• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFIS PENYEBAB PERUBAHAN INDUSTRI KELOM GEULIS MENJADI COBEK KAYU DI KELURAHAN SUKAHURIP KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFIS PENYEBAB PERUBAHAN INDUSTRI KELOM GEULIS MENJADI COBEK KAYU DI KELURAHAN SUKAHURIP KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR GEOGRAFIS PENYEBAB PERUBAHAN INDUSTRI KELOM GEULIS MENJADI COBEK KAYU DI KELURAHAN SUKAHURIP

KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA

Nandang Hendriawan¹ (nandanghendriawan2@yahoo.co.id) Anita Agustina² (anitaagustina48@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRACT

ANITA AGUSTINA. 2015. Geographic Faktors Cause Change Industri Kelom Geulis Being Cobek kayu Wood On Sukahurip Village Castle District Tasikmalaya. Geography Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Siliwangi University Tasikmalaya. This research in the wake of the village known as serntra Sukahurip kelom geulis which began production in 1991. However, at this time the production began to decline due to market demand also declined to make the most of artisans kelom geulis switch livelihood into a

wooden mortar craftsmen to increase revenue.

The main objective of this research is done, namely (1) To determine what faktors are causing changes in the type of production into a mortar geulis wooden clogs on artisans in the village Sukahurip Castle District Tasikmalaya. (2) To determine the change in the type of production of wooden clogs mortar geulis be able to change the income artisans in the village

Sukahurip Castle District Tasikmalaya.

The method used in this study using qualitative descriptive method. Who become informants in this study were the craftsmen wood mortar and chief administrative offices are located in the Village Sukahurip Castle District Tasikmalaya. From the results of research conducted there are several faktors that led to the craftsmen kelom geulis switch livelihoods become craftsmen wood mortar is declining revenues in the industrial sector geulis clogs caused se, akin many entrepreneurs geulis clogs and reduced market demand, easy marketing of products of wood mortar , easily obtain raw materials and less amount of capital expended in wooden mortar businesses. An increase in income after the craftsmen kelom geulis switch livelihood menjdai wooden mortar, which caused at least rival business and market potential is still very wide. The increase in revenue is marked by improvements in the economy of the artisans so that they can send their children to the high level.

(2)

ABSTRAK

ANITA AGUSTINA. 2015. Faktor-Faktor Geografis Penyebab Perubahan Industri Kelom Geulis Menjadi Cobek kayu Di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Program Studi Pendidikan Geografi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

Penelitian ini di latarbelakangi oleh Kelurahan Sukahurip yang terkenal sebagai serntra produksi kelom geulis yang dimulai pada tahun 1991. Namun pada saat ini produksi mulai menurun dikarenakan permintaan pasar yang juga menurun sehingga membuat sebagian pengrajin kelom geulis beralih mata pencaharian menjadi pengrajin cobek kayu untuk meningkatkan pendapatan.

Tujuan utama penelitian ini dilakukan, yaitu (1) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu pada pengrajin di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. (2) Untuk mengetahui perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu dapat mengubah pendapatan pengrajin di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah para pengrajin cobek kayu dan kepala kantor kelurahan yang berada di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan ada beberapa faktor yang menyebabkan para pengrajin kelom geulis beralih mata pencaharian menjadi pengrajin cobek kayu adalah menurunnya pendapatan pada sektor industri kelom geulis yang diakibatkan semakin banyaknya pengusaha kelom geulis dan permintaan pasar yang berkurang, mudahnya pemasaran hasil produksi cobek kayu, mudahnya memperoleh bahan baku dan tidak terlalu besarnya modal yang dikeluarkan dalam usaha cobek kayu. Terjadi peningkatan pendapatan setelah para pengrajin kelom geulis beralih mata pencaharian menjdai cobek kayu, yang diakibatkan sedikitnya saingan usaha dan potensi pasar yang masih sangat luas. Peningkatan pendapatan ditandai dengan semakin baiknya perekonomian para pengrajin sehingga dapat menyekolahkan anak-anaknya sampai pada jenjang yang tinggi.

