• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNI>ANG TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNI>ANG TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNI>ANG TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Disampaikan Olclt

Sockotjo Said, SE Anggota DPR-RI No. 236

(2)

PEMANJ)ANGAN UMUM

FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI·· TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Disampaikan oleh : Soekotjo Said, Anggota Nomor : 236

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Yth. Sdr. Pimpinan Sidang Paripurna,

Yth. Sdr. Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah beserta para Eselon I dan Staf. Yth. Rekan-rekan Anggota Dewan, Para ulldangan serta hadirin yang kami muliakan.

Terlebih dahulu mengawali penyampaian Pemandangan Umum Fraksi Karya Pembangunall atas disampaikannya Rancangan Undallg-Un dang Penerimaan Negara Bukan Pajak, marilah kita panjatkan puji dan

(3)

syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas. segala limpahan rahmat-Nya, dan hidayah-rahmat-Nya, sehingga pada hari ini kita dapat melaksanakan Rapat Paripull1a Dewan dalam memenuhi amanat konstitusional, bagi pembicaraan Tk. II atas Rancangan Undang-undang ini lebih lagi Sidang Paripull1a Dewan hari ini kita iaksanakan pada bulan Ramadhan bulan yang pe:nuh kesucian, semoga Tuhan Yang Maha Esa akan memberkahi Sidang Paripull1a yang mulia ini.

Hadirin yang kami muliakan.

Didalam penjelasan Ment<::ri Keuangan yang dalam hal ini mewakili Pemerintah mengenai Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang telah disampaikan dalam rapat Paripurna Dewan, tanggal 13 Januari 1997 yang ~alu ditegaskan bahwa Rancangan Undang-Un dang ini mempunyai peranan dan kcdudukan yang sangat penting dan strategis dalam rangka meningkatkan peiaksanaan pembangunan nasional serta untuk memberikan landasan hukum yang kuat, adil, tegas dan jelas dalam pengelolaan penerimaan negara blUkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara.

Selanjutnya ditegaskan akan pentingnya peneriman negara bukan pajak didasarkan aias pertirnbangan-lPertimbangan pokok sebagai berikut:

L Mengoptimalkan penerimaan yang berasal dari kekayaan Ilegara,termasuk kekayaan alam, bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan isi dan semangat Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945.

2" Untuk memperkuat basis penerimaan dalam negen, penerimaan lIlegara bukan pajak merupakan sumber penerimaall negara yang masih dapat dikembangkan serta dapat mendukung, penerimaan dari sektor perpajakan.

(4)

3. Guna lcbih mcningkatkan disiplindan tcrtib anggaran, semua penerimaan negara haruslebih dahulu dimasukkan ke Kas Negara. prinsip ini tidak mt:nutup kemungkinan bagi Pencrimaan Negara bukan Pajak tertentu dapat dicadangkan untuk pelaksanaan tugas-tugas pemcrintahan dan pembangunan yang terkait. Hal ini sesuai dengan aspirasi yang hidup dan be~rkembang dikalangan Dewan yang terhormat.

4. Peningkatan peranan penerimaan negara bukan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Delanja Negara hams tetap senantiasa mempertimbangkan kewajiban Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan pelayanan umum dan penyeJenggaraan pembangunan, disamping memperhitungkan puJadampaknya terhadap masyarakat dan dunia usaha.

Fraksi Karya Pembangunan sangat menghargai disampaikannya Rancangan Undang-undang Penerimaan Negara Bukan Pajak, karena

hal ini merupakan salah satu hasil perjuangan panjang Fraksi Karya Pembangunan untuk memenuhi amanat konstitusionaJ Pasa! 23 UUD 1945 daJam rangka upaya tertib dan disiplin anggaran yang akanmemangkas segala bentuk pungutan yang tidak memiliki dasar hukum yang kuat yang dirasakan sebagai beban bagi rakyat. Dengan Undang-undang ini nantinya akan teratasiJaih perbedaan-perbedaan persepsi antar Departemen atau instansi yang bertanggungjawab atas Penerimaan Negara Bukan Pajak, dalam pengeloJaan dan pertanggungjawaban menumt tertib anggaran yang semestinya harus dipenuhi.

Sebelum Fraksi Karya Pembangunan menelaah dan mendalami substansi atas materi RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini, perkenankanlah kami rnengemukakan beberapa landasan atau pokok-pokok pikiran atas disampaikannya Rancangan UJ1(iang-undang ini.

(5)

1. Berbicara mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak, tidak dapat dilepaskan dan anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Peri hal Undang-undang APBN diamanatkan oleh UUD 1945 Bab VIII: Hal Keuangan, Pasal 23. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang., Apabila Dewan PerwakHan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tallUn yang lalu.

