• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROCEDING TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR TATALAKSANA BERBAGAI PERSOALAN MEDIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROCEDING TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR TATALAKSANA BERBAGAI PERSOALAN MEDIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i

ISBN: 978-602-73790-0-8

PROCEDING

TEMU ILMIAH: KONSEP MUTAKHIR

TATALAKSANA BERBAGAI PERSOALAN

MEDIS

Dalam Rangka Dies Natalis

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ke-33

BANDA ACEH, 3 OKTOBER 2015

(2)

EDITOR

Dr. dr. Bakhtiar, M.Kes., SpA(K) dr. Tita Menawati Liansyah, M.Kes

dr. Marisa, M.Gizi dr. Nur Wahyuniati, M.Imun

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara atau dalam bentuk apapun tanpa seijin

penulis dan penerbit

Penerbit:

Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2015

(3)

ii

KATA SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Merupakan kehormatan bagi saya untuk membuka kegiatan temu ilmiah nasional dengan tema “Konsep Mutakhir Tatalaksana Berbagai Persoalan Medis” dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ke-33. Mewakili Fakultas Kedokteran Unsyiah saya menghaturkan ucapan selamat datang kepada seluruh peserta dan pembicara yang telah berpartisipasi dalam menyukseskan kegiatan ini.

Pada tahun ini, FK Unsyiah memperingati hari jadi ke-33. Sebagai bagian dari dunia pendidikan kedokteran di tingkat Nasional maupun Internasional, Fakultas Kedokteran Unsyiah berkewajiban untuk berperan aktif dalam perkembangan mutakhir dunia kedokteran serta dituntut untuk menemukan inovasi-inovasi baru dalam tatalaksana medis dan penelitian kedokteran.

Melalui kegiatan temu ilmiah ini diharapkan sebagai ajang silaturrahmi antar civitas akademika FK Unsyiah sembari mendapatkan update di bidang kedokteran dan kesehatan. Kami percaya bahwa melalui kegiatan-kegiatan ilmiah serupa civitas akademika FK Unsyiah mampu memunculkan inovasi-inovasi baru dalam bidang kedokteran.

Kegiatan temu ilmiah ini mencakup orasi ilmiah dari keynote speaker serta presentasi oral dan poster topik-topik kedokteran dan kesehatan yang relevan. Kami berterima kasih kepada seluruh pembicara tamu atas kontribusi waktu dan dukungan untuk terselenggaranya kegiatan temu ilmiah ini. Kepada seluruh penulis artikel imiah yang dimuat pada proceeding ini kami haturkan terima kasih atas usaha dan kerja kerasnya.

Akhir kata, izinkan saya untuk mengucapkan selamat datang dan selamat menikmati keramahtamahan kota Banda Aceh serta suasana kekeluargaan FK Unsyiah.

Terima Kasih.

(4)

iii

KATA SAMBUTAN KETUA EDITOR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih, penghargaan setinggi-tingginya dan selamat kepada seluruh peserta dan pembicara kegiatan temu ilmiah nasional dengan tema “Konsep Mutakhir Tatalaksana Berbagai Persoalan Medis” dalam rangka Dies Natalis Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala ke-33. Kegiatan ini diselenggarakan di Academic Activity

Center Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, 3

Oktober 2015.

Merupakan kebanggaan bagi saya melihat antusiasme dan partisipasi civitas akademika dari Universitas Syiah Kuala maupun dari Universitas lainnya di Indonesia pada kegiatan ini. Suksesnya kegiatan temu ilmiah ini dan terbitnya prosiding merupakan keberhasilan semua pihak, dan kita semua patut bersyukur atas capaian ini.

Kami menerima sejumlah 38 artikel ilmiah dari para peneliti, klinisi dan akademisi. Artikel ilmiah yang masuk ke tim editor sangat bervariasi dari berbagai rumpun ilmu kedokteran dan kesehatan. Bahasan yang termuat dalam prosiding ini mencakup bahasan dari level molekuler hingga aplikasi praktis di masyarakat.

