PADA KRAN MENARA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh:
Nama : Landung Suryo Hastomo NIM : 025214077
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
OF TOWER CRANE
FINAL PROJECT
Presented as particial fulfillment of the requirement As to the Sarjana Teknik Degree
In Mechanical Engineering
by:
Landung Suryo Hastomo 025214077
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
Tower crane merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat dan pengangkut yang biasa digunakan dalam pengerjaan konstruksi bangunan bertingkat. Mekanisme gerakan utama dari
tower crane yaitu gerakan pengangkatan, gerakan mendatar dan gerakan memutar. Dengan tiga
mekanisme ini maka tower crane sangat membantu dalam mengangkat, menurunkan, menggeser dan memindahkan material pada sebuah ketinggian.
Pada perancangan ini dikhususkan pada sistem gerakan mendatar. Sebagai referensi, perancangan mengacu pada tower crane GRU EDILMAC E-751 dengan kapasitas angkat 6 ton, panjang jangkauan ( jib ) 45 meter, kecepatan troli 55 m/menit.
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sainst dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ.,S.S.,B.S.T.,M.A.,M.Sc., Dekan Fakultas
Sainst dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak RB. Dwiseno Wihadi, S.T., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan tugas akhir.
3. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sainst dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma atas semua ilmu yang telah diberikan sehingga sangat membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan di Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Sainst dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, yang telah membantu penulis selama kuliah hingga selesainya penyusunan tugas akhir ini. 5. Almarhum Bapak, Ibu, Mbak Inux, Mas Eko, Abel dan Mila atas segala
Albert, Cebe, Welly, dan yang lain) yang telah memberikan bantuan dalam bentuk moril maupun material hingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh teman-teman kontrakan Andhe-Andhe Lumut (Wisnu, Mursid,
Moko, Lik Wakidi, Pak Samsi, Jarod, Yudi) atas dukungan dan semangat yang selalu mereka berikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini dan jauh dari kesempurnaan akibat keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karenanya segala kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga apa yang telah dicapai penulis dapat memberikan manfaat.
Akhir kata penulis berharap penyusunan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Yogyakarta, 20 Januari 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….... i
HALAMAN JUDUL INGGRIS... ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……...………... iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI DAN DEKAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... v
INTISARI ………... vi
KATA PENGANTAR ………... vii
DAFTAR ISI ………... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
1.1. Gerakan Utama Tower Crane ………... 2
1.1.1. Gerakan pengangkatan... 2
1.1.2. Gerakan pemindahan... 4
1.1.2.1.Trolleying... 4
1.1.2.2.Slewing... 5
1.2. Ukuran Utama ……….. 6
BAB II MEKANISME GERAKAN ………..……. 7
2.1.2.Gaya Tarik Maksimal Tali... 10
2.1.3.Perhitungan Roda Troli... 15
2.2. Pemilihan Kabel Kawat Baja ………... 21
2.3. Perancangan Drum dan Puli ………... 29
2.3.1.Perancangan Drum... 29
2.3.2.Perancangan Poros Drum... 35
2.3.3.Perancangan Puli... 47
2.4. Pemilihan Motor Penggerak... 54
2.5. Perancangan Transmisi Roda Gigi... 58
2.5.1.Perancangan Roda Gigi Lurus... 58
2.5.1.1Roda Gigi Tingkat 1... 59
2.5.1.2.Roda Gigi Tingkat 2 dan 3... 65
2.5.2.Perancangan Poros Roda Gigi... 67
2.5.2.1.Perhitungan Poros 1... 69
2.5.2.2.Perhitungan Poros 2... 78
2.5.2.3.Perhitungan Poros 3... 81
2.5.2.4.Perhitungan Poros 4... 84
2.5.3.Perancangan Bantalan Roda Gigi... 87
2.5.4.Perancangan Kopling... 89
2.6. Perancangan Rem... 92
2.6.1.Menentukan Moment Pengereman... 93
2.6.4.Pemeriksaan Pemanasan Rem... 100
2.6.5.Umur Lapisan Rem... 100
BAB III PELUMASAN...…………....………….… 103
BAB IV KESIMPULAN...……….. 105
4.1. Kesimpulan ………..………….. 105
4.2. Penutup... ………... 110
Gambar 1.1. Tower Crane... 1
Gambar 2.1. Troli... 8
Gambar 2.2. Skema Gerak Troli... 10
Gambar 2.3. Roda Troli... 15
Gambar 2.4. Pembebanan gandar roda troli... 17
Gambar 2.5. Design check poros roda troli...…... 18
Gambar 2.6. Penampang rel... 20
Gambar 2.7. Skema mekanisme gerakan troli... 21
Gambar 2.8. Kabel kawat baja ... 23
Gambar 2.9. Cara mengukur tali baja... 24
Gambar 2.10. Drum dengan alur helix... 31
Gambar 2.11. Plat pengikat kabel baja... 34
Gambar 2.12. Design check drum... 34
Gambar 2.13. Pembebanan poros drum... 35
Gambar 2.14. Design check poros drum...…... 40
Gambar 2.15. Pasak... 41
Gambar 2.16. Roda puli troli... 48
Gambar 2.17. Pembebanan gandar puli...…... 49
Gambar 2.18. Design check poros puli... 50
Gambar 2.21. Pembebanan poros 1 transmisi 3 tingkat... 70
Gambar 2.22. Design check poros 1... 72
Gambar 2.23. Poros bintang (Spline)... 74
Gambar 2.24. Pembebanan poros II transmisi 3 tingkat... 78
Gambar 2.25. Design check poros 2... 80
Gambar 2.26. Pembebanan poros III transmisi 3 tingkat... 81
Gambar 2.27. Design check poros 3... 83
Gambar 2.28. Pembebanan poros IV transmisi 3 tingkat... 84
Gambar 2.29. Design check poros 4... 86
Gambar 2.30. Bantalan ... 87
Gambar 2.31. Kopling ... 89
BAB I PENDAHULUAN
Tower crane merupakan salah satu jenis pesawat pengangkat yang sering digunakan dalam pembangunan gedung - gedung bertingkat dan industri - industri besar. Ciri utama dari tower crane ini yaitu mempunyai lengan menara (jib) yang dapat berputar sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat mengangkat beban pada ketinggian dan jarak jangkauan yang tertentu. Dengan menggunakan pesawat pengangkat ini, memungkinkan pekerjaan kita untuk memindahkan material yang mempunyai bobot yang besar ataupun mengerjakan pekerjaan lain pada jarak yang aman.
G a
m b a r
1. 1. Gerakan Utama Tower Crane
Berdasarkan fungsinya, gerakan utama dari tower crane dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. 1. 1. Gerak pengangkatan (hoisting)
Gerakan pengangkatan (hoisting) tower crane ini merupakan gerakan yang arahnya vertikal. Fungsi dari gerakan pengangkatan yaitu untuk memindahkan beban yang berada pada ketinggian yang berbeda, sehingga beban pada ketingian tertentu dapat dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi atau menurunkan beban ke tempat yang lebih rendah. Kapasitas pengangkatan ini sangat tergantung pada keseluruhan sistem, karena kapasitas pengangkatan menunjukkan kemampuan secara keseluruhan dari
tower crane itu sendiri. Gerakan pengangkatan dari tower crane diatur oleh suatu sistem transmisi yang dihubungkan dengan drum dan oleh drum kabel kawat baja terhubung dengan sebuah sistem puli yang dihubungkan dengan alat penanganan beban yang terdiri dari rumah kait dan kaitnya. Berikut adalah komponen utama dalam gerak pengangkatan :
1. Kait
Fungsi dari kait adalah untuk tempat penggantungan muatan yang mana mutan tersebut biasanya sudah disatukan dalam suatu ikatan dengan menggunakan anduh (sling) rantai atau tali. Dalam merancang kait harus diperhatikan besarnya beban angkat maksimum yang akan diangkat oleh kait. Disamping itu diameter dalam kait harus dapat menyediakan tempat pada tali atau rantai yang membawa muatan.