2 Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang. 3 Maeam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. 4 Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang. 5 Untuk memeriksa tanggllng jawab tentang keuangan negara

diadakan suatu Badan Pemcriksa Keuangan,

Yang peraturannya ditets,pkan dengan undang-undang, pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan Pcrwakilan Rakyat. Penjelasan Pasal 23 UUD 1945.Ayat (1) memuat hak "begrooting" Dewan Perwakilan Rakyat. Cara menetapkan anggaran pendapatm dan belanja Adalah suatu ukuran bagi sifat pemerintahan negara. Dalam negarayatngberdasarkan fasf:isme, anggaran itu ditetapkan semata-semata oleh pemerintah. Tetapi dalam negara demokrasi atau dalam negara yang berdasarkan kedautatan rakyat, seperti Republik Indonesia, anggaran pendapatan dan belanja itu ditetapkan dengan undang-undang.

1. Dalam menetapkan Pendapatan dan belanja, kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat lebih kUlat daripada kedudukan Pemerintah. Oleh karena penetapan belanja mengenai hak rakyat llntuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain artinya harus ditetapkan dengan Undang-undang.

(6)

2. Sement~lra itu masIh tetap berlaku lndisehe Eomptabiliteiswet (lEW) yang didasarkan pada pass II aturan Peralihan UUD 1945. Karena JEW ini adalah prod uk Kolonial, dan banyak diantaranya pasal-pasal lEW ini yang tidak lagi de:ngan kondisi ke:merdekaan kita, maka dalam UU APBN dite'lapkan secara tegas bahwa kete:ntuan-ketentuan lEW 1925 yang bertentangan dengan bentuk, susunan dan lsi UU APBN dinyatakan tidak berlaku. Dengan demilkian IEW 1925 sepanjang bentuk, susunan dan isinya tidak bertentangan dengan UU APBN dianalogikan sebagai Undang-Undang pelaksanaan UU APBN.Dalam lPerkembangannya disamping lEW tadi untuk mengatasi bcberapa kekosongan dalam pengaturan pengelolaan kcuangan negara dalam lEW, serta adanya kebutuhan yang sangat dibutuhkan bagi kdangsungan administrasi pemerinlahan dan pembangunan, pemerintah mengambil kebijaksanaan mengeluarkan. Keputusan Presiiden (Kepprcs)yang mengatur ten tang tata cara pelaksanaan APBN.

3. Pada I11l1lanya Keppres tentang tata cara atau tentang pelaksanaan anggaran pendapatan-Belanja Negara ini berlakunya satu kali untuk setiap tahlln APBN, Karena kebijaksanaan tersebllt dapatmencapai sasarannya, yaitumemberikan landasan juridis dan operasional untuk pelaksanaal1 APBN bagi aparat pemeriintah. Selanjutnya dalam perkembangal1llya Keppres ini telah meiembaga,sehingga sesllai kebutuhannya Keppres yang semula diterbitkan setiap tahun anggaran sekarang telah diperJakukan secara positif, dan tidak lagi untuk setiap tahun anggaran. Sekarang Keppres yang dimaksud adalah Keputusan Presiden Repubik Indonesia No. 16 tahlln 1994 tentang Keppres Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai pengganti Keppres No. 29 Tahun 1984.

4. Sehllbungan dengan uraian tcrsebut diiatas jelaslah bahwa landasan hukum bagi negara kita dalam menetapkan APBN termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 tegasnya dalam Pasal 23 BAB VIII dengan judul Keuangan Disampingnya terdapat peraturan perundang-undangan tentang

(7)

Pelaksanaan APBN yaitu JEW 1925 sepanjang tidak bert,entangan dengan bentuk susunan dan isi UU APBN dan Keppres tentang Pelaksanaan AnggaranPendapatandanBe.lanjaNegara(KeppresNo.16Tahun 1994). Hal ini adalah merupakan suaiu aspek sejarah peraturan perundang-undangan kita tentang "pengelolaan dan Pertanggungjawaban K(:uangan Negara. Diatas landasan ini pulalah dilakukan pentahapan dari budget eye/ws (siklus anggaran) yang secara umum terdiri dari:

a. Penyusunan anggaran oleh Pemerintah,

b. Pengolahan atau pembahasan anggaran di DPR yang berakhir dengan penyerahan anggaran dengal1 suatu Undang-undang, e. Pelaksanaan anggaran oleh Pemerintah,

d. Pengawasan atas pelaksanaan anggaran,

e. Pengesahan perhitungan anggaran dengan Undang-Undang. 5. Sehubungan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yang didalam Undang-Undang APBN adal!ah merulPakan salah satu penerimaan yang bila ditata dan diadministrasikan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berJaku, akan merupakan tambahan satu bidang penerimaan dalam keuangan l1egara yang cukup besar. U ntuk hal in i marilah kita simak apa yang digariskan baik oleh Pasal 23 Undang-undang Dasar 1945, Undang-Undang APBN, IEW dan Kt~ppres tentang Pelaksanaan APBN yang berlaku dewasa ini.