Kami berharap agar kegiatan temu ilmiah ini dapat menjadi wahana bagi para akademisi dan praktisi kesehatan untuk membahas berbagai permasalahan medis. Merupakan kebanggaan bagi kami untuk dapat menjadi penyelenggara dan merangkumnya dalam prosiding ini.

Sekali lagi, selamat dan sukses kepada seluruh kontributor artikel ilmiah pada prosiding ini, sampai bertemu pada kegiatan temu ilmiah Dies Natalis FK Unsyiah selanjutnya.

Terima Kasih.

(5)

iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Syiah Kuala ... ii Kata Pengantar Ketua Editor ... iii Daftar Isi ... iv 1. Pendekatan Diagnosis Penyakit pada Anak Hemoptisis

Bakhtiar

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 1

2. Diare Akibat Alergi Susu Sapi Sulaiman Yusuf

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 9

3. Biomarker Sepsis pada Penyakit Kritis Jufitriani Ismy

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 20

4. Terapi Pengganti Ginjal Maimun Syukri

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 41

5. Malaria: Dari Sudut Pandang Biologi Molekuler Kurnia Fitri Jamil

FK Universitas Syiah Kuala... 47

6. Diagnosis dan Tatalaksana Hipokalemia Desi Salwani

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 57

7. Peran Imunomodulator Pada Penyakit Infeksi Masra Lena Siregar

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 73

8. Diagnosis Community Aquired Pneumonia (CAP) dan Tatalaksana Terkini

Yunita Arlini

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 86

9. Polimorfisme Gen Fibrinogen dan Stroke Iskemik Imran

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 98

10. Hipertensi dan Dimensia Suherman

(6)

11. Myofascial Trigger Point Pain (MTrPs) pada Otot- otot

Kepala-Leher Sebagai Penyebab Nyeri Kepala Kronik Dessy R Emril, Nasrul Musadir, Novita Nurul K

FK Universitas Syiah Kuala... 123

12. Penanganan Update dengan Intervensi Pada Penyakit Serebrovascular

Muhammad Yusuf

FK Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe ... 133

13. Kejang Pada Tumor Otak Nasrul Musadir

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 149

14. Monosodium Glutamat (MSG) dan Efek Neurotoksisitasnya Pada Sistem Saraf Pusat

Rezania Razali

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 159

15. Fungsi Kognitif Pasien Stroke Berdasarkan Mini Mental State

Examination (Mmse) di Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Kabupaten Aceh Utara Azizah Malik, Meutia Maulina

FK Universitas Malikulsaleh Lhokseumawe ... 169

16. Penggunaan Antipsikotik Pada Skizofrenia Rio J Pamungkas

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 182

17. Peningkatan Kemandirian Lansia Berdasarkan Perbedaan Activities Daily Living: Perawatan Lansia di Rumah dan di Panti Werda

Yudhiakuari Sincihu, Bernadette Dian Novita Dewi

FK Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya... 190

18. Diagnosis dan Penanganan Rhinosinusitis Teuku Husni TR

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 210

19. Efek Kardiotoksik Antihistamin Terfenadin pada Pengobatan Rhinitis Alergika

Hijra Novia Suardi

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 230

20. Penatalaksanaan Terkini Pada Melasma Fitria Salim

FK Universitas Syiah Kuala Badna Aceh ... 241

(7)