2. Kabel kawat baja
Kabel kawat baja berfungsi untuk menggantungkan kait pada pada
drum penggulung. Kelebihan kabel kawat baja ini dibandingkan dengan rantai adalah sebagai berikut :
1. beratnya lebih ringan
2. lebih tahan terhadap beban kejut
5. apabila akan putus menunjukkan tanda – tanda terlebih dahulu 3. Drum dan puli
Drum merupakan salah satu komponen yang fungsinya adalah sebagai tempat untuk menggulung kabel kawat baja. Dengan menggunakan
drum, maka kabel kawat baja akan tertata lebih rapi. Untuk menjaga kerapian penggulungan, maka dibuatkan alur yang sesuai dengan diameter dari kabel kawat baja.
Untuk mengurangi bobot dari drum, maka dirancang drum silinder dengan rongga didalamnya. Selain dapat mengurangi bobot dari drum,
pembuatan rongga ini juga dapat mengurangi rugi – rugi energi yang diakibatkan oleh momen – momen dinamiknya.
Fungsi dari puli yaitu untuk mentransmisikan daya. Kerja dari puli sangat dipengaruhi oleh kekakuan tali, jenis bantalan dan pelumas yang digunakan pada gandar puli. Semakin kaku tali, maka kerja dari puli akan menjadi terhambat.
4. Motor penggerak
Pada mekanisme pengangkatan dibutuhkan daya dari motor pengerak yang mampu untuk menggerakkan sistem sehingga bahan dapat dipindahkan ke arah tujuan yang diinginkan. Motor penggerak yang digunakan adalah berupa motor listrik. Pertimbangan penggunaan motor listrik ini adalah karena harganya murah dan mudah ditemukan di pasaran. 5. Transmisi roda gigi
6. Rem
Dalam mekanisme gerakan dibutuhkan rem yang fungsi sebagai penahan agar beban yang diangkat tetap pada ketinggian tertentu. Dalam pemilihan rem harus diperhatikan tentang lapisan remnya. Bahan lapisan rem yang baik harus mempunyai sifat tahan lama terhadap keausan, koefisien geseknya besar, tahan terhadap temperatur sampai 3000 C, mudah untuk dibuat dan harganya murah.
1. 1. 2. Gerak pemindahan
Gerak pemindahan yang dimaksud disini yaitu, gerakan pemindahan beban pada arah horisontal. Secara umum gerakan pemindahan beban dapat dibedakan menjadi dua macam gerakan yaitu :
1. 1. 2. 1. Trolleying
Trolleying atau mekanisme bejalan yaitu suatu sistem gerakan pemindahan beban dengan cara pemindahan beban secara horisontal. Jarak jangkauan dari beban yang akan dipindahkan tergantung dari panjang lengan menara yang digunakan, sehingga jarak jangkauannya tertentu. Gerakan pemindahan ini membutuhkan suatu mekanisme pejalan yang disebut dengan troli. Troli ini diletakkan pada lengan menara yang dilengkapi dengan drum yang fungsinya untuk menggulung tali baja yang digunakan. Berikut adalah komponen utama dalam mekanisme berjalan : 1. Troli
2. Kabel kawat baja
Kabel kawat baja berfungsi untuk menghubungkan troli dengan
drum penggulung, sehingga troli dapat bergerak sepanjang lengan menara. 3. Drum dan puli
Fungsi drum disini adalah sebagai tempat untuk menggulung kabel kawat baja, sedangkan puli berfungsi untuk menjaga agar kabel kawat baja dapat menggulung sesuai dengan arahnya.
4. Motor penggerak
Motor penggerak manghasilkan daya yang digunakan dalam pergerakan troli. Dalam perancangan ini motor penggerak yang digunakan yaitu jenis motor listrik.
5. Transmisi roda gigi
Untuk pengaturan kecepatan pada mekanisme gerakan mendatar, maka digunakan sistem transmisi roda gigi. Dengan menggunakan sistem transmisi roda gigi ini maka akan didapatkan kecepatan yang sesuai dengan keinginan.
6. Rem
Rem berguna untuk menghentikan gerak dari troli. 1. 1. 2. 2. Slewing
Yang dimaksud dengan slewing yaitu gerakan pemindahan bahan pada tower crane dengan cara memutar lengan menara ke kanan ataupun ke kiri. Karena adanya mekanisme putar, maka batang pilar yang dipasang pada pondasi tower crane haruslah kuat untuk menahan beban yang berada di atasnya. Dalam prakteknya gerakan slewing ini biasanya dikombinasikan dengan gerakan yang lainnya untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah komponen utama dalam mekanisme berputar :
1. Motor penggerak
2. Transmisi roda gigi
Pada mekanisme gerakan memutar menggunakan transmisi roda gigi untuk mengatur kecepatan pada saat melakukan gerakan memutar.
3. Rem
Dalam mekanisme gerakan memutar juga diperlukan rem yang berguna untuk menghetikan gerakan.
1. 2. Ukuran Utama
Ukuran utama dari tower crane yaitu meliputi kapasitas angkat, tinggi angkat, panjang jangkauan (jib), panjang counter jib, counter weight,
macam pondasi, kecepatan angkat, kecepatan troli, kecepatan putar dan sudut putar.
Sebagai referensi dalam perancangan ulang ini, dipilih Tower crane
dengan spesifikasi sebagai berikut : Beban angkat : 6 ton Tinggi angkat : 37 meter Panjang jangkauan ( jib ) : 45 meter Panjang counter jib : 13 meter
Counter weight : 6 ton
MEKANISME GERAKAN
Mekanisme gerakan yang terjadi pada Tower Crane yaitu mekanisme
pengangkatan, mekanisme gerakan mendatar dan mekanisme gerakan memutar. Untuk memberikan hasil yang sesui dengan keinginan pada saat pemindahan suatu bahan dalam industri, maka dibutuhkan kombinasi dari ketiga mekanisme gerakan tersebut. Namun pada penulisan tugas akhir ini hanya akan dirancang komponen-komponen utama dari mekanisme gerakan mendatar.
Dalam mekanisme gerakan horisontal, komponen-komponen utama yang perlu dihitung ulang yaitu:
1. Troli
2. Kabel kawat baja
3. Drum dan puli
4. Motor penggerak 5. Transmisi roda gigi 6. Rem
2. 1. Perancangan Troli
beban yang akan dipindahkan dikalikan 2 sebagai angka keamanan dari semua mekanisme gerak horisontal.
Untuk mekanisme pejalannya digunakan 4 buah roda yang berjalan sepanjang jib, dimana jib sendiri juga berfungsi sebagai rel dari troli. Bahan
yang digunakan untuk roda penggerak adalah jenis baja. Jika kecepatan gerak horisontal diketahui adalah V= 55m/menit=0,917m/s. Waktu percepatan yang diijinkan adalah 1,5 sampai 5 detik, maka dipilih t = 4 detik
Maka percepatanya adalah :
t v a
4 917 , 0
= 0,229 m/s2
2. 1. 1. Beban maksimal roda (Pmak).