(3)

1. Latar Belakang

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat manusia harus terus berkarya dan berinovasi untuk dapat bertahan dalam gempuran zaman yang akan terus berkembang, semakin manusia itu kreatif, maka kesempatan untuk terus brkembangpun akan semakuin besar. Hal tersebut sangat berbanding lurus dengan sebuah bidang usaha yang harus jeli dan terus mengembangkan ide-ide kreatifnya untuk terus dapat bertahan mempertahankan usaha yang digelutinya. Hasil-hasil produksi pun harus mulai ditingkatkan dan tidak hanya terpaku pada sebuah hasil produksi saja, tapi juga terus mengembangkan hasil produksi sesuai dengan permintaan pasar dan selera konsumen yang akan mengunakan hasil produksinya.

Untuk mendukung pengembangan hasil dari sebuah produksi-produksi, masyarakat yang bergelut dibidang tersebut harus mulai meningkatkan hasil produksinya. Pengembangan dan pengelolaan sebuah industri haruslah di mulai dengan adanya sebuah perencanaan yang diawali dengan perencanaan lokasi, komoditas, teknologi. Dalam tingkat pengolahan hasil, kualitas, kuantitas dan juga harus dengan analisis yang jelas sehingga barang yang diproduksi dapat bersaing dipasaran dan sesuai dengan permintaan pasar. Dalam sistem pemasaran pun harus berubah dan mengikuti perkembangan pasar, dengan tidak hanya terpaku pada sebuah pemasaran tradisional, tapi juga harus diperluas dan bahkan sampai pada ekspor.

Kota Tasikmalaya terkenal akan industri dan kerajinan-kerajinan yang bergerak dibidang pengolahan kayu yang digunakan baik untung alat rumah tangga maupun kerajinan-kerajinan yang menjadi ciri khas Kota Tasikmalaya. Hal tersebut didukung oleh bahan baku kayu yang memiliki kualitas baik masih sangat mudah ditemukan di sekitar Kota Tasikmalaya, baik itu dari Kabupaten Tasikmalaya ataupun dari Kabupaten Ciamis. Pada awal tahun 1991 sampai pada tahun 2012 Tasikmalaya terkenal sampai ke beberapa Negara karena hasil kerajinan tangan masyarakatnya yang memiliki ciri khas dan sangat unik salah satunya adalah kelom geulis, pada periode itu banyak masyarakat yang diberdayakan menjadi para pembuat, dan bnyak masyarakat yang menuai keberhasilan dengan membuka usaha industri pembuatan dan penjualan kelom geulis. Namun seiring berjalannya waktu, permintaan kelom geulis pun terus mengalami penurunan, meskipun tidak hilang,

(4)

tapi produksi pun semakin dikurangi dan para pengrajin pun semakin berkurang, maka banyak pengrajin kelom geulis beralih mata pencaharian menggeluti usaha lain karena menjadi pembuat kelom geulis tidak dapat lagi menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, salah satunya adalah beberapa pengrajin yang ada di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

Pada awalnya Kelurahan Sukahurip merupakan salah satu daerah pengrajin kelom geulis untuk memenuhi permintaan yang cukup besar namun sekarang para pengrajin tersebut beralih menjadi pengrajin cobek kayu. Pengrajin cobek kayu banyak terdapat di Kampung ciwaas. Para pengrajin ini yang tadinya menjadi pengrajin kelom geulis memilih beralih menjadi pengrajin cobek kayu karena proses pembuatannya tidak terlalu berbeda dengan proses pembuatan kelom geulis, ditambah lagi dengan prospek usaha yang cukup cerah sehingga membuat pengrajin kelom geulis yakin untuk beralih mata pencaharian.

Berdasarkan dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor – faktor geografis penyebab perubahan industri kelom geulis menjadi cobek kayu di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya ”.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu pada pengrajin di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

2. Untuk mengetahui perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu dapat mengubah pendapatan pengrajin di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

3. Metode Penelitian

Dalam rencana penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pemilihan metode deskriptif kualitatif ini didasarkan bahwa penulis mencoba memberikan gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang akan dikaji oleh penulis. Penulis menggunakan metode ini, dengan datang langsung kepada para informan untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan cobek kayu yang ada di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

(5)

4. Fokus Penelitian

Menurut Sugiono (2012: 32). Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisah), sehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tapi

keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.

