• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VALUE ENGINEERING PEKERJAAN CURINGPELAT BETON PADA HIGH RISE BUILDING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS VALUE ENGINEERING PEKERJAAN CURINGPELAT BETON PADA HIGH RISE BUILDING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS

VALUE ENGINEERING

PEKERJAAN

CURING

PELAT BETON PADA

HIGH RISE BUILDING

Romario1 dan Henny Wiyanto2

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440

Email: romariosumargo@hotmail.com

2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjend. S. Parman no.1 Jakarta 11440

Email: hennyw@ft.untar.ac.id

ABSTRAK

Pemilihan metode curing pekerjaan pelat beton pada high rise buildingmenggunakan analisis Value Engineering dengan pendekatan Rencana Kerja Value Engineering. Berbagai metodecuring yang dapat diimplementasikan untuk pelat beton antara lain metode penyemprotan, metode penggenangan, metode selimut basah, metode styrofoam, metode kertas/lembar plastik, metode zat khusus (compound), metode uap (steam curing), dan metode pemanasan dengan listrik. Dalam fase analisis, diperoleh kriteria yang paling berpengaruh dalam pemilihan metode curing pelat beton pada high rise building yaitu kriteria mutu (quality) yang dihasilkan dari tahap analisis matriks perbandingan. Pada tahap analisis Matrix Decision yang merupakantahap akhir dalam fase analisis diperoleh metode selimut basah (kain goni) memiliki skor tertinggi dengan 44 poin, metode zat khusus dengan selisih 1 poin yaitu 43 poin, dan metode penyemprotan dengan 32 poin. Dalam fase pengembangan, dilakukan estimasi biaya kebutuhan metode selimut basah dan metode zat khusus yang memiliki skor tertinggi pada tahap analisis Matrix Decision.Metode selimut basah (kain goni) memiliki estimasi biaya lebih rendah dan memiliki skor tertinggi dalam tahap analisis Matrix Decision, sehingga metode selimut basah (kain goni) merupakan metode yang memberikan manfaat terbesar untuk pekerjaan curing pelat beton pada high rise building.

Kata kunci: Value Engineering, Rencana KerjaCuringPelat Beton, Metode Curing.

1. PENDAHULUAN

Latar belakang

Banyak bangunan tingkat tinggi/high rise building yang menggunakan struktur beton sebagai struktur utama dari bangunan-bangunan tersebut. Oleh sebab itu, pekerjaan beton menjadi sangat umum bagi para pekerja di bidang konstruksi sehingga langkah-langkah pengerjaan beton pun umumnya telah dikuasai oleh para pekerja di bidang konstruksi.

Ada 2 tahapan dalam pekerjaan beton yaitu tahap pengecoran dan tahap pasca pengecoran. Dalam tahap pasca pengecoran atau dikenal dengan fase hardening ini perlu dilakukan pekerjaan curing/perawatan terhadap beton dengan tujuan untuk menjaga kualitas, kekuatan, dan durabilitas dari beton tersebut, sehingga pekerjaan curing menjadi salah satu metode pelaksanaan konstruksi yang memiliki peranan penting dalam suatu konstruksi.

Banyak metode dalam pekerjaan curingyang dapat diimplementasikan pada pekerjaan struktur beton. Metode-metode tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda-beda dari segi/aspek biaya, waktu, metode pelaksanaan, alat/bahan yang digunakan, dan lain-lain, tetapi mempunyai manfaat yang sama. Sehingga aspek-aspek tersebut menjadi pertimbangan yang tidak mudah bagi pihak Kontraktor/ Konsultan untuk memilih metode curing yang akan digunakan.

Oleh karena banyaknya pertimbangan dalam pemilihan metode, maka perlu dilakukan rekayasa nilai/ value engineering terhadap metode-metode curing.Value Engineering adalah sebuah teknik

(2)

manajemen yang menggunakan pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsional terbaik antara kehandalan, biaya, dan kinerja dari proyek atau produk tersebut (Zimmerman dan Hart, 1982).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kriteriayang terbaik dalam pemilihan metode curing pelat beton dan untuk mengetahui metode curing yang dapat membeikan manfaat terbesar dalam pekerjaan pelat betonpada high rise buildingdengan teknik rekayasa nilai (value engineering).

2. PROSEDUR PENELITIAN

1. Fase Informasi

Pada fase informasidilakukan pengumpulan informasi dan pendekatan fungsional dengan mengidentifikasi fungsi komponen pekerjaan curing pelat beton menggunakan tabel identifikasi fungsi menurut Soeharto (2001) serta pembuatan diagram FAST.

