• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sumber : BPS, diolah Pusdatin Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dari Redaksi Pembaca Yth.,

Kinerja perekonomian suatu sektor dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Buletin PDB Sektor Pertanian edisi ini menyajikan informasi tentang perkembangan kinerja sektor pertanian selama tahun 2012 - 2013, khususnya triwulan I 2013. Selain itu juga disertakan informasi tentang kontribusi sektor pertanian dan pengaruh musim terhadap kinerja masing-masing sub sektor pendukungnya.

Kritik dan saran membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan buletin ini. Semoga buletin ini bermanfaat.

Daftar Isi

Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013 ... 1 Kontribusi Setiap

Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan I Tahun 2013 ... 2 Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013 ... 3 Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan I

Tahun 2013 ... 4 Indeks Implisit dan

Tingkat Perubahan Harga Produsen Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013 ... 6

inerja sektor pertanian sempit (sub sektor tanaman

bahan makanan,

perkebunan dan

peternakan) pada periode triwulan I tahun 2013 menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan IV tahun 2012 maupun triwulan I tahun 2012. Perbaikan kinerja ini ditandai dengan adanya peningkatan PDB baik secara riil maupun nominal (Gambar 1).

Sub sektor tanaman bahan makanan mencatat peningkatan kinerja tertinggi dibandingkan sub sektor pertanian lainnya. PDB sub sektor

tanaman bahan makanan pada triwulan I tahun 2013 meningkat sebesar 68,60 persen terhadap triwulan sebelumnya,

sedangkan PDB

perkebunan dan

peternakan turun masing-masing sebesar 12,76 persen dan 3,38 persen. Secara riil total PDB triwulan I pada tahun 2013 ketiga sub sektor tersebut mencapai Rp. 67,23 triliun.

Sementara itu secara nominal PDB ketiga sub sektor pertanian sempit tersebut mencapai Rp. 243,82 triliun dengan kontribusi sebesar 11,36 persen dari total PDB Indonesia.

B u l e t i n P D B S e k t o r P e r t a n i a n diterbitkan 4 (empat) kali dalam setahun (Triwulanan) oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Pengarah/Penanggung Jawab: Ir. Tassim Billah, MM; Penyunting: Ir. Dewa N. Cakrabawa, MM; Penyunting Pelaksana: Ir.Sabarella, MSi.; Penyusun: Metha Herwulan Ningrum, Ir. Rumonang Gultom, Megawaty Manurung, SP; Layout-Publikasi : Heri Dwi Martono, Rinawati, SE, Heruwaty; Alamat Redaksi: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jl. Harsono

K

P PuussaattDDaattaaddaannSSiisstteemm I InnffoorrmmaassiiPPeerrttaanniiaann K KeemmeenntteerriiaannPPeerrttaanniiaann

V

V

o

o

l

l

u

u

m

m

e

e

1

1

2

2

,

,

N

N

o

o

m

m

o

o

r

r

2

2

,

,

J

J

u

u

n

n

i

i

2

2

0

0

1

1

3

3

ISSN : 1412 - 4343

PDB Sektor Pertanian

B u l e t i n

Sumber : BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara

(2)

Perkembangan PDB

Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan I

Tahun 2013

Kinerja perekonomian

Indonesia pada awal tahun 2013 mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan IV

tahun 2012 yang dicerminkan oleh membaiknya nilai PDB triwulan I tahun 2013. Secara

nominal PDB Indonesia

mencapai Rp. 2.146,38 triliun atau naik Rp. 50,69 triliun

dibandingkan triwulan IV

tahun 2012, sedangkan jika dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya

terjadi kenaikan sebesar Rp. 170,91 triliun (Tabel 1).

