• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS APLIKASI BEAUVERIA BASSIANA TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta L) PADA TANAMAN PADI (Oryza Sativa L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS APLIKASI BEAUVERIA BASSIANA TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta L) PADA TANAMAN PADI (Oryza Sativa L)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS APLIKASI BEAUVERIA BASSIANA TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta L) PADA TANAMAN PADI (Oryza

Sativa L)

EFFECTIVENESS OF BEAUVERIA BASSIANA APPLICATION TO GRASSHOPPERS (Leptocorisa Acuta L) IN RICE PLANT (Oryza Sativa L)

Dimas Aditya1*, Lia Kristiana2, Rully Awidiyantini3

Agroteknoogi,universiatas islam madura, pamekasan, indonesia

Abstrak

Tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. Penurunan produksi terjadi karena beberapa faktor, salah satunya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penyebab menurunnya produksi padi diantaranya disebabkan oleh timbulnya serangan hama, diantaranya serangan walang sangit yang mengakibatkan kerusakan hingga besarnya mencapai 50% produksi padi setiap panen . Beauveria bassiana merupakan salah satu patogen yang dapat digunakan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan dalam mengendalikan hama walang sangit , karena tidak menghasilkan residu yang membahayakan serta tidak menimbulkan resistensi hama. Penelitian ini telah dilakukan di Desa Tlagah, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan dengan polybag menggunakan terodong/rumah serangga. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat efektifitas Beauveria bassiana dalam mengendalikan hama walang sangit pada tanaman padi Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan penggunaaan 4 perlakuan dosis 10g/l, 15g/l, 20g/l, 25g/l dengan 6 ulangan. Parameter yang di amati yaitu jumlah hama walang sangit yang mati setiap pengamatan, intensitas serangan hama walang sangit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi dosis 25g/l lebih efektif dalam mengendalikan hama walang sangit dengan jumlah hama mati 7Hsa 90%, 14Hsa 100%, 21Hsa 100% dengan intensitas serangan 8,65% yang tergolong masih ringan.

Kata kunci : Beauveria bassiana, padi, walang sangit Abstract

Rice is an important food crop which is a staple food for more than half of the world's population because it contains nutrients the body needs. The decline in production occurs due to several factors, one of which is the attack of Plant Pest Organisms. The cause of the decline in rice production is caused by the emergence of pests, including the attack of rice pest which causes damage to the amount of up to 50% of rice production per harvest. Beauveria bassiana is one of the pathogens that can be used as an environmentally friendly biopesticide in

(2)

controlling pest , because it does not produce harmful residues and does not cause pest resistance. This research has been carried out in Tlagah Village, Pegantenan District, Pamekasan Regency with polybags using binoculars / insect houses. The purpose of this study was to determine the level of effectiveness of Beauveria bassiana in controlling pest pest pest in rice plants. This study used a completely randomized des ign method (CRD) with the use of 4 treatment doses of 10g / l, 15g / l, 20g / l, 25g / l with 6 quiz. The parameters observed were the number of pest bugs that died every observation, the intensity of the pest attack bugs. The results showed that the application of a dose of 25g / l was more effective in controlling the pest pest pest with the number of dead pests 7Hsa 90%, 14Hsa 100%, 21Hsa 100% with the intensity of the attack 8.65% which is still relatively mild.

Keyword: Beauveria bassiana, grasshoppers,Rice PENDAHULUAN

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung banyak nutrisi yang diperlukan tubuh. Menurut Poedjiadi (1994), kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9 %, protein 6,8 %, lemak 0,7 % dan lain-lain 0,6 %. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut.