2. Fase Spekulasi/ Kreatif

Pada fase spekulasidilakukan pencarian alternatif-alternatifyang dapat memenuhi fungsi atau kegunaan yang sama. Alternatif yang diusulkan mungkin didapatkan dari pengurangan, penyederhanaan, atau modifikasi alternatif yang telah ada dengan tetap mempertahankan fungsinya.

3. Fase Analisis

Pada fase analisis ini, ide-ide yang muncul pada fase spekulasi dievaluasi kembali dan dilakukan analisis (Marzuki, 2007).Tahap pertama dalam fase analisis yaitu penilaian dengan menggunakanProbabilities Technique.Teknik ini digunakan untuk mengeliminasi alternatif-alternatif yang tidak dapatdijalankan/diimplementasikandalam pekerjaan dan kondisi yang telah ditentukanyaitu pekerjaan curing pelat beton pada high rise building.Alternatif yang dapat diimplementasikan diberi nilai 1 dan alternatif yang tidak dapat diimplementasikan diberi nilai 0.

Tahap kedua dalam fase analisis yaitu penilaian dengan Ranking Technique.Pada tahap ini dilakukan skoring terhadap setiap alternatif yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh penilai ahli. Apabila rata-rata nilai kriteria yang diperoleh berdasarkan Rumus (1) kurang dari 3 poin (Standard), maka alternatif tersebut akan dieliminasi/tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya. Alternatif-alternatif yang memiliki nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 3 poin akan lolos ke tahap penilaian berikutnya.

Nilai rata-rata dapat diperoleh dari persamaan :

𝑅 = (𝑋1+𝑋2+𝑋3+𝑋4+𝑋5)5 (1) dengan :

X1, X2, X3, X4, X5 :Nilai Kriteria

R :Rata-rata dari nilai kriteria

Pada tahap berikutnya dilakukanAnalisis Matrix Perbandingan Kriteria dan Identifikasi Kriteria dengan menggunakan tabel yang mengacu pada tulisan yang diajukan oleh Mudge (1971).Selanjutnya, tahap terakhir dalam fase analisisadalah membuat Tabel Matrix Decision dimana dalam tahapini akan dipilih alternatif yang memiliki total skor tertinggi untuk masuk ke fase pengembangan/rekomendasi.

(3)

Bobot kriteria tiap alternatif dapat diperoleh dari persamaan berikut:

𝑌𝑛 = 𝑆𝑛𝑥𝑋𝑛 (2)

Jumlah skor dari bobot kriteria setiap alternatif dapat diperoleh dari persamaan berikut:

𝑍 = 𝑌1 + 𝑌2 + 𝑌3 + 𝑌4 + 𝑌5 (3) dengan:

Sn : Skor yang diperoleh dari masing-masing kriteria pada Tabel Matrix Decision Xn : Nilai kriteria pada tiap alternatif pada Tabel Ranking Technique

Yn : Bobot kriteria yang merupakan hasil perkalian dari skor yang diperoleh dari masing-masing kriteria dengan nilai kriteria pada tiap alternatif

Z : Jumlah skor dari bobot kriteria setiap alternatif.

4. Fase Pengembangan/ Rekomendasi

Pada fase pengembangan/rekomendasi akanditelaah gagasan atau alternatif yang terpilih dan melakukan estimasi life cycle cost terkait yang mendukung alternatif tersebut untuk diajukan sebagai proposal Value Engineering yang resmi.

5. Fase Pelaporan

Pada fase pelaporan keseluruhan hasil studi akan dipresentasikan secara ringkas dengan berbagai data pendukung dan hasil analisis dari fase sebelumnya.

3. HASIL DAN ANALISIS

1. Fase Informasi

Pada fase informasi terutama dalam pendekatan fungsional, terdapat dua teknik yang memiliki peran besar dan menjadi suatu teknik dalam Rencana Kerja yang akan menghasilkan sebuah pendekatan sistematis yang lebih produktif dibandingkan dengan teknik penghematan biaya lainnya, seperti teknik identifikasi fungsi komponen pekerjaan dan teknik dengan diagram FAST.Teknik identifikasi fungsi komponen pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Fungsi Komponen Pekerjaan Curing Pelat Beton

Pekerjaan Fungsi

Kata Kerja Kata Benda Jenis

Curing/ Perawatan

Beton

Menjaga Kelembaban Primer

Menjaga Suhu Primer

Mengoptimalkan Proses Hidrasi Primer

Mencegah Keretakan Primer

Mencapai Kuat Tekan Rencana Primer Meningkatkan Durabilitas Primer

Mencegah Penyusutan Primer

Meningkatkan Ketahanan Permukaan Sekunder Menghemat Biaya Perbaikan Sekunder

Teknik kedua dalam fase informasi yaitu teknik dengan diagram FAST. Fungsi-fungsi yang terdapat pada lintasan kritis adalah fungsi primer,artinya fungsi-fungsi tersebut tidak dapat

(4)

diabaikan dan harus dicapai.Fungsi yang paling dasar pada Gambar 1 yaitu memperoleh mutu beton yang baik, sedangkan design objective nya yaitu penerapan/aplikasiperawatan sesuai prosedur, serta dapat menghemat biaya perbaikan sebagai fungsi sekunder yang terjadi setiap saat.

