• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI: LIMA BENAR MINUM OBAT PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI: LIMA BENAR MINUM OBAT PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG - Elib Repository"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh :

CHASANAH SETYORINI, S.Kep

A31600880

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Ilmiah Akhir Ners dengan judul ”Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan halusinasi di Wisma Harjuna RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang" yang berlangsung mulai tanggal 16 Januari – 11 Februarai 2017. Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Gombong.

Dalam proses penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Yth :

1. Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang.

2. Ibu Hj. Herniyatun, S. Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Dadi Santoso, M.Kep, selaku koordinator Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Gombong.

4. Ibu Tri Sumarsih, S.Kep.,Ns.,MNS selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan masukan.

5. Bapak Basuki Rohmad, S.Kep., Ns. selaku Kepala Wisma Harjuna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang

6. Kedua orang tua dan saudara – saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan, segala do’a dan kasih sayang yang tiada henti.

7. Teman seperjuanganku Amy, dyah, desty yang selalu memberikan dukungan kepada penulis

(6)

vi

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna menyempurnakan laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Gombong, Agustus 2017

(7)

vii Nama : Chasanah Setyorini

NIM : A3100880

Program Studi : Profesi Ners

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada STIKes Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah sayang yang berjudul :

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI : LIMA BENAR MINUM OBAT PADA PASIEN HALUSINASI

PENDENGARAN DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak bebas Royalti Noneksklusif ini STIKes Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetapmencantumkan nama saya sebagaipenulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Gombong, Kebumen

Pada Tanggal 16 Agustus 2017 Yang menyatakan

(8)

viii STIKES Muhammadiyah Gombong

KTAN, Agustus 2017

Chasanah Setyorini, S.Kep1) Tri Sumarsih, S.kep.,Ns.,MNS2)

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI : LIMA BENAR MINUM OBAT PADA HALUSINASI PENDENGARAN

DI WISMA HARJUNA RSJ PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Xiv + 55 halaman + 5 tabel + 5 lampiran

ABSTRAK

Latar belakang : Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dengan aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang terindikasi memerlukan Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi.

Tujuan : Menjelaskan penerapan Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien skizofrenia dengan halusinasi

Hasil : Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat didapatkan hasil pada pasien 1 mengalami peningkatan kemampuan menyebutkan 5 benar minum obat dan mampu minum obat secara mandiri. Sedangkan pasien 4 mengalami peningkatan kemampuan dengan bantuan minimal dari perawat.

Rekomendasi : Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : limabenar minum obat dapat diterapkanuntuk menurunkan tanda gejala halusinasu halusinasi pendengaran

Kata Kunci : Terapi Aktivitas Kelompok, Halusinasi, Skizofrenia

(9)

ix

SENSORY: FIVE DRINKING DRUGS IN HALUSINATION OF HEARING IN WISMA HARJUNA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG MENTAL HOSPITAL

Xiv + 55 pages + 5 tables + 5 attachments

ABSTRACT

Background: Group Activity Therapy Stimulation Perception with activity perceives unreal stimuli and response experienced in life. Clients indicated to require Group Activity Therapy are clients who experience sensory perception disorders: hallucinations.

Objective: Explain the application of Group Activity Therapy in schizophrenic patients with hallucinations

RESULTS: After the treatment of sensory perceptual stimulation group activity: 5 true drug-taking results in patients 1 experienced an increase in the ability to mention 5 true

medications and able to take medication independently. While the 4 patients had an increased ability with minimal assistance from the nurse.

