• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI, PROVINSI RIAU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROSPEKSI BITUMEN PADAT DAERAH PANGKALAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI,

PROVINSI RIAU

Agus Subarnas, Eska Putra Dwitama

Kelompok Penyelidikan Batubara, Pusat Sumber Daya Geologi SARI

Kegiatan penyelidikan prospeksi bitumen padat di daerah Pangkalan Kabupaten Kuantan Senggigi dilakukan dengan melakukan pemboran pada 4 lokasi titik bor (PB-01, PB-02, PB-03 dan PB-04). Lapisan bitumen padat hanya terdeteksi di dua lokasi pemboran yaitu PB03 dan PB04. Di kedua lokasi tersebut ditemukan 4 lapisan bitumen padat dengan ketebalan antara 23.80 m sampai 65 m dengan arah perlapisan relatif Baratlaut-Tenggara dan kemiringan antara 11º- 26º.

Serpih bitumen di daerah penyelidikan memiliki kandungan karbon organik (TOC) berkisar antara 0.28 hingga 5.27% dengan material organik yang sebagian besar termasuk pada kerogen tipe II (Gas prone) dan III (Oil Prone). Sedangkan jumlah material organik yang berpotensi menjadi hidrokarbon (S2) berkisar antara 0.5-35.5 mg/g batuan. Hasil plot antara nilai TOC dan S2 mengindikasikan bahwa serpih bitumen di daerah penyelidikan secara umum memiliki potensi hidrokarbon baik (good) hingga sangat baik (Very good). Sumber Daya hipotetik Bitumen Padat di daerah penyelidikan adalah sebesar 344 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 54.7 juta barel minyak. Sedangkan jumlah sumberdaya tereka adalah sebesar 41.7 juta Ton dengan kemampuan menghasilkan sekitar 7.9 juta barel minyak.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sehubungan dengan terbatasnya cadangan minyak bumi di Indonesia, diiringi dengan permintaan kebutuhan energi yang terus meningkat, maka pemerintah telah mencanangkan kebijakan diversifikasi energi, yaitu mendorong penggunaan sumber energi lain di luar minyak.

Endapan bitumen padat di-definisikan sebagai batuan sedimen klastik halus, biasanya berupa serpih yang kaya akan kandungan bahan organik, dan bisa diekstraksi meghasilkan hidrokarbon cair seperti minyak bumi.

Di Indonesia, bitumen padat diindikasi berada pada cekungan-cekungan hidrokarbon dengan sumber daya yang cukup potensial. Kegiatan eksplorasi bitumen padat dilakukan sejalan dengan tupoksi Pusat Sumber Daya

Geologi untuk menyediakan data potensi sumberdaya geologi Indonesia, termasuk diantaranya sumberdaya bitumen padat. Penyelidikan awal mengindikasikan keberadaan bitumen padat yang cukup potensial di daerah Kuantan Singgigi, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penyelidikan lanjutan melalui kegiatan pemboran.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan pemboran dilakukan untuk mengungkap secara lebih detail prospek sumber daya bitumen padat daerah Pangkalan, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau secara lebih rinci dengan melakukan kegiatan pengeboran

Tujuan pemboran adalah untuk mengetahui jumlah lapisan bitumen padat, ketebalan serta penyebarannya termasuk kuantitas dan kualitas sumberdayanya. Data tersebut diharapkan dapat membantu untuk pengembangan potensi sumberdaya

(2)

bitumen padat lebih lanjut pada saat diperlukan.

Lokasi Kegiatan Dan Kesampaian Daerah

Lokasi kegiatan penyelidikan terletak di daerah Pangkalan dan sekitarnya, Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau (gambar 1).

Secara geografis daerah penye-lidikan berada pada 101°35’00” - 101°50’00” BT dan 0°45’00” - 01°00’00” LS. Pelaksanaan kegiatan lapangan ber-langsung selama 45 hari mulai tanggal 16 Juni – 30 Juli 2015.

Keadaan lingkungan

Kabupaten Kuantan Singingi secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur tengah lintas sumatera yang mempunyai peranan strategis sebagai simpul perdagangan untuk menghubungkan daerah produksi dan pelabuhan, terutama pelabuhan Kuala Enok. Dengan demikian Kabupaten Kuantan Singingi mempunyai peluang untuk mengembangkan sektor-sektor pertanian secara umum, perdagangan barang dan jasa, transportasi dan perbankan serta pariwisata. Daerah penyelidikan berbatasan dengan 2 Propinsi yaitu Propinsi Jambi dan Sumatera Barat. Hal ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Kuantan Singingi apabila dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Topografi

Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi secara morfologi dapat dibagi atas dataran rendah, perbukitan bergelombang, perbukitan tinggi dan pegunungan, dengan variasi sebagian besar merupakan satuan perbukitan bergelombang yaitu sekitar 30

-150 diatas permukaan laut.

Iklim

Kabupaten Kuantan Singingi pada umumnya beriklim trofis dengan suhu

udara maksimum berkisar antara 32,60C –

36,50C dan suhu minimum berkisar antara

19,20c – 22,00C. Curah hujan antara

229,00-1.133,0 mm per tahun. Musim hujan jatuh pada bulan September s/d Februari dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret s/d Agustus

Hidrografi

Terdapat 2 sungai besar yang melintasi wilayah Kabupaten Kuantan Singingi yaitu Sungai Kuantan/Sungai Indragiri dan Sungai Singingi. Peranan sungai tersebut sangat penting terutama sebagai sarana transportasi, sumber air bersih, budi daya perikanan dan dapat dijadikan sumberdaya buatan untuk mengahasilkan suplai listrik tenaga air.