Beban maksimal adalah semua beban rencana yang harus ditanggung troli yang secara simetris dan distribusi bebannya merata pada keempat roda jalan troli. Basarnya beban tersebut dapat ditentukan dengan
persamaan (2.1) 4 F G q Q P o mak
……….………...(2.1)
(Rudenko, 1996, hal. 237) dengan Q = beban angkat
= Beban rencana x Angka keamanan = 6000 x 2 =12000 kg
= 12000 kg x 9,81 m/s2 = 117720 N
q = bobot rumah kait (100 kg x 9,81 m/s2 = 981 N) Go= bobot troli (150 kg x 9,81 m/s2 = 1471,5 N)
F = Gaya akibat adanya percepatan gerak horizontal = mTotal x a = (Q+q+Go) x a
= 12250 kg x 0,229 m/s2
= 2805,25 N
2. 1. 2. Gaya tarik maksimal tali (STot) Tahanan roda gerak troli (W1)
Tahanan roda gerak troli (W1) adalah resistansi atau tahanan terhadap gerakan pada arah horisontal yang harus diatasi oleh troli
berbeban yang bergerak. Besarnya tahanan tersebut dapat ditentukan dengan Persamaan (2.2)
Gambar 2. 2. Skema Gerak Troli Keterangan :
1. Drum Travelling 2. Puli system Travelling 3. Roda Troli
D k d F G q Q
W1 ( o ) 2 ...(2.2)
(Rudenko, 1996, hal. 284)
dengan Q = beban angkat (117720N) q = bobot rumah kait (981N) Go= bobot troli (1471,5N)
F = gaya akibat adanya percepatan (2805,25N)
â = kofisien untuk memperhitungkan gesekan pada roda gerak, untuk bantalan luncur sebesar (1,25)
µ = koefisien gesek bantalan (untuk bantalan rol fleksibel
0,015)
d = diameter gandar (2 cm)
k = koefisien gesek pada gelinding roda (diasumsikan 0,05) D = diameter roda penggerak (10 cm)
Dengan mensubstitusiksn variabel-variabel tersebut maka diperoleh
N W x x x W 88 , 6148 10 05 . 0 2 2 015 . 0 25 , 1 ) 25 , 2805 5 , 1471 981 117720 ( 1 1
Tahanan puli tali pengangkat (W2)
off on S
S
W2 …….………..(2.3)
(Rudenko, 1996, hal. 284)
dengan Son = tarikan akibat tahanan roda dan terdefleksinya tali (N) Soff = tarikan akibat takel dan muatan (N)
Beban yang sesungguhnya terjadi pada pengangkatan(B) adalah semua beban yang diterima oleh sistem pengangkatan. Besarnya beban yang sebenarnya terjadi pada sistem pengangkatan dapat ditentukan dengan Persamaan (2.4)
B = 1
z q
Q
...(2.4)
(Rudenko, 1996, hal. 41)
dengan, Q = beban angkat (117720N) q = bobot rumah kait (981N)
z = jumlah muatan puli yang menyangga beban (3) ç = efisiensi puli (0,8)
ç1 = efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuanya ketika menggulung pada drum, diasumsikan (0,98)
Dengan mensubstitusiksn semua variabel tersebut kedalam persamaan (2.4) maka didapatkan beban angkat sebesar
B =
98 , 0 8 , 0 3
981 117720
x x
Tegangan tali yang terjadi pada pengangkatan (S) adalah tegangan yang terjadi pada tali pengangkat yang diakibatkan oleh beban pangangkatan. Besarnya tegangan tali yang terjadi dapat ditentukan dengan persamaan (2.5)
S=Bxåzx
1 1 1 z
……….………....(2.5)
(Ir.G. harjanto, 1993, hal. 10)
Dengan B = beban sesungguhnya yang terjadi (50468,11N) i = jumlah puli dalam system pengangkatan (6) Z = (i – 1) = (6 – 1) = 5
å = faktor hambatan (1,05)
å = 1 1
=0,98 1
=1,05
S = 50468,11 x 1,055 x
1 05 , 1 1 05 , 1 6 = 9472,28N
S = Soff ,dengan persamaan di atas maka didapatkan tegangan tali yang diderita tali pada sistem pengangkatan(S) adalah sebesar 9472,28 N
2 1 t on S W
S ……….………(2.6)
(Rudenko, 1996, hal. 285)
dengan W1 = tahanan gerak roda troli (6148,88N) ç2 = efisiensi mekanis (0,8)
f x q S r t 2 2
...(2.7)
(Rudenko, 1996, hal. 285)
dengan qr = bobot tali per meter (0,359 kg/m)
x = setengah panjang tali yang terdefleksi (22,5m) f = defleksi tali yang diizinkan
f = ( sampai )Xmaks
200 1 100
1
f = (1/100) 22,5 f = 0,225
N S S on on 62 , 12638 8 , 0 02 , 3962 88 , 6148
Maka didapatkan tahanan pada roda puli tali pengangkat sebesar
N W2 12638,629472,283166,34
Tarikan maksimal tali untuk memindahkan troli (STot) adalah gaya yang harus dikeluarkan untuk menarik troli supaya bergerak maju mundur. Untuk menggerakan troli pada arah horisontal saat membawa beban digunakan tali, maka gaya tarik yang dilakukan tali sama dengan
jumlah tahanan yang diakibatkan gerak troli (W1), tahanan roda puli
pengangkat (W2) dan tarikan tali akibat terdefleksinya tali tersebut (St)
STot = W1 + W2 + St
STot = 6148,88+3166,34+3962,02 STot = 13277,24N = 1353,43kg
2. 1. 3. Perhitungan Poros dan Roda Troli
Gambar. 2. 3. Roda Troly
Data desain roda troli di bawah didapat dari pengamatan di lapangan.
lebar roda (b) : 5 cm
diameter roda (D) : 10 cm
Pemeriksaan terhadap kekuatan (ómak)
Untuk pemeriksaan diameter roda pejalan yang dipakai, maka kita harus periksa tegangan tekan satuan lokal yang ditentukan dengan persamaan 2.8.
br pk
mak 600
...(2.8)
(Rudenko, 1996, hal. 260) Dengan,
P = beban yang bekerja pada roda (30744,44N) b = lebar permukaan kerja rel rata (5 cm) r = jari-jari rel (1 cm)
k = koefisien untuk memperhitungkan kecepatan gelinding roda yang ditentukan dengan persamaan 2.9, dengan v adalah kecepatan gelinding roda, dalam m/detik.
k = (0,2-1)v...(2.9) (Rudenko, 1996, hal. 260)
= 1x 55/60 = 0,917 m/s
Pemilihan bahan roda
Berdasar hasil perhitungan tegangan tekan satuan lokal, maka dipilih bahan roda yaitu steel 5 yang mempunyai tegangan tekan satuan 5.250 kg/cm2 dan tegangan luluh 2900 kg/cm2 yang terdapat dalam Tabel
Karakteristik bahan roda penggerak pada Lampiran 1.
Poros roda troli
Poros roda troli ini merupakan poros diam, karena poros ini merupakan gandar yang hanya mengalami momen lengkung saja dan tidak mengalami momen puntir. Data yang diketahui adalah sebagai berikut Berat beban yang harus diterima gandar Pmak = 3133,98 kg
Gambar 2. 4. Pembebanan pada gandar roda troli.
Reaksi pada titik A adalah sebesar 3133,98 kg. Maka momen lengkung yang terjadi
Mb = 3133,9863 = 197440,74 kg.mm 63 mm Pmak
Maka diameter gandar (Dg) dapat diketahui dengan Persamaan 2.10.
3 17 , 2
a
Mb Dg
……….(2.10)
(G.Niemann, Elemen mesin, 1982, hal 321)
Dengan bahan gandar yang direncanakan adalah S55C dengan (a)
diketahui 60 kg/mm2. Maka diameter gandar adalah
3
60 74 , 197440 17
, 2
Dg
Dg = 31,92 mm
maka diameter gandar dipilih sebesar 35 mm.
Design Check poros roda troli dengan cosmoswork, material yang digunakan Alloy Steel dengan batas mulur (Yield strength) óY = 62,04
kg/mm2.
Dari gambar 2.5. didapatkan FOS (Factor Of Safety) = 1,6. Berarti poros kuat untuk menahan 1,6x berat beban yang diterima gandar (Pmax).
Bantalan poros roda troli.
Diketahui diameter poros (Dg = d) sebesar 35 mm, untuk pemilihan bantalan pada poros ini diambil dari Tabel Ball bearing pada Lampiran 5 dipilih bantalan SKF 6207 dan diperoleh data berikut ini Diameter dalam (d) = 35 mm
Diameter luar (D) = 72 mm Lebar bantalan (B) = 17 mm
Karena pada poros roda troliini merupakan gandar yang hanya menerima momen lengkung saja tidak terjadi momen puntir serta tidak terjadi gaya radial maupun aksial, maka dalam menentukan umur nominal bantalan (Lh) pada gandar ini akan didapat umur tak terbatas. Oleh sebab itu untuk keamanan dalam praktek penggunaannya, diasumsikan mesin beroperasi selama 8 jam sehari serta mesin digunakan sebagian. Maka berdasarkan Tabel Nilai praktis umur bantalan pada lampiran 11, maka umur bantalan diperkirakan 14.000-20.000 jam.