vi

21. Pendekatan Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor Vaskuler

Emil Akmal

FK Universitas Sumatera Utara, Medan ... 249

22. Aspek Biomolekuler dalam Proses Penyembuhan Fraktur Safrizal Rahman

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 266

23. Stereotactic Radiosurgery Pada Skull Base Tumor Rima Novirianthy, Henry Kodrat

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,

FK Universitas Pelita Harapan Jakarta ... 287

24. Human Immunodeficiency Virus/Acquired

Immunodeficiency Syndrome Prevention

Liza Salawati

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 299

25. Pelayanan Kesehatan di Era Jaminan Kesehatan Nasional: “Siapa yang Diuntungkan dan Dirugikan?”

Rachmad Suhanda

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 313

26. Dokter Layanan Primer dan Pelayanan Kesehatan Hendra Kurniawan

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 323

27. Peran Kedokteran Keluarga Dalam Palliative Care Pada Pasien Dengan Life-Limiting Illnesses

Tita Menawati Liansyah

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 334

28. Optimalisasi Pelayanan Kesehatan RSUDZA: Integrasi Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental

Lely Safrina

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 345

29. Upaya Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia: Keunggulan dan Kendala

Irmaini

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 356

30. Reaksi Kompleks Imun pada Rheumatoid Arthritis Nur Wahyuniati, Marisa, Reza Maulana

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 368

31. Peran Sistem Komplemen pada Patogenesis Aterosklerosis Reza Maulana, Hidayaturrahmi, Nur Wahyuniati

(8)

vii

32. Analisis Kualitas Sperma Tikus Putih (Rattus Norvegicus) dengan Makanan Tinggi Kalori pada Pemberian Ekstrak Manggis (Garciana mangostana)

Dahril, Dasrul, Dhita Dwiyani, Reza Maulana

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,

FKH Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 392

33. Peran Prebiotik Pada Penanganan Sindrom Metabolik: Efek Modulasi terhadap Mikrobiota Usus

Marisa

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 408

34. Hubungan Pola Makan dan Kadar Kolesterol Darah dengan Batu Saluran Kemih Di Poli Urologi

RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Husnah

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 421

35. Potensi Zink Dalam Tatalaksana Berbagai Penyakit Nesyana Nurmadilla, Marisa

FK Universitas Muslim Indonesia, Makassar

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 430

36. Deteksi Resistensi Mycobacterium kusta Secara Molekuler Mudatsir

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 439

37. Insidensi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) dari Mukosa Hidung Paramedis di Ruang Intensif

RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Zinatul Hayati,Ridhia Putri

FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ... 449

38. Movement Of The Thorax: Pendekatan Kinesiologi Hidayaturrahmi, Reza Maulana

(9)

149

13

Kejang Pada Tumor Otak

Nasrul Musadir

Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh

Definisi dan Pengertian

Tumor disebut juga neoplasma adalah jaringan abnormal yang tumbuh secara tidak terkontrol pada jaringan tubuh. Pada sel normal terjadi pertumbuhan secara terkontrol dan biasanya akan mengganti sel yang sudah tua ataupun rusak dengan sel yang baru. Sel tumor yang terjadi akan berkembang secara tidak terkendali tanpa penyebab yang jelas. Tumor otak merupakan sekumpulan sel abnormal yang tumbuh tak terkontrol membentuk massa di dalam ruang tengkorak kepala (intracranial). 1

Tumor otak terdiri dari tumor primer yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak sendiri. dan tumor sekunder (metastase) yang merupakan tumor yang berasal dari daerah lain dan menyebar ke otak. Bagaimana pilihan tatalaksana tumor yang tumbuh di otak tersebut sangat bervariasi bergantung pada tipe, ukuran, lokasi, penyebaran tumor dan usia pasien saat tumor terdiagnosis, Tumor otak primer merupakan pertumbuhan

(10)

150

abnormal yang dimulai dari otak dan biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor otak primer dapat terdiri dari jenis tumor benigna dan maligna. Tumor benigna biasanya berbatas tegas, dan jarang menyebar. Meskipun tidak bersifat ganas, tumor jenis ini dapat mengancam jiwa jika tumbuh di area vital. Sedangkan tumor maligna tumbuh dan menyebar dengan cepat di bagian otak dan berbatas tidak tegas. Meskipun bersifat ganas, tumor jenis ini jarang menyebar ke luar otak dan medula spinalis.1,2 Tumor otak sekunder (metastatic) merupakan penyebaran dari kanker pada bagian lain dari tubuh dan menyebar ke otak, misalnya tumor paru yang menyebar ke otak, ini disebut dengan kanker metastase paru.1,2