Penyelidik Terdahulu

Penyelidikan Geologi secara umum yang menjadi acuan penyelidikan ini adalah Peta Geologi lembar Solok yang telah dipetakan oleh Silitonga P.H. dan Kastowo (1995), daerah-daerah dalam lembar Solok ini secara keseluruhan merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah dimana Cekungan Sumatera Tengah ini mempunyai beberapa sub cekungan yang lebih kecil. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh penyelidik lainnya adalahPenyelidikan Bitumen Padat di daerah ini yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi yaitu Inventarisasi Batubara daerah Sungaidareh Prov Sumatra Barat & Kab Kuantan Singingi Prov Riau oleh Syufra Ilyas tahun 2002 dan Inventarisasi Bitumen Padat dengan Outcrop Drilling daerah Sungaidareh, Kab Sawahlunto Sijunjung oleh SM. Tobing tahun 2005.

GEOLOGI

Geologi Regional

Daerah Penyelidikan merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah (Koesoemadinata R.P. & Pulunggono,

(3)

1975). Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa sub cekungan. Daerah penyelidikan termasuk kedalam Cekungan ”Intra Montane” (Sub Cekungan Sumatera Tengah) yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.

Stratigrafi Regional

Stratigrafi batuan Tersier daerah Pangkalan berdasarkan Peta Geologi Lembar Solok (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995) disusun secara berurutan dari tua ke muda sebagai berikut : Anggota Filit dan Serpih Kuantan, Anggota Bawah Formasi Telisa, Anggota Atas Formasi Telisa dan Anggota Bawah Formasi Palembang.

Anggota Filit dan Serpih Kuantan merupakan satuan batuan yang tersingkap dalam daerah penyelidikan yang terdiri dari serpih dan filit, sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang dan aliran lava berumur perem dan karbon

Anggota Bawah Formasi Telisa yang dianggap mengandung endapan bitumen padat terdiri dari napal lempungan, lignit, tufa, breksi andesit dan batupasir glaukonitan.Kontak dengan Batugamping Karang adalah menjari jemari, kedua formasi tersebut berumur Miosen Bawah.

Anggota Atas Formasi Telisa terdiri dari serpih dan batugamping napalan dengan sisipan tipis tuf andesit.berumur Miosen Tengah.

Anggota Bawah Formasi Palembang terletak tidak selaras diatas Batugamping Karang, terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan, berumur Miosen Atas.

Struktur Geologi Regional

Pola tektonik Sumatera Tengah dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” & ”graben” atau sesar bongkah dan sesar geser (Mertosono & Nayoan, 1974). Sistim Sesar Bongkah yang berarah Baratlaut-Tenggara membentuk deretan hors &

graben yang mengendalikan pola pengendapan sediment Tersier Awal.

Indikasi Endapan Bitumen Padat

Endapan bitumen padat dapat terbentuk dalam kondisi tenang dan banyak mengandung bahan organik seperti endapan batubara. Secara geologi satuan batuan yang mengandung endapan bitumen padat dapat terbentuk pada lingkungan pengendapan danau, laut dangkal – neritik atau laguna. Sedangkan batuannya sendiri biasanya merupakan sedimen klastik halus, umumnya berupa serpih, lanau atau batupasir halus. Berdasarkan faktor tersebut diindikasikan bahwa endapan bitumen padat terutama terdapat pada Formasi Telisa Atas.

KEGIATAN PENYELIDIKAN Pengumpulan data

Penyelidikan yang dilakukan terdiri dari pengumpulan data sekunder, pengumpulan data primer, analisis laboratoriom dan pengolahan data. Data sekunder daerah Pangkalan dan sekitarnya diperoleh dari berbagai sumber termasuk studi pustaka.

KegiatanLapangan

Pekerjaan lapangan yaitu eksplorasi langsung dilapangan dimana kegiatan yaitu pemetaan geologi Bitumen Padat dan melakukan pemboran endapan Bitumen Padat pada 4 lokasi titik bor..

Pemboran

Pemboran Bitumen Padat yang dilakukan adalah metoda pemboran dangkal (kedalaman 100 m) dan pengambilan conto inti bor (coring). Interval titik bor dirancang sedemikian rupa agar dapat menembus lapisan-lapisan Bitumen Padat secara representatif. Pemboran dilakukan pada 4 (empat) lokasi dengan kedalaman

(4)

masing-masing titik bor sekitar 100 meter sehingga total kedalaman adalah 400 m.

Alat bor yang digunakan terdiri atas 1 (satu) unit mesin borKoken OE-8 berikut peralatan pendukungnya antara lain pompa pembilas, pompa pengantar, wire line dan penginti core barrel berukuran NQ (47 mm) dilengkapi dengan mata bor diamond dan tungstein. Terhadap inti bor dilakukan pengamatan, pencatatan dan pengambilan conto Bitumen Padat.

Kegiatan Non-Lapangan

Evaluasi hasil kegiatan dilakukan untuk mengetahui potensi dan sebaran bitumen padat serta kualitasnya di daerah penyelidikan, yang kemudian disajikan dalam bentuk laporan hasil penyelidikan.

Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis laboratorium terdiri dari analisis Retort dan pengamatan petrografi Bitumen Padat, Pengujian TOC dan Pengujian Rock Eval.

Analisa retort dilakukan untuk mengetahui kandungan minyak, kandungan air dan berat jenis Bitumen Padat. Sedangkan analisa petrografi organik dilakukan untuk mengetahui tipe material organik serta membantu dalam penentuan tingkat kematangan batuan melalui reflektan vitrinit. Untuk mengetahui potensi hidrokarbon dilakukan analisis geokimia, pengujian TOC serta pengujian Rock eval.

.

HASIL PENYELIDIKAN

Morfologi Daerah Penyelidikan

Bentang alam daerah penyelidikan secara umum merupakan suatu bentuk Antiklinorium sehuingga dapat dibedakan menjadi 2 satuan morfologi yaitu Satuan morfologi Perbukitan dan Satuan morfologi Dataran rendah.