Pemilihan rel
B = 120 100
H = 85 r = 14 15
berat per meter roda sorong = 79 , 78
5 , 65
Gambar 2. 6. Penampang rel
Keterangan : B : Lebar rel H : Tinggi rel R : Jari-jari filet rel
B
H
2. 2. Pemilihan Kabel Kawat Baja
Tegangan yang terjadi pada kawat baja merupakan gabungan dari tegangan tarik, lentur dan puntir serta adanya tekanan dan gesekan antara kawat dan untaian. Disamping itu dengan adanya tali yang melewati puli
dan drum akan mengakibatkan kekuatan tali tersebut menjadi berkurang, hal ini disebabkan karena kikisan yang dialami oleh kawat bagian luar. Dengan adanya kikisan yang besar pada kawat bagian luar maka dipilih tali jenis pintal parallel (Lang) yang mampu menahan gesekan lebih baik dan fleksibel tapi cenderung untuk berpuntir. Namun kecenderungan kawat untuk berpuntir dapat diatasi dengan adanya jalur pandu oleh puli.
Gambar 2. 7. Skema Mekanisme Gerakan Troli. Keterangan :
3. Drum 4. Puli 3 5. Puli 4 6. Troli
Dalam mekanisme perjalanan troli digerakan dengan tali baja dengan jumlah lengkungan 6, sehingga dari tabel Fungsi jumlah lengkungan pada lampiran 2 didapatkan perbandingan antara diameter drum(Dmin )
dengan diameter tali (d) yaitu min 28
d D
. Jenis tali baja yang digunakan
adalah:
Tipe : 6 x 37 wire rope
Pintalan : paralel (Lang)
Gambar 2. 8. Kabel Kawat Baja
Tarikan maksimum pada tali (STot)
Tarikan maksimum tali yang dibutuhkan yaitu sama dengan tarikan tali maksimum yang digunakan untuk menarik troli.
STot = 13277,24N = 1353,43kg
Penampang tali (F)
Desain tali yang digunakan adalah dengan jumlah kawat i = 222
F(222) =
000 . 36 min
D d K
S
ijin Tot
...(2.11)
(N. Rudenko, 1996, hal. 39)
dengan, óijin = tegangan putus tali 18.000 kg/cm2
F(222) =
28 000 . 36 2
000 . 18
43 , 1353
= 0,175 cm2
Diameter untuk satu kawat/serat/wire (ä)
Tali baja terdiri dari 1 inti (core), 6 strand, tiap-tiap strand tersusun atas beberapa kawat kecil (wire) seperti pada Gambar 2. 8.
ä =
i d
5 , 1
………(2.12)
(N. Rudenko, 1996, hal. 38)
ä =
222 5 , 1
10
= 0,044 cm = 0,44 mm
Diameter tali kawat baja (d)
Cara mengukur diameter luar tali baja adalah seperti pada Gambar 2. 9. yaitu dengan mengukur dua untaian yang berlawanan letaknya.
d = 1,5 i
...(2.13) (N. Rudenko, 1996, hal. 38)
dengan perhitungan dalam persamaan (2.13) maka didapatkan ukuran diameter tali adalah sebesar
d = 1,5x0,044x 222 = 0,97 cm
Pemeriksaan terhadap tarikan maksimal yang diizinkan
S =
K Pijin
...(2.14)
(N. Rudenko, 1996, hal. 40)
= 2 5760
= 2880 kg
Dalam hal ini tarikan maksimum yang diizinkan adalah 2880 kg, sedangkan tarikan yang digunakan untuk memindahkan troli adalah 1353,43 kg, jadi pemilihan jenis tali benar karena sudah memenuhi batas keamanan.
Beban putus tali yang sebenarnya (Pt)
= 1353,43 x 2 = 2706,86 kg
Tegangan tarik yang sebenarnya (ób)
ób =
F Pt
...(2.16)
(N. Rudenko, 1996, hal. 39)
ób = 175 , 0
86 , 2706
= 15467,77 kg/cm2 ≤ óijin
Jadi pemilihan jenis tali ini benar karena sudah memenuhi batas keamanan.
Mencari faktor m
Dari kenyataan bahwa kerusakan tali diakibatkan oleh kelelahan bahan dan setiap tali hanya dapat mengalami lengkungan dalam jumlah tertentu , maka kita perlu mencari factor m yaitu faktor yang tergantung pada jumlah lengkungan berulang dari tali (z) selama periode keausan sampai tali tersebut rusak.
m =
2 1 min
C CC
d D
b
...(2.17)
(N. Rudenko, 1996, hal.43)
kekuatan tarik maksimum bahan kawat 0,89 (Tabel harga faktor C pada lampiran 2)
C1 = faktor yang tergantung pada tali =0,89 (Tabel harga factor C1 pada lampiran 2)
C2 = faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan yang tidak diperhitungkan oleh faktor C dan C1=1 ( Tabel harga factor C2 pada lampiran 2)
m =
1 89 , 0 89 , 0 6777 , 154
28
x x x
= 0,2285
Dari Tabel harga faktor m pada lampiran 3 didapat hubungan antara m dengan jumlah lengkungan z1, maka dengan nilai m = 0,2285 didapatkan z1 = 30.000 lengkungan
Umur kabel kawat baja (N)
2 1
az z
N ………..…….(2.18)
(N. Rudenko, 1996, hal. 46)
Dapat dilihat dalam tabel harga a, z2, dan â pada lampiran 3 dengan, a = jumlah siklus kerja rata-rata perbulan (3400)
z2 = jumlah lengkungan berulang per siklus kerja (maju dan mundur) pada perjalanan penuh dan lengkungan satu sisi (3)
â = faktor perubahan daya tahan tali akibat menarik
muatan lenih rendah dari panjang total dan lebih ringan dari muatan (0,4)
N =
4 , 0 3 3400
000 . 30
x x
= 7,35
2. 3. Perancangan Drum dan Puli
2. 3. 1. Perancangan Drum
Drum yang dipakai menggunakan bahan dari besi cor kelabu FC 20 (JIS G 5501) dengan tegangan tarik 2400 kg/cm2. Dengan membuat
berongga pada bagian dalam dari drum, maka dapat menghemat penggunaan bahan dan sekaligus mengurangi bobot dari drum. Disamping itu untuk pemandu arah dari lilitan kabel kawat, maka dibuat alur helik pada permukaan drum.
Diameter drum (Ddrum)
Diameter drum dapat dihitung berdasarkan dari diameter kabel kawat baja yang telah diperoleh yaitu
28
d Ddrum
………..(2.19)
Ddrum = 28 x 10 = 280 mm
Sedangkan untuk diameter drum yang diizinkan diperoleh dengan pernghitungan
D ≥ e1.e2.d ...(2.20) e1 = faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya(30) e2 = faktor yang tergantung pada konstruksi tali (0,9)
D ≥ 30x0,9x10 D ≥ 270 mm
Dari perhitungan diatas, maka digunakan diameter drum 300 mm
Kecepatan keliling drum (Vdrum)
Besarnya kecepatan keliling drum sama besar dengan kecepatan tali. Dengan demikian maka kecepatan gerak troli sama dengan kecepatan keliling drum.
VTali = Kdrum x ndrum ...(2.21) dengan Kdrum = ð x Ddrum
= 3,14 x 0,3
ndrum = n6 = 58,387 rpm VTali = 0,942 x 58,387
= 55 m/menit
Panjang drum (L)
Dalam perhitungan panjang drum, perlu juga diketahui juga jumlah lilitan pada tiap sisi dari drum yang didapatkan dari persamaan (2.22) berikut ini
2
D Hi z
...(2.22)
(N. Rudenko, 1996, hal. 74) dengan, z = jumlah lilitan
H = panjang lintasan (4500cm) i = perbandingan sistem tali (1)
D = diameter drum (30cm)
Angka 2 ditambahkan untuk lilitan yang menahan muatan.
