Aktivitas Masalah
1.Masyarakat bukan nelayan 2. Masyarakat nelayan 3. Pemerintah Faktor penyebab: 1. Pertambahan pddk 2. Tingkat pendapatan rendah 3. Tingkat pendidikan rendah 4. Kemiskinan 5. Perilaku sosial Di Teluk Youtefa 1. Perikanan tangkap 2. Perikanan budidaya 3. KJA dan Wisata 4. Transportasi teluk 5. Pemukiman
Di luar Teluk Youtefa 1. Pembangunan 2. Pertanian 3. Perambahan hutan 4. Pasar 5. Hotel 6. Restoran 7. Pemukiman 8. Peternakan Dampak Biofisik 1. Sedimentasi 2. Kekeruhan tinggi 3. Pendapatan & hasil
tangkap ikan rendah 4. Kenaikan produksi
limbah
5. Terganggu vegetasi 6. Kenaikan unsur hara 7. Kerusakan nilai
estetika, wisata
Dampak kesling, dan sosial 1. Kenaikan penularan penyakit 2. Hilangnya tempat usaha 3. Pendapatan masy berkurang Tujuan Bagaimana: 1. Kondisi eksisting TY 2..Kualitas, status dan
indeks pencemaran TY
3. Beban pencemaran & kapasitas asimilasi, flushing time TY 4. Strategi pengendalian pencemaran TY 5. Model kelembagaan Pengelolaan TY 6. Membangun model sistem dinamik pengelolaan TY Strategi Pengelolaan teluk secara holistik
1.3. Tujuan
Sebagai tujuan antara penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi eksisting kualitas perairan Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut berdasarkan parameter: suhu, TSS, pH, DO, BOD, NO3,
NH3, dan PO4;
2. Mengetahui status dan indeks pencemaran perairan Teluk Youtefa;
3. Mengetahu, beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time perairan Teluk Youtefa;
4. Mengetahui strategi pengendalian pencemaran perairan Teluk Youtefa; 5. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan perairan Teluk Youtefa;
Sedangkan tujuan utama adalah: Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa.
1.4. Kerangka Pemikiran
Teluk Youtefa merupakan perairan pesisir yang sangat potensial secara
ekologis dan ekonomis. Potensial karena sebagai daerah perikanan bagi
masyarakat, lokasi tempat wisata, kaya akan vegetasi mangrove, dan jalur
transfortasi masyarakat antar kampong. Potensi lain yang dapat mendukung
perkembangan di Teluk Youtefa adalah daerah transit menuju perbatasan PNG,
berdekatan dengan tugu Macatur dan Teluk Yos Sudarso serta prospek ke
depannya didukung dengan pemekaran wilayah Kabupaten Keerom, Kabupaten
Sarmi, dan Kabupaten lain.
Penggunaan lahan pada kegiatan domestik di Daerah Aliran Sungai akan
menghasilkan bahan buangan berupa air limbah organik. Penggunaan lahan pada
berbagai sektor akan menghasilkan bahan buangan berupa limbah. Selain itu
penggunaan lahan pada sektor pertanian dan perkebunan akan menghasilkan
bahan buangan sisa pemupukan. Jika semua limbah secara terus menerus
memasuki perairan dan telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan, maka
akan menimbulkan masalah pencemaran sehingga dapat mendegradasi kualitas
Pertumbuhan penduduk konsekwensinya akan semakin meningkatkan
kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal. Apabila tidak ada pengendalian
terhadap penggunaan lahan dalam sistem daerah aliran sungai, maka dapat
menyebabkan peningkatan sedimen. Kemudian jika pembukaan lahan terus untuk
pemukiman, akan meningkatkan sedimen di Teluk Youtefa jika tidak disertai
dengan upaya pendekatan ekologis seperti konservasi tanah dan air.
