• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING. Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK DAN PRAKTIK LABORATORIUM KONSELING. Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat Fijriani"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

TEKNIK DAN PRAKTIK

LABORATORIUM KONSELING

Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka

Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat

(3)
(4)

LABORATORIUM KONSELING

Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka

Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat

Fijriani

Cetakan II, 2016 Penerbit Mujahid Press

(5)

HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Ketentuan pidana Pasal 72 UU Nomor 19 Tahun 2002 :

1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(6)

LABORATORIUM KONSELING

(Panduan Praktis-Operasional

Konseling Perorangan)

Penyusun: Achmad Suwandi Sisca Folastri Itsar Bolo Rangka

Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat

(7)

PROSEDUR LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK (Panduan Praktis Menyeluruh)

Sisca Folastri & Itsar Bolo Rangka Editor: Hengki Satrianta, M.Pd. Desain Sampul: Mujahid Press

Perwajahan Isi: Wa Ode Lili Andriani, M.Pd. Diterbitkan oleh Mujahid Press - Bandung ©Copyright, 2016

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan Pertama : Januari 2016

Isi di luar tanggungjawab percetakan/penerbit. Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Achmad Suwandi, Sisca Folastri, Itsar Bolo Rangka, Afriyadi Sofyan Rahmat Hidayat, Fijriani

-- Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Panduan Praktis Menyeluruh/

-- Bandung: Mujahid Press, 2016. x, 166 hal.; 14,8 x 21 cm

ISBN 978-979-762-372-2

1. Pendidikan -- Bimbingan dan Konseling. Judul II. Hengki Satrianta, M.Pd.

Hak cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved

(8)

PENGANTAR

Ungkapan “menjadi seorang Konselor tidak semudah seperti membalik telapak tangan” bagi pakar dan praktisi konseling menjadi pemahaman yang bersifat umum-relatif. Namun, bukan berarti untuk menjadi Konselor itu sulit. Menjadi Konselor cukup mudah jika dibarengi banyak latihan, dedikasi, komitmen yang tinggi dan motivasi altruistik untuk mewujudkan konseling dalam

real-action. Konseling tidak sama dengan sekedar “pemberian nasihat”, atau konseling hanya kemampuan “mendengar saja” yang dilakukan oleh individu terhadap pembicaraan orang lain pada umumnya, melainkan konseling adalah sebuah pelayanan yang profesional dan bermartabat.

Dalam lingkup pelayanan yang profesional dan bermartabat itu, pelayanan konseling harus didasarkan pada teori, praksis, dan praktik serta keterampilan-keterampilan yang mendukung untuk terciptanya proses konseling yang efektif dan terarah. Disadari penuh bahwa materi pelayanan konseling meliputi ruang lingkup yang cukup luas, mulai dari teori tentang konseling, laboratorium konseling, praktik konseling, sampai pada seminar tentang hasil penelitian mengenai usaha-usaha pemberian bantuan yang dilakukan melalui pelayanan konseling di masyarakat.

Materi dalam buku ini hanya menyangkut sebagian kecil dari ruang lingkup yang luas itu, yaitu tentang hubungan konseling antara konselor dengan klien. Bagian yang kecil ini pun hanya memuat beberapa aspek saja, yaitu menyangkut sikap dan keterampilan konselor dalam hubungan konseling. Lebih kecil lagi, sikap dan

(9)

ii

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

keterampilan yang disajikan dalam buku ini pun baru mengenai hal-hal umum terkait “Teknik Wawancara dan Keterampilan Dasar dalam Hubungan Konseling Perorangan”.

Buku Pedoman Teknik dan Laboratorium Bimbingan dan Konseling ini hadir sebagai referensi dasar konseling sekaligus dapat dijadikan sebagai materi praktik yang terintegrasi dalam perkuliahan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk lebih mengenal sekaligus mendalami keterampilan & teknik dasar konseling.