RECOMMENDATION: Therapy of sensory perceptual stimulation group activity: drug use limabenar can be applied to decrease hallmarks of hallucinatory hallucinatory hallucinations

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Dasar ... 7

1. Skizofrenia ... 7

2. Halusinasi ... 14

3. Konsep Dasar TAK ... 25

B. Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi ... 28

1. Pengkajian ... 28

2. Diagnosa Keperawatan... 30

3. Rencana Keperawatan ... 30

BAB III LAPORAN MENEJEMEN KASUS ... 33

A. Profil Lahan Praktik ... 33

1. Visi dan Misi Rumah Sakit ... 33

2. Gambaran Ruangan RS ... 34

3. Upaya Pelayan ... 37

B. Ringkasan Asuhan Keperawatn ... 39

1. Ringkasan Pengkajian ... 39

2. Diagnosa Keperawatan... 42

(11)

xi

B. Analisis Masalah Keperawatan ... 53

C. Analisis Intervensi Terkait Konsep ... 55

D. Inovasi ... 58

BAB V KESIMPULAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi frekuensi kasus di wisma harjuna ... 36

Tabel 3.2 Distribusi frekuensi kondisi pasien selama observasi ... 39

Tabel 3.3 Distribusi frekuensi kondisi pasien selama masa observasi ... 47

Tabel 3.4 Distribusi frekuensi evaluasi tindakan keperawatan ... 50

Tabel 4.1 Karakteristik pasien dengan skizofrenia di wisma Harjuna ... 52

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pasien skizofrenia dengan halusinasi sebelum dilakukan terapi aktivitas kelommpok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat ... 53

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pasien skizofrenia dengan halusinasi setelah dilakukan terapi aktivitas kelommpok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat ... 54

(13)

xiii Lampiran 2 Form inform concent

Lampiran 3 Form Tanda dan gejala Halusinasi Lampiran 4 Proposal TAK

Lampiran 5 SPO TAK Lampiran 6 Jadwal Harian

(14)

1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Depkes, 2016).

Data Riskesda (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Depkes, 2016). Menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya. sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi (Kemenkes, 2014).

(15)

kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008).

Skizofrenia merupakan gangguan yang benar-benar membingungkan atau menyimpan banyak teka-teki. Pada suatu saat, orang-orang dengan skizofrenia berpikir dan berkomunikasi dengan sangat jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita, dan fungsi secara baik dalam kehidupan balik, mereka kehilangan sentuhan dengan realita, dan mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri, bahkan dalam banyak cara yang mendasar (Wiramihardja, 2007).

Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara social. Ciri khas dari penderita skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social dan hubungan personal serta hidup dalam dunianya sendiri. Lalu diikuti dengan delusi dan halusnasi yang berlebihan. Pada penderita skizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi (Purba, dkk, 2008).

(16)

awal tersebut sebagai pemecahan masalah. Penderita mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien dan mulai menarik diri dari orang lain delam waktu yang lama (isolasi sosial : menarik diri). Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan psikopatik. Pengalaman sensori yang terganggu ini bila tidak dapat diatasi dapat menimbulkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Penatalaksanaan keperawatan klien gangguan jiwa dengan halusinasi adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Keliat dan Akemat, 2014). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart, 2007).

(17)

sekelompok klien secara teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptif. Terapi Aktivitas kelompok pada pasien halusinasi dapat dilakukan dengan Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif pemecahan masalah (Keliat dan Akemat, 2014).

Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi dengan aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang terindikasi memerlukan Terapi Aktivitas Kelompok ini adalah klien yang mengalami gangguan persepsi sensori: halusinasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tak dapat dipisahkan, yaitu Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi: mengenal halusinasi, mengusir/menghardik halusinasi, mengontrol halusinasi dengan kegiatan, mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dan mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat (Keliat dan Akemat, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aristina (2014) dengan judul Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien skizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menunjukkan bahwa pasien yang mampu mengontrol halusinasi sebelum pelaksanaan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 sebanyak 3 orang (33.3%) dan pasien mampu mengontrol halusinasi setelah palaksanaan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2 sebanyak 8 orang (88.9%).