Berbagai aktivitas manusia (Antropogenik) di sekitar Teluk Youtefa seperti
budidaya ikan, aktivitas pertanian, dan pembukaan lahan-lahan baru untuk
kegiatan domestik, mempengaruhi keseimbangan Teluk Youtefa. Lahan di sekitar
Teluk Youtefa banyak mengalami alih fungsi terutama untuk pemukiman. Hal
tersebut disebabkan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan
kebutuhan terhadap lahan yang sebelumnya hutan dan pertanian. Kegiatan
pembangunan di kawasan Teluk Youtefa semakin meningkat seperti
pembangunan fasilitas pemerintah kota Jayapura, pembangunan pasar youtefa,
PTC Entrop, perumahan skayland kurnia, industri perhotelan, Saga mall abepura,
swalayan matahari, perumahan uncen kali acai, industri pengolahan kayu, rumah
sakit Polda. Sementara kegiatan penggunaan lahan di dalam Teluk Youtefa
adalah budidaya ikan dan permukiman.
Segala aktivitas pemanfaatan lahan di sekitar Teluk Youtefa dipengaruhi
oleh berbagai faktor diantaranya, tingkat pendidikan, sosial ekonomi, faktor
nelayan, tingkat pendapatan, kesejahteraan masyarakat rendah akan meningkatkan
perambahan hutan yang mempengaruhi Teluk Youtefa.
Untuk menjamin keberlanjutan Teluk Youtefa, maka pengelolaannya
tidak hanya menekankan pada satu aspek teknis atau non teknis saja, tetapi
keduanya harus secara holistik atau menyeluruh dengan menggunakan pendekatan
kesisteman yang saling mempengaruhi setiap aspek seperti pada Gambar 3
Gambar 3. Kerangka pemikiran Isu & Permasalahan
Penggunaan lahan Limbah industri, permukiman Industri Jasa Pertambahan penduduk Keramba Jaring Apung (KJA) Pasar modern, pasar kaget Pencemaran sungai, laut Obyek wisata TELUK YOUTEF A Potensi Sumber daya Pengelolaan Ekologis: 1. Daya dukung 2. Potensi 3. Pencemaran Ekonomi: 1. Sumberdaya perikanan 2. O.Wisata Sosial: 1. Kelembagaan 2. Kebijakan 3. Regulasi Ipteks: 1. Metode analisis data 2. Disain model dinamik 3. Pengembangan SDM PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA SECARA BERKELANJUTAN Arahan kebijakan kelembagaan 10
Penerapan pendekatan sistem dalam pengelolaan Teluk Youtefa pada hakekatnya untuk harmonisasi dari aspek ekonomi, aspek biofisik ekologi dan aspek sosial budaya, sehingga indikator pengelolaan Teluk Youtefa tidak hanya dilihat dari kelayakan ekonomi dan tidak merusak lingkungan, tetapi juga harus dapat diterima oleh masyarakat sekitar. Hal ini sejalan dengan konsep triple bottom line yakni pembangunan tidak hanya dilihat dari nilai tambah ekonomi saja tetapi harus memperhatikan nilai tambah sosial dan lingkungan agar pengelolaan Teluk Youtefa menjadi lestari. Overlaping antara aspek ekonomi, sosial dan lingkungan menunjukkan bahwa adanya keterpaduan yang kokoh antara ketiga aspek tersebut dalam pembangunan pada umumnya atau secara khusus dalam pengelolaan Teluk Youtefa.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini menghasilkan model pengelolaan Teluk Youtefa secara terpadu dengan pendekatan sistem.
Manfaat praktis: Penelitian ini adalah untuk memberikan suatu masukan bagi para pengambil kebijakan seperti dinas kelautan dan perikanan, bappeda, badan lingkungan hidup, dinas pekerjaan umum, balai DAS mamberamo, dinas kesehatan, dinas kehutanan, LMA, ondoapi, kepala suku di bidang pengelolaan Teluk Youtefa, sehingga dapat mengambil kebijakan secara cepat, tepat dan akurat.
Manfaat teoritis akademis: dari segi teoritis akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan rujukan bagi para peneliti lain yang akan melakukan pengkajian pengelolaan Teluk Youtefa dengan pendekatan sistem.
