• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMPETENSI, PROFESSIONAL JUDGMENT AUDITOR,

TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP TINGKAT INDEPENDENSI

AUDITOR

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se-Bali)

1

Ni Luh Tia Betrisia Asdianti,

1

Ni Luh Gede Erni Sulindawati,

2

Edy Sujana

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {tiabetrisia@gmail.com, ernisulindawatiayu@yahoo.com,

edysujana_bali@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti secara empiris pengaruh kompetensi, professional judgment auditor, tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data yang diperoleh dari kuesioner dan diukur dengan menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor Kantor Akuntan Publik di Bali tahun 2014. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali sebanyak 63 auditor. Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji regresi linier berganda. Data dianalisis dengan menggunakan software SPSS versi 19.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi terhadap tingkat independensi auditor, (2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Professional judgment auditor terhadap tingkat independensi auditor, dan (3) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor.

Kata Kunci: kompetensi, Professional judgment auditor, tingkat pendidikan, dan tingkat independensi auditor.

Abstract

The study aimed at finding out the empirical evidences about the effect of competency, auditor’s professional judgment, level of education on the auditor independency level.It was designed based on quantitative method by using data obtained from questionnaire which were measured based on Likert scales. The population consisted of all auditor staffs of public accountancy office located in Bali during 2014. There were about 63 auditors selected as the samples selected based on purposive sampling. The data were analyzed by using a multiple linear regression supported by SPSS version 19 software.

The results of the study indicated that: (1) competency had a positive and significant effect on the auditor’s independency level, (2) the auditor’s professional judgment had a positive and significant effect on the auditor independency level, (3) the level of education had a positive and significant effect on the auditor’s independency level, (2) the auditor’s professional judgment had a positive and significant effect on the auditor independency level.

(2)

Key words: competency, auditor’s professional judgment, level of education, and auditor’s independency level.

PENDAHULUAN

Profesi akuntan menjadi sorotan utama bagi masyarakat luas. sorotan terhadap profesi akuntan tersebut dikarenakan adanya beberapa kasus yang muncul terkait dengan adanya keterlibatan akuntan publik dalam permasalahan yang terjadi pada beberapa perusahaan. Terbukti banyak perusahaan publik di dunia maupun di Indonesia mengalami kebangkrutan yang berakibat adanya kesalahan dalam praktik sistem pengelolaannya yang tentu saja melibatkan profesi akuntan sebagai bagian dari manajemen yang tidak menjalankan kode etiknya.

Di era globalisasi ini, banyak terjadi kasus manipulasi akuntansi pada laporan keuangan. Disisi lain, seorang auditor independen bertanggung jawab bukan sekedar memberikan opini semata, tetapi juga ikut bertanggung jawab akan kebenaran atas laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, yang kemudian membuat banyak sorotan ke arah akuntan independen terkait keterlibatan auditor independen dengan berbagai kasus manipulasi akuntansi pada laporan keuangan, apakah keberadaannya masih berfungsi dengan baik ataupun keberadaannya hanya sebagai alat untuk mencari uang semata. Banyaknya kasus terkait kesalahan dalam penyajian akuntansi tersebut seakan mempertanyakan peran dari kinerja seorang auditor independen. Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian terhadap kualitas dari kinerja auditor independen.

Tercapainya kinerja auditor yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik pula. SDM adalah faktor penting demi terciptanya laporan keuangan yang berkualitas. Keberhasilan suatu entitas bukan hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya melainkan kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Dalam hal ini kompetensi sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk merencanakan,

melaksanakan, dan mengendalikan entitas yang bersangkutan. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan, pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien (Kusharyanti, 2003). Dengan demikian, kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. Objektivitas dalam menjalankan tugasnya auditor dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi dapat membuat seorang auditor bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya sehingga dapat meningkatkan tingkat independensi auditor.

Untuk hubungan kompetensi dengan tingkat independensi auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Esya (2008) dan Shockley (dalam Yasmin, 2008), yang menunjukkan bahwa kompetensi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi dengan indikator yang diukur adalah objektivitas auditor. Jika tinggi kompetensi, maka tingkat independensi auditor semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis pertama: H1: kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor.