Pada kesempatan ini diucapakan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam Sang Maha Konselor yang senantiasa memberikan pelayanan yang tak terhingga kepada semua hambanya, khususnya kepada Tim Penyusun sendiri, utamanya nikmat ilmu, kesehatan, dan waktu dalam penyusunan buku Teknik dan Laboratorium Bimbingan dan Konseling ini. Ucapan rasa terima kasih dan apresiasi yang tinggi kepada para anggota Tim Penyusun, yaitu Sabrina Dachmiati, Gito Setyohutomo, Itsar Bolo Rangka, Afriyadi Sofyan, Rahmat Hidayat, Sisca Folastri, Hafit Riansyah, Fijriani, Cindy Marisa dan Sri Utami yang telah bekerja keras dengan segenap curahan pikiran, waktu dan tenaga hingga pada akhirnya buku ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Pada akhirnya harapan disematkan. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi tegaknya profesi konseling, serta bagi orang-orang yang mencintai profesi konseling ini. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Jakarta, Agustus 2015 Ketua Tim Penulis, ttd

(10)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

BAGIAN PERTAMA MENGENAL KONSELING LEBIH DEKAT KERANGKA DAN PEMAHAMAN DASAR TENTANG KONSELING ... 1

A. Dinamika Perubahan dalam Konseling... 1

B. Beberapa Hal Praktis dalam Membina Hubungan dalam Konseling ... 5

DINAMIKA HUBUNGAN DALAM KONSELING ... 10

A. Etika Dasar dalam Konseling ... 11

B. Pentahapan dalam Konseling ... 14

BAGIAN KEDUA KETERAMPILAN DAN TEKNIK KONSELING KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING ... 17

A. 3-M dalam Konseling ... 17

- Intisari Materi ... 19

(11)

iv

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

B. Dorongan Minimal ... 20

- Intisari Materi ... 21

- Kegiatan dan Latihan ... 22

C. Menyambut/Menerima Klien ... 23

- Intisari Materi ... 25

- Kegiatan dan Latihan ... 25

D. Kehangatan ... 26

- Intisari Materi ... 27

- Kegiatan dan Latihan ... 27

E. Keterbukaan ... 28

- Intisari Materi ... 29

- Kegiatan dan Latihan ... 29

F. Penerimaan Positif & Penghargaan Tanpa Syarat ... 30

- Intisari Materi ... 32

- Kegiatan dan Latihan ... 32

G. Jarak & Sikap Duduk ... 33

- Intisari Materi ... 34

- Kegiatan dan Latihan ... 34

H. Kontak Mata ... 35

- Intisari Materi ... 37

- Kegiatan dan Latihan ... 37

I. Penggunaan (Volume) Suara ... 39

- Intisari Materi ... 40

- Kegiatan dan Latihan ... 40

J. Ajakan Terbuka untuk Berbicara ... 41

- Intisari Materi ... 43

(12)

K. Penstrukturan ... 45

- Intisari Materi ... 47

- Kegiatan dan Latihan ... 48

TEKNIK PENJELAJAHAN MASALAH DALAM KONSELING ... 49

A. Pertanyaan Terbuka ... 49

- Intisari Materi ... 51

- Kegiatan dan Latihan ... 52

B. Keruntutan ... 53

- Intisari Materi ... 54

- Kegiatan dan Latihan ... 55

C. Konfrontasi ... 56

- Intisari Materi ... 60

- Kegiatan dan Latihan ... 60

D. Refleksi ... 61

- Intisari Materi ... 66

- Kegiatan dan Latihan ... 67

E. Suasana Diam ... 68

- Intisari Materi ... 70

- Kegiatan dan Latihan ... 70

F. Kontak Psikologis (Empati) ... 72

- Intisari Materi ... 73

(13)

