• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA

JURNAL ILMIAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat S-1 Pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh : L.M SHAUFI SEMAH D1A 013 187 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017

(2)
(3)

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN

NAMA : L.M.SHAUFI SEMAH NIM : D1A013187

FAKULTAS HUKUM UNRAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara atau prosedur pelaksanaan perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan atas jaminan harta bersama dalam perkawinan dan kedudukan hukum dari perjanjian kredit dengan jaminan hak tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan. Harta bersama merupakan harta yang diperoleh setelah terjadinya perkawinan dan yang diperoleh selama perkawinan yang sah. Harta bersama sering digunakan untuk menjadi jaminan dalam mengajukan angunan kredit ke bank, akan tetapi memerlukan persetujuan dari para pihak (suami atau isteri).Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris. Hasil penelitian dari permasalahan yang dikaji menunjukan bahwa prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit atas jaminan hak tanggungan atas harta bersama perkawinan sangatlah spesifik dan teliti dengan prinsip kehati-hatian yang dianut oleh bank untuk memberikan agunan kepada nasabahnya sedangkan kedudukan jaminan hak tanggungan atas harta bersama sah menurut hukum apabila syarat-syarat terpenuhi dan selama tidak bertentangan dengan aturan dan Undang-Undang yang berlaku.

Kata kunci : Perjanjian Kredit (Hak tanggungan) Dengan Jaminan Harta Bersama IMPLEMENTATION OF CREDIT AGREEMENT WITH WARRANTY OF RIGHTS

THE RESPONSIBILITY OF THE PROPERTY IN MARRIAGE ABSTRACT

The objective of this research is to know the way or procedure of credit agreementimplementation with guarantee of mortgage of mutual assurance in marriage and legal position of credit agreement with guarantee of mortgage of joint property in marriage. Collective property is the property acquired after the marriage and obtained during a legitimate marriage. Common property is often used to be a guarantee in proposing credit to the bank, but requires the consent of the parties (husband or wife). The type of research used is empirical normative research. The results of the study of the problems studied indicate that the procedure in the implementation of the provision of credit for the guarantee of the mortgage of the joint marriage property is very specific and meticulous with the prudent principle adopted by the bank to provide collateral to its customers as well as the position of guarantee of the right of dependents on the joint property legitimate according to Law where conditions are met and as long as they do not conflict with applicable rules and regulations.

(4)

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan masyarakat, kredit bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Setiap usaha apakah itu dibidang industri, pertanian, perhubungan, perdagangan memerlikan kredit yang berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan kredit dari bank usaha semakin besar dan berkembang. Menurut Muhammad Abdulkadir, Perjanjian kredit adalah :

“Perjanjian kredit perorangan dengan mana kreditur memberi pinjaman sejumlah uang kepada debitur tidak melebihi Rp5000. Pinjaman itu adalah kredit perorangan apabila peminjam (debitur) itu adalah individu atau persekutuan, bukan badan hukum.1

Pengertian formal mengenai kredit perbankan di Indonesia terdapat dalam ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan Indonesia 1992/1998 yang menentukan bahwa :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga bank.”

Dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat diperhatikan bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan

1

(5)

memberikan hak kebendaan kepada pemeagang jaminan.yang sering terjadi adalah jaminan kredit dengan menggunakan harta bersama perkawinan yang berupa tanah (Hak Tanggungan). Oleh sebab itu pihak suami atau isteri bisa dirugikan karena jaminan yang digunakan untuk meminjam kepada bank tersebut adalah harta bersama selama perkawinan. Biasanya pihak suami atau isteri melakukan perjanjian kredit dengan kesepakatan bersama akan tetapi sering juga salah satu pihak melakukan perjanjian kredit tersebut tanpa sepengetahuan pihak yang lain baik itu suami atau isteri, ini yang menyebabkan sering timbulnya permasalahan dimana sah atau tidaknya dan keabsahan dari perjanjian kredit tersebut.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai berikut : a. bagaimana prosedur pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama perkawinan ? ; b. bagaimana kedudukan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan ?.

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai yaitu : a. untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan; b. untuk mengetahui kedudukan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan.