1.6. Novelty
Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dan telah dilakukan serta kebaruan penelitian di Teluk Youtefa
Tabel 1. Penelitian di luar Teluk Youtefa dan nilai kebaruan penelitian peneliti
1 2 3 4 5
No Nama Judul Tujuan Perbedaan dengan
disertasi peneliti 1 Debby AJS (Disertasi, 2009) Analisis hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi limbah sebagai dasar pengelolaan kualitas lingkungan perairan Teluk Ambon Dalam,
1. Menganalisis beban penc& menentukan status penc Teluk Ambon Dalam
2. Menganalisis kapasitas asimilasi
3. Menganalisis pola & tingkat sedimentasi
4. Membuat zonasi pemanfaatan Teluk Ambon Dalam
1. Mengetahui pengembangan kelembagaan Teluk Youtefa 2. Pengembangan system model dinamik 2 Sjaifuddin (Disertasi 2007) Pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Banten berkelanjutan
1. Merancang scenario pengelolaan lingkungan wilayah pesisir dan laut Teluk Banten yang menjamin terjadinya sinergi yang menguntungkan semua
stakeholders tanpa
mengabaikan prinsip konservasi lingkungan 2. Merancang model interaksi
antar variable di Teluk Banten
1. Mengetahui kondisi
eksisting status
pencemaran Teluk Youtefa pada saat pasang dan surut; 2. Mengetahui beban
pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa 3. Mengetahui Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtef;
5. Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 3 Rofiko Disertasi 2005) Analisis kebijakan pemanfaatan ruang Teluk Kelabat kawasan pesisir utara pulau Bangka Provinsi kepulauan Bangka Belitung
Membuat keserasian dan keseimbangan kawasan perencanaan Teluk Kelabat guna menciptakan lingkungan yang sehat, teratur, aman dan efisien. Selain itu dapat memberikan fasilitas dan pelayanan yang memadai, tepat & memenuhi persyaratan. Selanjutnya menciptakan keharmonisan spasial untuk mendukung pengelolaan
berkelanjutan bagi
kesejahteraan masyarakat
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks
pencemaran Teluk
Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa
3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;
5. Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 4 Rachmansy ah (Disertasi Analisis daya dukung lingkungan
1. Karakteristik biofisik dan kelayakan bioteknis perairan pesisir Teluk Awarange
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan
2004) perairan Teluk Awarange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan bagi pengembangan budidaya bandeng dalam keramba jarring apung
untuk pengem budidaya bandeng dalam KJA
2. Beban limbah organik, N dan P yang berasal dari KJA bandeng di laut dan yang berasal dari kegiatan non-KJA disekitar Teluk Awarange
3. Daya dukung lingkungan perairan Teluk Awarange bagi pengembangan budi daya bandeng dalam KJA di laut
4. Pemodelan pada pengelolaan budidaya bandeng dalam KJA di laut
indeks pencemaran Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;
5. Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 5 Abdul Muis (Tesis 2004) Studi perencanaan tata ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa besar (Pendekatan system dinamik) 1. Mengidentifikasi potenasi dan kendala sumberdaya, baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan maupun sumberdaya social yang ada di wilayah pesisir
2. Menyusun rencana tata ruang wilayah pesisir dan laut Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa besar melalui pendekatan system dinamik dengan memanfaatkan sumber daya wilayah pesisir secara optimal yang didasarkan kepada kebutuhan masyarakat
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa; 2. Menganalisis beban penc
kapasitas, asimilasi, dan
flushing time Teluk
Youtefa
3. Strategi pengendalian penc Teluk Youtefa;
4. Mengembangkan model kelembagaan peng Teluk Youtefa;
5. Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 6 R.Marsuki I Disertasi 2003 Analisis dampak pendangkalan Teluk Kendari terhadap aktivitas masyarakat dan strategi penanggulangan nya 1. Faktor-faktor apakah yg menyebabkan pendangkalan Teluk Kendari dan berapa besar kontribusi setiap faktor penyebab tersebut
2. Berapa besar dampak (fisik & ekonomi) pendangkalan teluk terhadap aktivitas ekonomi wilayah teluk
3. Bentuk kebijakan atau strategi apa yang dapat diterapkan dalam penanggulangan pendangkalan Teluk Kendari
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa; 2. Mengetahui beban
pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time
Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;
5. Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 7 M. Dahyar Tesis 1999 Penerapan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir terpadu dalam
1. Menentukan kelas kesesuaian kepulauan Derawan bagi kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari berdasarkan kondisi fisik
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status, dan indeks pencemaran Teluk Youtefa;
pembangunan pariwisata dikepulauan derawan Provinsi Kalimantan Timur
2. Untuk memperkirakan daya dukung fisik kepulauan derawan dalam menunjang kegiatan pariwisata pantai dan pariwisata bahari