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Guna menunjang Professional judgment sebagai akuntan publik, maka dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (Tjun et al., 2012). Profesionalisme menjadi syarat utama sebagai auditor. Professionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan perilaku Profesional (Baotham, 2007). Kemampuan yang dimaksud adalah pengetahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan kemampuan

(3)

teknologi, dan memungkinkan perilaku Profesional auditor untuk mewujudkan transparansi dan tanggung jawab. Seorang auditor menekankan Professional judgment

yang berpedoman pada standar audit, maka auditor akan menjaga independensinya dengan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak manapun sehingga penilaiannya akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari sebuah perusahaan yang diperiksa. Hal ini sangat penting untuk memastikan kepercayaan publik.

Untuk hubungan Professional judgment auditor dengan tingkat independensi auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Novatiani dan Mustofa (2014), yang menunjukkan bahwa Professionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi. Jika tinggi Professional judgment auditor, maka tingkat independensi auditor semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis kedua:

H2: Professional judgment auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor.

Tingkat pendidikan sangat diperlukan dalam menentukan kualitas audit. Semakin banyak pengatahuan yang didapat, maka akan memudahkan auditor dalam memecahkan masalah dalam melaksanakan tugas audit. Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor akan semakin mempunyai banyak pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Seseorang auditor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan. Hal ini akan menyebabkan akuntan publik harus menjaga independensinya dalam memeriksa sebuah perusahaan atau kliennya karena harus berpedoman pada

pedoman standar akuntansi keuangan. Jadi, seorang akuntan publik tidak boleh terpengaruh oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan atau klien yang sedang dalam proses pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik tersebut.

Untuk hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat independensi auditor, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2013), yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi. Jika tinggi tingkat pendidikan, maka tingkat independensi auditor semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mengambil hipotesis ketiga:

H3: tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian ini yaitu kompetensi,

Professional judgment auditor, dan tingkat pendidikan yang merupakan variabel bebas. Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu tingkat independensi auditor.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdapat di Provinsi Bali sebanyak 63 auditor. Responden tersebut terdiri dari 8 responden dari KAP Drs. Ketut Muliartha. R.M & Rekan, 7 responden dari KAP. I Wayan Ramantha, 10 responden dari KAP. Johan Malonda Mustika & Rekan (Cab.), 3 responden dari KAP. K. Gunarsa, 6 responden dari KAP. Ketut Budiartha, M.Si., 18 responden dari KAP. Sri Marmo Djogosarkoro, 8 responden dari KAP. Drs. Wayan Sunasdyana, dan 3 responden dari KAP. Rama Wendra (Cab.).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kuesioner. Skala yang digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian ini adalah skala likert. Skala likert yaitu skala yang

(4)

digunakan untuk mengukur, sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Setiap pernyataan disediakan 5 (lima) alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) uji kualitas data yang terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas, (2) Uji hipotesis menggunakan uji regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Kuesioner kompetensi terdiri dari 12 butir dengan indeks validitas bergerak dari 0,414 s.d 0,495 dan indeks reliabilitas

Alpha Cronbach sebesar 0,708 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner Professional judgment auditor terdiri dari 8 butir dengan

indeks validitas bergerak dari 0,641 s.d 0,697 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,764 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner tingkat pendidikan terdiri dari 5 butir dengan indeks validitas bergerak dari 0,751 s.d 0,792 dan indeks reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,797 dengan klasifikasi tinggi. Kuesioner tingkat independensi auditor terdiri dari 8 butir dengan indeks validitas butir bergerak dari 0,472 s.d 0,593 dan indeks reliabilitas

Alpha Cronbach sebesar 0,712 dengan klasifikasi tinggi.

Hasil pengujian normalitas data menggunakan statistik Kolmogiorov-Smirnov menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,805. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data terdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal.