Grading tumor Otak

World Health Organization (WHO) telah menetapkan sistem stadium

untuk menstandarisasi rencana penatalaksanaan dan prediksi terhadap pertumbuhan tumor otak. Grade dari tumor otak tersebut menunjukkan bagaimana keabnormalan sel yang terlihat secara mikroskop dan menunjukkan juga kecepatan pertumbuhan dan penyebaran dari tumor otak tersebut. Sistem stadium tersebut terdiri dari :1,2

1. Grade I

Pada stadium ini, tumor berkembang secara lambat, dengan sel yang tampak kecil ataupun sel normal, dan jarang terlihat menyebar disekitar jaringan lunak lainnya. Pada stadium ini tindakan operatif untuk mengangkat tumor masih sangat dimungkinkan.1,2

(11)

151

Stadium ini menunjukkan adanya penyebaran di sekitar jaringan lunak meskipun tumor berkembang secara lambat. Pada tahap ini, tumor dapat saja berkembang ke gradium yang lebiuh tinggi.1,2

3. Grade III

Akan terlihat perbedaan yang jelas antara sel tumor dengan sel normal disekitarnya. Tumor berkembang secara cepat dan seringkali menyebar ke jaringan lunak yang lain.1,2

4. Grade IV

Pertumbuhan tumor terjadi secara sangat cepat dan agresif, dan sel tumor terlihat berbeda dengan sel normal. Pada stadium ini, tumor sulit untuk diterapi.1,2

Gejala Klinis

Berbagai gejala klinis dapat terjadi akibat tumor otak. Gejala awal dapat berupa nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus. Pada tahap lebih lanjut, akibat pendesakan jaringan otak, pasien dapat mengalami tanda-tanda peningkatan tekanan tinggi intrakranial. Bisa terjadi gangguan visus, hemiparesis dan gejala gangguan serebral umum seperti perubahan perilaku, perubahan kemampuan berfikir, kehilangan nafsu makan, dan kejang merupakan keadaan yang sering didapati pada penderita tumor otak..1,2,3,5

 Nyeri kepala

Nyeri kepala bersifat ringan, episodik sampai berat, serta berdenyut. Umumnya bertambah berat di malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur dimana terjadi peninggian tekana intrakranial. Nyeri kepala ditemukan 30% pada tumor otak, sedangkan 70% ditemukan pada gejala lanjut.3,5

(12)

152

 Muntah

Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan tidak disertai dengan mual.3,5

 Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial

Keluhan nyeri kepala di daerah frontral dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil dn penurunan kesadaran. Jika papil udem ditemukan perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.3

 Kejang

Kejang merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita dengan lesi intracranial. Kemungkinan adanya tumor otak perlu dicurigai bila kejang terjadi pada usia di atas 25s, kemudian pada penderita yang mengalami post iktal paralisis, dan terjadinya status status epilepsi.3

Kejang merupakan onset gejala yang sering didapati pada penderita tumor otak. Bangkitan epilepsi yang terjadi akibat tumor otak telah dibahas sejak abad 19; dimana John Hugling Jackson merupakan orang yang pertama kali melaporkan hubungan langsung antara kejang dan tumor otak. Kejang dapat saja terjadi sebagai gejala awal dan bisa terus terjadi selama proses pengobatan terhadap tumor otaknya.3 . Kira-kira

30-50% pasien dengan tumor otak mengalami kejang sebagai gejala awal dan umumnya pasien dengan tumor otak primer lambat mengalami angka insiden kejang mencapai 80-90%.. Kejang yang terjadi umunya berupa kejang fokal dengan generalisasi sekunder dan seringnya sulit diobati (refractory epileptic). Kejang yang terjadi belakangan biasanya dapat juga diakibatkan prosedur tindakan bedah saraf atau perkembangan lebih

(13)

153

lanjut dari lesi abnormal intrakranial tersebut. Pengobatan terhadap penderita tumor otak yang disertai dengan epilepsi tersebut umumnya sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan dari berbagai bidang. Karenanya di samping sebagai penanda diagnosis tumor otak, kejang juga merupakan patokan penting dalam menilai kualitas hidup pasien.Berbagai penelitian telah menunjukkan hubungan antara awal timbulnya kejang dengan prognosis yang lebih baik.