Adapun manfaat penelitian ini adalah : a. secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum jaminan pada khususnya; b. secara praktis, untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat khususnya memberikan informasi ilmiah

(6)

mengenai perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama dan diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam menyelesaikan masalah dalam perjanjian kredit dengan jaminan harta bersama.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif empiris, dengan metode pendekatan menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach), pendekatankonsepsual (conceptual approach), dan pendekatan sosiologis. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data kepustakaan yang berasal dari peraturan perundang-undangan dan buku-buku, data lapangan berasal dari wawancara di tempat penelitian. Analisis bahan hukum yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatis.

(7)

I. PEMBAHASAN

Prosedur Pelaksanaan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Atas Harta Bersama Dalam Perkawinan

Pembebanan hak tanggungan dibuat dalam bentuk Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) merupakan perjanjian yang dibuat antara kreditor dan debitor. Dimana pemberi hak tanggungan berjanji untuk memberikan ha katas tanah sebagai jaminan atas pelunasan utang yang timbul sebagai akibat adanya perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya yang dapat menimbulkan utang antara kreditor dan debitor.

Sebagai suatu bentuk perjanjian, maka untuk keabsahan perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata. Keabsahan akta pembebanan Hak Tanggungan sebagai suatu bentuk perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri; 2. Cakap dalam membuat suatu perjanjian; 3. Mengenai suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal.

Berdasarkan wawancara dengan pihak legal bank Panin, tahapan pemberian kredit dengan kriteria yang dianggap lulus atau terpenuhi menurut prinsip perbankan 5C. 5C pada hakikatnya adalah akronim dari character, capacity, capital, condition, collateral. Dimana jika nasabah telah memenuhi 5 prinsip tersebut, maka bisa dipastikan mudah untuk mengakses kredit di bank.

(8)

Pada dasarnya adanya prinsip 5C ini diadakan dengan harapan sebagai bahan refrensi terutama bagi para analis kredit perbankan. Karena bank tentu tidak mau asal memberikan kredit mereka kepada nasabah. Bagi orang bank nsabah yang memenuhi kriteria 5C ini adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan mereka. Bank melihat orang yang mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang berharga, modal yang kuat , dan kondisi perekonomian yang aman.

Setelah prinsip 5C terpenuhi maka tahapan selanjutnya dalam pemberian kredit hak tanggungan adalah analisa dokumen pribadi atau nasabah antara lain : 1. KTP suami dan isteri; 2. Kartu keluarga; 3. Akta nikah. Analisa dokumen nasabah ini untuk memastikan keaslian data atau dokumen yang dimiliki nasabah untuk mengajukan pinjaman kepada bank.setelah dipastikan memenuhi syarat dokumen nasabah maka tahapan selanjutnya adalah analisa kemampuan pembayaran atau pengembalian dilihat dari apakah nasabah tersebut mempunyai usaha atau bisa dilihat dari pendapatan nasabah. Hal ini untuk menjamin pengembalian uang pinjaman kepada bank terhadap jaminannya.

Tahapan selanjutnya yaitu analisa jaminan, yang dimaksud dalam analisa jaminan ialah jaminan yang akan di jaminkan tersebut apa harta bersama atau harta bawaan, nilai dari jaminan tersebut untuk menjamin hutangnya kepada bank. Jaminan bisa berupa SHM ( sertifikat hak milik). Atau SHGB (sertifikat hak guna bangunan). Dalam hal jaminan kredit hak tanggungan atas harta bersama perkawinan, maka pihak bank dapat melihat dan mencocokkan kapan perolehan dari SHM tersebut dan dicocokkan dengan kapan pernikahan itu terjadi (sesuai dengan akte nikah).

(9)

Setelah proses analisa dokumen, analisa kemampuan bayar dan analisa jaminan telah terpenuhi maka dilanjutkan dengan pihak dari komite bank yang disebut komite persetujuan kredit atau permohonan kredit nasabah untuk melihat layak atau tidaknya nasabah tersebut diberikan kredit oleh pihak bank.

Setelah dikatakan layak mendapatkan kredit oleh komite persetujuan kredit maka dilanjutkan dengan proses pengikatan atau perjanjian hutang dengan membuat surat hutang. Proses pengecekan kembali jaminan hak tanggungan berupa SHM tersebut di BPN (Badan Pertanahan Negara) setempat melalui Notaris atau PPAT yang diserahkan pihak bank.