PDB Indonesia berasal dari 9 lapangan usaha dengan

sumbangan masing-masing

sektor sebagai berikut: sektor pertanian sebesar Rp. 322,81 triliun, sektor pertambangan dan penggalian Rp. 245,68

triliun, sektor industri

pengolahan Rp. 506,26 triliun, sektor listrik, gas dan air bersih Rp. 17,74 triliun, sektor Bangunan Rp. 218,50 triliun, sektor perdagangan, hotel dan restoran Rp. 302,91 triliun, sektor pengangkutan dan komunikasi Rp. 145,97

triliun, sektor keuangan,

persewaan dan jasa

perusahaan Rp. 162,71 triliun, serta sektor jasa-jasa Rp.

223,81 triliun. Dari

kesembilan lapangan usaha tersebut, PDB non migas tercatat sebesar Rp. 1.986,57 triliun.

PDB sektor pertanian dalam arti luas (mencakup sub sektor tanaman bahan

makanan, perkebunan,

peternakan, kehutanan dan perikanan) secara nominal mencapai Rp. 322,81 triliun atau meningkat Rp. 65,24 triliun dibandingkan triwulan

2013 ***)

Tw. I Tw. IV Tw. I

1. P e r t a n i a n 300,37 257,56 322,81

a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 230,09 175,14 243,82 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 166,40 102,71 175,12

- Tanaman Perkebunan 28,89 33,76 30,28

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 34,80 38,67 38,42

b. K e h u t a n a n 11,65 14,95 12,20

c. P e r i k a n a n 58,63 67,48 66,79

2. Pertambangan dan Penggalian 250,30 234,26 245,68

3. Industri Pengolahan 467,20 515,22 506,26

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 15,30 17,14 17,74

5. Bangunan 199,10 230,54 218,50

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 267,66 302,40 302,91

7. Pengangkutan dan Komunikasi 129,98 144,84 145,97

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 143,55 155,56 162,71

9. Jasa-jasa 202,00 238,18 223,81

PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.975,48 2.095,69 2.146,38

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 1.812,27 1.940,15 1.986,57

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah), 2012 - 2013

Lapangan Usaha 2012

(3)

IV 2012 yang sebesar Rp. 257,56 triliun.

Peningkatan tersebut

dipacu oleh peningkatan PDB sub sektor tanaman bahan makanan yang berhasil naik Rp. 68,68 triliun, yaitu dari Rp. 175,14 triliun (triwulan IV 2012) menjadi Rp. 243,82 triliun (triwulan I 2013) karena adanya musim panen komoditas padi. Sub sektor lainnya mengalami penurunan

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sub sektor

perkebunan turun dari Rp. 33,76 triliun (triwulan IV 2012) menjadi Rp. 30,28 triliun. Sub sektor peternakan turun dari Rp. 38,67 triliun menjadi Rp. 38,42 triliun. Sub sektor kehutanan turun dari

Rp. 14,95 triliun menjadi Rp. 12,20 triliun, sedangkan sub sektor perikanan mengalami penurunan dari Rp. 67,48 triliun menjadi Rp. 66,79 triliun. Namun demikian jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 nilai nominal PDB seluruh sub sektor

pertanian mengalami peningkatan. Kontribusi PDB Sektor Pertanian Terhadap PDB Indonesia Triwulan I Tahun 2013

Peranan setiap lapangan usaha dalam pembentukan nilai tambah bruto dapat diketahui dari PDB atas dasar harga berlaku. Pada triwulan I

tahun 2013 PDB sektor

industri pengolahan

memberikan kontribusi

terbesar terhadap PDB

Indonesia, yaitu sebesar

23,59 persen. Sektor ini didominasi oleh kelompok industri non migas, khususnya industri makanan, minuman, dan tembakau yang sebagian merupakan industri berbasis pertanian.