Patofisiologi Kejang Pada Tumor Otak

Bagaimana hubungan antara tumor dan timbulnya kejang sebenarnya masih belum dipahami sepenuhnya. Secara pathogenesis sampai saat ini ada dua pendapat yang menghubungkan antara tumor dan timbulnya kejang. Pendapat pertama didasarkan pada asal tumor, dimana tumor mengeluarkan molekul yang dapat menjadikan jaringan tumor bersifat epileptogenic. Pendapat yang lain berdasarkan pada pemikiran bahwa tumor menekan jaringan normal di sekitarnya yang kemudian pada waktunya berubah menjadi “epileptogenic” setelah mengalami proses iskemia dan hipoksia.

Sementara secara mekanisme, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang pada penderita tumor otak :

1. Histologi

Dari segi histologi kejang biasanya terjadi pada pasien pada tumor jinak seperti disembriblastik neuroepitelial tumor, ganglioglioma dan

oligodendroglioma. Sementara pada tumor-tumor ganas seperti dan

tumor metastase seperti glioblastoma multiform kejang jarang terjadi. Penjelasan mengenai hal ini adalah pada tumor jinak terjadi deferensiasi sel yang baik yang mampu mengeluarkan neurotransmitter dan zat-zat modulator yang bersifat epileptogenik. Materi-materi tersebut akan

(14)

154

merangsang korteks dan subkorteks yang akan memicu transmisi elektrik sebagai precursor kejang. Selain itu, inflamasi kronis berupa edem perifokal akan mengubah komposisi elektrolit yang dapat memicu timbulnya kejang. Sementara, kenyataannya juga tidak semua pasien dengan lokasi dan histology yang sama akan mengalami kejang. Hal ini memberikan kemungkinan adanya factor genetic yang berperan dalam hubungan tumor otak dan terjadinya kejang.10,11,12

2. Lokasi Tumor

Lokasi sebuah tumor juga sangat menentukan timbulnya kejang. Tumor yang belokasi di daerah subkorteks sangat jarang menimbulkan gejala kejang. Beberapa penelitian menyebutkan keberadaan tumor di korteks serebri terutama di subtansia grisea merupaka lokasi yang sering menimbulkan kejang. Dari segi pembagian lobus, lobus frontal dan lobus temporal serta sistem limbik berperan penting dalam terjadinya kejang.4

3. Sawar Darah Otak

Komponen selular yang menyusun sawar darah otak meliputi sel endothelial, astrosit, perisit, neuron, dan komplek jungtional dan juga dilapisi oleh protein seperti okludin, klaudin, dan molekul adhesi. Aktivitas proliferasi sel-sel tumor akan menghasilkan zat-zat yang akan merusak sawar darah otak, sehingga menurunkan fungsi protein transmembran, sehingga dihasilkan VascularEndothelial Growth Factor (EGF). Difusi zat VEGF di peritumor akan menginisiasi edema disekitar lesi yang berakibat pada meningkatkan TGF beta, akumulasi potasium, dan N-methyl-D-aspartate (NMDA) yang memediasi hipereksitabilitas dari susunan saraf dan berujung pada timbulnya kejang.4

(15)

155

Komunikasi antar sel glia dijembatani oleh protein yang dinamakan connexins. Sel-sel tumor akan mengeluarkan materi-materi yang berperan dalam peningkatan reaktivitas protein tersebut, sehingga koneksi antara sel glia menjadi meningkat. Hipereaktivitas dari connexins merupakan salah satu faktor pencetus kejang.4