Gambar 1. Diagram FAST Pekerjaan CuringPelat Beton 2. Fase Spekulasi

Pada fase Spekulasi dilakukan pencarian alternative-alternatif yang dapat digunakan sebagai metode untuk pekerjaan perawatan/curing pelat beton pada high rise building. Alternatif yang diperoleh yaituMetode penggenangan/perendaman, metode selimut basah, metode penyemprotan, metode kertas/lembar plastik, metode zat khusus (compound), metode styrofoam, metode uap (steam), dan metode pemanasan dengan listrik.

3. Fase Analisis

Tahap pertama dalam fase analisis yaitu penilaian metode dengan Probabilities Technique.Teknik ini menilai kemungkinan dapat atau tidak nya sebuah metode/ alternatif diimplementasikan dalam pekerjaan curing pelat beton pada high rise building.Penilaian metode curing pelat beton dengan Probabilities Technique dapat dilihat pada Tabel 2.Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa ada empat alternatif yang dapat diimplementasikan pada pekerjaan curing pelat beton yaitu Metode Penyemprotan, Metode Selimut Basah (Kain goni, tikar kain, karpet, dll), Metode Styrofoam, dan Metode zat khusus (curing compound).

Tabel 2. Penilaian Metode Dengan Probabilities Technique

No Metode Curing Nilai

1. Metode Penggenangan/ Perendaman 0

2. Metode Penyemprotan 1

3. Metode Selimut Basah (Kain goni, tikar kain, karpet, dll) 1

4. Metode Styrofoam 1

(5)

6. Metode zat khusus (curing compound) 1

7. Metode Uap (Steam Curing) 0

8. Metode Pemanasan dengan Listrik 0

Tahap keduadalam fase analisis yaitu penilaian dengan Ranking Technique.Teknik ini menilai setiap alternatif yang diperoleh berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh penilai ahli yaitu biaya, kecepatan metode, ketepatan metode, ketersediaan bahan dan material, serta mutu.Penilaian alternatif dengan Ranking Technique dapat dilihat pada Table 3 sampai Tabel 6.

Tabel 3. Penilaian Metode Penyemprotan

No Kriteria Nilai

1. Biaya 5

2. Kecepatan metode 3

3. Ketepatan metode 3

4. Ketersediaan bahan dan material 5

5. Mutu 3

RATA-RATA 3.8

Tabel 4. Penilaian Metode Selimut Basah

No Kriteria Nilai

1. Biaya 3

2. Kecepatan metode 4

3. Ketepatan metode 4

4. Ketersediaan bahan dan material 4

5. Mutu 5

RATA-RATA 4

Tabel 5. Penilaian Metode Styrofoam

No Kriteria Nilai

1. Biaya 2

2. Kecepatan metode 3

3. Ketepatan metode 2

4. Ketersediaan bahan dan material 4

5. Mutu 3

RATA-RATA 2.8

Tabel 6. Penilaian Metode Curing Compound

No Kriteria Nilai

1. Biaya 2

2. Kecepatan metode 5

3. Ketepatan metode 4

4. Ketersediaan bahan dan material 4

5. Mutu 4

(6)

Dari Tabel 3 sampai Tabel 6 dapat dilihat rata-rata nilai kriteria yang diperoleh berdasarkan Rumus (1). Apabila nilai yang diperoleh kurang dari 3 poin (Standard), maka alternatif tersebut akan dieliminasi/tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya. Alternatif-alternatif yang memiliki nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 3 poin akan lolos ke tahap penilaian berikutnya.

Metode Styrofoamtereliminasi dan tidak dapat lolos ke tahap penilaian berikutnya karena memiliki nilai rata-rata dibawah 3 poin (Standard), sedangkan metode penyemprotan, metode selimut basah, dan metode curing compound lolos ke tahap penilaian berikutnya karena memiliki nilai rata-rata diatas 3 poin.