Karena terlalu luas masalahnya, maka dalam penelitian kualitatif, maka peneliti akan membatasi masalah yang disebut dengan fokus penelitian yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Fokus penelitiannya adalah:

a. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

b. Apakah perubahan jenis produksi kelom geulis menjadi cobek kayu dapat mengubah pendapatan pengrajin di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

5. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Lapangan

2. Wawancara

3. Studi Literatur

4. Studi Dokumentasi

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman yang digunakan dalam kegiatan penelitian, supaya penelitian yang dilakukan terarah. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:

1. Pedoman observasi ini berisi daftar isian yang berkenaan dengan deskripsi tempat penelitian yaitu Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Daftar pertanyaan ini meliputi kondisi fisik suatu daerah penelitian, seperti kondisi lahan, ketinggian tempat, kondisi tanah, hidrologi, dan curah hujan serta kondisi sosial ekonomi seperti mata pencaharian, transportasi.

(6)

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah suatu alat untuk mengetahui data yang diinginkan yang tidak dapat terungkap dalam pertanyaan dalam pedoman wawancara, dan di dalamnnya berupa daftar pertanyaan.

7. Objek dan Subjek Penelitian

Menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiono (2012:54) penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimal, bukan untuk digeneralisasikan.

Teknik pengambilan responden (informan) dipilih berdasarkan informan-informan terpilih yang kaya dengan pengetahuan yang bersifat mendalam tentang industri cobek kayu tersebut serta pemerintah atau informan yang lain yang berada di lingkungan Industri tersebut. Bahkan dalam penelitian kualitatif informan tersebut terus berkembang sepanjang pertanyaan dalam penelitian belum terjawab atau terungkap. Adapun informan-informan tersebut sebagai berikut:

a. Pengrajin Cobek kayu, yaitu para pembuat dan sekaligus yang menjadi pelaku dalam proses produksi dan menjadi pemilik industri terdebut.

b. Lurah Sukahurip, yaitu aparatur Negara yang paling berwenang secara

administratif terhadap industri cobek kayu yang berada di wilayah kerjanya. 8. Hasil Penelitian

a.Deskripsi Kelurahan Sukahurip

Kelurahan Sukahurip berada di bagian barat Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, atau berjarak sekitar 10 Km dari Ibu Kota Kecamatan dan 12 Km dari IbuKota Kota Tasikmalaya, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. 140 Km dari Ibu Kota Provinsi dengan waktu tempuh sekitar 180 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Zone Bandung adalah depresi antar Montana yang memanjang, pada zone ini muncul pegnungan-pegunungan semacam pulau yang terdiri atas lapisan tersier. yang dimulai dari Teluk Pelabuhan Ratu, Lembah Cimandini,

(7)

Dataran Tinggi Cianjur, Dataran Tinggi Bandung, Dataran Tinggi Tasikmalaya, Lembah Citanduy dan berakhir di Sagara Anakan.

Luas wilayah Kelurahan Sukahurip 192,112 Ha, yang terdiri dari 11 Rukun Warga. Keadaan sarana dan prasarana transportasi diwilayah Keurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalya yang menghubungkan beberapa jaringan jalan antar kecamatan kondisinya cukup bagus.

b. Faktor-faktor Geografi yang menyebabkan peralihan mata pencaharian pengrajin kelom geulis menjadi cobek kayu kayu di Kelurahan Sukahurip

1) Menurunnya pendapatan pada sektor industri kelom geulis yang diakibatkan semakin banyaknya pengusaha kelom geulis dan permintaan pasar yang berkurang

Dalam menjalankan sebuah industri faktor penentunya adalah adanya permintaan pasar yang besar, namun ketika permintaan pasar semakin besar dan produk yang dihasilkan menjadi sebuah daya tarik tersendiri baik dipasar local maupun pasar luar negeri, membuat banyak kalangan semakin tertarik untuk terus mengembangkan usaha.

Pada awal tahu 1990 mulai adanya industri pembuatan kelom geulis, pada waktu itu masih sangat sedikit orang yang mau menjalankan usaha kelom geulis karena masyarakat masih sangat tertarik pada usaha pembuatan sandal dari spon. Namun semakin lama peluang usaha dalam industri kelom geulis semakin besar dengan permintaan pasar yang bukan hanya dari satu wilayah saja yang menarik masyarakat menjalankan usaha ini. Pada saat itu memang permintaan pasar terpenuhi dan masyarakat banyak yang mendapat untung besar. Sandal kelom geulis bukan merupakan sebuah kebutuhan primer sehingga dalam kurun waktu 10-15 tahun permintaan pasar semakin menurun, sehingga banyak pengrajin mengalami penurunan pendapatan, banyak diantara mereka menjadi gulung tikar dan mencari usaha yang lain.