2 30
1 4500
x x z
z = 49,771 lilitan
s1 = 13 mm dan c1 = 3 mm. Sehingga dengan perhitungan, didapatkan panjang drum sebagai berkut ini
1 7 s D Hi L
...(2.23)
(N. Rudenko, 1996, hal. 75) dengan, s1 = kisar (1,3cm)
3 , 1 7 30
1 4500
x x L
cm L71,202
Digunakan drum dengan panjang L = 72 cm
Tebal dinding drum yang digunakan (ù)
Tebal dinding drum dari besi cor kelabu ini ditentukan dengan rumus empiris berikut ini
ù = 0,02 D + 1...(2.24) (N. Rudenko, 1996, hal. 75)
= (0,02x30) + 1 = 1,6 cm
Tegangan komplek (ócomp)
1
s STot
comp
………(2.25)
(N. Rudenko, 1996, hal. 76)
dengan, Stot = gaya tarik maksimal pada tali baja(1353,43kg)
s1 = jarak dua alur berurutan/kisar(1,3cm)
ù = Tebal dinding drum (1,6)
3 , 1 6 , 1
43 , 1353
x
comp
2 / 68 ,
650 kg cm
comp
≤ 2400 kg/cm2 (aman)
Pemilihan plat untuk mengikat kabel kawat baja
Gambar 2. 11. Plat pengikat kabel baja
k = 52 mm, t = 35 mm, do = 16 mm, l = 45 mm, c =5 mm, jumlah ikatan =1
Design Check dari drum dengan cosmoswork, material yang digunakan Gray Cast Iron dengan kekuatan tarik (Tensile strength) óB = 1516,6 kg/cm2.
Gambar 2. 12. Design check-Drum
2. 3. 2. Perancangan poros drum
Poros drum menggunakan bahan SCM4 (baja krom nikel JIS G 4105), kekuatan tarik ó =10.000 kg/cm2, tegangan geser yang diijinkan ôa = 1.800 kg/cm2. Beban total yang diderita oleh poros yaitu sebesar 1353,43
kg.
Perhitungan momen lentur
Momen terbesar terjadi pada saat tali berada di tengah–tengah drum. 1353,43
3 72 3
RA RB
Gambar 2. 13. Pembebanan Poros Drum Perhitungan reaksi di A
ÓMB = 0
0 = RAx78 – 1353,43x 39
RA =
78 39 43 , 1353 x
RA = 676,715 kg Perhitungan reaksi di B
RB = 1353,43 – RA
RB = 1353,43 – 676,715
Perhitungan besarnya momen pada titik yang berjarak X dari tumpuan A (MX) untuk 0 < X < 3
MX = RA.X = 676,715.X M0 = 676,715 x 0 = 0
M3 = 676,715 x 3 = 2030,145 kg untuk 3 ≤ X ≤ 74
MX = RAX – 676,715 (X - 3)
= 676,715X – 676,715 (X – 3)
= 676,715X – 676,715X + (676,715x3)
= 2030,145 kg.cm
Menghitung Torsi
n N
T 71620 ………...………...(2.26)
(N. Rudenko, 1996, hal. 292) dengan N = daya statik motor (hp)
n = kecepatan putaran `drum (rpm)
387 , 58
20 71620
T
Daya statik motor (N)
75
Qv
N …..….……...………...…...………...(2.27)
(N. Rudenko, 1996, hal. 292)
dengan Q = beban tarikan (1353,43kg) v = kecepatan gerak (55m/s) ç = efisiensi (0,8)
60 . 8 , 0 . 75 55 . 43 , 1353 N hp N 20,38
kw
N 15
Putaran drum sama dengan putaran poros IV (n6)
D v n
6 ………..(2.28)
30 5500 6 n rpm n6 58,387
Menghitung diameter poros drum (ds)
31 2 2 . . 1 , 5
KmM KtT
ds
a
...(2.29)
(Sularso, 1997, hal.18)
sedikit kejutan atau tumbukan)
Km=1,5 (faktor koreksi pembebanan lentur, beban dengan tumbukan ringan).
T = Torsi (24998,98 kg.cm)
M = Moment (2030,145 kg.cm)
31 2 2 98 , 24998 . 5 , 1 145 , 2030 . 5 , 1 1800 1 , 5 ds mm cm
ds4,66 46,6
Dalam tabel poros pada lampiran 5 maka dipilih diameter poros drum sebesar 100 mm.
Pemeriksaan poros terhadap sudut puntir ()
Batas maksimum sudut puntir pada poros yaitu antara 0,250-0,30 persatuan panjang. Poros terbuat dari baja dengan modulus geser G = 8,3x103 kg/mm2.
4 584
Gds TL
……….………...(2.30)
(Sularso, 1997, hal.18)
4 3 100 10 . 3 , 8 780 8 , 249989 584 x x 0 4 10 34 , 2 x
: 0,25o 1000 780
= 0,19o. Maka poros aman untuk digunakan karena telah
memenuhi syarat yang ditentukan yaitu : (<a) (2,34x10-4 0 < 0,19o).
Pemeriksaan poros terhadap lenturan (y)
l ds l Fl y 4 2 2 2 1 4 10 . 23 , 3
………..………..………….…...(2.31)
(Sularso, 1997, hal.18)
780 100 390 . 390 . 43 , 1353 10 . 223 , 3 4 2 2 4 y 129 , 0
y mm
Untuk (y) biasanya dibatasi sebesar 0,35 mm untuk tiap satu meter panjang poros. Maka untuk panjang poros 780 mm, syarat lenturan yang harus dipenuhi bahwa (y) harus lebih kecil daripada (ya) sebesar
: 0,35 1000 780
= 0,273. Maka poros aman untuk digunakan karena telah
Design Check poros drum dengan cosmoswork, material yang digunakan AISI 304 dengan batas mulur (Yield strength) óY = 2068,1
kg/cm2.
Gambar 2. 14. Design check-Poros drum
Dari gambar 2.14. didapatkan FOS (Factor Of Safety) = 23. Ini berarti poros kuat untuk menahan 23x beban total yang diterima poros drum (1353,43 kg).
Perancangan Pasak
Pasak yang direncanakan pada poros drum ini adalah menggunakan pasak benam prismatis. Bahan yang digunakan yaitu baja karbon S45 C-D
Tegangan geser yang diijinkan
2 1 f f
B a
xS S
……...(2.32)
(Sularso, 1997, hal. 8)
2 / 167 , 4 3 6
75
mm kg x
a
Momen rencana :249989,8 kg.mm Diameter poros : 100 mm
Ukuran pasak yang ditentukan berdasarkan diameter dari poros dapat dibaca dari tabel ukuran pasak dan alur pasak pada lampiran 7 yaitu didapat sebagai berikut
- Penampang pasak (b x h) : 28 x 16 mm - Kedalaman alur pasak pada poros (t1) : 10 mm - Kedalaman alur pasak pada naf (t2) : 6,4 mm
Gambar 2. 15. Pasak Gaya tangensial pada permukaan poros
2 / s
d T
F ...(2.33)
) 2 / 100 ( 8 , 249989 F kg F 4999,79
Panjang pasak berdasarkan gaya geser pada bidang kerja
xb F l a
1 ...(2.34)
(Sularso, 1997, hal.25)
mm x
l 42,85
28 167 , 4 79 , 4999
1
Panjang pasak berdasarkan tekanan permukaan bidang kerja
) (1 2 2 ataut t p F l a ...(2.35)
(Sularso, 1997, hal.25)
mm
x
I 49,99
10 10
79 , 4999
2
Diambil panjang pasak, l = 80 mm, karena dirancang dengan 2 pasak yang terdapat pada kedua ujung drum maka tiap pasak yang dipakai 40 mm.
Cek kemanan
) ( 5 , 1 8 , 0 75 , 0 , 8 , 0 100 80 ) ( 35 , 0 28 , 0 25 , 0 , 28 , 0 100 28 aman d l aman d b s s
Pemilihan bantalan poros drum
Bantalan yang digunakan untuk poros drum ini dipilih bantalan bola. Perhitungan faktor umur (fh)
10 3 500 Lh fh ...(2.36)
(Sularso, 1997, hal.136)
dengan Lh = umur bantalan yang direncanakan (15.000 jam)
10 3 500 000 . 15 fh 774 , 2 fh
Perhitungan faktor kecepatan (fn)
10 3 3 , 33 n
fn ………...………...……….….(2.37)
(Sularso, 1997, hal.136)
Perhitungan beban equivalen dinamis (P)
a r yF
F x
P . . ………...……….(2.38) (Sularso, 1997, hal.135)
dengan Fr = beban radial (S 676,715kg
2 43 , 1353
2 )
a
F =beban aksial, besarnya dapat diabaikan karena drum
ditumpu oleh dua bantalan sehingga drum tidak mendapat beban aksial
x = 0,56, untuk bantalan bola baris tunggal. y = 0
0 0 715 , 676 56 ,
0 x x
P
960 , 378
P
Perhitungan beban nominal dinamis (C)
fn fhP
C ...(2.39)
(Sularso, 1997, hal.136)
845 , 0 960 , 378 774 , 2 x C N kg
C 1244,06 12204,29
Dari katalog bantalan pada lampiran 5, maka dipilih bantalan dengan spesifikasi sebagai berikut
Diameter dalam (d) : 100 mm Jari-jari fillet luar (r) : 2,1 mm
Lebar (b) : 34 mm
Perancancangan Kopling
Kopling digunakan untuk menghubungkan poros 4 dengan poros drum. Dalam perancangan ini digunakan jenis kopling flens kaku. Sumbu dari kedua poros yang akan dihubungkan dengan kopling haruslah segaris, karena pada meknisme putarnya, beban yang diputar sangatlah besar.