5. Perubahan Molecular Genetilk

Faktor genetic yang dimiliki oleh sel tumor jika memilki peran dalam timbulnya proses kejang. Sebagai contoh, ekspresi gen tumor LGI1 berkontribusi dalam mempercepat pertumbuhan sel tumor disertai peningkatan aktivitas potensial aksi sel-sel normal disekelilingnya. Perubahan genetik dari sel tumor itu sendiri juga dapat menjadi focus eksitatorik yang berperan dalam proses terjadinya kejang.4

IV. Treatment

Pasien dengan tumor otak yang berkaitan dengan epilepsi memperlihatkan gambaran terapi yang sangat kompleks dan memerlukan pendekatan unik dan multidisiplin. Banyak faktor yang berpengaruh dan perlu dipertimbangkan. Pertama, manajemen dari pemberian terapi farmakologik termasuk penggunaan obat antiepilepsi, kemoterapi, dan terapi suportif yang dapat menimbulkan interaksi obat dan efek kolateral. Kedua, pertimbangan untuk mempertahankan kualitas hidup yang baik untuk pasien. Sebagai tambahan, kita harus mengetahui epilepsi masih menjadi stigma dan mengakibatkan seseorang yang didiagnosa dengan penyakit ini akan dikucilkan dari kehidupan social.17

Kehadiran epilepsi dianggap faktor risiko yang paling penting bagi kecacatan jangka panjang pada pasien tumor otak. Untuk itu, pemberian obat-obatan yang tepat dan efek samping obat sangat penting. Berdasarkan efektivitas klinis, obat antiepilepsi (Antiepileptic Drugs/

(16)

156

AED) pada pasien tumor otak dengan epilepsi, penggunaan obat antiepilepsi seperti Carbamazepine, Phenytoin, dan Fenobarbital memberikan efektitivitas yang sedikit. Penggunaan obat antiepilepsi seperti monoterapi oxcarbazepine menunjukkan 62,9% pasien bebas dari kejang, sedangkan penggunaan monoterapi topiramate menunjukkan 55,6% pasien bebas kejang. Penggunaan monoterapi Levetiracetam ataupun sebagai terapi tambahan lebih baik, yang menunjukkan 88% pasien bebas kejang.18

Efek samping dari obat dapat dibagi menjadi dua jenis:

1) Toksisitas pada dosis-independen yang tak terduga, dan biasanya manifestasi muncul dalam tahap awal pemberian obat;

2) Efek toksik akut, yang tergantung dosis, sangat sering, dan dapat terjadi sepanjang perjalanan pengobatan dengan obat (efek ini sering karena modifikasi farmakokinetik yang disebabkan oleh terapi bersamaan), dan 3) Efek toksik kronis, yang timbul setelah bulan atau tahun pengobatan, terkait dengan jumlah total obat yang dikonsumsi, yang spesifik untuk masing-masing obat, dan bahkan dapat muncul pada dosis terapi.17

Setiap AED dikaitkan dengan efek samping tertentu, baik pasien onkologi dan non-onkologi:

1) Fenobarbital menyebabkan gambaran kognitif yang buruk (sedasi, masalah perilaku, defisit kognitif, perasaan depresi), dan penggunaannya tidak dianjurkan pada pasien dengan tumor otak dan defisit kognitif. Hal ini juga dapat menyebabkan anemia megaloblastik dan periarthritis scapular-humerus, yang terakhir sering menyebabkan nyeri dan fungsional impotensi, yang dapat memperburuk kecacatan yang berhubungan dengan tumor.17

(17)

157

2) Carbamazepine dapat menyebabkan pusing, diplopia dan sedasi, sedangkan efek khusus yang paling ditakuti, meskipun jarang, adalah toksisitas hematologi, biasanya terjadi hanya pada awal perawatan, leukopenia ringan dan non-progresif, yang tidak memerlukan suspensi obat.17