Data BPS Jawa Timur (2014), dalam periode tahun 2010 sampai 2014 terjadi dua kali penurunan produksi sebesar 1,07 % pada 2011 dan 0,94 % pada 2014. Produksi padi di Jawa Timur pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan yaitu sebesar 9,2 % dan kembali menurun pada tahun 2013 sebesar 1,2 % dengan rata-rata produktivitas 5,9 ton hektar-1, sementara produkstivitas padi di kabupaten Pasuruan sebesar 6,7 ton/hektar-1. Penurunan produksi terjadi karena beberapa faktor, salah satunya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penyebab menurunnya produksi padi diantaranya disebabkan oleh timbulnya serangan hama, diantaranya serangan walang sangit yang mengakibatkan kerusakan hingga besarnya mencapai 50% produksi padi setiap panen. Menurut hendarsih dan damardjati (1988), melaporkan bahwa 5 ekor walang sangit pada tiap 9 rumpun tanaman akan merugikan hasil sebesar 15%, sedangkan 10 ekor pada 9 rumpun tanaman akan mengurangi hasil sampai 25%. Hama walang sangit merupakan hama yang menyerang tanaman padi saat memasuki masa pembungaan hingga masak susu. Walang sangit dapat mengakibatkan bulir gabah tanaman menjadi hampa sampai tidak berbuah kembali (Tulung, 2004). Kehadiran hama walang sangit perlu dikendalikan apabila populasinya telah melebihi batas ambang ekonomi. , Biasanya petani melakukan pengendalian walang sagit dengan menggunakan insektisida sintetik. Pada umumnya pestisida digunakan sebagai solusi utama untuk mengendalikan serangan OPT. Namun, pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetik yang dilakukan dalam jangka panjang menimbulkan dampak negatif. Beberapa teknologi yang dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan insektisida kimia

(3)

antara lain adalah pemanfaatan musuh alami, baik berupa parasitoid, predator dan patogen. Salah satu patogen yang dikembangkan untuk pengendalian walang sangit adalah cendawan Beauveria bassiana yang dapat digunakan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan, karena tidak menghasilkan residu yang membahayakan kesehatan serta tidak menimbulkan resistensi dan resurjensi hama (Meidianti et al., 2010). Cendawan endofit memiliki kelebihan di dalam pegendalian hama, diantaranya tidak mengasilkan racun terhadap tanaman, bahkan menghasilkan hormone perangsang tumbuh (Siddiqui dan Shaukat, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi Beauveria bassiana dalam mengendalikan hama walang sangit pada tanaman padi. Hipotesis dari penelitian ini yaitu Beauveria bassiana sangat efektif dalam mengendalikan hama walang sangit pada tanaman padi

METODE PENELITIAN Waktu dan tempat

Penelitian ini di lakukan pada bulan april 2019 – juni 2019 di desa tlagah kecamatan pegantenan kabupaten pamekasan dengan menggunakan plybag Alat dan bahan

Alat yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu: polybag, penyemprotan, plastik, timbangan digital,bambu/ajir, gunting, dan bahan yang digunakan yaitu: isolat beauveria, air, tanah.

Metode

Persiapan Tanaman Padi Varietas Ciherang Dan Hama Walang Sangit

Pertama siapakan alat dan bahan seperti : tanaman padi varietas ciherang, hama walang sangit, tanah, air dan alatnya: polybag, jaring, plastik, kain Mengambil bibit padi dan tanam pada polybag sebanyak 30 polybag yg sudah terisi tanah dan Penyiraman di lakukan tiap hari di pagi dan sore hari dan pemupukan dilakukan 3 kali yaitu 7 Hst, 20 Hst, 40 Hst kemudian Persiapan rumah serangga setelah tanaman padi berumur 60 Hst dan bulir padi sudah masak susu Rumah serangga menggunakan bambu/ajir berukuran 1 m sebanya 4 ajir tiap polybag dan di tutup menggunakan plastik berbentuk trodong setelah itu Menangkap hama walang sangit di sawah menggunakan jaring atau tangan dan pindah pada tanaman padi di polybag yg sudah tersedia rumah serangga/terodong sebanyak 5 ekor/ polybag

Perbanyakan Beauveria Bassiana Pada Media Jagung

Perbanyakan dilakukan di LAB PHTPH pamekasan hal pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti: beras jagung, starter beauveria, air dan alatnya: plastik anti panas, centong, nampan, kompor, auto klaf, timbangan dan nampan kemudian bersihkan alat dan bahan seperti beras jagung dan sobluk sampai benar-benar bersih dan setelah itu pengukusan