vi

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk TEKNIK INTERVENSI MASALAH

DALAM KONSELING ... 76

A. Pemberian Informasi ... 76

- Intisari Materi ... 79

- Kegiatan dan Latihan ... 80

B. Pemberian Nasehat ... 82

- Intisari Materi ... 83

- Kegiatan dan Latihan ... 84

C. Pemberian Contoh ... 86

- Intisari Materi ... 87

- Kegiatan dan Latihan ... 87

D. Contoh Pribadi ... 88

- Intisari Materi ... 90

- Kegiatan dan Latihan ... 90

E. Penafsiran ... 91

- Intisari Materi ... 93

- Kegiatan dan Latihan ... 93

F. Pemberian Penguatan ... 95

- Intisari Materi ... 95

- Kegiatan dan Latihan ... 96

G. Merumuskan Tujuan ... 98

- Intisari Materi ... 99

- Kegiatan dan Latihan ... 99

H. Latihan “Keluguan” (Asertif Training) ... 102

- Intisari Materi ... 103

(14)

I. Ajakan untuk Memikirkan Sesuatu yang Lain ... 106

- Intisari Materi ... 107

- Kegiatan dan Latihan ... 107

J. Menyimpulkan Pembicaraan ... 108

- Intisari Materi ... 110

- Kegiatan dan Latihan ... 110

K. Kursi Kosong ... 111

- Intisari Materi ... 113

- Kegiatan dan Latihan ... 114

L. Relaksasi (Penenangan Sederhana) ... 115

- Intisari Materi ... 120

- Kegiatan dan Latihan ... 120

M. Disentisisasi ... 121

- Intisari Materi ... 125

- Kegiatan dan Latihan ... 125

N. Peneguhan Hasrat ... 126

- Intisari Materi ... 128

- Kegiatan dan Latihan ... 128

O. Kontrak ... 129

- Intisari Materi ... 130

- Kegiatan dan Latihan ... 130

P. Alih Tangan ... 131

- Intisari Materi ... 132

(15)

viii

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

BAGIAN KETIGA

KETERKAITAN KONSELING PERORANGAN DENGAN LAYANAN DAN JENIS KEGIATAN PENDUKUNG

KONSELING LAINNYA

KONSELING PERORANGAN, JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG

KONSELING LAINNYA ... 135

A. Keterkaitan dengan Jenis Layanan Lainnya ... 135

B. Keterkaitan dengan Kegiatan Pendukung ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 140

(16)
(17)
(18)

A. Dinamika Perubahan dalam Konseling

Prayitno, (2012) menjelaskan bahwa proses konseling pada dasarnya adalah suatu proses untuk mengadakan perubahan pada diri klien. Perubahan itu sendiri merupakan penimbulan suatu yang baru, yang sebelumnya belum ada atau belum berkembang. Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan adalah keadaan yang menyatakan adanya sesuatu yang lain dari keadaan sebelumnya. Merubah adalah usaha agar sesuatu menjadi lain dari keadaan semula. Perubahan pada diri klien terjadi apabila pada diri klien itu ternyata ada sesuatu yang lain dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Dalam suatu proses perubahan dapat dilihat berbagai unsur yang tercakup di dalamnya. Pertama-tama adalah siapa yang berubah (yang diharapkan berubah). Dilihat dari segi subjek yang berubah ini terlihat adanya keadaan sebelum ia berubah dan keadaan sesudah ia berubah. Jarak antara “sebelum” dan “sesudah” berubah merupakan isi dan besarnya perubahan yang diperoleh oleh subjek yang berubah itu. Untuk memperoleh “isi dan besarnya perubahan” itu subjek yang berubah melalui suatu proses, yaitu proses perubahan. Proses perubahan ini terjadi melalui cara-cara dan suasana tertentu yang membawa subjek dari keadaan semula ke keadaan yang baru. Hal kedua yaitu kita harus melihat siapa

KERANGKA DAN PEMAHAMAN DASAR

PELAYANAN KONSELING

(19)

2 Bagian Pertama - Kerangka dan Pemahaman Dasar Pelayanan Konseling

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

yang mengubah, yaitu yang pada umumnya membawakan dan merangsang timbulnya suasana sehingga terjadi proses perubahan pada diri subjek tersebut. Suatu proses perubahan yang terencana seyogyanyalah memperhatikan semua unsur yang terdapat dalam proses pembahasan itu, yaitu:

1. Siapa yang akan berubah?

2. Keadaan sebelum berubah dari subjek yang akan berubah. 3. Keadaan sesudah berubah.

4. Isi dan besarnya perubahan.

5. Proses perubahan: cara-cara dan suasana.

6. Siapa yang melakukan dan merangsang terjadinya peruba-han?

Dalam proses konseling unsur-unsur tersebut di atas adalah: 1. Siapa yang akan berubah ---> Klien

2. Keadaan sebelum

berubah dari ---> Klien waktu memasuki subjek yang akan berubah hubungan dengan konselor

3. Keadaan sesudah

berubah ---> Hasil proses konseling 4. Isi dan besarnya

peruba-han ---> Isi hubungan konseling 5. Proses perubahan ---> Proses konseling, yaitu

pendekatan atau cara hubungan antara konselor dengan klien dan suasana yang terjalin.

(20)

6. Siapa yang melakukan ---> Konselor menstimulus terjadinya perubahan Pengkajian atas unsur-unsur di atas akan menghasilkan komponen-komponen pokok yang merupakan bagian tak terpisahkan di dalam suatu proses perubahan. Komponen-komponen itu adalah:

1. Pengkajian keadaan awal subjek yang akan berubah, sebab dalam memasuki proses perubahan itu subjek tidaklah be-rada dalam keadaan kosong dan keadaan awal itulah yang menjadi titik tolak perubahan.

2. Penetapan apa yang akan diubah sebagai sasaran dari pe-rubahan itu sendiri.

3. Penetapan tujuan perubahan, yang akan dicapai melalui proses perubahan itu.

4. Rencana usaha mencapai tujuan, yang berisi kegiatan nyata. 5. Pelaksanaan usaha, sebagai gerak yang mengarah kepada

pencapaian tujuan yang dimaksud. Pelaksanaan usaha inilah yang akan mewujudkan hasil yang diinginkan. Benarkah proses ini menghasilkan sesuatu?

6. Penilaian dan umpan balik, yang akan memberikan gambaran sejauh mana tujuan telah tercapai.

7. Tindak lanjut, sebagai arus tanpa henti dari hakekat dinamika perubahan itu sendiri. Seperti telah disinggung di atas, proses perubahan mencakup unsur subjek yang akan berubah dan subjek yang menggerakkan perubahan itu. Hubungan antara subjek yang akan berubah dengan subjek pengubah ini bukanlah hubungan yang tanpa arti, melainkan hubungan antara kedua subjek ini justru akan menentukan warna, arah

(21)

4 Bagian Pertama - Kerangka dan Pemahaman Dasar Pelayanan Konseling

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk dan isi proses perubahan itu.

8. Hubungan awal antara subjek yang akan berubah dengan subjek pengubah, yang merupakan dasar penciptaan hubungan selanjutnya. Dalam hubungan ini, selain keadaan awal subjek yang akan berubah, keadaan awal subjek pengubah pun amat penting.

9. Kelengkapan subjek pengubah sebagai modal yang ada di tangan subjek pengubah untuk dapat menggerakkan perubahan yang dimaksudkan.

Demikianlah kesembilan komponen pokok yang harus diperhatikan dalam mempelajari dan menyelenggarakan dinamika proses perubahan. Dalam pelaksanaan dan penampilan langkah-langkah dalam keseluruhan proses perubahan, kesembilan komponen tersebut diurutkan sebagai berikut:

a. Kelengkapan subjek pengubah.

b. Hubungan awal antara subjek yang akan berubah dengan subjek pengubah

c. Pengkajian keadaan awal subjek yang akan berubah d. Penetapan apa yang akan diubah

e. Penetapan tujuan perubahan f. Rencana usaha mencapai tujuan g. Pelaksanaan usaha

h. Penilaian dan umpan balik i. Tindak lanjut

Proses konseling mengandung dinamika perubahan, yaitu pe-rubahan yang diharapkan terjadi pada diri klien melalui

(22)

usaha-usa-ha yang dikelola oleh konselor. Dinamika perubausaha-usa-han yang terdapat pada proses konseling tentulah tidak terlepas dari sembilan kom-ponen tersebut di atas.