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolgomorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parametersa,b Mean 0,000

Std. Deviation 0,880

Most Extreme Differences Absolute 0,081

Positive 0,056

Negative -0,081

Kolmogorov-Smirnov Z 0,642

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,805

(Sumber: data di olah 2015)

Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data kompetensi, Professional judgment

auditor, tingkat pendidikan, dan tingkat independensi auditor berdistribusi normal. Pada Tabel 2 hasil pengujian multikolinieritas mengunakan Variance Inflation Factor (VIF) menunjukkan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas lebih

kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Berdasarkan nilai VIF dan

tolerance, korelasi di antara variabel bebas dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah. Dengan demikian di antara variabel bebas tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linier.

Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas

Model Collinearity Statistics Keterangan

Tolerance VIF (Constant)

(5)

Professional judgment auditor 0,552 1,812 Non Multikolineritas Tingkat pendidikan 0,613 1,631 Non Multikolineritas (Sumber: data di olah 2015)

Hasil pengujian heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara variabel bebas dengan absolut residual lebih besar

dari 0,05, yang ditunjukkan pada Tabel 3. Dengan demikian, tidak ditemukannya masalah heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 3. Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 0,731 1,109 0,659 0,513

X1 0,050 0,026 0,275 1,870 0,066

X2 -0,049 0,029 -0,268 -1,672 0,100

X3 -0,060 0,032 -0,289 -1,899 0,062

(Sumber: data di olah 2015)

Pada penelitian ini diajukan tiga hipotesis. Pengujian hipotesis digunakan analisis regresi linier ganda. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y), yang ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square. Hasil analisis uji koefesien determinasi disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Koefesien Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0,908 0,824 0,815 0,90173 (Sumber: data di olah 2015)

Berdasarkan Tabel 4, ditunjukkan bahwa uji koefisien determinasi sebesar 0,815. Hal ini menunjukkan bahwa 81,5% variabel tingkat independensi auditor dipengaruhi oleh variabel kompetensi,

Professional judgment auditor, tingkat

pendidikan, sedangkan 18,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil regresi berganda antara variabel kompetensi, Professional judgment auditor, dan tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Analisis Persamaan Regresi Linier Ganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10,176 2,063 4,933 0,000

X1 0,149 0,049 0,204 3,032 0,004

X2 0,445 0,054 0,605 8,229 0,000

X3 0,204 0,059 0,241 3,464 0,001

(Sumber: data di olah 2015)

Berdasarkan Tabel 5 diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu:

ε. X ,204 X 0,445 X 0,149 10,176 Yˆ   1 20 3

Model persamaan regresi linier berganda di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

a. Konstanta sebesar 10,176 menunjukan jika variabel kompetensi (X1),

(6)

Professional judgment auditor (X2),

tingkat pendidikan (X3) bernilai konstan,

maka variabel tingkat independensi auditor (Y) memiliki nilai positif sebesar 10,176 satuan.

b. Variabel kompetensi (X1) memiliki

koefisien positif sebesar 0,149 dan nilai signifikan 0,004. Nilai probabilitas signifikan untuk kompetensi (X1) adalah

0,004. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa kompetensi (X1)

berpengaruh terhadap tingkat independensi auditor (Y). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa kompetensi (X1)

terhadap tingkat independensi auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan kompetensi (X1) sebesar 1

satuan, maka tingkat independensi auditor (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,149 satuan dengan asumsi variabel independen yang lain Professional judgment auditor (X2) dan tingkat pendidikan (X3)

dianggap konstan.

c. Variabel Professional judgment auditor (X2) memiliki koefisien positif sebesar

0,445 dan nilai signifikan 0,000. Nilai probabilitas signifikan untuk

Professional judgment auditor (X2)

adalah 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa Professional judgment auditor (X2) berpengaruh

terhadap tingkat independensi auditor (Y). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa

Professional judgment auditor (X2)

terhadap tingkat independensi auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan Professional judgment auditor (X2) sebesar 1 satuan, maka tingkat

independensi auditor (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,445 satuan dengan asumsi variabel independen yang lain kompetensi (X1)

dan tingkat pendidikan (X3) dianggap

konstan.