Jika sudah selesai dan dinyatakan SHM (Sertifikat Hak Milik) tersebut bersih dari sengketa atau gugatan dan dari pembebanan Hak Tanggungan Bank lain. Pemeriksaan pembebanan Hak Tanggungan tersebut diperiksa di Buku Tanah.

Setelah dinyatakan bersih dan layak barulah proses pengikatan (surat utang) dan pembebanan Hak Tanggungan itu terjadi. Proses penandatangan Akta Pembebanan Hak Tanggungan ( harta bersama dalam perkawinan) dilakukan oleh : 1. Suami dan isteri; 2. Pejabat yang ditunjuk oleh pimpinan bank; 3. Notaris atau PPAT setempat yang ditunjuk oleh Bank.

Setelah APHT selesai ditandatangani dan segala proses selesai, pihak Bank akan membawa SHM yang menjadi Hak tanggungan nasabah dan pihak nasabah menerima pinjaman dalam bentuk uang dan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pemberian Bank.

(10)

Dengan demikian atas lahirnya perjanjian kredit maka secara otomatis lahir pula hubungan hukum antara para pihak (bank dan nasabah). Hubungan hukum pada perjanjian itu mengawali adanya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang berbeda satu sama lainnya. Bagi pihak bank kewajiban yang dimilikinya merupakan hak yang harus diterima oleh debiturnya, begitu pula sebaliknya. Berikut akan dijelaskan hak dan kewajiban bagi kreditur dan debitur sebagai berikut : 1. Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh kreditor : a) Hak kreditur, Hak-hak yang dimiliki oleh pihak kreditur disini ditulis berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Staff Legal PT. Bank Panin Mataram, dimana pihak kreditur berhak menerima pengembalian kredit yang disalurkan kepada debitur, baik dalam bentuk angsuran maupun bentuk lain yang telah disepakati kedua bealh pihak. b) kewajiban kreditur, PT. Bank Panin Mataram sebagai kreditur mempunyai kewajiban untuk menyerahkan sejumlah uang yang telah diperjanjikan sebelumnya sebagai Pinjaman Kredit. 2. Hak dan kewajiban yang dimiliki debitor : a) Hak yang dimiliki Debitur, Pihak debitur berhak menerima sejumlah uang pinjaman dengan waktu yang telah disepakati kedua belah pihak.Jumlah uang pinjaman yang diberikan berdasarkan pada tingkat kelancaran usaha yang dijalankan oleh debitur. b) kewajiban yang dimiliki debitur, Pihak debitur berkewajiban untuk mengembalikan seluruh pinjaman kredit yang telah dipinjamkan disertai dengan bunga yang telah ditentukan.Selain itu, debitur juga diwajibkan untuk memenuhi semua aturan yang telah dicantumkan dalam formulir pengajuan permohonan kredit dan aturan-aturan yang telah ditetapkan Bank.

(11)

Kedudukan Pemberian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Atas Harta Bersama Dalam Perkawinan

Akibat perkawinan terhadap harta kekayaan bersama yang diperoleh suami dan isteri selama perkawinan adalah milik bersama. Suami dan isteri selaku pemilik yang sah dapat berbuat bebas untuk menjual atau meminjamkannya. Harta bersama suami isteri dapat berupa tanah maupun bukan tanah. Didasarkan hukum tanah, tanah yang dimiliki suami isteri berikut atau tidak berikut segala sesuatu yang merupakan satu kesatuan dengan tanah apabila dijaminkannya maka jaminannya adalah hak tanggungan.

Berdasarkan wawancara dengan pihak bank , kedudukan dari pemberian kredit dengan jaminan hak tanggungan atas harta bersama dalam perkawinan ialah sah menurut hukum, kecuali jika salah satu pihak baik suami atau isteri tidak menyetujui dijaminkannya obyek harta bersama mereka maka kedudukannya batal demi hukum.

Dalam hal pemberian jaminan, misalnya hak tanggungan. Dalam hal objek jaminannya yang akan dibebani hak tanggungan merupakan harta bersama diperlukan persetujuan dari pasangan hidup baik itu suami maupun isterimya.