Perlu dicatat bahwa usaha konseling adalah usaha yang normatif, artinya usaha ini didasari prinsip-prinsip, norma dan nilai-nilai

yang luhur. Oleh karena itu, maka kesembilan komponen dinamika

perubahan dalam proses konseling tersebut haruslah diwarnai oleh norma dan nilai-nilai yang luhur. Dinamika perubahan dalam proses konseling adalah dinamika perubahan yang normatif.

B. Beberapa Hal Praktis dalam Membina Hubungan Konseling Ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam membina hubungan konseling yang baik. Selain sikap dan kemampuan dasar konselor dalam hubungan konseling, juga diperlukan beberapa hal-hal praktis demi mengkonkritkan pelaksanaan layanan konseling. Hal-hal praktis yang dimaksud di sini yaitu bukan berarti mengorbankan keseluruhan hal-hal teknis lainnya dalam proses dan hubungan konseling itu sendiri, melainkan sebagai acuan dasar dalam proses konseling. Selanjutnya, hal-hal praktis ini akan sangat mempengaruhi warna, arah dan isi hubungan konseling yang terbina antara konselor dengan klien.

1. Perbedaan Antara Konseling dengan Pembicaraan Biasa

Perbedaan antara konseling dengan pembicaraan biasa hendaknya disadari penuh. Dalam konseling pusat pembicaraan diarahkan kepada salah seorang peserta, yaitu klien, sedangkan dalam pembicaraan biasa pusat pembicaraan diarahkan kepada kedua belah pihak. Konselor tidak memusatkan pembicaraan kepada siapapun, selain kepada klien sendiri. Juga harus diingat bahwa di dalam konseling tidak boleh ada “omongan” yang membicarakan orang lain (pihak ketiga).

(23)

6 Bagian Pertama - Kerangka dan Pemahaman Dasar Pelayanan Konseling

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

2. Pusat Pembicaraan dalam Konseling

Dalam konseling, jika klien menyatakan bahwa ia telah pernah menghubungi orang lain (misalnya guru, dokter, konselor lain, dan lain sebagainya) berkenaan dengan masalah yang dihadapinya, maka konselor harus berusaha menanggapinya dari sudut klien itu sendiri dan tidak dari sudut orang-orang yang pernah dihubungi klien tersebut. Misalnya: klien menyatakan bahwa ia pernah mendatangi dan menceritakan masalahnya kepada salah seorang teman di kelasnya, dan teman itu menanggapi masalah klien dengan cara yang kurang mengenakkan sehingga klien tidak merasa puas.

Gambar 1 :

Ilustrasi proses konseling antara konselor dengan klien. Sumber: Gambar diambil dari buku Prayitno. 2012. Panduan Layanan

dan Kegiatan dalam Konseling (Hal. 119)

Bagaimana sikap dan tanggapan konselor? Ada dua kemungkinan, yaitu: Pertama, membahas lebih jauh tentang sikap dan tanggapan teman itu, sehingga sampai pada kesimpulan “Tampaknya teman itu memang seorang yang amat kurang menyenangkan”. Kedua, membahas lebih jauh tentang perlakuan orang lain terhadapnya. Dalam hal kedua ini konselor, misalnya berkata: “Tampaknya kamu amat tidak suka orang yang berperangai seperti itu”. Pilihan

(24)

pertama terjerumus kepada pembicaraan tentang teman klien, sedangkan pilihan kedua membicarakan diri klien sendiri kepada orang lain. Pilihan kedua adalah lebih baik, karena pilihan itu lebih dekat kepada tujuan pokok usaha konseling yaitu mengembangkan pengertian klien tentang dirinya sendiri.