d. Variabel tingkat pendidikan (X3) memiliki

koefisien positif sebesar 0,204 dan nilai signifikan 0,001. Nilai probabilitas

signifikan untuk tingkat pendidikan (X3)

adalah 0,001. Nilai ini lebih kecil dari nilai probabilitas α = 5%, maka dapat dinyatakan bahwa tingkat pendidikan (X3) berpengaruh terhadap tingkat

independensi auditor (Y). Sedangkan, nilai koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa tingkat pendidikan (X3) terhadap tingkat independensi

auditor (Y) berpengaruh positif. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan tingkat pendidikan (X3)

sebesar 1 satuan, maka tingkat independensi auditor (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,204 satuan dengan asumsi variabel independen yang lain kompetensi (X1)

dan Professional judgment auditor (X2)

dianggap konstan.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kompetensi terhadap Tingkat Independensi Auditor

Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpengaruh positif dan siginifikan antara kompetensi dengan tingkat independensi auditor. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan kompetensi dan tingkat independensi auditor adalah searah. Jika kompetensi semakin tinggi, maka tingkat independensi auditor juga semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan kompetensi terhadap tingkat independensi auditor, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk kompetensi adalah 0,004 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap tingkat independensi auditor. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk

(7)

menciptakan penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien. Pada situasi ini, auditor mengalami dilema. Pada satu sisi, jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tetapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya.

Tercapainya kinerja auditor yang baik tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik pula. SDM adalah faktor penting demi terciptanya laporan keuangan yang berkualitas. Keberhasilan suatu entitas bukan hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang dimilikinya melainkan kompetensi sumber daya manusia yang dimilikinya. Dalam hal ini kompetensi sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan entitas yang bersangkutan. Kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit (Bedard dalam Lastanti, 2005). Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta memahami industri klien (Kusharyanti, 2003). Dengan demikian, kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama.

Jadi, rasionalnya adalah untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus objektif berpedoman pada standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Seseorang auditor yang memiliki kompetensi adalah mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam

menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Esya (2008), yang menyatakan bahwa kompetensi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi dengan indikator yang diukur adalah objektivitas auditor. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Shockley (dalam Yasmin, 2008), yang memberikan bukti empiris bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap independensi akuntan publik.

Pengaruh Professional Judgment Auditor terhadap Tingkat Independensi Auditor

Hipotesis kedua yang menyatakan bahwa Professional judgment auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara

Professional judgment auditor terhadap tingkat independensi auditor. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan Professional judgment auditor dan tingkat independensi auditor adalah searah. Jika Professional judgment auditor semakin tinggi, maka tingkat independensi auditor juga semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan Professional judgment auditor terhadap kualitas laporan keuangan, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk Professional judgment auditor adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Professional judgment auditor terhadap tingkat independensi auditor. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Secara teori, para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga, yaitu auditor independen/akuntan publik untuk memberi jaminan bahwa laporan

(8)

keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut (Singgih dan Bawono, 2010). Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Guna menunjang

Professional judgment sebagai akuntan publik, maka dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) (Tjun et al., 2012). Professionalisme menjadi syarat utama sebagai auditor. Menurut Baotham (2007) Professionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan perilaku Professional. Kemampuan didefinisikan sebagai pengerahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi, kemampuan teknis, dan kemampuan teknologi, dan memungkinkan perilaku Professional auditor untuk mencakup faktor-faktor tambahan seperti transparansi dan tanggung jawab, hal ini sangat penting untuk memastikan kepercayaan publik.