(4)

beras jagung menggunakan nampan yang telah terisi air mendidih dan tuangkan beras jagung yang telah bersih ke dalam sobluk dan di aduk setiap 15 menit sampai agak empuk/setengah mateng setelah itu di angkat dan diamkan sampai dingin setelah itu di bungkus menggunakan plastik anti panas dan di timbang sebanyak 1 ons, sterelisasi menggunakan auto klaf sebanyak 2x dan letakkan ke dalam LAF dan proses penularan sterter beaveria di lakukan di dalam LAF agar terhindar dari bakteri

Aplikasi Beauveria Dan Pengamatan

Pertama menyiapkan alat dan bahan seperti: isolat beauveria, air,penyemprotan dan saringan dan campur isolat beauveria dengan air sesuai dosis dan di aduk/di blander setelah itu di saring setelah itu pengaplikasian beauveria bassiana pada hama walang sangit dilakukan setelah tanaman padi berumur 62 hst 2 hari stelah hama walang sangit diletakkan di dalam rumah serangga dan pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali pengamatan yaitu 7 hsa, 14 hsa, 21 hsa

Rancangan penelitian dan parameter

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan penggunaaan 4 perlakuan dengan dosis Beauveria bassiana 10g/l, 15g/l, 20g/l, 25g/l dengan 6 kali ulangan parameter penelitian ini ialah jumlah hama walang sangit yang mati (%) Hsa dan intensitas serangan (IS) walang sangit tiap rumpun (%). Intensitas Serangan (IS) walang sangit per rumpun atau per malai dihitung berdasarkan rumus. Mustikawati dkk. (2011).

=

+ × 100%

Menurut Leatemia et al (2011) nilai skala intensitas serangan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kriteria penilaian intensitas serangan

Skala Persentase serangan (%) Kategori

0 0 Normal 1 1 < X < 25 Ringan 2 25 < X < 50 Sedang 3 50 < X < 75 Berat 4 > 75 Sangat Berat Analisis data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara statistik menggunakan analisis varians (ANAVA) dan di uji lanjut mengguanakan (BNT) dengan taraf 5%

(5)

Berdasarkan hasil analisis varians (ANAVA) dan di uji lanjut menggunakan uji BNT dengah taraf 5%, Efektifitas aplikasi Beauveria bassiana dalam mengendalikan hama walang sangit tergantung pemberian dosis dan dapat dilihat pada (tabel 2).

Jumlah hama mati pada setiap pengamatan

Tabel 2. Jumlah hama mati dalam setiap pengamatan Perlakuan Hama mati(%) pengamatan 1 (7Hsa) pengamatan 2 (14Hsa) pengamatan 3 (21Hsa) p0 (0g/L) 16.67 a 23.33 a 50 a P1 (10g/L) 73.33 b 93.33 b 100 b P2 (15g/L) 80.00 b 100 b 100 b P3 (20g/L) 83.33 b 96.67 b 100 b P4 (25g/L) 90.00 c 100 b 100 b

Gambar 1. Grafik tingkat kematian hama walang sangit pada setiap pengamatan Dari gambar grafik di atas dapat di lihat pada pengamatan ke 1 (7hsa) perlakuan kontrol P0 (16,67%),hama yang mati lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan dosis yang lain, sedangkan pada p1 10g/l hama yang mati sekitar 73,33%, p2 15g/l 80%,p3 20g/l 83,33% dan P4 25g/l 90%. pada pengamatan ke 2 (14hsa) diketahui bahwa P0 23% hama yang mati dan P1 10g/l 93,33% sedangakan pada pengamatan ke 3 itu 100% namun berdeda dengan p2,p3 dan p4 yang mana dari semua perlakuan diketahui bahwa p4 (25g/l) lebih tinggi tingkat kematiannya di bandingkan p1,p2,p3 dan kontrol perbedaan rerata tingkat kematian hama walang sangit didugan disebabkan oleh banyaknya dosis, semakin tinggi dosis yang digunakan maka semakin besar dalam mengendalikan hama walang sangit menurut Hasyim (2006) bahwa semakin tinggi dosis Beauveria bassiana yang diaplikasikan akan semakin banyak konidia yang kontak pada tubuh larva, sehingga mengakibatkan tingkat mortalitas yang lebih banyak.