3. Untuk menelaah dampak kegiatan pariwisata bagi masyarakat lokal dan wilayah.
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, dan flushing time Teluk Youtefa 3. trategi pengelolaan pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;
5. Membangun model sistem dinamik pengel Teluk Youtefa
Tabel 2. Penelitian sebelumnya di Teluk Youtefa dan kebaruan penelitian peneliti
1 2 3 4 5
No Nama Judul Tujuan Perbedaan dengan
disertasi peneliti 1 Niki EL Disertasi 2006 Analisis kebijakan pengelolaan kawasan taman wisata Teluk Youtefa Jayapura 1. Mengkaji kesenjangan kebijakan dalam
pengembangan Taman Wisata Teluk Youtefa
2. Mengkaji komplik
kepentingan pemanfaatan kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa
3. Mengkaji fungsi dan peranan
kelembagaan dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir Taman Wisata Teluk Youtefa
4. Mengkaji kesesuaian aktifitas Kawasan Taman Wisata Teluk Youtefa
5. Menghasilkan arahan strategi pemanfaatan kawsan Taman Wisata Teluk Youtefa
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa; Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 2 Bapedalda Propinsi Irian Jaya (2000) Perencanaan Pembangunan Taman Hutan Raya (TAHURA)
1) Pengawetan plasma nuftah flora fauna ekosistem unik; Perlindungan sistem ekologi; dan Pelestarian manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa;
Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 3 Robert Lukas N Awi (2007) geometri akuifer daerah Teluk Youtefa Kota Jayapura
Jenis dan geometri akuifer 1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa; Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 4 Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Papua (2008) kelestarian terumbu karang
Analisis terumbu karang 1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa 3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa; 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa; Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa 5 Unipa (2006) Potensi sumber daya Teluk Youtefa berbasis masyarakat di Kota Jayapura
1. Menganalisis potensi sumber daya kawasan Teluk Youtefa 2. Menginventarisir partisipasi &
keterlibatan masyarakat dalam melakukan pemanfaatan perikanan & sumber daya Teluk Youtefa secara berkelanjutan 3. Potensi sumber daya kawasan
Teluk Youtefa berdasarkan wilayah & jenis komponen sumber daya yang ditinjau dari aspek biologi-ekologi,
fisik-1. Mengetahui kondisi eksisting pada saat pasang dan surut, status dan indeks penc Teluk Youtefa;
2. Mengetahui beban pencemaran, kapasitas asimilasi, flushing time Teluk Youtefa
3. Strategi pengendalian pencemaran Teluk Youtefa;
kimia, lingkungan, perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengelolaan perikanan, & aspek ekonomi perikanan, wisataa, budaya. 4. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan Teluk Youtefa; Membangun model sistem dinamik pengelolaan Teluk Youtefa
Berdasarkan uraian pada tabel 1 dan tabel 2, bahwa ada perbedaan antara peneliti terdahulu dengan disertasi peneliti, baik di luar dan di Teluk Youtefa. Perbedaan disertasi ini dengan penelitian lain terdapat pada kolom ke 5.
Novelty (Kebaruan Penelitian):
Berdasarkan uraian di atas dan hasil penelitian bahwa kajian di Teluk Youtefa masih bersifat parsial dan belum pernah melakukan analisis kelembagaan dengan melibatkan pakar. Oleh sebab itu, keterbaruan dalam hasil penelitian ini adalah dihasilkannya kualitas perairan Teluk Youtefa pada kondisi pasang dan surut, kemudian dihasilkannya dukungan kuat LMA, ondoapi, dan kepala suku dalam analisis kelembagaan pengembangan model pengelolaan Teluk Youtefa. Kemudian menghasilkan model dinamik pengelolaan Teluk Youtefa dengah pendekatan sistem.