Segala hal yang menyangkut harta bersama, suami dan isteri dapat bertindak jika mendapatkan persetujuan. Demi keamanan untuk memperoleh pengembalian hutang-hutang debitor, maka dalam memberikan fasilitas kredit kepada masyarakat bank lebih memilih menerima jaminan berupa hak atas tanah yang dapat dibuktikan dengan adanya sertifikat.pembuktian mengenai hak atas tanah dengan sertifikat dianggap sebagai bukti yang paling memenuhi kepastian hukum.

(12)

Pemberian jaminan kredit hak tanggungan atas harta bersama tetap memungkinkan terjadinya kredit macet atau keterlambatan dalam pembayaran pelunasan hutangnya. Dalam hal ini pihak bank sangat dirugikan karena sejak terbentuknya perjanjian tersebut para pihak telah mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing.

Apabila salah satu tidak menjalankan kewajibannya maka pihak tersebut telah melakukan wanprestasi. Adapun dari hasil penelitian yang dilakukan apabila salah satu pihak wanprestasi dan terjadinya kredit macet maka pihak bank mempunyai prosedur-prosedur yang dilakukan untuk mengantisipasi kredit macet tersebut. Berikut cara untuk mengatasi kemacetan kredit pada bank : a) Surat peringatan, Surat peringatan akan diberikan kepada nasabah saat nasabah menunggak, pada umumnya satu bulan pertama dia mengalami kemacetan dalam pembayaran kredit pinjaman di bank, pihak bank akan memberikan surat peringatan atau teguran untuk segera melunasi tunggakan tersebut beserta bunganya. b) Datang langsung ke tempat nasabah, Tindakan bank untuk mendatangi langsung pada tempat tinggal atau tempat kerja nasabah dilakukan bila surat teguran diatas diabaikan oleh nasabah. Pada dua bulan pertama terjadinya tunggakan, bank bisa datang langsung ke rumah nasabah untuk menyelesaikan permasalahan ini. Jika nasabah minta keringanan waktu untuk membayar, pihak bank bisa membuat surat pernyataan bermaterai yang menyatakan kapan nasabah akan membayar tunggakannya. c). Eksekusi, Jika dua tindakan diatas memang tidak bisa membuat nasabah menjadi sadar dengan kewajibannya dan tunggakan atau kemacetan nasabah bersangkutan semakin banyak, pihak bank bisa melakukan eksekusi atas harga yang dimiliki nasabah. Eksekusi ini dilakukan dengan

(13)

mengambil sebagian atau seluruh harga pribadi nasabah sebesar pinjamannya. Penyitaan barang milik nasabah ini akan dikembalikan kepada nasabah jika dia bisa melunasi kemacetan kewajibannya pada pihak bank. d) Penghapusan kredit, Jika eksekusi terhadap harga pribadi nasabah tidak bisa dilakukan, nasabah tersebut kabur, bank bisa melakukan penghapusan piutang yang tersisa. Penghapusan piutang tersebut hanya pada pinjaman pokok nasabah. Penghapusan piutang ini bisa disusutkan sebagai beban tiap bulan.

Dalam penelitian yang dilakukan di bank dalam hal jaminan harta bersama terdapat satu kasus dimana pihak suami tersebut telah bercerai (cerai hidup) dengan pihak istrinya yang harta bersama mereka telah dijaminkan kepada bank. Pinjaman yang dilakukan tersebut terjadi kredit macet dan keterlambatan dalam membayar kewajibannya. Setelah dilakukan pengawasan oleh pihak bank ternyata suami tersebut telah cerai dan memiliki istri lagi tanpa sepengetahuan bank. pihak bank pun meninjau kembali kemampuan bayar dari debitur dan tetap karena jaminan atas tanah tersebut merupakan harta bersama dalam perkawinan pertamanya maka tetap harus dapat persetujuan dari pihak istrinya untuk melanjutkan pelunasan kepada pihak bank.

Dari kasus diatas dapat ditarik kesimpulan, selama apapun yang berkaitan dengan harta bersama yang dijaminkan kepada bank, pihak suami atau isteri mempunyai kewenangan yang sama dalam mengambil keputusan mengenai harta bersama mereka. Karena kedudukan mereka sama maka tidak bisa atau tidak dapat harta bersama tersebut dijaminkan tanpa sepengetahuan dan persetujuan pihak lainnya.