Dalam Pasal 23 ayat (4) Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa hal Keuangan Negara selanjutnya diatur dengan Undang-llndang. Didalam setiap Undang-undang APBN diatllr Pendapatan Negara Tahlln Anggaran bersangkutan yang diperoleh dari:

(8)

ketentuan Pokok, diberikan jawaban bahwa Badan Peradilan Pajak berada Makamah Agung dalam alii pembinaan teknis dilakukan oieh pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Pajak meliputi pembinaan dalam pemeriksaan sengketa sampai dengan pengambilan keputusan.

Selanjutnya apakah dengan pembinaan teknii dalam memeriksa dai bahwa dalam Pasal terse but tidak boleh memutus sengketa. Peradilan Pajak atas pertanyaan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengenai administrasi keuangan oleh Departemen Keuangan Mahkamah Agung dapat menjamin kebebasan Hakim me mutus sengketa di bidang perpajakan, dapat dijelaskan 4 RUU ini sudah dengan tegas diatur bahwa pembinaan mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan Msamping jamiinan hukum seperti terse but di altas Badan merupakan lembaga yang berada di luar lingkup kekuasaan DepaI1emen Keuangan, dan Hakim-hakilll Badan Peradilan Pajak tidak boleh mempunyai jabatan rangkap.

Saudara K,etua dan Anggeta Dewan Yang Terhormat,

Menjawab pertanyaan yang diajukan Fraksi ABRI Illengenal pembentukan Badan Peradilan Pajak di daerahnya apabila dipandang perlu, dapat dijelaskan bahwa pembentukan Badan Peradilan Pajak di luar Jakarta dilakukan dengan pertknbangan efisiensi, tian disesuaikan dengan kebutuhan dalam rangka pelayanan Wajib Pajak yntuk mencari keadilan. Dapat ditambahkan bahwa Badan Peradilan Pajak menangani penyelesaian sem ua sengketa di bidang perpajakan baik pajak pusat maupun pajak daerah. Mengingat jenis pajak dan jUllllah Wajib Pajak yang sangat besar, raaka sengketa perpajakan yang akan timbul saagat besar jumiahnya, misalnya ketetapan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan dalam satu tahun mencapai lebih dari 70 juta ketetapan.

(9)

menyimpulkan bahwa Badan PeradilanPajak hanya terdiri dari satu tingkat karena tidak mengenai pengadilan tinggi pajak, dapat dijelaskan bahwa hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994, Undang-undang Nomor 10 Tahun ] 995 tentang Kepabeanan, dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, yang menyatakan putusan Badan Peradilan Pajak menipakan putusan akhir dan bersifattetap.

Saudara Ketua dan Anggota Dewan Yang Terhormat,

Atas pertanyaan Fraksi Persatuan Pembangunan mengenai persyaratan Hakim Badan Peradilan Pajlakyaitu khususnya pcrsyaratan berijazah sarjana hukum atau sarjana lain dan mempunyai keahlian di bidang perpajakan yang dapat ditafsirkan bahwa orang-orang tersebut berasai dari Direktorat Jenderal Pajak, dapat dijawab bahwa syarat tersebut berlaku lImum bagi setiap orang yang akan menjadi Hakim Badan Peradilan Pajak yang niemenuai kualifikasi yang ditetapkan.

Menanggapi usul Fraksi ABRI untuk membatasi pelrsyaratan ijazah sarjana yaitu menjadi hanya saljana hukum dan mempunyai keahlian di bidang perpajakan, dapat dijelaskan bahwa mengmgat serigketa perpajakan selain merupakan masalah yuridis fiskal tetapi juga menyangkut aspek ekonomi dan akuntansi, maka diper.lukan pengetahuan yang cukup luas yang mencakup bidang-bidang tersebut.

Menanggapi usul Fraksi Karya Pembangunan agar dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) diatur bahwa pegawai Direktorat Jenderal Pajak dan Departemen Keuangan yang menjadi Hakim Badan Peradilan Pajak tidak diperkenakan merangkap tugas asalnya, dapat dijelaskan bahwa perangkapanjabatan dilarang dalam RUU ini, oleh karena itu usul tcrsebut dapat dipertimbangkan:

(10)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan berapa prinsip dasar pertimbangan Fraksi Karya Pembangunan mengenai Rancangan Undang-Undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, adalah sebagai berikut:

Petiama: Kedua Ketiga Keempat Kelima Keenam

Optimalisasi penerimaan negara yang be rasa I dari kekayaan negara tanpa pellgeeualian d itujukan untuk kepentingan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan kepel1ltingan perseorangan, kelornpok atau golongan.