(8)

2) Mudahnya Pemasaran Hasil Produksi Cobek kayu Kayu

Meskipun zaman terus berkembang namun perabotan rumah tangga tradisional masih dianggap sangat penting, hal ini terlihat oleh permintaan pasar yang sangt besar, meskipun dalam sehari pengrajin dapat memprodusksi dua kodi satu set cobek kayu (cobek kayu dan ulekan) namun dengan jumlah tersebut pengrajin belum bisa memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, bahkan sekarang permintaan datang langsung dari beberapa rumah makan yang semakin banyak menjamur yaitu cobek kayu kayu ukuran kecil untuk menyajikan sambal. Selain permintaan dari daerah Priangan Timur, saat ini permintaan sudah datang Jawa Tengah dan daerah Jakarta, hal ini memebuktikan bahwa pemasaran cobek kayu sangatlah mudah dan permintaan pasar semakin meningkat.

Maka tak heran ketika pemasaran yang sangat mudah, keuntungannya pun akan dengan cepat didapatkan, selain itu keuntungannya pun dirasakan sangat mencukupi oleh para pengrajinnya.

3) Mudahnya Memperoleh Bahan Baku untuk Cobek kayu Kayu Dalam proses pembuatan cobek kayu para pengrajin cukup dengan menggunakan kayu mahoni yang sangat mudah untuk tumbuh dan banyak ditanam oleh masyarakat. Selain itu harganya yang relatif murah berkisar Rp.1.500.000/kubik namun memiliki kualitas yang baik. Para pengrajn biasa mendapatkan bahan baku kayu mahoni dari beberapa pabrik pengolahan kayu yang banyak tersebar di daerah Kecamatan Tamansari, biasanya pengrajin mendapatkan bahan baku dari pabrik pengolahan kayu di daerah gunung kalong.

(9)

Hal ini berbanding terbalik ketika para pengrajin sulit mendapatkan bahan baku untuk memebuat kelom geulis, karena untuk mendapatkan kelom geulis yang berkualitas harus menggunakan bahan baku dari kayu vinus yang sangat sulit didapatkan dan harga yang lebih mahal.

4) Tidak Memerlukan Modal Besar

Para pengrajin kelom geulis harus mempunyai modal yang besar dalam setiap produksi tetapi perputaran uang yang sangat lambat, ini dikarenakan proses pengolahan sampai siap jual memerlukan waktu yang cukup lama ditambah lagi dengan mahalnya perlalatan dan mahalnya juga bahan baku. Berbeda ketika mereka beralih mata penacaharian menjadi pengrajin cobek kayu, pada waktu itu para pengrajin cobek kayu memulai usaha dengan modal yang terbilang tidak terlalu besar, Bapak Jaja memulai usaha dengan modal awal Rp.3.000.000 itu digunakan untuk membeli mesin gurinda dan membeli bahan baku kayu, mesin yang digunakan sudah cukup modern ditambah lagi dengan beberapa peralatan pendukung lainnya. Bapak Ihing memulai usaha dengan modal awal sekitar Rp.3.500.000. Bapak Aang mulai usaha dengan modal awal Rp.2.000.000. Bapak Kholis memulai usaha dengan modal awal sebesar Rp.2.500.000 dan Bapak Ocim memulai usaha pembuatan cobek kayu denagn modal sebesar Rp.1.500.000. Secara umum modal tersebut dipergunakan untuk membeli peralatan dan bahan baku. Pada awal-awal memulai usaha keuntungan yang didapat selalu ditambahkan untuk modal dan membeli peralatan tambahan untuk mempermudah produksi dan membeli bahan baku.

(10)

c. Tingkat pendapatan pengrajin yang melakukan peralihan mata pencaharian pengrajin kelom geulis menjadi cobek kayu

1) Pendapatan sebelum menjadi pengrajin cobek kayu

Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengrajin cobek kayu, maka pada saat mereka masih menjadi pengrajin kelom geulis mereka mendapatkan hasil yang memang merasa cukup, karena pada saat itu harga-harga kebutuhan hidup masih sangat murah, tapi semakin kesini, pendapatan yang tetap dan pesanan yang enderung menurun membuat para pengusaha mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan harga-harga kebutuhan pokok yang ters mengalami peningkatan. Maka mau tidak mau para pengrajin harus bekerja lebih keras dan mencari sampingan atau beralih mata pencaharian.