3. Klien Sendiri yang Menetapkan Pokok Pembicaraan dalam Konseling

Biarkanlah klien menetapkan sendiri pokok-pokok pembicaraan yang akan dibahas dalam konseling. Konselor tidak perlu memulai pembicaraan dengan meminta klien menceritakan sesuatu yang khusus. Klien hendaklah diberi kesempatan penuh untuk memulai sendiri konseling. Jika konselor yang memulai, lebih-lebih dengan sesuatu pertanyaan yang khusus, jangan-jangan pertanyaan itu kurang berharga atau kurang mengena terhadap apa yang hendak dikemukakan klien. Pada umumnya waktu datang kepada konselor, klien telah membawa sesuatu yang hendak disampaikannya kepada konselor. Sekali lagi, berikanlah kesempatan kepada klien untuk mengemukakan apa yang penting baginya.

4. Masalah Klien Lain

Setiap masalah adalah unik, apalagi masalah-masalah yang dialami oleh klien lain yang berbeda. Adalah tidak diharapkan konselor membawa pembicaraan tentang masalah klien lain yang terdahulu dilayani konselor ke dalam proses konseling yang sekarang sedang berlangsung, meskipun masalah yang dialami oleh klien terdahulu itu tampaknya “sama” dengan yang dialami oleh klien sekarang.

Sangat besar kemungkinan masalah yang tampaknya sama itu sebenarnya banyak sekali perbedaannya, sehingga cara penyelesaian yang digunakan terhadap klien yang terdahulu tidak

(25)

8 Bagian Pertama - Kerangka dan Pemahaman Dasar Pelayanan Konseling

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

dapat dipakaikan terhadap klien yang sekarang. Di samping itu, membawa masalah klien lain ke dalam pembicaraan konseling, boleh jadi menimbulkan hal-hal yang kurang menyenangkan pada diri klien. Klien boleh jadi menduga-duga “Wah, jangan-jangan konselor ini menceritakan masalah-masalah seperti ini kepada orang-orang lain. Saya ragu apakah perlu bercerita lebih lanjut kepada beliau tentang diri saya. Takutnya masalah saya nantinya diceritakan kepada orang lain juga”.

5. Tidak Membangkitkan Reaksi Pertahanan Diri pada Klien, dan Sikap Konselor

Konselor hendaknya tidak membangkitkan sikap mempertahankan diri pada klien. Penggunaan kata-kata “bodoh”, “lamban”, “penakut”, dan sebagainya hendaknya dihindari, kecuali kalau klien itu sendiri mempergunakan kata-kata tersebut untuk dirinya sendiri. Perhatikan dua kalimat berikut:

a. “Kamu sebenarnya kurang bersungguh-sungguh dalam usaha itu”, dan;

b. “Ternyata kamu sama sekali tidak mempunyai keberanian mencobanya”

Kedua kalimat di atas, merupakan pernyataan tentang sikap (perasaan) tidak puas dari konselor, dan kalimat kedua barangkali dapat menimbulkan sikap mempertahankan diri secara lebih kuat daripada kalimat pertama.

Kata-kata tertentu boleh jadi menimbulkan sikap mempertahankan diri pada klien seperti itu. Misalnya, seorang klien tiba-tiba meradang ketika konselor mempergunakan kata “perasa” dalam merefleksikan perasaan klien. Ketika konselor berkata: “Tampaknya Anda adalah seorang yang perasa”. Klien tiba-tiba menyahut: ”Saya tidaklah perasa seperti yang Bapak katakan. Saya selalu berusaha mempergunakan pikiran dalam menanggapi

(26)

setiap masalah. Jadi tuduhan Bapak bahwa saya perasa adalah tidak benar”.

Dalam hal ini klien merasa tersinggung karena konselor mempergunakan kata “perasa” terhadap klien. Klien berusaha mempertahankan diri dengan ucapan-ucapannya yang keras. Suasana itu mengingatkan agar konselor selalu berhati-hati dalam menggunakan kata-kata. Kata-kata yang dipergunakan konselor itu boleh jadi justru menjauhkan dan merusak hubungannya dengan klien.