Morfologi Perbukitan berelief sedang berupa punggungan-punggungan yang berarah hampir Baratlaut-Tenggara

dengan ketinggian bervariasi antara 100 m sampai 350 m di atas permukaan laut. Litologinya sebagian besar ditempati oleh batuan Tersier dari Formasi Palembang Atas, Formasi Palembang Tengah, Formasi Palembang Bawah, Formasi Telisa Atas, Formasi Telisa Bawah dan sebagian kecil oleh batuan Granit dan batuan Pra Tersier Anggota Filit dan serpih Kuantan.

Morfologi Dataran rendah menempati bagian-bagiqan diantara Satuan morfologi Perbukitan berelief sedang dan secara umum mempunya ketinggian antara 100 m sampai 150 dari permukaan laut. Litologinya ditempati oleh endapan Aluvium, batuan Tersier dari Formasi Palembang Atas, Formasi Palembang Tengah, Formasi Palembang Bawah, Formasi Telisa Atas, Formasi Telisa Bawah,

Aliran sungai yang cukup besar di daerah penyelidikan adalah S. Pendulangan dan S. Timpe dan pada umumnya aliran-aliran sungai tersebut membentuk pola aliran Rektanguler dan Sub Dendritik.

Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan terletak pada cekungan Cekungan Sumatra Tengah, termasuk pada peta geologi Lembar Solok(sekala 1:250.000) yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi yang sekarang menjadi Pusat Survei Geologi .

Stratigrafi daerah penyelidikan dapat dikelompokkan dari batuan tertua hingga batuan termuda adalah sebagai berikut:

Batuan tertua daerah penyelidikan merupakan Metamorphic Rock yaitu Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan berumur Permian dan Karbon, batuan ini menjadi batuan Dasar di daerah penyelidikan. Pada beberapa tempat batuan ini diterobos oleh Granit Kuantan berumur Trias.

(5)

Diatas batuan dasar Formasi Kuantan ini secara tidak selaras diendapkan batuan Tersier dari Fm Telisa Bawah, Fm Telisa Atas, Anggota Bawah Fm Palembang, Anggota Tengah Fm Palembang dan ditutup oleh batuan Kuarter Anggota Atas Fm Palembang dan endapan Aluvium

Formasi Telisa Bawah pada umur Miosen Bawah. Litologi Formasi Telisa Bawah merupakan endapan darat dan sebagian merupakan material volkanik, terdiri atas Napal lempungan, Batupasir, Tufa, Lignit, Breksi Andesit dan Batupasir glaukonitan.

Sedimentasi selanjutnya yakni dengan diendapkannya Formasi Telisa Atas pada umur Miosen Tengah. Batuannya terdiri atas Serpih coklat, Batugamping napalan, sisipan tuf andesit.

Pengendapan pada cekungan Sumatera Tengah dilanjutkan dengan ditutupinya Formasi Telisa Atas secara selaras berturut turut Anggota Bawah Fomasi Palembang, Anggota Tengah Fomasi Palembang dan Anggota Atas Fomasi Palembang.

Anggota Bawah Fomasi Palembang batuannya terdiri atas Batulempung dengan sisipan batupasir dan Batupasir glaukonitan pada Miosen Atas.

Anggota Tengah Fomasi Palembang diendapkan pada umur Plistosen, litologinya terdiri atas Batulempung pasiran dengan sisipan lignit dan tuf. Sedangkan Anggota Atas Formasi Palembang diendapkan kemudian pada umur Kuarter, litologinya terdiri atas Tuf batuapungan, batupasir tufaan, bentonit, sisipan lignit dan kayu terkersikaan.

Pengendapan terakhir dengan diendapkannya Aluvium sungai berupa material lepas Lempung, pasir, kerikil-bongkah batuan beku dan kuarsit.

Siklus lingkungan pengendapan di daerah penyelidikan terjadi perubahan dari faseTransgresi ke Regresi yang dimulai pada umur Miosen Bawah saat

diendapkannya Formasi Telisa Bawah pada lingkungan pengendapan Rawa pengaruh pasang surut kearah Lingkungan pengendapan Laut dangkal saat diendapkannya Formasi Telisa Atas pada umur Miosen Tengah. Perubahan ke arah Transgresi terjadi puncaknya pada Miosen Atas yakni saat diendapkannya Anggota Bawah Formasi Palembang dalam lingkungan pengendapan laut. Selanjutnya terjadi perubahan lingkungan pengendapan kearah darat dengan diendapkannya Anggota Tengah Formasi Palembang dan Anggota Atas Formasi Palembang pada umur Miosen Atas dan Kuarter.

Struktur Geologi Daerah Penyelidikan Daerah penyelidikan secara umum dibangun oleh suatu antikinorium yang berarah Baratlaut –Tenggara, struktur lipatan tersebut umumnya asimetri dengan besar kemiringan yang relatif landai sekitar 250-500 dan agak landai di bagian

Selatannya yakni sekitar 100-150

Pada beberapa tempat

antiklinorium ini terpotong oleh sesar naik dan sesar mendatar berarah Timurlaut-Baratdaya yang memotong batuan Tersier dan Pra-Tersier di daerah penyelidikan.

Beberapa sesar utama di daerah penyelidikan diantarnya adalah sesar Pendulangan dan sesar Timpe. Di perkirakan sesar Pendulangan merupakan sesar mendatar yang memotong sungai Pendulangan, sesar Timpe juga merupakan mendatar Dekstral berarahTimurlaut-Baratdaya yang memotong sungai Timpe, sesar mendatar ini memotong 2 lapisan serpih bitumen. Terjadinya Sesar di daerah penyelidikan menyebabkan tersingkapnya batuan Pra-Tersier.