(18)

Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo magelang, terutama di Wisma Harjuna pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok sudah terjadwal dan rutin dilakukan oleh perawat, meskipun belum dikelompokkan dalam masalah keperawatan yang sama. Terapi Aktivitas Kelompok belum melalui seleksi klien. Terapi Aktivitas Kelompok yang sering dilakukan adalah Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi. Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok penting dilakukan untuk memandirikan pasien dan menurunkan tanda gejala pasien halusinasi. Berdasarkan data-data dan dari survei awal di atas penulis tertarik untuk melakukan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Lima Benar Minum Obat Untuk Memandirikan Pasien Skizofrenia Dengan Halusinasi di Wisma Harjuna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang. Penulis mencoba menyeleksi 5 (lima) klien dengan masalah keperawatan halusinasi yang sudah kooperatif dan sudah memenuhi kriteria untuk diikutkan dalam kelompok Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Lima Benar Minum Obat.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: Lima Benar Minum Obat Pada Halusinasi Pendengaran di Wisma Harjuna Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soerojo Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan hasil pengkajian keperawatan jiwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat pada halusinasi pendengaran

(19)

c. Memaparkan hasil intervensi keperawatan jiwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat pada halusinasi pendengaran

d. Memaparkan hasil implementasi keperawatan jiwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat pada halusinasi pendengaran

e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan jiwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat pada halusinasi pendengaran

f. Memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan jiwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat pada halusinasi pendengaran

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaaat keilmuan

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan khususnya dalam memberikan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan halusinasi.

2. Manfaat Aplikatif

Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat membantu perawat jiwa dalam penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi sensori : lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan halusinasi

3. Manfaat Metodologi

Sebagai suatu pengalaman bagi peneliti dan pengembangan informasi serta wawasan terhadap bidang keperawatan khususnya tentang Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi: lima benar minum obat pada klien halusinasi.

(20)

Hidayat, A. (2007), Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta, Salemba Medika

Issacs, A. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, B. A. (2006), Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, B. A. & Akemat (2010), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Keliat, B. A. & Akemat (2014), Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok, Edisi 2 Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Kusumawati, F. 2010. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta, Salemba Medika

Maramis, W. F. (2005). Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmojo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015), Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi, Jilid 2, Penerbit Mediaction, Jogjakarta

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2015), Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc, Edisi Revisi, Jilid 3, Penerbit Mediaction, Jogjakarta

Rasmun, (2009), Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri terintegrasi dengan keluarga, Jakarta, CV. Agung Seto

Riyadi, S. & Purwanto, T. (2009), Asuhan Keperawatan Jiwa, Jogjakarta; Graha Ilmu Setiadi, (2007), Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jogyakarta, Graha Ilmu

Stuart, G. W., (2007), Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5, Jakarta, Buku Kedokteran EGC

(21)
(22)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan oleh penulis tentang Karya Ilmiah Akhir dengan judul Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi lima benar minum obat untuk memandirikan pasien skizofrenia dengan

Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang, maka dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan oleh penulis dengan jujur dan apa adanya serta akan mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi lima benar minum obat sesuai rencana.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-baiknya.

Magelang, 17 Januari 2017

(23)

1. Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan. 2. Mengatakan mendengar suara yang mengajak

bercakap-cakap.

3. Mengatakan mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

4. Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster

5. Mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau yang menyenangkan

6. Mengatakan merasakan rasa seperti darah, urin atau feses 7. Mengatakan merasa takut atau senang dengan halusinasinya 8. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu

saat sedang sendirian

9. Mengatakan mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau suara lain yang membahayakan. 10. Mengatakan sering mengikuti isi perintah

Data Obyektif :

1. Bicara atau tertawa sendiri 2. Marah-marah tanpa sebab

3. Mengarahkan telinga kearah tertentu 4. Menutup telinga

5. Suka menyendiri 6. Mulut komat kamit 7. Ada gerakan tangan

(24)

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

SESI V: MENGONTROL HALUSINASI DENGAN PATUH

MINUM OBAT

DISUSUN OLEH:

CHASANAH SETYORINI, S.Kep

NIM: A31600880

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

(25)

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam kelompok secara bertahap

2. Tujuan khusus

a. Klien dapat mengontrol hausinasi dengan cara patuh minum obat, b. Klien mengetahui pentingnya minum obat

c. Klien mampu mengetahui akibat jika tidak minum obat d. Klien mengetahui lima benar obat

C. Latar belakang

Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.

Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan untuk ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita (Keliat, 2014).

(26)

Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.

Berdasarkan teori diatas, saya melakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (halusinasi) dengan harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat beraktivitas tanpa ada halusinasi yang mengikutinya.

D. Seleksi pasien

1. Kondisi pasien kooperatif

2. Jenis masalah kepearawatan sesuai indikasi TAK, indikasinya yaitu klien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi

3. Jumlah pasien 5 orang

4. Pasien bersedia mengikuti TAK

5. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan

E. Jadwal kegiatan

1. Tempat pelaksanaan TAK

Tempat untuk melaksanakan TAK di Wisma Harjuna lokasinya cukup luas sehingga mudah untuk melakukan TAK

2. Lama pelaksanaan

TAK akan dilaksanakan selama ± 30 menit 3. Hari / tanggal pelaksanaan

Minggu ke 1, 2, 3 dan 4

F. Metode

(27)

H. Pengorganisasian

1. Leader : Tugas

a. Memimpin jalannya TAK

b. Menyusun rencana aktivitas kelompok c. Memberikan penjelasan tentang peraturan d. Mengatasi masalah dalam TAK

2. Co leader : Tugas

Membantu Leader dalam pelaksanaan TAK sesuai dengan tugas dan peran leader

3. Fasilitator : Tugas

a. Mengutuhkan kehadiran pasien dalam kelompok TAK

b. Membantu mengatasi masalah yang muncul dalam kelompok TAK c. Memfasilitasi alat-alat dan membantu dalam proses TAK

4. Observer : Tugas

a. Mengamati dan mencatat proses TAK

b. Mengidentifikasi isu penting dalam proses TAK c. Mengidentiikasi strategis kritis yang digunakan leader

(28)

I. Setting tempat

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang

Skema setting tempat

Keterangan:

: Leader : Co leader : Fasilitator : Observer : Pasien

J. Program antisipasi

Penatalaksanaan klien yang tidak aktif, direhabilitasi, tidak bersedia mengikuti TAK, klien yang akan pulang saat TAK

1. Menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya TAK

2. Jika ada keluarga libatkan untuk memotivasi klien mengikuti TAK 3. Memanggil klien

(29)

leader untuk menanganinya

K. Langkah kegiatan TAK

1. Persiapan

a. Memilih klien sesuai dengan indikasi: klien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi

a. Salam:

1) Salam teraupetik: salam dari terapis kepada klien 2) Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini

b. Penjelasan tujuan TAK: menjelaskan kepada pasien tentang tujuan diadakannya kegiatan tersebut

c. Menjelaskan aturan main:

1) Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis

2) Lama kegiatan 30 menit

3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 4) Konsentrasi

3. Kerja

a. Terapis menjelaskan tentang pentingnya minum obat, akibat jika tidak minum obat, aturan dan waktu minum obat, serta menjelaskan macam-macam obat

(30)

4. Terminasi a. Evaluasi

1) Leader melakukan evaluasi subjektif (perasaan pasien setelah terapi aktifitas kelompok)

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok b. Tindak lanjut

1) Leader menganjurkan pasien untuk selalu berfikir realistis 2) Leader menganjurkan pasien untuk patuh minum obat c. Kontrak yang akan dating

1) Leader menganjurkan membuat kontrak untuk TAK yang akan dating

2) Menyepakati waktu dan tempat

No Kegiatan Waktu

- Sesi 1: memperkenalkan diri - Sesi 2: fase kerja

Penutup - Evaluasi

- Rencana tindak lanjut - Salam penutup

5 menit

20 menit

5 menit

Jumlah 30 menit

L. Evaluasi dan dokumentasi

1. Evaluasi proses 2. Evaluasi hasil

(31)

patuh minum obat tidak minum obat 1. Tn.

(32)

No Nama Peserta Keaktifan Keikutsertaan Konsentrasi Disiplin Tanda & gejala

1 DS:

(33)

SPO Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, dimana hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Halusinasi, Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat adalah kegiatan terapi yangdilakukan secara berkelompok klien dengan halusinasi atau klien yang mempunyai riwayat halusinasi oleh seorang terapis melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman mengontrol halusinasi dengan minum obat.