Diameter poros ds = 100 mm
Berdasarkan tabel Ukuran kopling flens pada lampiran 8 didapatkan ukuran dari kopling sebagai berikut
Menghitung tegangan geser baut B n d T e b b 2 8
...(2.40)
(Sularso, 1997, hal. 34)
dengan ôb = tegangan geser baut (kg/mm2) T = torsi (250226,93 kg.mm) db= diameter baut (25mm)
ne= jumlah baut efektif (dianggap 50% dari jumlah baut) = e x n = 0,5 x 6 =3
B = diameter pusat baut (265mm)
2 2 / 28 , 1 265 3 25 93 , 250226 8 mm kg x x x x b b
Dipilih bahan baut dari baja karbon SS41 (JIS G 3101), dengan kekutan tarik óB = 45 kg/mm2. dengan mengambil faktor keamanan Sfb = 6 dan faktor Kb = 3, maka diperoleh harga tegangan geser bahan (ôba).
ôba = 3 6
45
x
ôba = 2,5 kg/mm2 1,28 kg/mm2 < 2,5 kg/mm2
Menghitung tegangan geser flens F C T F 2 2
...(2.41)
(Sularso, 1997, hal. 34)
dengan ôF = tegangan geser flens (kg/mm2) T = torsi (250226,93kg.mm) C = diameter naf (180mm) F = tebal flens (35,5mm)
2 2 / 138 , 0 5 , 35 180 93 , 250226 2 mm kg x x x F F
Dipilih bahan flens dari besi cor kelabu FC20 (JIS G 5501), dengan kekuatan tarik óB = 20 kg/mm2. Dengan mengambil faktor keamanan SfF = 6 dan faktor KF = 3, maka diperoleh harga tegangan geser bahan (ôFa).
ôFa = 3 6
20
x
ôFa = 1,111 kg/mm2
ôF x 3 = 0,138 x 3 = 0,414 kg/mm2 0,414 kg/mm2 < 1,111 kg/mm2
maka bahan flens yang digunakan sudah aman
2. 3. 3. Perancangan puli dan poros puli Perancangan puli
desain dari puli tali diambil ukuran-ukuran berdasarkan tabel Puli untuk kawat baja pada lampiran 5, dengan menganggap ukuran dari tali adalah 11 mm.
Ukuran dari puli tali yang dipakai yaitu sebagai berikut:
a = 40 mm b = 30 mm c = 70 mm e = 1 mm h = 25 mm l = 10 mm r = 8,5 mm r1 = 40 mm r2 = 3 mm r3 = 13 mm r4 = 8 mm
Perancangan poros penopang puli
Poros penopang puli angkat ini merupakan poros diam, karena poros ini merupakan gandar yang hanya mengalami momen lengkung saja dan tidak mengalami momen puntir.
Bahan gandar dari baja karbon untuk kontruksi mesin S30C ( JIS G 4051 )
yang mempunyai batas mulur a= 29 kg/mm2.
Gambar 2.17. Pembebanan gandar puli.
l = panjang gandar ( 88 mm) a = 44 mm
QTotal = 12100 kg, karena terdapat 2 puli pengangkat maka beban yang harus ditanggung tiap gandar adalah sebesar
Q = 6050kg
2 12100
a
C B
A
Q/2 Q/2
Besar momen lentur yang terjadi
MB
2 2
a x Q
………...………(2.42)
( G. Niemann, 1994. hal 325)
=
2 44 2 6050
x = 66550 kg.mm
Diameter minimal gandar
Dengan persamaan 2.10 maka dapat ditentukan diameter minimal gandar
ds = 2,17 3 29 66550
= 28,62 mm
Design Check poros puli dengan cosmoswork, material yang digunakan Cast carbon Steel dengan batas mulur (Yield strength) óY =
24,817 kg/mm2.
Gambar 2. 18. Design check-poros puli
Dari gambar 2.18. didapatkan FOS (Factor Of Safety) = 1,3. Ini berarti poros kuat untuk menahan 1,3x beban yang harus ditanggung tiap gandar (QTotal)
Bantalan penopang puli
Bantalan untuk penopang puli pada gandar dipilih bantalan rol silinder.
Diameter dalam (d) : 45 mm Jari-jari fillet luar (r) : 1,5 mm Jari-jari fillet dalam (r1) : 1,5 mm
Lebar (b) : 25 mm
Beban dinamis izin (C) : 99000 N = 10091,74 kg Perhitungan kekuatan bantalan
a. Perhitungan faktor umur (fh)
10 3 500 Lh
fh ………...………(2.43)
(Sularso, 1997, hal.136)
dengan Lh = umur bantalan yang direncanakan (15000 jam).
10 3 500 15000 fh 774 , 2 fh
b. Perhitungan faktor kecepatan (fn)
10 3 3 , 33 n
fn ………..(2.44)
(Sularso, 1997, hal.136)
Dengan vpuli = 2 x kecepatan angkat Maka npuli = 2 x 21,23 rpm
= 42,46 rpm
929 , 0
fn
c. Perhitungan beban equivalen dinamis (P)
a r yF
F x
P . . ...(2.45) (Sularso, 1997, hal.135)
dengan Fr = beban radial (Q 3025kg
4 12100
4 )
karena dirancang tiap puli menggunakan 2 bantalan sedangkan terdapat 2 puli angkat, maka beban radial dibagi 4.
a
F =beban aksial, besarnya dapat diabaikan karena
drum ditumpu pada dua sisi sehingga drum tidak mendapat beban aksial
x = 1 untuk bantalan silindris y = 0
0 0 3025
1x x
P
P = 3025 kg
d. Perhitungan beban nominal dinamis (C)
fn fhP
C ...(2.46)
(Sularso, 1997, hal.136)
929 , 0
3025 774 ,
2 x
C
2. 4. Pemilihan Motor Penggerak
Motor listrik disini digunakan untuk menarik troli yang mempunyai beban tarik sebesar 1353,43 kg, dengan kecepatan maksimal pergerakan troli (v) sebesar 55 m/min.
Pemilihan motor listrik sesuai dengan katalog motor listrik pada lampiran10.
Gambar 2. 19. Motor listrik EXICOElectrik Motor Division
WELINGBOROUGH
Perhitungan daya statik motor (N)
75
Qv
N ………...……….(2.47)
(N. Rudenko, 1996, hal. 292)
v = kecepatan gerak troli (55m/menit) ç = efisiensi (0,8)
8 , 0 . 60 . 75
55 . 43 , 1353
N
hp
N20
Motor listrik yang digunakan adalah motor listrik tiga fase Dengan spesifikasi sebagai berikut
Type : AM 160L XG
Daya : 20 hp / 15 kW
Voltase : 380 V – 420 V± 5% - 50 Hz
Faktor daya (cos ) : 0,85
Berat : 122 kg
Jumlah kutub : 4
Putaran (n) : 1460 rpm Diameter poros (d) : 38 mm Jari-jari girasi motor (GD2) : 3,21 kg.m2
rata rata
moto
M M
: 2,4
Momen girasi total (GDtot2 )
Momen girasi kopling (GDkopling2 )
I =0,00014 kgm/s2 2
kopling
GD = 4.I.g ...(2.48)
(N. Rudenko, 1996, hal. 300)
2 kopling
GD = 4.0,00014.9,81
= 0,005494 kgm2
2 tot
GD = 2
motor
GD + GDkopling2 ...(2.49)
(N. Rudenko, 1996, hal.300) 2
tot
GD = 3,21 + 0,005495
= 3,215495 kgm2
Perhitungan momen tahanan statik motor (Mst)
n N
Mst 71620 ...(2.50)
(N. Rudenko, 1996, hal. 292)
1460 20 71620 st M m kg cm kg
Mst 981,09 . 9,8109 .