Pembahasan Hasil Penyelidikan Data Lapangan dan Interpretasi

Data potensi awal Bitumen padat daerah penyelidikan diperoleh dari

(6)

pemetaan potensi terdahulu. Penempatan titik bor juga dilakukan berdasarkan data tersebut.

Kegiatan pemboran dilakukan pada 4 lokasi titik bor, 2 titik bor yakni PB-01 dan PB-02 di desa Pangkalan dan 2 titik bor selanjutnya yakni PB-03 dan PB-04 di sekitar desa Timpe. Hasil pemboran di lokasi PB-01 dan PB-02 setelah dianalisis ternyata lapisan serpih tidak mengandung minyak/gas sedangkan pada lokasi PB-03 dan PB-04 lapisan serpih mengandung bitumen dan dari analisis bakar (Retort) menghasilkan kandungan minyak yang cukup baik yakni antara 10 sampai 60 l/ton batuan.

Lapisan serpih bitumen padat di daerah Timpe berada pada Formasi Telisa Atas. Pemboran berhasil mengidentifikasi sebanyak 4 lapisan (Lapisan A1, A2, B1 dan B2). Lapisan serpih berarah Baratlaut-Tenggara dengan kemiringan berkisar antara 20º sampai 35º; tebal lapisan berkisar antara 23.80 m sampai 65 m. Secaera megskopis serpih pengandung bitumen berwarna coklat tua sampai kehitaman, berlembar, dengan beberapa sisipan batupasir halus tebal sampai 5 cm. Sebarannya dapat ditelusuri sejauh 7,5km

Sebaran Bitumen Padat

Interpretasi lapisan bitumen padat Berdasarkan data singkapan yang ada di daerah prospeksi, maka dapat direkonstruksikan sebaran batuan serpih yang berpotensi mengandung bitumen padat. Sebaran lapisan batuan serpih yang mengandung bitumen tersebut tersebut berarah relatif Baratlaut-Tenggara. Dari hasil korelasi berdasarkan data yang ada, di interpretasikan terdapat 4 lapisan yaitu Lapisan A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A merupakan lapisan serpih bagian atas dan lapisan B adalah lapisan bagian bawah. Kedua lapisan ini terpotong oleh struktur sesar mendatar Dekstral berarah relatif Timurlaut – Baratdaya.

Lapisan B1

Lapisan B1 diinterpretasikan berdasarkan singkapan SJ-147 di sungai Timpe, lapisan ini merupakan lapisan bagian bawah, mempunyai arah jurus/kemiringan lapisan sebesar N 329º/26º atau menyebar secara lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara. Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 2.500 m. Dari hasil pemboran yang dilakukan pada lokasi ini yakni pada titik Bor BP-03 diketahui lapisan serpih terdapat pada kedalaman antara 5.00 m sampai kedalaman 68.0 m dengan total tebal lapisan serpih sebesar 23.80 m. Sumber daya Lapisan B1 secara hipotetik dihitung sejauh 2.500 m, sedangkan perhitungan sumber daya tereka dihitung pada daerah pengaruh 500 m dari titik bor BP-03.

Lapisan B2

Lapisan B2 diinterpretasikan berdasarkan singkapan SJ-144 dan SJ.

130 yang mempunyai arah

jurus/kemiringan N 320º/26º dan N 315º/15º. Lapisan B2 merupakan lapisan bawah sebagai penerusan kearah lateral dari Lapisan B1 yang terpotong sesar mendatar dekstral dan menyebar secara lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara. Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.

Dari pemboran yang dilakukan pada lokasi ini yakni pada titik Bor BP-04 diketahui lapisan serpih terdapat pada kedalaman antara 17.50 m sampai 68.80 m dengan total tebal lapisan serpih sebesar 41.30 m. Secara megaskopis serpih berwarna coklat muda sampai coklat tua, berlembar, kaya material organik dan menghasilkan aroma khas aspal saat dibakar. Sumber daya Lapisan B2 secara hipotetik dihitung sejauh 5.000 m, sedangkan perhitungan sumber daya tereka dihitung pada daerah pengaruh 500 m dari titik bor BP-04.

(7)

Lapisan A1

Secara stratigrafi lapisan A1 merupakan lapisan yang berada diatas lapisan B1 dengan interburden diperkirakan diatas 400m. Lapisan A1 diinterpretasikan berdasarkan singkapan ST 19 yang mempunyai arah jurus/kemiringan lapisan sebesar N 305º/26º atau menyebar secara lateral dengan arah Baratlaut-Tenggara dengan tebal serpih 65 m.

Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 2.500 m.Tebal lapisan A1 diperkirakan mencapai 65m. Dibagian Timur Lapisan A1 terpotong oleh sesar mendatar. Sumber daya lapisan A1 di dihitung secara hipotetik.

Lapisan A2

Lapisan A2 diinterpretasikan berdasarkan singkapan ST-22, ST-109 dan SJ-128 yang tersingkap di sungai Timpe dengan arah jurus/kemiringan antara N 275º/15º sampai N 320º/25º atau penyebaran lapisan relatif ke arah Baratlaut-Tenggara, sedangkan ketebalan yang dapat diukur sebesar 35 m. Serpih yang dijumpai secara megaskopis berwarna coklat muda sampai coklat tua, berlembar, kaya material organik dan menghasilkan aroma khas aspal saat dibakar.

Posisi stratigrafi lapisan A2 berada diatas lapisan B2. Dibagian Barat lapisan ini terpotong oleh sesar mendatar Timpe dan merupakan penerusan dari lapisan A1. Panjang lapisan kearah lateral yang diyakini kontinuitasnya sejauh 5.000 m.