(14)

II. PENUTUP

Kesimpulan

Setelah penulis menguraikan teori-teori hukum yang berkenaan dengan judul skripsi ini, maka berikut ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut : a) Prosedur yang harus dipenuhi dan dilaksanakan pada pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas harta bersama sama halnya dengan proses pengajuan kredit perbankan pada umumnya. Pihak bank akan selalu mengacu pada prinsip 5C perbankan untuk melihat apakah debitur tersebut layak atau tidaknya untuk mendapatkan pinjaman kredit. Apabila pengajuan kredit tersebut telah disetujui maka akan lahir hubungan hukum antara kreditur dan debitur. Adanya hubungan hukum ini membuat para pihak memiliki Hak dan Kewajiban yang harus dipenuhi. b) Kedudukan pemberian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan atas Harta Bersama dalam perkawinan jika pengajuan kredit dan syarat-sayarat yamg harus dipenuhi dari pihak perbankan telah terpenuhi dan dianggap layak untuk mendapatkan pinjaman kredit maka kedudukan pemberian kredit itu sah menurut Hukum dan tidak melanggar ketentuan PerUndang-Undangan atau Hukum yang berlaku. Pemberian kredit tersebut dapat batal apabila salah satu pihak tidak mengetahui atau menyetujui pengajuan kredit Hak tanggungan atas harta bersama tersebut. Karena dalam hal pengajuan jaminan kredit hak tanggungan harta bersama perkawinan haruslah mendpatkan persetujuan dari pihak suami atau isteri.

(15)

Saran

Adapun saran yang peneliti dapat kemukakan adalah sebagai berikut : a) Pihak bank harusnya lebih menyulitkan dalam hal pemberian atau penyaluran kredit ke masyarakat, karena bank harus menjamin bahwa nasabah tersebut dapat atau sanggung untuk melunasi pemberian kredit dari bank. Prinsip 5C yang dianut perbankan tersebut harus selalu dijadikan patokan dalam menentukan nasabah yang layak untuk mendapatkan kredit dari bank; b) Dalam hal pengajuan kredit hak tanggungan dengan jaminan harta bersama,pihak bank harus memastikan bahwa pihak suami dan isteri ini sah dan harta yang dijaminkan merupakan harta kekayaan mereka bersama. Agar perjanjian yang akan dibuat tersebut sah menurut hukum. Untuk menghindari hal tersebut penulis yakin pihak bank dengan prinsip kehati-hatian yang dianut perbankan bisa menjamin bahwa nasabah tersebut dapat melunasi pinjamannya kepada bank.

(16)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perjanjian. PT. Alumni. Bandung. 1986. B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-undang Dasar 1945

Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Hak Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Terkait Dengan Tanah

Indonesia ,Undang-undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Indonesia, Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji efek mediasi ke-1 bahwa hubungan antara kompensasi terhadap komitmen organisasional dan implikasinya bagi kinerja karyawan dapat disimpulkan bahwa kompensasi

Laporan laba rugi adalahsuatu daftar yang menunjukkan penghasilan dan biaya dari suatu unit untuk suatu periode tertentu, dan menyatakan laba atau rugi yang merupakan

dan penggaraman ikan (perikanan sekunder) keterkaitan yang lebih besar dari satu. Sedangkan kelompok sektor jenuh adalah Indikasi penguatan keterkaitan ke belakang

Dari context diagram selanjutnya digambarkan dua proses utama yang terdapat dalam perangkat lunak yang dikembangkan, dituangkan dalam diagram arus data level 0 seperti dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode kromato- grafi lapis tipis, didapatkan hasil dari 12 sampel jamu kunyit asam yang dijual di Malioboro dan di

Pengendalian penerbitan sertifikat tanah hak milik pada Kantor Pertanahan Kota Tangerang, sebaiknya dilakukan berdasarkan langkah- langkah pengendalian, seperti, penetapan

Yaitu kehilangan tegangan yang terjadi pada saat gaya prategang dialihkan ke angkur. Perlengkapan didalam angkur yang mengalami tegangan pada saat peralihan cenderung

Dengan ADC pada mikrokontroller ATmega16, dilakukan pengukuran pada rangkaian pengkondisian sinyal yang telah mengkonversi sinyal sinus menjadi sinyal DC yang