Profesi akuntan publik harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit melayani kepentingan publik. Permintaan terhadap jasa audit, pajak, dan manajemen oleh berbagai organisasi baik lokal maupun multinasional, merupakan tanggung jawab utama para akuntan Profesional (Setiawan & Ghozali 2006). Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset utama yang harus dimiliki oleh sebuah kantor akuntan publik (KAP) adalah tenaga kerja Professional. Agar dapat bertanggung jawab pada publik, para auditor harus berupaya untuk meningkatkan kinerja dalam menjalankan profesinya. Oleh sebab itu, akuntan publik diharapkan mampu menjalankan tanggung jawab yang ada dalam profesinya sehingga seorang akuntan publik dalam menjalankan tugasnya dengan menekankan Professional judgment yang berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Jadi, rasionalnya adalah jika seorang auditor menekankan Professional judgment

yang berpedoman pada standar audit, maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban

apapun terhadap pihak manapun sehingga penilaiannya akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari sebuah perusahaan yang diperiksa. Dengan demikian, jaminan atas keandalan laporan yang diberikan oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang berkepentingan. Jadi, kesimpulannya adalah semakin tinggi

Professional judgment seorang auditor, maka tingkat independensi semakin tinggi. Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Novatiani dan Mustofa (2014), yang menunjukkan bahwa Profesionalisme auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi.

Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Independensi Auditor

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor. Persamaan regresi punya arah koefisien positif. Pengaruh positif menunjukkan bahwa hubungan tingkat pendidikan dan tingkat independensi auditor adalah searah. Jika tingkat pendidikan semakin tinggi, maka tingkat independensi auditor juga semakin tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor, yang ditunjukkan dengan nilai probabilitas signifikan untuk tingkat pendidikan adalah 0,001 lebih kecil dari 0,05.

Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, maka dapat diambil suatu justifikasi bahwa terdapat pengaruh yang signifikan tingkat pendidikan terhadap tingkat independensi auditor. Justifikasi diambil dengan mempertimbangkan kajian teori dan emperis. Secara teoretis, pendidikan adalah kegiatan untuk meperbaiki dan mengembangkan sumber daya manusia dengan cara meningkatkan kemampuan dan pengertian tentang pengetahuan umum dan pengetahuan ekonomi termasuk di dalamnya peningkatan pengetahuan teori dan ketrampilan dalam

(9)

upaya memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan (Gorda, 2004). Tingkat pendidikan sangat diperlukan dalam menentukan kualitas audit. Semakin banyak pengatahuan yang didapat, maka akan memudahkan auditor dalam memecahkan masalah dalam melaksanakan tugas audit. Auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai pandangan yang lebih luas mengenai berbagai hal. Auditor akan semakin mempunyai banyak pengetahuan mengenai bidang yang digelutinya, sehingga dapat mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam. Selain itu dengan ilmu pengetahuan yang cukup luas, auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks. Analisis audit kompleks membutuhkan spektrum yang luas mengenai keahlian, pengetahuan dan pengalaman (Meinhard

et. al dalam Harhinto, 2004).

Jadi, rasionalnya adalah tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat seorang akuntan publik paham akan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Seseorang auditor yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan sampai menjadi suatu laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar penyusunan laporan keuangan. Hal ini akan menyebabkan akuntan publik harus menjaga independensinya dalam memeriksa sebuah perusahaan atau kliennya karena harus berpedoman pada berpedoman standar akuntansi keuangan. Jadi, seorang akuntan publik tidak boleh terpengaruh oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan atau klien yang sedang dalam proses pemeriksaan yang dilakukan akuntan publik tersebut. Sehingga para pengguna laporan keuangan tidak merasa ditipu oleh perusahaan yang telah diperiksa oleh akuntan publik tersebut, selanjutnya akuntan publik akan mendapatkan kepercayaan penuh oleh masyarakat pengguna laporan keuangan yang merupakan modal penting bagi akuntan publik dalam menjalankan tugasnya sebagai mana mestinya jasa penjamin.