Sektor pertanian berada di peringkat kedua dengan

kontribusi sebesar 15,04

persen. Kelompok sub sektor tanaman bahan makanan yang mencakup komoditas padi, palawija, sayuran dan

buah-buahan, memberikan

kontribusi sebesar 8,16 persen

2013 ***)

Tw. I Tw. IV Tw. I

1. P e r t a n i a n 15,21 12,29 15,04

a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 11,65 8,36 11,36

- Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 8,42 4,90 8,16

- Tanaman Perkebunan 1,46 1,61 1,41

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,76 1,85 1,79

b. K e h u t a n a n 0,59 0,71 0,57

c. P e r i k a n a n 2,97 3,22 3,11

2. Pertambangan dan Penggalian 12,67 11,18 11,45

3. Industri Pengolahan 23,65 24,58 23,59

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,77 0,82 0,83

5. Bangunan 10,08 11,00 10,18

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,55 14,43 14,11

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,58 6,91 6,80

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,27 7,42 7,58

9. Jasa-jasa 10,23 11,37 10,43

PRODUK DOMESTIK BRUTO 100,00 100,00 100,00

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 91,74 92,58 92,55

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Lapangan Usaha

Tabel 2. Kontribusi PDB Setiap Lapangan Usaha terhadap PDB Indonesia (%), 2012 - 2013

(4)

terhadap total PDB Indonesia.

Kontribusi sub sektor

pertanian lainnya masing-masing sebesar 1,41 persen (sub sektor perkebunan), 1,79 persen (sub sektor peternakan

dan hasil-hasilnya), 0,57

persen (sub sektor

kehutanan) dan sub sektor

perikanan sebesar 3,11

persen (Tabel 2).

Jika dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya, kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan berhasil naik

sedangkan sub sektor

pendukung pertanian lainnya justru turun.

PDB tanpa faktor

musiman dapat diketahui dari perbandingan antara triwulan I tahun 2013 dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2012 peranan

sektor pertanian menurun dari 15,21 persen menjadi 15,04 persen, sementara lapangan usaha lainnya mengalami peningkatan kecuali sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan dari 12,67 persen menjadi 11,45 persen dan sektor industri pengolahan turun dari 23,65 persen menjadi 23,59 persen.

Kontribusi PDB Sub Sektor Pertanian Terhadap PDB Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013

Kontribusi PDB sub

sektor pertanian terhadap

PDB sektor pertanian

terbesar masih diberikan oleh sub sektor tanaman bahan makanan (Gambar 2). Pada

triwulan I tahun 2013

kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan mencapai 54,25 persen. Peringkat kedua ditempati oleh sub

sektor perikanan dengan

kontribusi sebesar 20,69

persen, diikuti oleh sub sektor peternakan dengan kontribusi sebesar 11,90 persen. Dua sub sektor lainnya yaitu perkebunan dan kehutanan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 9,38 persen dan 3,78 persen.

Jika dibandingkan

triwulan IV tahun 2012, kenaikan kontribusi terjadi pada sub sektor tanaman bahan makanan dari 39,88 persen menjadi 54,25 persen, sedangkan sub sektor lainnya mengalami penurunan (Tabel 3).

Jika dibandingkan

triwulan I tahun 2012

kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan dan kehutanan,

mengalami penurunan,

sementara sub sektor

peternakan dan hasil-hasilnya mengalami peningkatan dari 11,59 persen menjadi 11,90

persen dan sub sektor

perikanan meningkat dari 19,52 persen menjadi 20,69 persen.

(5)

Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013

Kinerja perekonomian

Indonesia pada triwulan I

tahun 2013 secara riil

ditunjukkan oleh nilai PDB atas dasar harga konstan 2000 yang berhasil mencapai Rp. 671,34 triliun (Tabel 4).

Nilai tersebut naik 1,41 persen terhadap triwulan IV tahun 2012 yang mencapai Rp. 662,01 triliun. Adanya

perbaikan kinerja pada

beberapa lapangan usaha, terutama sub sektor Tanaman

Bahan Makanan, ikut

mendukung pencapaian

pertumbuhan nilai tambah tersebut.

Laju pertumbuhan

tertinggi pada triwulan I tahun 2013 dicatat oleh sektor pertanian dari Rp. 69,56 triliun

(triwulan IV 2012) menjadi Rp. 85,61 triliun atau setara dengan pertumbuhan positif 23,06 persen. Sektor lain yang mengalami peningkatan

kinerja adalah sektor

pertambangan dan penggalian

(0,02 persen), sektor

Pengangkutan dan

Komunikasi (1,57 persen),

dan sektor keuangan,

persewaan dan jasa

perusahaan (2,96 persen).