Kualitas Bitumen Padat Megaskopis

Pengambilan conto di lapangan akan sangat menentukan kualitas bitumen padat yang dihasilkan pada saat pengujian conto di laboratorium. Endapan bitumen padat dapat diketahui keberadaannya diantaranya dengan cara membakar conto

batuan yang akan diambildan apabila menimbulkan aroma bitumen, conto tersebut menunjukan indikasi kuat mengandung bitumen padat dan layak untuk dianalisis.

Secara megaskopis batuan yang mengandung bitumen di daerah Pangkalan dan sekitarnya berupa serpihberwarna coklat muda sampai coklat tua, berlembar, kaya material organik dan menghasilkan aroma khas aspal saat dibakar. Diiantara lembaran-lembaran serpih seringkali dijumpai sisipan tipis batulempung dan batupasir sangat halus.

Analisa Laboratorium

Analisa laboratorium dilakukan terhadap 11 conto batuan terpilih yang dianggap mewakili endapan Bitumen Padatdi di daerah penyelidikan. Semua conto diambil dari inti bor (No. Conto BP-01, BP-02/1, BP-02/2, BP-03/1, BP-03/2, 03/3, 03/4, 04/1, 04/2, BP-04/3, BP-04/4, BP-04/1).

Analisis Retorting

Prinsip ‘retorting’ adalah pengekstraksian batuan dengan cara pemanasan sampai suhu kurang lebih 600ºC, kemudian disublimasi dengan menggunakan air sehingga menghasilkan cairan minyak. Analisa retorting dilakukan terhadap 11 conto batuan yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel. 1. Berdasarkan hasil analisis retorting diketahui bahwa di daerah Pangkalan dan sekitarnya batuan yang mengandung endapan bitumen padat adalah Anggota Atas Formasi Telisa. Kandungan minyak yang dihasilkan oleh conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60 l/Ton.

Analisis Petrografi

Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui tipe material organik dan membantu dalam penentuan tingkat

(8)

kematangan batuan melalui analisa reflektasi vitrinit.

Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa batuan di daerah Pangkalan dan sekitarnya, umumnya merupakan batuan sedimen klastik halus yang terdiri dari batuan serpih mengandung bitumen. Kandungan DOM conto batuan daerah penyelidikan berkisar 0.5 – 49,9 % dengan kandungan pirit 0,5-1,99 % sedangkan inertinite tidak terdeteksi. Pada 8 conto batuan yang mengandung minyak yakni pada lokasi conto BP-03/1, BP-03/2, 03/3, 03/4, 04/1, 04/2, BP-04/3 dan BP-04/4 kandungan Liptinit sangat melimpah antara 2 - 49.9 %. Conto yang tidak mengandung minyak yaitu 01, BP-02/1 dan BP-02/2 memiliki kandungan Liptinite (0.1 – 0.49 %) dan Vitrinite (0.5 – 1.99 %). Pirit dengan tekstur yang framboidal ditemukan cukup banyak, mengindikasikan bahwa material organik mendapat pengaruh lingkungan laut. Analisa reflektansi vitrinit mengindikasikan bahwa batuan di daerah penyelidikan masih dalam kondisi ‘immature’ yang ditunjukkan oleh nilai reflektansi vitrinit berkisar 0,25 – 0,40 % atau rata-rata sekitar 0.32 %.

Interpretasi Hasil Analisis Geokimia Hidrokarbon

Pengujian Geokimia Hidrokarbon Batuan dilakukan terhadap 11conto batuan di daerah Pangkalan (No contoBP - 01, 02/1, 02/2, 03/1, 03/2, BP-03/3, BP-03/4, BP-04/1, BP-04/2. BP-04/3 dan BP-04/4) yang terdiri dari analisis TOC (total organik karbon) dan Rock Eval Pyrolysis. Hasil analisa dapat diuraikan sebagai berikut:

Potensi Batuan Sumber

Kualitas batuan sumber dapat diketahui melalui analisis geokimia. Analisis yang berperan dalam penentuan potensi batuan sumber adalah Analisis Rock-Eval Pyrolisis, yang menghasilkan empat parameter yaitu S1, S2, S3 dan

Tmax. Kombinasi parameter yang dihasilkan oleh Rock-Eval Pyrolisis dapat dipergunakan sebagai indikator jenis dan kualitas batuan induk serta menentukan tipe kerogen.

Hasil analisis karbon organik dan pirolisis RockEval (Tabel 8 dan Gambar 9) menunjukkan bahwa conto batuan mengandung karbon organik umumnya diatas 0.8 % atau menunjukan kualitas “sedang” sampai “sangat bagus” (0.82 – 5.27 %).

Jumlah hidrokarbon bebas yang terbentuk insitu (indigeneous hydrocarbon) karena kematangan termal maupun karena adanya akumulasi hidrokarbon dari tempat lain (migrated hydrocarbon) dari 11 conto yang dianalisis menunjukan nilai yang cukup tinggi yaitu antara 0.35 - 0.85 mg/g kecuali pada conto dari lobang bor BP- 01 dan BP – 02 (No conto BP -01, BP – 02/1 dan BP – 02/2.

Analisis pirolisis yang dilakukan terhadap11 conto batuan, menunjukkan bahwa sebanyak enam conto batuan memiliki potensi hidrokarbon “bagus” sampai “sangat bagus” (conto BP – 03/1, BP – 03/3, BP – 03/4, BP – 04/1, BP – 04/2 dan BP – 04/3).

Kandungan CO2 dalam batuan

menunjukkan tingkat oksidasi selama diagenesis sehingga dapat dikorelasikan dengan jumlah oksigen yang terkandung dalam kerogen. Di daerah Penyelidikan angka oxigen indek berkisar antara 22 -148.

Nilai Tmax batuan didaerah penyelidikanberkisar antara 4040-428.80 C.

