BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Bronchiolitis
Bronchiolitis adalah suatu peradangan pada bronchiolus yang disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan
adanya edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi secret atau lendir dan debris seluler yang menyebabkan obstruksi sehingga terjadi penyempitan lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).
Menurut Bahtiar (2008), bronkhiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus, yang menyebabkan obstruksi akut jalan nafas dan
penurunan pertukaran gas dalam alveoli. Lebih sering disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada, anak usia 2 sampai 12 bulan
B. Bronchiolitis pada anak
Bronchiolitis pada anak adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut
pada saluran nafas kecil (bronkiolus), biasanya terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Anak yang dapat beresiko terjangkit penyakit bronkhiolitis antara lain anak dengan usia kurang dari 6 bulan, tidak pernah
mendapatkan ASI, kelahiran premature, lingkungan yang tidak sehat atau tinggal di lingkungan perokok (Mansjoer, 2000).
1. Bronkiolitis akut merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang sering ditemukan pada bayi-bayi, terjadi akibat obstruksi pada
saluran nafas kecil-kecil. Penyakit ini terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dengan puncak kejadian pada usia kira-kira 6 bulan.
2. Pada bronkiolitis obliterans, bronkiolus-bronkiolus dan kadang-kadang beberapa bronkus yang berukuran lebih kecil mengalami obstruksi sebagian atau seluruhnya oleh massa-massa yang berbonggol-bonggol di
mana pada pemeriksaan histologis ternyata mengandung jaringan-jaringan granulasi dan fibrosis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Bronkhiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas akibat infeksi virus yang terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun akibat lingkungan udara yang tercemar,
serta dapat bersifat akut dan obliterans. Sehingga pada anak penderita bronkhiolitis dapat ditemukan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan produksi mukus. C. Bersihan Jalan Nafas Pada Anak Bronkhiolitis
Bersihan jalan nafas adalah suatu keadaan dimana jalan nafas dapat berfungsi
normal tanpa adanya gangguan, sehingga sistem pernafasan dapat berfungsi secara maksimal untuk pemenuhan kebutuhan oksigen. Sedangkan bersihan jalan
nafas tidak efektif pada anak adalah di mana anak tidak mampu
lagi membersihkan sumbatan pada jalan nafas akibat obstruksi jalan nafas. Masalah
tersebut ditandai dengan adanya batuk dahak yang tidak dapat dikeluarkan akibat dari
alveolar. Kemudian mengakibatkan sumbatan jalan napas. Pada pasien bayi didapatkan
pernapasan normal antara 30 sampai 60 x/menit. Suara nafas vesikuler adalah suara
nafas yang tergolong normal di mana inspirasi lebih panjang daripada ekspirasi. Selain
itu pada bayi yang mengalami sumbatan jalan nafas akibat obstruksi jalan nafas, dapat
ditemukan adanya pernafasan cuping hidung, adanya retraksi dada, sesak nafas, suara
nafas wheezing dan ronchi, demam, sianosis (Carpenito, 2000).
D. Tumbuh Kembang Bayi
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh
yangsecara kuantitatif dapat diukur, sedangkn perkembangan merupakan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan
belajar (Hidayat, 2005).
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak terjadi mulai dari pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Peristiwa pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi
organ mulai dari tingkat sel sehingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan
perkembangan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbol
maupun abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca dan lain-lain, sedangkan
perkembangan secara emosional anak dapat dilihat dari perilaku sosial di lingkungan
anak (Hidayat, 2005).
Menurut Hidayat pada masa bayi hingga satu tahun dalam pertumbuhan dan
a. Umur 1-4 Bulan
Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan berat
badan pada usia ini, bila gizi anak baik maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 gram/bulan, sedangkan pertumbuhan tinggi badan
agak stabil tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan, kemudian dalam perkembangannya dapat dilihat dari perkembangan motorik kasar, halus, bahasa dan adaptasi sosial (Hidayat, 2005).
b. Umur 4-8 Bulan
Pada umur ini pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali berat
badan pada waktu lahir dan rata-rata kenaikan 500-600 gram/bulan, apabila mendapat gizi yang baik. Sedangkan pada tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan umur (Hidayat, 2005).