Penurunan laju

pertumbuhan PDB terjadi

pada sektor perkebunan

(12,76 persen), sektor

peternakan dan hasil-hasilnya (3,38 persen), Kehutanan (19,49 persen) dan perikanan (2,12 persen).

Penurunan PDB juga terjadi pada 5 sektor lainnya

yaitu sektor industri

pengolahan (2,28 persen), sektor listrik, gas dan air

bersih (2,56 persen), sektor bangunan ( 4,69 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran ( 2,80 persen) dan sektor jasa-jasa (0,09 persen).

Secara umum sektor

non migas mampu

meningkatkan kinerja lebih baik dari pada sektor migas. Sektor non migas mencatat

pertumbuhan positif 1,51

persen, begitu juga dengan

sektor migas mencapai

pertumbuhan positif sebesar 1,41 persen (Tabel 4).

Di sektor pertanian, pertumbuhan positif untuk triwulan I tahun 2013 hanya dicapai oleh sub sektor tanaman bahan makanan. PDB riil sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp. 46,89 triliun, atau meningkat 68,60 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2012 yang

2013 ***)

Tw. I Tw. IV Tw. I

a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 76,60 68,00 75,53 - Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 55,40 39,88 54,25 - Tanaman Perkebunan 9,62 13,11 9,38 - Peternakan dan Hasil-hasilnya 11,59 15,01 11,90 b. K e h u t a n a n 3,88 5,80 3,78 c. P e r i k a n a n 19,52 26,20 20,69 P E R T A N I A N 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Lapangan Usaha

Tabel 3. Kontribusi Sub Sektor Pertanian terhadap PDB Sektor Pertanian (%), 2012 - 2013

(6)

sebesar Rp. 27,81 triliun. Sementara penurunan laju pertumbuhan nilai tambah bruto terjadi pada sektor lainnya. Penurunan terbesar dialami oleh sub sektor

perkebunan turun dari

Rp. 11.21 triliun menjadi Rp 9,78 triliun pada triwulan I tahun 2013. PDB sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya turun dari Rp. 10,94 triliun menjadi Rp. 10,57 triliun pada triwulan I tahun 2013.

Meskipun terjadi

penurunan pada kedua sub sektor tersebut, kinerja sektor

pertanian dalam cakupan

sempit (tanaman bahan

makanan, perkebunan dan

peternakan) masih

menunjukan peningkatan

sebesar 34,59 persen.

Sementara itu, kinerja sub sektor kehutanan dan

perikanan turun

masing-masing sebesar 19,49 persen dan 2,12 persen terhadap triwulan sebelumnya.

Perkembangan kinerja

perekonomian Indonesia

tanpa pengaruh faktor

musiman dapat diketahui dari

perbandingan nilai PDB

triwulan I tahun 2013

terhadap periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dibandingkan triwulan I tahun

2012 seluruh sektor

pendukung perekonomian

Indonesia menunjukkan

peningkatan kinerja, dengan demikian total nilai tambah bruto Indonesia naik dari Rp. 633,24 triliun (triwulan I 2012) menjadi Rp. 671,34 triliun (triwulan I tahun 2013)

atau setara dengan

pertumbuhan positif 6,02

persen.

Peningkatan tertinggi

terjadi di sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,98 persen. 2013 ***) Tw. I Tw. IV Tw. I Tw. I '13 thd. Tw. IV '12 Tw. I '13 thd. Tw. I '12 1. P e r t a n i a n 82,55 69,56 85,61 23,06 3,70

a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 65,22 49,95 67,23 34,59 3,09

- Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 45,93 27,81 46,89 68,60 2,08