Dalam kaitannya dengan pembentukan minyak bumi, Tmax dengan kisaran nilai tersebut mengindikasikan bahwa material organik masih berada pada tingkat kematangan termal “immature” sehingga belum mampu menghasilkan hidrokarbon (Gambar 8).

Sebanyak enam conto batuan memiliki nilai hidrogen index cukup tingi yaitu berkisar antara 376– 674. Sedangkan

(9)

4 conto lainnya memiliki nilai hidrogen index rendah yaitu antara 6572.

Ploting data Hydrogen Indeks terhadap Oxygen Index pada grafik HI-OI menunjukkan bahwa bitumen di daerah penyelidikan mempunyai kecenderungan untuk dapat membentuk hidrokarbon baik berupa gas ataupun minyak (Gambar 8 dan 10).

Sumber Daya Bitumen Padat

Hasil korelasi data pemboran dan analisa literatur menunjukkan keterdapatan empat lapisan serpih bitumen yaitu Lapisan A1, A2, B1 dan B2. Lapisan A merupakan lapisan serpih bagian atas dan lapisan B adalah lapisan bagian bawah. Perhitungan sumber daya Hipotetik dilakukan dengan asumsi pelamparan sejauh 2.500 m dari titik bor yaitu untuk lapisan yang berada di bagian Barat struktur sesar. Sedangkan lapisan yang berada di bagian Timur struktur sesar dihitung sejauh 5.000 m. Untuk klasifikasi sumber daya terukur, pelamparan di hitung hingga radius 500 m dari titik bor.

Dasar perhitungannya adalah penyebaran kearah lateral yang didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang diamati dengan beberapa pembatasan sebagai berikut :

a. Penyebaran kearah jurus satu lapisan dihitung berdasarkan singkapan yang dapat dikorelasikan dan dibatasi sejauh 500 m dari singkapan terakhir.

b. Penyebaran kearah kemiringan dibatasi sampai kedalaman 100m dihitung tegaklurus dari permukaan singkapan, sehingga lebar singkapan adalah:L = 100/sin, dimana  adalah sudut kemiringan lapisan.

c. Tebal adalah tebal rata-rata lapisan bitumen yang termasuk dalam lapisan tersebut.

d. Sumberdaya bitumen dalam tiap lapisan dapat dihitung dengan rumus sbb :

Total sumber daya Hipotetik bitumen padat didaerah penyelidikan cukup besar yaitu sebesar 54.782.196,12 barel minyak sedangkan jumlah sumberdaya tereka adalah sebesar 7.951.731, 05 barel minyak.

Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan

Hingga kegiatan ini dilakukan, di daerah Pangkalan dan sekitarnya belum pernah dilakukan penyelidikan intensif potensi kandungan bitumen padat hingga sumber daya terukur.

Kegiatan pemboran serta analisa laboratorium batuan di daerah penyelidikan menunjukan bahwa daerah penyelidikan memiliki potensi bitumen padat yang cukup bagus yang perlu diselidiki lebih lanjut dengan melakukan eksplorasi rinci. Kegiatan eksplorasi rinci disarankan untuk dilakukan dengan menambah jumlah titik pemboran yang memungkinkan untuk peningkatan status sumber daya dari tereka menjadi terukur.

Dengan harga minyak yang rendah saat ini, proses ekstraksi minyak/gas dari bitumen padat untuk dijadikan energi alternatif di Indonesia saat ini dianggap masih belum ekonomis. Hanya saja dengan meningkatnya kebutuhan energi nasional dan berkurangnya cadangan migas konvensional, data yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan penyelidikan ini diharapkan dapat menambah database nasional terkait potensi sumberdaya energi di Indonesia yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan bitumen padat di masa yang akan datang.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

1. Di daerah penyelidikan terdapat satu Formasi pembawa bitumen padat yaitu Anggota Atas Formasi Telisa yang berumur Miosen Tengah..

a.

b. Sumberdaya bitumen dalam tiap lapisan dapat dihitung dengan rumus :

Sumberdaya = { [Panjang (m) x Lebar (m) x Tebal (m)] x Berat jenis (ton/m3) } Berat Jenis adalah berat jenis rata-rata

(10)

2. Lapisan bitumen padat di daerah penyelidikan mempunyai ketebalan antara 23.80 m sampai 65 m dengan sebaran berarah relatif Baratlaut-Tenggara dan kemiringan lapisan antara 11º- 26º,

3. Terdapat empat lapisan ( A1, A2, B1 dan B2) yang berpotensi mengandung bitumen. Lapisan A merupakan lapisan serpih bagian atas dan lapisan B adalah lapisan bagian bawah. Kedua lapisan ini terpotong oleh struktur sesar mendatar Dekstral berarah Timurlaut-Baratdaya. 4. Sumber Daya serpih bitumen di daerah

penyelidikan sebesar 344.7 juta Ton, menghasilkan 54.8 barel minyak sedangkan pada klasifikasi tereka jumlah sumberdaya serpih bitumen adalah sebesar 41.7 juta Ton, menghasilkan 7.9 barel minyak.

5. Batuan di daerah penyelidikan masih dalam kondisi “immature” untuk menggenerasikan hidrokarbon.

6. Analisis pirolisis menunjukan bahwa serpih bitumen di daerah penyelidikan memiliki jumlah material organik yang berpotensi menjadi hidrokarbon pada kategori “bagus” hingga “sangat bagus” 7. Serpih bitumen di daerah penyelidikan

mempunyai kecenderungan untuk membentuk gas dan minyak (Tipe II dan III)

SARAN

1. Melakukan penyelidikan geologi bawah permukaan untuk mengetahui pola kemenerusan dan geometri lapisan serpih pada Anggota Atas Formasi Telisa.

2. Melakukan pemboran yang lebih tersistem dengan kerapatan titik bor yang lebih baik sehingga didapatkan data yang lebih akurat dalam penghitungan sumber daya bitumen padat di daerah penyelidikan.