Perkembangan Motorik, Bahasa, dan Adaptasi Sosial
Pada perkembangan motorik kasar pada awal bulan terjadi
perubahan aktivitas seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya, dan pada bulan keempat sudah mampu memalingkan anggota
tubuh ke kanan dan ke kiri dan sudah mulai kemampuan dalam duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalikan badan, bangkit dengan
kepala tegak, menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun ke depan dan ke belakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat duduk dengan bantuan selama waktu
Pada perkembangan motorik halus sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk memegang,
mengeksplorasi benda yang sedang di pegang, menganmbil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara
simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu ke satuan, memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain.
Pada perkembangan bahasa dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh ke arah suara atau menoleh ke arah sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisai semakin banyak, menggunakan kata
yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba.
Perkembangan adaptasi sosial merasa terpaksa jika ada orang
asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal
(Hidayat, 2005). c. Umur 8-12 Bulan
Pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai 3 kali berat
badan lahir apabila mencapai usai satu tahun dan pertambahan berat badan per bulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan dan 250-350
gram pada usia 10-12 bulan (Hidayat, 2005). E. Tanda dan Gejala Bronchiolitis pada anak
Menurut Guyton & Hall (1997), manifestasi klinis dari penyakit
1. Pertama kali dapat dicatat adanya infeksi ringan pada saluran pernafasan atas disertai pengeluaran sekret encer dari hidung dan bersin-bersin.
2. Adanya demam 38,5-39oC 3. Nafsu makan berkurang
4. Adanya kesukaran pernafasan yang akan berkembang berangsur-angsur dan ditandai oleh batuk-batuk, bersin paroksismal, dispnea dan iritabilitas.
5. Kecepatan pernafasan 60-80x/menit
6. Dapat dijumpai kehausan udara dan sianosis berat
7. Terdapat pelebaran cuping hidung dan otot-otot pembantu pernafasan, sehingga terjadi retraksi-retraksi interkostal dan daerah subkostal
8. Terdapat ekspirasi yang memanjang, wheezing yang dapat terdengar
dengan ataupun tanpa stetoskop, Serta terdapat crackles. F. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas
yang ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya
terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan. Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi. Selain
kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Retraksi
biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Terdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat
terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop, serta terdapat crackles. Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi. Sering terjadi hipoksia dengan saturasi oksigen <92% pada udara
kamar. Pada beberapa pasien dengan bronkiolitis didapatkan konjungtivitis ringan, otitis media serta faringitis. Ada bentuk kronis bronkiolitis, biasanya
disebabkan oleh karena adenovirus atau inhalasi zat toksis (hydrochloric, nitric acids ,sulfur dioxide) (Mansjoer, 2000).
G. Konsep Keperawatan
Dalam melakukan suatu tindakan asuhan keperawatan secara umum pada masalah bersihan jalan nafas pada penderita bronkhiolitis dapat
dilakukan dengan tahapan yaitu: 1. Pengkajian
I. Wawancara
1. Apakah ada anggota keluarga yang merokok?
2. Apakah anak mempunyai riwayat penyakit bronkhiolitis atau
penyakit pernafasan lain?
3. Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama?
5. Apakah anak mengalami sesak nafas dan batuk?
6. Apakah tanda dan gejalanya bertambah buruk pada malam hari?
II. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi: Pernafasan takepnea. sianosis, batuk serak, kasar dengan
sputum mukoid.
2. Palpasi: Taktil kremitus normal → meningkat.
3. Perkusi: Resonan
4. Auskultasi: Suara nafas vesikuler, crekles terlokalisasi
III. Data Objektif
1. Retraksi dinding dada
2. Pernafasan cuping hidung
3. Sianosis bibir dan dasar kuku, abu-abu atau merah seluruh tubuh 4. Suara sesak, stridor dan batuk
5. Nafas cepat dan dangkal
6. Penggunaan otot bantu pernafasan
7. Bunyi nafas menyebar, lembut atau krekels lembar dasar dan mengi 8. Peningkatan frekuensi jantung / takikardi
9. Peningkatan tekanan darah
10. Peningkatan suhu tubuh 2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi mukus berlebih.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan bronkospasme. 4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Intervensi
DX I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produks
mucus berlebih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas paten.
NOC : Status respirasi : Airway potency Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu.
Menunjukan jalan nafas yang paten.
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas.
Keterangan skala :
1 = Tidak pernah menunujukkan 2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan 4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan NIC : Airway management Aktivitas :
2. Lakukan fisioterapi dada 3. Ajarkan batuk efektif
4. Lakukan section 5. Berikan bronchodilator
6. Monitor respirasi dan status O2 5. Evaluasi
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih.
2. Tidak ada sianosis dan dyspneu. 3. Menunjukan jalan nafas yang paten.