- Tanaman Perkebunan 9,15 11,21 9,78 -12,76 6,87

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 10,14 10,94 10,57 -3,38 4,24

b. K e h u t a n a n 3,74 4,71 3,79 -19,49 1,36

c. P e r i k a n a n 13,59 14,90 14,58 -2,12 7,29

2. Pertambangan dan Penggalian 48,29 48,08 48,08 0,02 -0,43

3. Industri Pengolahan 160,34 173,66 169,70 -2,28 5,84

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,79 5,24 5,11 -2,56 6,54

5. Bangunan 40,49 45,53 43,40 -4,69 7,19

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 112,31 123,08 119,64 -2,80 6,52

7. Pengangkutan dan Komunikasi 63,75 69,02 70,11 1,57 9,98

8. Keuangan, Perswaaan dan Jasa Perusahaan 61,58 64,80 66,72 2,96 8,35

9. Jasa-jasa 59,14 63,03 62,97 -0,09 6,48

PRODUK DOMESTIK BRUTO 633,24 662,01 671,34 1,41 6,02

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 598,22 628,72 638,24 1,51 6,69

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara Lapangan Usaha

2012 **) Laju Pertumbuhan (%) Tabel 4. PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) dan Laju Pertumbuhan (%), 2012- 2013

(7)

PDB sektor pertanian juga mengalami peningkatan sebesar 3,70 persen, yaitu dari Rp. 82,55 triliun pada triwulan I tahun 2012 menjadi Rp. 85,61 triliun pada triwulan I tahun 2013. Peningkatan nilai tambah bruto terjadi pada semua sub sektor pendukung pertanian.

Peningkatan PDB

tertinggi dicapai oleh sub sektor perikanan sebesar 7,29 persen, diikuti oleh sub sektor perkebunan yang naik sebesar 6,87 persen. PDB sub sektor peternakan naik 4,24 persen, PDB sub sektor tanaman bahan makanan naik 2,08 persen dan PDB sub sektor kehutanan naik 1,36 persen.

Indeks Implisit dan Tingkat Perubahan Harga Produsen Sektor Pertanian Triwulan I Tahun 2013

Indeks harga dapat diturunkan dari perhitungan PDB yang disebut sebagai PDB deflator atau indeks

implisit. Indeks implisit

diperoleh dari perbandingan antara PDB atas dasar harga berlaku dan PDB atas dasar

harga konstan. Berbeda

dengan Indeks Harga

Konsumen (IHK), indeks

implisit menggambarkan

perubahan harga di tingkat produsen. Harga yang dicakup dalam indeks implisit relatif

lebih lengkap karena

memperhitungkan harga

barang dan jasa.

Pertumbuhan indeks implisit terhadap periode sebelumnya

merupakan inflasi/deflasi

harga produsen setiap

sektor/sub sektor pada

periode yang bersangkutan. Dalam periode tahun 2010 sampai dengan triwulan I tahun 2013 indeks implisit sektor pertanian berfluktuasi namun cenderung meningkat

(Gambar 3). Hal ini

menunjukkan adanya

kenaikan harga barang dan jasa di sektor pertanian dibandingkan tahun dasar

2000. Pergerakan indeks

implisit sektor pertanian

sejalan dengan indeks implisit sub sektor tanaman bahan makanan karena sub sektor ini merupakan kontributor PDB

terbesar untuk sektor

pertanian.

Pada triwulan I tahun

(8)

mencatat indeks implisit sebesar 362,64 (Tabel 5). Jika dibandingkan triwulan sebelumnya, terjadi inflasi sebesar 3,43 persen. Inflasi

tersebut disebabkan oleh

adanya kenaikan harga pada seluruh sub sektor pendukung pertanian.

Indeks implisit tertinggi di sektor pertanian dicapai oleh sub sektor perikanan

sebesar 458,01 yang

menunjukkan adanya

kenaikan harga komoditas barang dan jasa di sektor perikanan sebesar 358,01 persen dibandingkan tahun dasar 2000. Jika dibandingkan triwulan IV tahun 2012 terjadi inflasi sebesar 1,12 persen. Indeks implisit sub sektor tanaman bahan makanan pada triwulan I tahun 2013 mencapai 373,48, artinya kenaikan harga barang dan jasa di sub sektor tanaman

bahan makanan sebesar

273,48 persen dibandingkan

harga pada tahun dasar 2000, tetapi dibandingkan triwulan sebelumnya kenaikan harga hanya sebesar 1,13 persen.