3) Phenytoin dapat menyebabkan agranulositosis (yang tidak memerlukan suspensi obat) dan ensefalopati akut dengan masalah psikologis dan neurologis itu, dengan tidak adanya tanda-tanda klasik keracunan, bisa untuk menyarankan perkembangan tumor.17 4) Topiramate dapat menyebabkan masalah dengan bahasa dan

memori. Secara khusus, satu studi double-blind dari subyek sehat menunjukkan penurunan global fungsi kognitif, terutama bahasa dan memori, tapi bukan dari fungsi motorik.17

5) Diantara AED baru, salah satunya levetiracetam memberikan toleransi yang lebih baik, yang menunjukkan efektifitas yang baik dan beberapa efek samping, tetapi dapat menyebabkan perilaku agresif dan agitasi.17

Daftar Pustaka

1. Philip Theodosopoulus. Brain Tumor: an Introduction. Mayfield Clinic. 2013: http://www.mayfieldclinic.com

2. Manoj L, Kalyani M, Jyothi K, Bhavani GG, Govardhani V. Review of brain and brain cancer treatment. International journal of Pharma and Bio Sciences. 2011;1(2): 468-477

3. Ausman. Intracranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology. Philadelphia: Harper & Row. 1987: 649-659

4. Gan You, Zhiyi Sha, Tao Jiang. The pathogenesis of tumor-related Epilepsy and its Implications for Clinical Treatment. J.

Seizure. 2012;21: 153-159

5. Black BP. Brain tumor review article. Nejm. 1991;324: 1471-1471

(18)

158

6. Van Breemen MS, Wilms EB, Vecht CJ. Epilepsy and Patiens with Brain tumors: Epidemiology, Mechaanisms, and management. Lancet Neurol. 2007;6: 421-30

7. Lote K, Stenwig AE, Skullerud K, Hirschberg H. Prevalence and prognostic Significance of Epilepsy in patients with gliomas. Eur J cancer 1998;34: 98-102

8. Danfors T, Ribom R, berntsson SG, Smits A. Epileptic Seizure and Survival During Early disease in grade 2 gliomas. Eur J Neurol. 2009;16: 823-831

9. Piepmeier J, Christoper S, Spencer D, Byne T, Kim J, knisel JP, et al. Variations in the natural history and survival of patients with supratentorial low grade astricytomas. Neurosurgery. 1996;38: 872-878

10. Beaumont A, Whittle IR. The pathogenesis of tumor associated apilepsy. Acta Neurochir. 2000;142:1-15

11. Rosati A, Tomassini A, Pollo B, Ambrosi C, Schwart A, Padovani, et al. Epilepsy in cerebral glioma: timing of appearance and histological correlations. J Neuroncol. 2009; 93: 395-400 12. Wolf HK, Roos D, Blumcke I, Pietsch T, Wiestler OD.

Perilesional neurochemical changes in focal epilepsies. Acta Neuropathol. 1996;91: 376-84

13. Schaller B, Ruegg SJ. Brain tumor and seizures: pathophysiology and its implications for treatment revisited. Epilepsia. 2003;44: 1223-32

14. Engel Jr J. Seizures and epilepsy. Philadelphia: FA Davis; 1989. P. 221-39

15. Chi OZ, Hunter C, Liu X, Tan T, Weiss HR. Effects of VEGF on the blood brain barrier disruption caused by hyperosmolarity. Pharmacology. 2008; 82: 187-92

16. Aronica E, Gorter JA, Jansen GH, Leenstra S, Yankaya B, Troost D, et al. Expression of connexin 43 and connexin 32 gap junction proteins in epilepsy associated brain tumor and in the perilesional apileptic cortex. Acta Neuropathol. 2001;101: 449-59

17. Maschio M. Brain tumor related epilepsy. Current Neurophamacology. 2012;10: 124-133

18. Maschio M, Dinapoli L, Savcriano F, Pompili A, Carapella, Vidiri A, Jandolo B. Efficacy and tolerability of zonisamide as add on in brain tumor related epilepsy: preliminary report. Acta Neurol. 2009;120: 210-212

Referensi

Dokumen terkait