Perhitungan momen tahanan dinamis motor (Mdin )
nts Qv ts n GD M tot din 2 2 975 , 0 375
...(2.51)
(N. Rudenko, 1996, hal. 293)
transmisi (1,25) ts = waktu start (5 s)
8 , 0 . 5 . 1460 60 55 . 43 , 1353 . 975 , 0 5 . 375 1460 . 215495 , 3 . 25 , 1 2 2 din M m kg Mdin10,189 .
Perhitungan momen tahanan total motor (Mtot)
st din tot M M
M ...(2.52)
(N. Rudenko, 1996, hal. 296)
tot
M = 0,189 + 9,8109
= 9,9999 kg.m
Perhitungan momen rata-rata motor (Mrata)
n N
Mrata 716,2 ...(2.53)
(N. Rudenko, 1996, hal.300)
1460 20 2 , 716 rata M rata
M = 9,81 kg.m
01 , 1 81 , 9 9999 , 9 rata mak M M
2. 5. Perancangan Transmisi Roda Gigi 2. 5. 1.Perancangan Roda Gigi Lurus
Perancangan transmisi roda gigi untuk menggerakan troli menggunakan susunan roda gigi lurus dengan 3 tingkat kecepatan. Angka
transmisi total diperoleh dengan membandingkan antara kecepatan putar poros motor (n1) dengan kecepatan putar dari poros drum (n6).
6 1
n n itot
387 , 58
1460 tot
i
rpm itot 25,006
Angka transmisi tiap roda gigi yaitu
3 25,006
i
924 , 2
i
Dari perhitungan di atas maka dapat ditentukan besarnya angka transmisi pada tiap roda gigi sebagai berikut
924 , 2 12
i
924 , 2 34
i
924 , 2 56
Gambar. 2. 20. Transmisi Roda Gigi 3 Tingkat
2. 5. 1. 1.Perancangan roda gigi tingkat I
Jenis roda gigi yang digunakan yatiu roda gigi standar lurus. Daya rencana yang akan ditransmisikan (P) sebesar 15 KW. Sudut tekan pahat yang digunakan yaitu sebesar 200 , sedangkan faktor koreksinya (fc) sebesar 1.
Putaran poros , n1 = 1460 rpm Perbandingan reduksi , i12 = 2,924
Perhitungan diameter sementara lingkaran jarak bagi
12 1
i 1
a . 2 d
...(2.54)
(Sularso, 1997, hal 216)
dengan d1 = diameter sementara lingkaran jarak bagi (mm) a = jarak sumbu poros sementara, diambil 150 mm
2,942 1
150 2 d1
x
448 , 76 1
d mm
d2 = d1 x i12...(2.55) (Sularso, 1997, hal 216)
d2 = 76,448 x 2,924 d2 = 223,552 mm
Modul pahat, m = 3, 0 = 20 o Jumlah gigi
m d
z 1
1 ...(2.56) (Sularso, 1997, hal 216)
z1 = jumlah roda gigi 1
z2 = jumlah roda gigi 2
3 448 , 76 1
z
z1 = 25,48 ≈ 25 mm
z2 = z1 x i12 ...(2.57) (Sularso, 1997, hal 216)
Diameter lingkaran jarak bagi
d01 = z1 x m...(2.58) (Sularso, 1997, hal 216)
d01 = z1 x m = 25 x 3 = 75 mm
d02 = z2 x m d02 = z2 x m = 73 x 3 = 219 mm
Jarak sumbu poros
a01 =
2 02 01 d
d
...(2.59)
(Sularso, 1997, hal 216)
a01 = 2
219 75
= 147 mm
Kelonggaran sisi, C0 = 0 mm
Kelonggaran puncak, ck = 0,25 x m...………(2.60) (Sularso, 1997, hal 219)
ck = 0,25 x 3 ck = 0,75mm
Diameter kepala
dk1 = (z1 + 2 ) x m...(2.61) (Sularso, 1997, hal 220)
dk2 = (z2 + 2 ) x m...(2.62) (Sularso, 1997, hal 220)
dk2 = ( 73 + 2 ) x 3 = 225 mm
Diameter kaki
df1 = ( z1 – 2 ) x m – 2 ck...(2.63) (Sularso, 1997, hal 220)
df1 = ( 25 – 2 ) x 3 – 2 x 0,75 = 67,5 mm
df2 = ( z2 – 2 ) x m – 2 ck...(2.64)
(Sularso, 1997, hal 220)
df2 = ( 73 – 2 ) x 3 – 2 x 0,75 = 211,5 mm
Kedalaman pemotongan (tinggi gigi)
H = 2 x m + ck ...(2.65) (Sularso, 1997, hal 200)
H = 2 x 3 + 0,75 = 6,75 mm
Faktor bentuk gigi
Dengan pembacaan tabel faktor bentuk gigi pada lampiran 6, maka didapatkan Y
Kecepatan keliling pada diameter jarak bagi roda gigi 1 dengan n1 v = 1000 . 60 . .d01n1
...(2.66)
(Sularso, 1997, hal. 238)
v 1000 . 60 1460 . 75
= 5,731 m/det
Gaya tangensial Ft = v xP 102 ...(2.67)
(Sularso, 1997, hal. 238)
Ft = 731 , 5 15 . 102
= 266,96 kg
Berdasarkan kecepatannya yaitu antara 5-20 m/s, maka harga faktor dinamis
fv =
v 6 6 fv = 731 , 5 6 6
= 0,512
Bahan pinion (RG 1) dan driven (RG 2) dibuat dari bahan yang sama yaitu baja paduan S15CK (JIS G 4051) dengan pengerasan kulit yang mempunyai sifat sebagai berikut
- Kekerasan (HB) = 400 HB
Berdasarkan harga kekerasan (HB) sebesar 400 HB, maka dengan pembacaan tabel faktor tegangan kontak bahan roda gigi pada lampiran 6 didapatkan kH = 0,311 kg/m.
Beban lentur yang diijinkan per satuan lebar sisi
Fb1 = a1 x m x Y1 x fv ……….………(2.68)
(Sularso, 1997, hal. 240) Fb1 = 30 x 3 x 0,339 x 0,512 Fb1 = 15,62 kg/mm
Fb2 = a2 x m x Y2 x fv …………...………(2.69)
(Sularso, 1997, hal. 240) Fb2 = 30 x 3 x 0,434 x 0,512 Fb2 = 19,99 kg/mm
Beban permukaan yang diijinkan per satuan lebar
FH =
2 1
2 01 h v
z z
2z . d k . f
...(2.70)
(Sularso, 1997, hal. 244)
FH =
73 25
2.73 75 . 311 , 0 . 512 , 0
FH = 17,791 kg/mm
Lebar sisi
min
F F
b t ...(2.71)
(Sularso, 1997, hal. 240)
62 , 15
96 , 266
b
b = 14,53 mm Diambil b = 20 mm
Pada umumnya harga b ditetapkan antara (6-10)m ,maka didapatkan
Cek 6,66 3
20
m b
(aman)
2. 5. 1. 2. Perancangan roda gigi tingkat II dan tingkat III
Untuk perhitungan pada roda gigi tingkat II dan tingkat III adalah sama caranya dengan perhitungan pada perancangan transmisi roda gigi tingkat I, sehingga dari hasil perhitungan dapat disajikan dalam tabel berikut ini
Transmisi II Transmisi III N (rpm) 499,274 170,736
I 2,924 2,924
dipilih i 2,924 2,924
Modul (m) 4 5
Z2 78 73
D1 (mm) 104 125
D2 (mm) 312 365
A0 (mm) 208 245
Ck 1 1,25
Co 0 0
dk1 (mm) 112 135
dk2 (mm) 320 375
df1 (mm) 94 112,5
df2 (mm) 302 352,5
H 9 11,25
bahan baja S15CK S15CK
kH (kg/m) 0,311 0,311
HB 400 400
óB (kg/mm2) 50 50
óa (kg/mm2) 30 30
V (m/s) 2,71 1,116
Fv (kg/mm) 0,524 0,728 Ft (kg/mm) 563,041 1369,865 Y1 0,3390,341 0,339
Y2 0,436 0,434
Fh (kg/mm) 25,457 42,204
B (mm) 28 36
b/m 9,555 7,393
2. 5. 2. Perancangan Poros Roda Gigi
Poros merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dari motor ke drum melalui roda gigi. Oleh karena itu poros akan mendapat beban puntir dan lentur sehingga pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser (ô) karena momen puntir (T) dan tegangan (ó) karena momen lentur (M). Poros-poros ini disusun sejajar satu sama lain, hal ini disebabkan karena roda gigi yang digunakan adalah roda gigi lurus. Bahan poros diambil baja S55C (JIS G 4051) dengan pengerasan kulit yaitu dengan cara dicelup dingin dalam minyak sehingga poros akan tahan aus. Sifat dari bahan tersebut adalah sebagai berikut
- kekuatan tarik (óB) : 80 kg/mm2 - kekerasan (HB) : 229-285
Untuk perhitungan poros selanjutnya maka harus ditentukan terlebih dahulu beberapa faktor yang menyangkut keamanan sebagai berikut
-faktor bahan dengan kekuatan yang dijamin, Sf1 = 6
-faktor keamanan karena momen puntir, K1 = 1,5 (beban dikenakan kejutan atau tumbukan besar)
-faktor koreksi pembebanan lentur, Km = 1,5 (beban dengan tumbukan ringan).