B. Tujuan

1. Klien dapat memahami pentingnya minum obat 2. Klien dapat memahami akibat tidak patuh minum obat 3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat C. Kebijakan

(34)

D. Prosedur 1. Persiapan

a. Alat dan bahan

1) Tempat yang aman dan tenang 2) Tempat yang cukup luas dan longgar 3) Alat tulis

4) Form Catatan perkembangan Terintegrasi 5) Form Nursing Order/resep keperawatan 6) Form loogbok SKP Harian

2. Pelaksanaan

Tahap persiapan:

a. Mengumpulkan klien yang pernah dilatih cara control halusinasi dengan patuh minum obat secara individu.

b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapak alat dan tempat pertemuan

Fase orientasi

a. Salam terapetik: salam dari terapis/perawat, perkenalkan nama dan panggilan,memberikan kesempatan pada klien untuk memperkenalkan nama masing-masing.

b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan saat ini, menanyakan masalah yang dirasakan.

c. Menanyakan TAKSP yang lalu

(35)

b. Menjelaskan kerugian tak patuh minum obat yaitu mempercepat kambuh dan tak bisa tidur.

c. Perawat minta pasien menyebutkan obat yang diminum dan waktu minum(catat dan buat daftar)

d. Perawat menjelaskan lima benar cara minum obat: benar obat, benar waktu minum, benar orang yang minum, benar cara minumnya dan benar dosisnya.

e. Minta klien menyebutkan lima benar obat, secara bergantian. f. Berikan pujian atas jawaban klien.

g. Diskusikan perasaan sebelum minum obat. h. Diskusikan perasaan setelah minum obat

i. Perawat menjelaskan salah satu keuntungan patuh minum obat. j. Perawat menjelaskan salah satu kerugian patuh minum obat. k. Perawat minta klien untuk menyebutkan kembali keuntungan

minum obat dan kerugian tak patuh minum obat. l. Berikan pujian (bagus, dll)

m. Menyimpulkan cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

Tahap terminasi

(36)

b. Tindak lanjut: menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat dan mendiskusikan dengan klien atau perawat lain, membuat jadwal.

c. Kontrak terapi kelompok yang akan datang: TAK selanjutnya evaluasi topic, waktu dan tempat yang akan dating.

Pendokumentasian

(37)

Wisma :

Hari/Tanggal

Waktu Minum Obat M B T

Paraf Perawat

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)

Referensi

Dokumen terkait

Namun nilai estetika (keindahan) yang terdapat di dalamnya direspon dengan cara yang sama, yaitu kagum dan takjub, dan ini tentu tidak selalu berhubungan dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamban di Pekon Hujung terbagi dalam 5 tipe rumah dengan 14 jenis grid kolom dengan kemungkinan jumlah grid dapat bertambah seiring

Konsep Bentuk pada Pusat Kegiatan Mahasiswa UAJY serta Konsep Perancangan Ruang Luar dan Ruang Dalam yang Memiliki Karakter Humanis, Inklusif, dan Unggul...

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi program bantuan pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Se- marang dalam upaya penanganan anak jalanan di

Berarti penelitian ini mampu membuktikan hipotesis yang menyatakan profitability (profitabilitas) berpengaruh positif terhadap capital structure (struktur

Berkaitan dengan perkawinan, Mazhab Syafi’i mendefinisikan wali adalah seseorang yang berhak untuk menikahkan orang yang berada di bawah perwaliaannya.. karena di dalam

Setelah setiap elemen dalam struktur didefinisikan secara lokal dalam bentuk matriks, kemudian elemen di satukan secara global melalui node (DOF) mereka ke dalam sistem matriks

4 Dampak inovasi kepala madrasah terhadap daya saing madrasah - Adanya komitmen bersama untuk memberikan yang terbaik kepada para siswa membuat siswa merasa puas