Hal ini yang membuat banyak pengrajin yang berinovasi dan pintar membaca peluang usaha sehingga beralih mata pencaharian beralih mata pencaharian menjadi pengrajin cobek kayu yang dilihat oleh para pengrajin kelom geulis masih memiliki prospek usaha yang sangat besar dan peluang pasar yang masih terbilang besar.

2) Pendapatan sesudah menjadi pengrajin cobek kayu

Peningkatan pendapatan pun semakin dirasakan oleh para pengrajin setelah mereka beralih mata pencaharian, mulai dirasakan adanya sedikit perubahan, dan permintaan pasar yang tadinya sedikitpun mulai bertambah dan pemasaran tidak hanya di wilayah Kota Tasikmalaya saja, tapi juga ke berbagai kota besar lainnya. Perubahan pendapatan semakin terasa ketika para pengrajin mengalami perubahan dari fase transisi sebagi profesi pengrajin kelom geulis

(11)

menjadi cobek kayu, ketika masa-masa sulit menjadi pengrajin kelom geulis mereka kesulitan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, maka pada saat itu lah pengrajin tidak dapat melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi.

Barulah ketika usaha pembuatan cobek kayu sudah berkembang, sedikit demi sedikit para pengrajin dapat memperbaiki perekonomian mereka, bahkan saat ini mereka dapat menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang lebih tinggi dan rencananya akan diteruskan ke perguruan tinggi. Ini menjadi bukti bahwa perubahan pendapatan sangat dirasakan para pengrajin yang melakukan peralihan mata pencaharian menjadi pengrajin cobek kayu.

3. Simpulan dan Saran 1. Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasannya, maka maka penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Faktor-faktor Geografi yang menyebabkan peralihan mata pencaharian pengrajin kelom geulis menjadi cobek kayu di Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya, adalah:

a. Menurunnya pendapatan pada sektor industri kelom geulis yang

diakibatkan semakin banyaknya pengusaha dan permintaan pasar yang berkurang

Sebuah industri persaingan memang bukan hal aneh, namun ketika persaingan itu semakin besar dan permintaan pasar yang semakijn menurun mengakibatkan banyak pengusaha akan mengalami penurunan penghasilan, hal tersebut dibarengi dengan tidak adanya peran koprasi untuk menjaga stabilitas harga dan juga menjaga persaingan yang sehat antar pengusaha. Hal ini lah yang dialami oleh para pengrajin kelom geulis, persaingan pengusaha sangat besar dan tidak adanya koprasi yang memang benar-benar menaungi mereka sehingga harga pun dapat

(12)

dimainkan seenaknya. Hal ini yang membuat banyaknya pengrajin yang beralih mata pencaharian.

Banyak diantra pengrajin kelom geulis berinovasi dan kembali melihat peluang pasar dengan membuka usaha baru yaitu pembuat cobek kayu yang bahan bakunya adalah kayu, masyarakat cenderung untuk terus mengolah olahan dari bahan kayu karena untuk mempermudah mendapatkan bahan baku.

b. Mudahnya Pemasaran Hasil Produksi

Meskipun zaman terus berkembang namun perabotan rumah tangga tradisional masih dianggap sangat penting, hal ini terlihat oleh permintaan pasar yang sangt besar, meskipun dalam sehari pengrajin dapat memprodusksi dua kodi satu set cobek kayu (cobek kayu dan ulekan) namun dengan jumlah tersebut pengrajin belum bisa memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, bahkan sekarang permintaan datang langsung dari beberapa rumah makan yang semakin banyak menjamur yaitu cobek kayu ukuran kecil untuk menyajikan sambal. Selain permintaan dari daerah Priangan Timur, saat ini permintaan sudah datang Jawa Tengah dan daerah Jakarta, hal ini memebuktikan bahwa pemasaran cobek kayu kayu sangatlah mudah dan permintaan pasar semakin meningkat.

Maka tak heran ketika pemasaran yang sangat mudah,

keuntungannya pun akan dengan cepat didapatkan, selain itu keuntungannya pun dirasakan sangat mencukupi oleh para pengrajinnya.

c. Mudahnya Memperoleh Bahan Baku

Daerah Tasikmalaya terkenal akan hasil produksi kayunya, ini karena mudahnya mendapatkan bahan baku kayu itu sendiri yang banyak terdapat di daerah Tasikmalaya, baik itu pengolahan kayu, dan perkebunan-perkebunan kayu milik perorangan. Dalam proses pembuatan cobek kayu ini para pengrajin menggunakan kayu yang sangat mudah didapatkan, pengrajin membuat cobek kayu dengan menggunakan bahan baku kayu

(13)

mahoni yang bnayak terdapat di daerah, selain harganya bagus, kualitasnya pun baik, dan bahkan para pengrajin mengatakan getah yang terkandung dalam kayu mahoni dipercaya sebagai obat diabetes, meskipun belum ada penelitian lebih lanjut.