Tegangan geser pada poros yang diijinkan
2 1 f f B a xS S
...(2.72)
(Sularso, 1997, hal. 8)
2 / 444 , 4 3 . 6 80 mm kg a a
2. 5. 2. 1. Perhitungan Poros I
Daya yang ditransmisikan , P = 15 Kw Putaran poros 1, n1 = 1460 rpm Momen puntir rencana
1 5. 10 74 , 9 n P x
T ...(2.73)
(Sularso, 1997, hal.7)
mm kg T x T . 85 , 10006 1460 15 10 74 , 9 5
Wgl = 0,25xxd12xb1xxfk...(2.74)
(Sularso, 1997, hal.8)
Dengan d1 = diameter jarak bagi 75 mm b1 = lebar gigi 20 mm
ñ = berat jenis bahan roda gigi (baja) 7833 x 10-9 kg/m3 fk = faktor koreksi 1 (roda gigi pejal) dan 0,4 ( berongga)
Wgl = 0,25x752xx20x7833x109x1
Wgl = 0,6922 kg
Gaya tangensial FT1 = FT FT1 = 266,96 kg
Poros didukung oleh dua buah bantalan yang diletakkan pada kedua ujung poros sehingga beban dari roda gigi dapat ditahan oleh reaksi pada bantalan. Distribusi reaksi dapat digambarkan sebagai berikut
FT1
40
RA 198 RB
Gambar 2. 21. Pembebanan Poros I Transmisi 3 Tingkat
Dengan berdasar pada reaksi A dan B, maka kita dapat menentukan momen lentur yang terjadi.
Gaya reaksi pada tumpuan akibat gaya radial
kg R
x R
x F R
RB RB
R RB
62 , 19
198 40 16 , 97
198 40 1
RRA = FR1 – RRB
= 97,16 – 19,62
Gaya reaksi pada tumpuan akibat gaya tangensial
198 40 ) (F 1 W 1 x
RTB T g
kg R x R TB TB 08 , 54 198 40 ) 692 , 0 96 , 266 (
RTA = (FT1 + Wg1) – RTB
= 266,96 + 0,692 – 54,08 = 213,572 kg
Momen lentur akibat gaya radial
MR = RRA x 40 = 77,54 x 40 = 3101,6 kgmm
Momen lentur akibat gaya tangensial
MT = RTA x 40 = 213,572 x 40 = 8542,88 kgmm
Momen lentur gabungan
kgmm M M M M M G G T R G 49 , 9088 ) 88 , 8542 ( ) 6 , 3101 ( ) ( ) ( 2 2 2 2 Diameter poros
Untuk menentukan diameter poros digunakan persamaan 2. 29 3 / 1 2 2 ) 85 , 10006 5 , 1 ( ) 49 , 9088 5 , 1 ( 444 , 4 1 , 5
x x
ds 27,60 mm
Diambil ds = 40 mm karena diameter dari motor penggerak 38 mm. Design Check dari poros 1 dengan cosmoswork, material yang digunakan AISI 304 dengan batas mulur (Yield strength)
óY = 20,681kg/mm2.
Gambar 2. 22. Design check-poros 1
Dari gambar 2.22. didapatkan FOS (Factor Of Safety) = 5. Ini berarti poros kuat untuk menahan 5x gaya yang bekerja pada poros 1 (FT1 dan FR1).
Tegangan geser yang terjadi
5,13 (KmxM)2 (KtxT)2
ds
...(2.75)
(Sularso, 1997, hal. 17)
2 2
3 (1,5 9088,49) (1,5 10006,85) )
40 (
1 , 5
x
x
Pemeriksaan poros terhadap sudut puntir ()
Untuk menentukan sudut puntir yang terjadi digunakan persamaan 2.30
0 4 3 055 , 0 ) 40 ( 10 3 , 8 198 85 , 10006 584 x x x
Untuk () biasanya dibatasi sebesar 0,25o untuk tiap satu meter
panjang poros. Maka untuk panjang poros 198 mm, syarat defleksi puntiran yang harus dipenuhi bahwa () harus lebih kecil daripada (a)
sebesar : 0,25o 1000 198
= 0,065o. Maka poros aman untuk digunakan
karena telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu : (<a) (0,055o<0,065o).
Lenturan poros
Perhitungan lenturan poros berdasarkan resultan komponen gaya tangensial dan resultan gaya radial
kg F
F
F F
F R T
09 , 284 ) 96 , 266 ( ) 16 , 97 ( ) ( ) ( 2 2 2 2
Jarak titik pusat pembebanan ke bantalan A, l1 = 40 mm. Sedangkan l2 =158 mm dan l = 198 mm
Maka untuk menentukan lenturan poros digunakan persamaan 2.31
Untuk (y) biasanya dibatasi sebesar 0,35 mm untuk tiap satu meter panjang poros. Maka untuk panjang poros 198 mm, syarat lenturan yang harus dipenuhi bahwa (y) harus lebih kecil daripada (ya)
sebesar : 0,35mm
1000 198
= 0,0693 mm. Maka poros aman untuk
digunakan karena telah memenuhi syarat yang ditentukan yaitu : (y<ya) (0,007<0,0693).
Poros Bintang (Spline)
Direncanakan terdapat poros bintang dengan panjang 40 mm.
Gambar 2. 23. Poros Bintang (Spline)
Syarat yang harus dipenuhi
aSf2
KtCb
4,4443
1,621,52
) ( ) / 86 , 4 /
332 , 13
( kg mm2 kg mm2 a
Pemeriksaan kekuatan poros spline
Ditentukan dimensi-dimensi poros bintang seperti di bawah Diameter dalam (di) sebesar = 40 mm.
Diameter luar (do) sebesar = 46 mm.
Banyaknya baji (i) sebanyak = 4 Lebar baji (b) sebesar = 8 mm.
Panjang poros bintang (l) yang direncanakan adalah 40 mm.
Torsi yang akan diterima tiap baji = 4
85 , 10006
= 2501,71 kg.mm.
Maka gaya tangensial pada permukaan poros yang terjadi (Ft) dapat ditentukan dengan Persamaan 2.76. (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2002, hal. 25)
Ft =
Ds/2
T
………...(2.76)
Ft =
40/2
71 , 2501= 125,08 kg
Tegangan geser yang ditimbulkan (K) dapat ditentukan dengan
Persamaan 2.77. (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2002, hal. 25)
l b Ft K
………...(2.77)
2 / 39 , 0 40 8 08 ,