p0 P1 (10g/L) P2 (15g/L) P3 (20g/L) P4 (25g/L) pengamatan 1 (7Hsa) 16.67 73.33 80.00 83.33 90.00 pengamatan 2 (14Hsa) 23 93.33 100 96.67 100 pengamatan 3 (21Hsa) 50 100 100 100 100 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 p e rs e n tae

(6)

Menurut Samson (1998) dalam Hasnah et al. (2012) bahwa mekanisme penetrasi biopestisida uji dimulai dengan pertumbuhan konidia pada integumen. Untuk selanjutnya hifa cendawan ini mengeluarkan enzim seperti lipolitik, proteolitik dan khitinase yang menyebabkan hidrolisis integumen serangga yang tersusun dari protein dan khitin. Selanjutnya Riatno dan Santoso (1991) dalam Hasnah et al. (2012) menyatakan bahwa B. bassiana setelah berhasil masuk ke dalam tubuh serangga akan mengeluarkan toksin beauverisin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga, 2 hari kemudian serangga akan mati dan miselia cendawan akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Gejala awal infeksi B. bassiana pada serangga adalah serangga tidak makan, gerakan lemah, bergerak tidak menentu atau kehilangan gerak (Steinhaus, 1967 dalam Hasnah et al.,2012). 4.1.2 Intensitas Serangan

Intensitas serangan walang sangit dapat di lihat pada Tabel 5, rata rata intensitas serangan walang sangit pada kontrol berkisar 24,34%, sedangkan intensitas serangan walang sangit pada P1 10g/l 18,7%, p2 15g/l 16,44%, P3 20g/l 13,76% dan P4 25g/l 8,65%. Intensitas serangan walang sangit yang tertinggi adalah P0 24,34% dan intensitas serangan terendah adalah P4 8,65%. Berdasarkan hasil penelitian Mustikawati et al.(2011), serangan walang sangit pada waktu tertentu dapat menurunkan hasil produksi hingga 50%, dan populasi walang sangit 5 ekor/9 rumpun padi akan menurunkan hasil 15%.

Tabel 3. Intensitas serangan hama walang sangit pada tanaman padi

PERLAKUAN

Intensitas serangan hama walang sangit (%) JB (Bulir) BT (Bulir) BTT (Bulir) IS (%) P0 0g/l 1371 333 1038 24.34 c P1 10g/l 1359 250 1108 18.34 b P2 15g/l 1287 208 1079 16.44 b P3 20g/l 1350 186 1163 13.76 b P4 25g/l 1426 121 1305 8.65 a Keterangan: JB = Jumlah bulir BT = Bulir terserang BTT = bulir tidak terserang IS = Intensitas serangan

Berdasarkan hasil di atas pada P0 JB (1371 bulir), BT (333 bulir), BTT (1038 bulir) dengan intensitas serangan 24.34%, masih tergolong tingkat serangan ringan, p1 JB (1359 bulir), BT (250 bulir), BTT (1108 bulir) dengan intensitas serangan 18,34%,tergolong tingkat serangan ringan, P2 JB (1287 bulir), BT (208

(7)

bulir), BTT (1079 bulir) dengan intensitas serangan 16,44%,tergolong tingkat serangan ringan, P3 JB (1350 bulir), BT (186 bulir), BTT (1163 bulir) dengan intensitas serangan 13,76%,tergolong tingkat serangan ringan P4 JB (1426 bulir), BT (121 bulir), BTT (1305 bulir) dengan intensitas serangan 8,65%,tergolong tingkat serangan ringan. dari hasil di atas di ketahui bahwa perlakuan kontrol 24,34% lebih tinggi intensitas serangannya dari pada P4 dengan dosis 25g/l 8,65%. Kehilangan hasil tergantung intensitas serangan pada bulir padi per malai. Semakin tinggi intensitas serangan pada bulir, semakin tinggi kehilangan hasil padi. Hama walang sangit (Laptocorisa acuta L) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan produksi tanaman padi menurun. Walang sangit juga menyerang buah padi dalam kondisi masak susu, mengisap cairan dalam buah padi sehingga menyebabkan buah padi tersebut menjadi kosong(Pracaya dan kahono, 2011) KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian yang kami lakukan yaitu aplikasi beauveria bassiana dengan perlakuan dosis 25g/l lebih efektif dalam mengendalikan hama walang sangit dengan intensitas serangan 8,65% tergolong kategori serangan ringan