Jika konselor terlanjur mempergunakan kata-kata yang kurang tepat atau kurang mengena dalam menanggapi isi ataupun suasana perasaan dan pikiran yang dikemukakan klien, sehingga klien tidak setuju atau bahkan marah, apa yang hendaknya dilakukan konselor? Satu-satunya sikap yang hendaknya ditampilkan konselor adalah menerima kenyataan itu dan mengerti sikap apa yang timbul pada diri klien, sebagai akibat dari kata-kata konselor itu. Konselor tidak perlu meminta maaf ataupun mempertahankan diri, sebab kedua-duanya tidak akan berguna. Jika klien ternyata marah, apa yang akan konselor lakukan?. Tenang, memahami dan melanjutkan pembicaraan dengan ramah, bersahabat dan bermakna. Mudah-mudahan Anda sebagai konselor merasa bangga karena Anda mampu bersikap tenang, rasional, bijaksana dan hati-hati.

(27)
(28)

Pelayanan konseling profesional yaitu pelayanan yang mengedepankan kemampuan konselor untuk mampu memfasilitasi kebutuhan klien dalam mengembangkan dirinya dan untuk mencapai kehidupan yang efektif sehari-hari (KES) dan menghindari kehidupan yang efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T).

Layanan konseling merupakan kebutuhan hampir semua individu dari berbagai tingkatan umur dan latar belakang sosial. Kebutuhan tersebut akan semakin lebih terasa pada saat ini akibat dari semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi individu, meningkatnya konflik antar individu atau kelompok dan meningkatnya kecemasan dalam kehidupan sehari-hari. Jika permasalahan dan konflik yang “ruwet” itu tidak ditemukan jalan keluar yang efektif, maka konseling merupakan salah satu layanan yang dapat menjawab dan sekaligus memfasilitiasi tercapainya solusi yang dimaksud.

Konseling merupakan proses bantuan yang dilakukan oleh konselor, dan klien adalah individu yang menerima bantuan. Khusus untuk konseling perorangan/individual, dilakukan melalui interaksi antara dua orang individu secara tatap muka antara yang membantu disebut konselor dan yang menerima bantuan disebut

klien. Kegiatan konseling perorangan ini merupakan bentuk

DINAMIKA HUBUNGAN

DALAM KONSELING

(29)

Teknik dan Praktik Laboratorium Konseling 11

Drs. Achmad Suwandi, M.Pd.,Kons., dkk

layanan yang memiliki kekhasan tersendiri, dibandingkan dengan jenis layanan lainnya karena layanan ini dilakukan dalam suasana hubungan yang amat mendalam baik dari segi sifat maupun isi dari layanan tersebut.

Keberhasilan konseling sangat ditentukan oleh kemampuan, keterampilan dan kemauan konselor itu sendiri. Dengan demikian berbagai pengetahuan/wawasan dan keterampilan serta teknik konseling sangat diperlukan dalam penyelenggaraan konseling.

A. Etika dasar dalam Konseling

Etika dasar dalam konseling adalah sebagai berikut:

1. Kerahasiaan

Tidak pelak lagi, hubungan interpersonal yang amat intens

sanggup membongkar berbagai isi pribadi yang paling dalam sekalipun, terutama pada sisi klien. Untuk ini asas kerahasiaan menjadi jaminannya. Segenap rahasia pribadi klien yang terbongkar menjadi tanggung jawab penuh konselor untuk melindunginya. Keyakinan klien akan adanya perlindungan yang demikian itu menjadi jaminan untuk suksesnya pelayanan konseling.

JANJI KONSELOR

Saya ...……… (nama konselor) dengan ini menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, memelihara, menjaga, dan merahasiakan segala data dan atau keterangan lainnya yang saya terima baik dari klien saya atau dari siapa pun juga, yaitu data dan atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui

Referensi

Dokumen terkait