Secara empiris hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisnawati (2013), yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja akuntan publik ditinjau dari independensi.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut (1) Variabel kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,149 dan nilai probabilitas 0,004 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila kompetensi semakin tinggi, maka tingkat indepenpensi auditor akan semakin tinggi, (2) variabel Professional judgment

auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,445 dan nilai probabilitas 0,000 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila Professional judgment auditor semakin tinggi, maka tingkat indepenpensi auditor juga semakin tinggi, (3) variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat independensi auditor, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif sebesar 0,204 dan nilai probabilitas 0,001 yang lebih kecil dari α = 5%. Artinya, apabila tingkat pendidikan semakin tinggi, maka tingkat indepenpensi auditor juga semakin tinggi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut (1) Bagi auditor, perlu dipertahankan dan ditingkatkannya kompetensi,

Professional judgment auditor, tingkat pendidikan agar bisa meningkatkan kinerja auditor, sehingga informasi yang diberikan auditor dapat digunakan dengan baik dalam membantu pihak auditee, (2) keterbatasan penelitian ini variabel independen yang digunakan hanya tiga variabel, yaitu kompetensi, Professional judgment auditor, tingkat pendidikan sehingga bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang mempengaruhi tingkat

(10)

independensi auditor namun tidak masuk dalam model yang diuji dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baotham, S. 2007. Effects of

Professionalism on Audit Quality and Selfimage of CPAS in Thailand. International Journal of Bussiness Strategy, Vol.7, No. 2. Hal. 43-44

Esya, F. P. 2008. Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pemahaman Terhadap Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Kinerja Auditor Bea dan Cukai Wilayah Jakarta. Tesis Universitas Sumatera Utara.

Gorda. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Denpasar: Widya Kriya Gematama.

Harhinto, T. 2004. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Pengetahuan dan Penggunaan Intuisi Mengenai Kekeliruan (Pada KAP di Jateng dan DIY). Semarang. Tesis. Universitas Diponegoro.

Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol.14. No.3. Hal 25-60.

Lastanti, S. H. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol.5 No.1, Hal.85-97.

Lisnawati. 2013. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Professionalisme Auditor dan Sistem Reward Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Novatiani, R. A dan Mustofa, T. 2014.

Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal dan Komitmen Organisasi Auditor Internal terhadap Kinerja Auditor Internal (Studi Kasus pada

Inspektorat Kabupaten Purwakarta).

Proceeding of Conference on Management and Behavioral Studies.

Setiawan, I. A. dan Ghozali, I. 2006.

Akuntansi Keperilakuan : Konsep dan Kajian Empiris Perilaku Akuntan. Semarang: BPFE UNDIP.

Singgih, E. M. dan Bawono, I. R. 2010.

Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Tjun, L. T., Marpaung, E. I., dan Setiawan, S. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi, Vol.4 No.1, Hal.33-56.

Yasmin. 2008. Analisis Faktor–faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Kinerja Audit Akuntan Publik Ditinjau dari Standar Profesional PSA SA No.04: Independensi. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Gambar

Tabel 2. Hasil Uji Multikolineritas
Tabel 3. Hasil Pengujian Asumsi Heterokedastisitas

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan cemaran timbal dan timah dalam makanan dilakukan dengan cara menimbang 5 gram sampel buah cabe jawa dan masukkan ke dalam cawan porselen.. Ditambahkan 10 mL

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II, yaitu sebagai berikut. 1) Pada siklus ketiga peneliti tetap

Uraian sejarah dakwah Muhammadiyah di atas pada dasarnya tidak bisa lepas dari semangat purifikasi, pembaharuan Islam dan telaah normatif Ahmad Dahlan, sebagai pendirinya..

Pada proses pembelajaran pada siklus II diperoleh ketuntasan hasil belajar yaitu 74,40 karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran inkuiri ,siswa sudah aktif

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada siklus pertama, maka akan dilakukan tindakan pada pelaksanaan siklus II, langkah pelaksanaan masih sama seperti siklus I

demikian, pada kenyataannya banyak siswa yang tidak memiliki keterampilan berpidato dengan baik. Minat secara umum dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang

oleh orang tua saat melakukan komunikasi dengan cara bertatapan muka langsung dengan anak ketika melakukan komunikasi dan memberikan pesan kepada anak (Pusungulaa,et al.

Tingginya rasio FDR ini, di satu sisi menunjukkan pendapatan bank yang semakin besar, tetapi menyebabkan suatu bank menjadi tidak likuid dan memberikan