Pada sub sektor

perkebunan tercatat indeks implisit triwulan I tahun 2013 sebesar 309,61 dengan laju inflasi mencapai 2,78 persen terhadap triwulan sebelumnya atau 209,61 persen terhadap tahun dasar 2000.

Sementara itu sub

sektor peternakan juga

mencatat kenaikan harga

dibandingkan triwulan IV

tahun 2012, yaitu sebesar 2,82 persen, sedangkan jika dibandingkan tahun dasar 2000 maka kenaikan harga barang dan jasa peternakan

mencapai 263,59 persen.

Sub sektor kehutanan mempunyai indeks implisit

sebesar 321,68 yang

menunjukkan inflasi terhadap triwulan sebelumnya sebesar

1,42 persen. Jika

dibandingkan antara laju

pertumbuhan produksi

(output) berdasarkan PDB atas dasar harga konstan

2000 dengan laju

pertumbuhan harga produsen berdasarkan indeks implisit triwulan I tahun 2013, sektor pertanian memiliki tingkat

pertumbuhan produksi

(output) yang lebih besar daripada tingkat inflasinya, khususnya untuk sub sektor tanaman bahan makanan, sedangkan sub sektor lainnya justru sebaliknya.

Pencapaian output di sub sektor tanaman bahan makanan untuk triwulan I tahun 2013 telah cukup optimal karena adanya panen raya pada komoditas padi, palawija dan hortikultura, namun sub sektor lainnya,

yaitu perkebunan dan

peternakan masih mampu meningkatkan kinerjanya pada triwulan berikutnya melalui

optimalisasi produksi. (RG)

Tw.IV '12 **) Tw.I '13 ***)

a. Pertanian sempit (3 sub sektor) 350,60 362,64 3,43

- Tanaman Bahan Makanan (Tabama) 369,31 373,48 1,13

- Tanaman Perkebunan 301,23 309,61 2,78

- Peternakan dan Hasil-hasilnya 353,61 363,59 2,82

b. K e h u t a n a n 317,19 321,68 1,42

c. P e r i k a n a n 452,93 458,01 1,12

P E R T A N I A N 370,25 377,07 1,84

Sumber: BPS, diolah Pusdatin

Keterangan : **) Angka sangat sementara ***) Angka sangat sangat sementara

Lapangan Usaha Indeks Implisit Inflasi/Deflasi

Gambar

Tabel 1. PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah),  2012 - 2013
Tabel 2.  Kontribusi PDB Setiap Lapangan Usaha terhadap PDB Indonesia (%),   2012 - 2013

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghadapi persaingan dalam pertumbuhan industri ritel, maka perusahaan ritel harus dapat menentukan strategi yang tepat untuk menang dalam persaingan.Beberapa

Dengan demikian, motivasi shalat adalah kondisi fisiologis dan psikologis (kebutuhan untuk hidup) yang terdapat di dalam diri anak dengan bimbingan orang tua yang

Apabila kondisi kerja baik maka hal tersebut dapat memacu timbulnya rasa puas dalam diri karyawan yang pada akhirnya dapat memberikan pengaruh positif terhadap

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium dan secara langsung di lapangan yang berhasil didapatkan dan diidentifikasi adalah 1 spesies makroalga dan 20

Peningkatan kadar tepung umbi porang yang digunakan sebagai pengikat dapat mempengaruhi sifat fisik dari tablet yaitu kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur tablet yang

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Variabel dana pihak ketiga (DPK) dan capital

Pejabat yang membidangi kepegawaian setingkat eselon III kepada Kepala Dinas yang membidangi kehutanan untuk angka kredit Polisi Kehutanan Pelaksana Pemula, pangkat Pengatur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbicara anak kelompok A RA At-taqwa mengalami peningkatan setelah diterapkan penggunaan media kolam cerita, berupa