Hal ini berbanding terbalik ketika para pengrajin sulit mendapatkan bahan baku untuk memebuat kelom geulis, karena utuk mendapatkan kelom geulis yang berkualitas harus menggunakan bahan baku dari kayu vinus yang sangat sulit didapatkan dan harga yang lebih mahal.

d. Modal

Para pengrajin kelom geulis harus mempunyai modal yang besar tetapi perputaran uang yang sangat lambat, hal ini disebabkan karena mahalnya perlalatan dan mahalnya juga bahan baku. Berbeda ketika mereka beralih mata pencaharian menjadi pengrajin cobek kayu, dengan modal awal Rp.3.000.000 mereka sudah dapat menjalankan usahanya, hanya dengan waktu satu minggu mereka sudah dapat mendapatkan keuntungan bahkan menambahkan modal untuk membeli peralatan tambahan dan bahkan dengan cepat dapat mengembalikan modal.

2. Tingkat pendapatan pengrajin yang melakukan peralihan mata pencaharian pengrajin kelom geulis menjadi cobek kayu

a. Pendapatan sebelum menjadi pengrajin cobek kayu

Ketika masih awal-awal menjadi pengrajin kelom geulis pendapatan yang didapat masih tergolong tinggi, hal tersebut karena permintaan masih sangat besar, namun semakin kesini dan semakin banyaknya pengrajin yang menggeluti usaha yang sama dan permintaan pasar yang semakin menurun membuat penghasilan para pengrajin terus menurun.

Pendapatannya pun akan didapat ketika para pengrajin sudah mengerjakan dengan jumlah tertentu dan itu memerlukan waktu yang cukup lama, jadi perputaran uang modal sampai mendapatkan keuntungan memerlukan waktu yang tidak tentu. Hal ini yang membuat

(14)

banyak pengrajin yang beralih mata pencaharian dan berinovasi menjadi pengrajin cobek kayu.

b. Pendapatan sebelum menjadi pengrajin cobek kayu

Perubahan pendapatan semakin terasa ketika para pengrajin mengalami perubahan dari vase transisi sebagi propesi pengrajin kelom geulis menjadi cobek kayu, ketika masa-masa sulit menjadi pengrajin kelom geulis mereka kesulitan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup, maka pada saat itu lah pengrajin tidak dapat melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi.

Barulah ketika usaha pembuatan cobek kayu sudah berkembang, sedikit demi sedikit para pengrajin dapat memperbaiki perekonomian mereka, bahkan saat ini mereka dapat menyekolahkan anknya sampai ke jenjang lebih tinggi dan rencananya akan diteruskan ke perguruan tinggi. Ini menjadi bukti bhwa perubahan pendapatan sangat dirasakan para pengrajin yang melakukan peralihan mata pencaharian menjadi pengrajin cobekkayu.

2. Saran-saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan simpulan di atas adalah sebagai berikut :

a. Industri merupakan asset bagi suatu daerah dan akan berguna ketika industri tersebut dapat berkembang dengan baik dan mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat yang menggelutinya.

b. Pemerintah hendaknya memperhatikan keberadaan industri yang ada di Kelurahan Sukahurip baik itu berupa penyuluhan ataupun membuat koprasi agar menjaga stabilitas harga dan keberlangsungan usaha yang ada.

c. Kepada masyarakat Kelurahan Sukahurip, teruslah berinovatif dengan menghasilkan karya-karya baru sehingga membuat pasar industri kerajinan tangan kembali bergeliat.

(15)

d. Dengan keterbatasan penulis yang dimiliki, penulis sangat menyadari hasil penelitian ini belum dapat mencapai keberhasilan yang sempurna, oleh karena itu penulis berharap adanya penelitian lanjutan, pada hal-hal lain yang belum dikaji dalam penelitian ini hendaklah diteliti lebih mendalam lagi agar kajian yang dihasilkan dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Mantra, Ida Bagoes. (2003). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Profil Kelurahan Sukahurip Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. 2014.

Sumaatmadja, Nursid. (1981). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis

Referensi

Dokumen terkait