Pada tahap berikutnya dilakukan analisis matriks perbandingan kriteria. Pada tahap ini, kriteria yang telah ditentukan dibandingkan satu sama lain. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh kriteria satu sama lain dan besar perbedaannnya. Dari analisis ini akan didapatkan skor dari masing-masing kriteria, yang kemudian akan diurutkan ranking/peringkatnya.Analisis matriks perbandingan kriteria dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Matriks Perbandingan Kriteria

B C D E SKOR A B1 C1 D1 E2 0 B B1 B1 B1 4 C C0 C1 2 D E1 1 E 3

Hasil dan skor masing-masing kriteria yang didapatkan dari hasil analisis matriks perbandingan kriteria akan diurutkan dalam peringkat/ranking pada identifikasi kriteria. Tabel identifikasi kriteria dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Identifikasi Kriteria

Identifikasi Kriteria Skor Peringkat

A Biaya (Cost) 0 5 B Mutu (Quality) 4 1 C Ketepatan (Accuracy) 2 3 D Ketersediaan Material (Availability) 1 4 E Kecepatan (Rapidity) 3 2

(7)

Matrix Decision merupakan tahap terakhir dalam fase analisis sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan.Analisis Matrix Decision dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9.Matrix Decision

4. Fase Pengembangan/ Rekomendasi

Pada fase pengembangan dilakukanpengembangan terhadap metode-metode yang telah terpilih yaitu metode selimut basah dan metode zat khusus dengan selisih 1 poin pada total skor dalam analisis Matrix Decision. Langkah pengembangan terhadap alternatif/metode yang terpilihdilakukan dengan menghitung biaya pelaksanaan masing-masing metode tersebut tanpa memperhitungkan biaya pemeliharaan (maintenance cost) dan biaya perbaikan (repair cost), karena biaya-biaya tersebut dianggap sama pada kedua metode curing pelat beton. Perhitungan biaya dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11.

(8)

Tabel 11. Analisis Harga Kebutuhan Metode Zat Khusus (Compound)

5. Fase Pelaporan

Pada fase pengembangan/ rekomendasi, dapat dilihat bahwa pekerjaan curing pelat beton dengan metode selimut basah (kain goni) dan metode zat khusus (compound) masing-masing memiliki harga Rp. 2.996.500,00/100m2 dan Rp. 5.686.000,00/100m2. Maka, metode selimut basah dengan bahan kain goni terpilih sebagai metode curing pelat beton pada high rise building yang memberikan manfaat terbesar dengan skor tertinggi dalam Analisis Matrix Decision dan memiliki harga termurah pada fase pengembangan/rekomendasi.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Analisis Value Engineering terhadap Metode Curing Pelat Beton pada High Rise Building adalah sebagai berikut :

1. Metode curing yang memberikan manfaat terbesar untuk pekerjaan pelat beton pada high rise building adalah metode selimut basah (kain goni) dengan nilai rata-rata tertinggi pada penilaian metode Ranking Technique dan total skor tertinggi pada analisis Matrix Decision. 2. Kriteria yang memiliki peringkat pertama dan memiliki pengaruh terbesar dalam pemilihan

metode curing pelat beton pada high rise building adalah mutu (quality). Sedangkankriteria yang memiliki peringkat terakhir yaitu biaya (cost). Faktor mutu merupakan faktor yang utama sedangkan faktor biaya merupakan faktor yang tidak dominan dalam penilaian tetapi biaya tetap akan ditekan seminimal mungkin.

3. Metode selimut basah (kain goni) memiliki biaya yang lebih rendah dibandingkan metode curing compound.

DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, P.F. 2007. Rekayasa Nilai : Konsep dan Penerapannya di Dalam Industri Konstruksi. [Online], vol 5, 14 halaman. Tersedia:

http://www.academia.edu/5068024/Rekayasa_Nilai_Konsep_dan_Penerapannya_di_ dalam_Industri_Konstruksi. [4 Maret 2016].

Mudge, Arthur. E. 1971. Value Engineering: A Systematic Approach. New York : McGraw-Hill Book Company.

Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek: Dari Konseptual sampai Operasional Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Zimmerman, L.W. dan Hart, G.D. 1982.Value Engineering: A Practical Approach for Owners, Designers, and Contractors. Netherland: Van Norstrand.

Gambar

Tabel 1. Identifikasi Fungsi Komponen Pekerjaan Curing Pelat Beton
Gambar 1. Diagram FAST Pekerjaan CuringPelat Beton  2.  Fase Spekulasi
Tabel 3. Penilaian Metode Penyemprotan
Tabel 7. Analisis Matriks Perbandingan Kriteria
+3

Referensi

Dokumen terkait