DAFTAR PUSTAKA

De Coster, G.L., 1974. The Geology of The Central and South Sumatra Basin.Proceeding Indonesia PetroleumAssociation, 4th Annual Convention.

Holcombe, C.J., 1972. Report on a Survey of Coal Prospects in Central Sumatra, PT. Rio Tinto Indonesia, Report No. 198. (Unpublished).

Ilyas, S., 1989. Laporan Survei Tinjau Sumber Daya Batubara Daerah Kuantan Mudik, Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung. Ilyas, S., 2003. Laporan Inventarisasi Batubara Kawasan Lintas Propinsi di Daerah

Sungaidareh, Kabupaten Sawahlunto - Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat dan Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau.

R.P. Koesoemadinata., 1989, Geologi Minyak dan Gas Bumi.

Silitonga, P.H., dan Kastowo, 1975. Peta Geologi Lembar Solok, Sumatra. Skala 1 : 250.000. Puslitbang Geologi, Bandung.

Tobing, S.M., 2000. Laporan Survei Pendahuluan Endapan Bitumen Padat di Daerah Sijunjung, Propinsi Sumatra Barat.

Yen, The Fu., and Chilingarian 1976,Oil Shale, Development in Petroleum Science,5. Elsevier Science Publishing Company, Amsterdam-Oxford New York 1976 S., 1976, Oil Shale, Developmensin Petroleum Science, Elsevier Scientific Publishing Company.

(11)

Gambar 5.Stratigrafi regional daerah penyelidikan (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995)

Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat Gambar 2. Peta indeks daerah Penyelidikan daerah Kab Kuansing

Gambar 1. Peta lokasi kegiatan penyelidikan.

BP-01 BP-02

BP-03 BP-01

Lokasi rencana Penyelidikan

Lokasi Penuyelidikan dilkukan

1.4. Keadaan Lingkungan

Lokasi rencana Penyelidikan

Lokasi Penyelidikan dilakukan

Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing Gambar 1. Peta Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat di daerah Kab Kuansing

Lokasi Kegiatan Prospeksi Bitumen Padat

Gambar 3. Tatanan tektonik regional Gambar 4. Peta geologi regional daerah penyelidikan Pulau Sumatera (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995 Peta Geologi Lb Solok,

(Modifikasi Simandjuntak, 1991)

KELOMPOK PROGRAM PENELITIAN BATUBARA

yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar.

Gambar 2. Tatanan tektonik regional Pulau Sumatera (Modifikasi Simandjuntak, 1991).

(12)

Gambar 7. Diagram TOC terhadap kelimpahan bahan organik

conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)

Tabel 8. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content

BP - 01 BP - 01 BP – 02/1 BP – 02/2 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4 BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3 BP – 04/4

Gambar 8. Diagram T max - HI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen)

BP-04/4 565.7 189 BP-01 BP – 02/1 BP – 02/2 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4 BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3 BP – 04/4 50 0 100 150 200 250 300 0 150 300 450 600 750

900 I. Highly Oil Prone

II. Oil Prone

III. Gas Prone IV. Non Source

Oxygen Index (OI) in mg CO2/g Organic Carbon

Hydrog e n Ind e x (H I) in mg H C /g O rg a n ic C a rb o n BP - 01 BP - 02/1 BP - 02/2 BP - 03/1 BP - 03/2 BP - 03/3 BP - 03/4 BP - 04/1 BP - 04/2 BP - 04/3 BP - 04/4

Gambar 9. Diagram TOC- HI conto batuan di daerah Gambar 10. Diagram HI-OI conto batuan di daerah Penyelidikan (Van Krevelen) Penyelidikan (Van Krevelen)

BP-01 BP – 02/1 BP – 02/2 BP – 04/2 BP – 04/3 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4 BP – 04/1 BP – 04/2 BP – 04/3 BP – 04/4 BP-01 BP – 02/1 BP – 03/1 BP – 03/2 BP – 03/3 BP – 03/4 BP – 04/1 BP – 04/4 BP – 04/2 BP – 04/3 BP – 02/2 100.0 10.0 1.0 0.1 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

Poor Fair Good V. Good Excellent

TOC (wt % rock) Hydrogen Inde x (H I) Gas O il & G as Oil

(13)

Gambar 11. Peta Geologi Daerah Penyelidikan

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

Material lepas lempung, pasir, kerikil-bongkah batuan beku dan kuarsit Telisa Bawah Telisa Atas Anggota Bawah Fm Palembang AnggotaTengah Fm Palembang Anggota Atas Fm Palembang Alluvium

Kel batuan Pra Tersier Anggota Serpih dan Filit Kuantan Regresi Transgresi Darat Rawa Rawa Laut Laut dangkal Rawa pengaruh Pasang surut Tuf batuapunganm Batupasir

tufaan, Bentonit, sisipan Lignit dan Kayu terkersikkan

Batulempung pasiran dengan sisipan Lignit dan tuf

Batulempung dengan sisipan Batupasir, Batupasir glaukonitan

Batupasir kuarsa, Serpih coklat, Batugamping napalan, sisipan tuf andesit

Material volkanik, Batupasir, Tufa, Breksi Andesit, Lignit, Napal lempungan, Batupasir glaukonitan

Batuan Metamorf, Metasediment dan Granit

g

UMUR FORMASI LITOLOGI PENGENDAPAN LINGKUNGAN FASIES

T E R SI E R KU A R T E R Plistosen Miosen A T B Holosen PRA TERSIER Miosen Akhir - Pliosen

(14)

Tabel 2. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Serpih Bitumen Daerah Penyelidikan

Tabel 3. Hasil Analisis Petrografi Conto Bitumen Padat Daerah Penyelidikan

oleh conto tersebut di atas menunjukkan kisaran angka antara 10 l/Ton hingga 60 l/Ton.