DAFTAR PUSTAKA

Damardjati DS (1988) Struktur kandungan gizi beras. Dalam: Padi, Buku 1. Ismunadji M, Partohardjono S, Syam M, Widjono A (ed) Balitbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor

Hasnah, Susanna, dan S Husin. 2012. Keefektifan Cendawan Beauveria Bassiana Vuill terhadap Mortalitas Kepik Hijau Nezara Viridula L. pada Stadia Nimfa dan Imago. J. Floratek 7: 13-24.

Hasyim A. 2006. Cara Mudah Mendapatkan Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana dari Tanah dengan Teknik Umpan Serangga

Leatemia, J.A., dan R.Y. Rumthe. 2011. Studi kerusakan akibat serangan hama pada tanaman pangan di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Propinsi Maluku. Jurnal Agroforestri. V1 (1) : 56p

Meidianti, s., n.a. Muanis dan a. Raharjo. 2010. Membuat pestisida organik. Pt. Media agromedia pustaka. Jakarta

Mustikawati, D.R., dan R. Asnawi. 2011. Serangan walang sangit dan blas leher pada beberapa galur padi hibrida asal Cina di kebun percobaan Natar Lampung. Balai Pengkajian Teknologi Lampung.JurnalLitbang Pertanian, 978-979-8510-34-2. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.

Siddiqui, i. A. & s. S. Shaukat. 2003, endophytic bacteria : prospect and opportunities for the biological control of plant-parasitic

(8)

Gambar

Tabel 1. Kriteria penilaian intensitas serangan
Tabel 2. Jumlah hama mati dalam setiap pengamatan  Perlakuan  Hama mati(%)  pengamatan 1  (7Hsa)  pengamatan 2 (14Hsa)  pengamatan 3 (21Hsa)  p0 (0g/L)  16.67 a  23.33 a  50 a  P1 (10g/L)  73.33 b  93.33 b  100 b  P2 (15g/L)  80.00 b  100 b  100 b  P3 (20g
Tabel 3. Intensitas serangan hama walang sangit pada tanaman padi

Referensi

Dokumen terkait

Efektivitas Komposisi Pestisida Nabati Terhadap Hama Walang Sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman Padi Di Lapang , Dewi Rizkia Darojah, Jurusan Hama

Efektivitas Komposisi Pestisida Nabati Terhadap Hama Walang Sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman Padi Di Lapang, Dewi Rizkia Darojah, Jurusan Hama

Penanggulangan hama ini sering dilakukan dengan Penggunaan insektisida sintetik secara intensif yang berpotensi memacu resistensi, sehinggadeteksi resistensi secara dini

Perlakuan P4 paling banyak membunuh walang sangit dengan jumlah 41 ekor, dosis yang diberikan pada perlakuan P4 80 gr/l, hal ini dikarenakan racun yang terdapat di

HARDIANTA SUKATENDEL: Uji Efektifitas Atraktan Terhadap Walang Sangit (Leptocorisa Acuta T.) pada Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)di Rumah Kasa, dibimbing oleh MARHENI dan

Berbagai upaya pengendalian telah dilakukan para petani untuk mengendalikan hama walang sangit salah satunya dengan mengunakan insektisida kimiawi, tanpa disadari bahwa

[r]

Intensitas serangan paling rendah terdapat pada perlakuan pemberian perangkap bangkai kodok dan penyemprotan ekstrak daun tembakau (P2) sebesar 8,2 % yang dapat