No No Sampel Formasi

Kandungan

minyak Kandungan air

Specific Gravity Batuan Liter/ton 1 BP - 01 Telisa Atas - 200 2.13 2 BP-02/1 Telisa Atas - 170 2.13 3 BP-02/2 Telisa Atas - 170 2.13 4 BP-03/1 Telisa Atas 35 25 2.60 5 BP-03/2 Telisa Atas 40 10 1.50 6 BP-03/3 Telisa Atas 50 10 2.40 7 BP-03/4 Telisa Atas 60 30 2.60 8 BP-04/1 Telisa Atas 10 40 2.60 9 BP-04/2 Telisa Atas 25 35 2.40 10 BP-04/3 Telisa Atas 40 25 2.57 11 BP-04/4 Telisa Atas 20 40 2.40

Tabel 6. Hasil ”RETORT EXTRACTION” Bitumen daerah penyelidikan

No Sampel Jenis Batuan Rvmean (%) Pemerian

BP-03/1

Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-03/2

Serpih 0.34 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 % BP-03/3

Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 % BP-03/4

Serpih 0.28 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/1 Serpih 0.36 L > V > I. Liptinite 10-49.9 %, Vitrinit 0.5-1.99 %. Liptinite 0 %

BP-04/2 Serpih 0.33 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99 %. Liptinite 0 %

BP-04/3

Serpih 0.32 L > V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

BP-04/4

Serpih 0.40 L = V > I. Liptinite 2-9.99 %, Vitrinit 0.5-1.99

%. Liptinite 0 %

(15)

Tabel 4. Rock Eval Pyrolysis and TOC Content

Tabel 5. Perhitungan Sumber Daya Bitumen padat Penyelidikan

No Lithology TOC Wt.% mg/g rock Tmax o C Potential Yield Oil Production Index (OPI) H index O index S1 S2 S3 BP - 01 Shale 0.88 0.18 0.58 0.45 404.0 0,76 0.24 66 51 BP-02/1 Shale 0.82 0.13 0.53 0.42 423.9 0,66 0.20 65 52 BP-02/2 Shale 0.89 0.21 0.93 0.89 425.4 1,14 0.18 68 65 BP-03/1 Shale 4.03 0.39 21.33 1.08 426.6 21,72 0.02 530 27 BP-03/2 Shale 1.29 0.20 0.94 0.82 424.1 1,14 0.17 72 64 BP-03/3 Shale 3.74 0.81 16.71 1.35 412.3 17,51 0.05 446 36 BP-03/4 Shale 5.27 0.85 35.52 1.14 436.5 36,37 0.02 674 22 BP-04/1 Shale 2.12 0.35 7.97 0.83 428.8 8,32 0.04 376 39 BP-04/2 Shale 4.00 0.69 21.54 1.04 424.9 22,23 0.03 539 26 BP-04/3 Shale 3,35 0.68 17.37 0.97 420.4 18,05 0.04 490 27 BP-04/4 Shale 0.28 0.20 0.53 0.42 565.7 0,73 0.27 189 148 Seam Luas Daerah Pengaruh (m²) Tebal Semu (m) SG Ton/(m³) Kandungan minyak (lt/ton)

Sumber Daya Batuan Bitumen Padat (Ton)

Sumber Daya Minyak (Barrel)

Hipotetik Tereka Hipotetik Tereka

A1 591.550,4 65 1.67 24 64.212.795,92 - 9.692.497,50 - A2 1.710.151,8 35 1.72 22 102.951.138,36 14.244.811,59 B1 570.293,0 23.8 2.27 46 30.810.649,62 - 8.913.772,85 - 228.117,2 23.8 2.27 46 - 12.324.259,85 - 3.565.509,14 B2 1.427.725,8 41.3 2.49 23.75 146.823.038,10 - 21.931.114,18 - 285.545,1 41.3 2.49 23.75 - 29.364.601,45 - 4.386.221,91 JUMLAH 344.797.622,00 41.688.861,30 54.782.196,12 7.951.731,05

Gambar

Gambar 5.Stratigrafi regional daerah penyelidikan  (Silitonga P.H. & Kastowo, 1995)
Gambar 7. Diagram TOC terhadap kelimpahan bahan organik         conto batuan di daerah Penyelidikan  (Van Krevelen)
Gambar 11. Peta Geologi Daerah Penyelidikan  Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan
Tabel 3.  Hasil Analisis Petrografi Conto Bitumen Padat Daerah Penyelidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent dalam pembelajaran yaitu cenderung menerima konsep dan materi secara umum, agak sulit menghubungkan

(DPR) terhadap harga saham dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Economic Value Added (EVA) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham

Konsep dari Pembuatan keju ini adalah untuk mendapatkan susu dengan penyimpanan yang lebih lama(awet) dan keuntungan lainnnya, maka dari itu Padatan – padatan tersebut yang penuh

Perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan Return On Asset (ROA) positif, tentuakan dapat meningkatkan pengungkapan Corporate Social

Gambar 4.4 merupakan kenampakan bentuklahan dataran alluvial (F.1) dalam Citra Ikonos dari Google Earth dan kondisi di lapangan. Dataran alluvial merupakan salah

Oleh sebab itu, hasil diseminasi dan edukasi tentang peningkatan produksi ASI melalui tombong kelapa ini memberikan manfaat yang sangat penting untuk peserta

Dalam rangka mengisi lowongan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2013, sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Kementerian Negara

Madya  20 artikel ISI-WOS (ISO SCIE-E) / SCOPUS (sekurang- kurangnya 10 artikel menyerlahkan dalam bidang kepakaran utama) dikira selepas dilantik sebagai Prof..  30 artikel