Menjadikan segaJa surnber penerimaan negara, baik penerirnaan pajak rnaupun penerimaan bukan pajak sebagai pilar dan penyangga utarna penerirnaan negara untuk pembiayaan penyelenggaraan tugas-tugas urn urn pernerintahan dan pembangunan.

Melll1perkuat dan memperkuklllh landasan hukum segala bentuk penerimaan negara dalam rangka upaya bersama lebih meningkatkan disiplin dan tertib anggaran.

Menghilangkan dan menutUip lobang serta peluang penyimpangan penenmaan negara yang bersumber dari kekayaan negara di luar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku termaslIk pada waktunya ketentuan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Undang-undang tentang Peneriimaan Negara Bukan Pajak diharapkan akan dapat berdampak positif dalam upaya memperbesar tabungan Pemerintah untuk Pembiayaan Pembangunan, semakin memperlkecil pinjaman luar negcri dan sekaiigus menekan DSR serta memperbesar Sisa Allggarall. Apabila semua ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Penerimaan Negara termasuk retribusi dan pajak

(11)

Ketujuh

daerah yang Rancangan Undang-Undangnya sedang akan dibahas, InsyaAllah segala bentuk pungutan di luar ketentuan Peraturan penmdang-undangan yang aku dapat dihilangkan, yang akan berdampak positif dalam upaya bersama memperluas daya jangkau pembangunan dan memperbesar anggaran pembangunan untuk diabadikan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Momentum pengajuan dan pemahasan Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak sangat tepat menjelang awal mulai diberlakukannya perdagangan dan investasi bebas di kawasan ASEAN (AFTA.) pada tahunn 2003,

Dengan demikian dalam konteks peraturan ekonomi global pada abad ke- 21 Indonesia Insya Allah diharapkan sudah akan lebih siap dengan dukungan dan topangan Si stem Pengelolaan Kekayaan dan Keuangan Negara yang kukuh kuat dan dapat dipel1anggungjawabkan pada bangsa dan negara.

Mengkaji dan menelaah substansi dan materi Rancangan Undang-undang ini yang terdiri atas VIII Bab dan 23 Pasal dapat disimpulkan. bahwa inti hakiki dari Rancangan Undang-undang ini terletak dalam Pasal4 dan Pasal 5 yang mengamanatkan bahwa Penerimaan Negara Bukan Pajak wajib disetor ke Kas Negara (Pasal 4) dan seluruh Penerimaan Negara Bukan Pajak diperhitungkan dan dieatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Pasal S). Dari Amanat kedua Pasal tersebut diatas terpenuhilah apa yang telah diamanatkan oleh UUD 1945, Undang-undang APBN, IEW serta Keppres tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

(12)

masih ingin menyampaikan beberapa peltanyaan bagi pemantapan kita dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini antara lain:

1. Didalam beberapa Pasal Rancangan Undang-undang sering disebutkan Penerimaan Negara Bukan Pajak "tertentu" apakah atau jenis Penerimaan Negara BlIkan Pajak yang mana dimaksudkan dengan istilah "tertentu" tersebut. Hal ini memerlukan penegasan lIntuk tidak menimbullkan keramean dalam pelaksanaannya, kiranya Pemerintah dapat menjelaskan hal ini ..

2. Apakah substansi yang dirutnuskan dalam Pasal 8 ayat (1) Rancangan Undang··undang ini, dimaksud untuk pembenaran adanya swadana dan swakelola bagi instansi atau badan tcrtentu dan bagaimana sistem dan penggunaan dari Penerimaan Ncgara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud denganPasal 8 ayat(I). Dibarapkan penjelasan Pemerintab beserta dengan penjelasan prosedurnya. 3. Mcngingat rumusan dalam Pasal 9 ayat (I). apakah Rancangan

Undang-undang ini menganut asas offieial assesment dan sekaligus juga self aSSeS111el1t Harap penjelasan seperlunya.

4. Pada Bab IV Pemeriksaan Pasal14 sampai dengan Pasal18 mengatur mcngenai pemeriksaan yang dapat dilakukan Pemeriksaan olch Instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Didalam penjelasan Pasalnya dijelaskan bahwa pemeriksaan

terbatas hanya tcrhadap masalah yang berkaitan dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak dan instansi· yang berwenang adalah Badan Pcngawas Pemeriksa Keuangan sesuai 5. Menanggapi Pasal2 ayat (3) peraturan perundangan yang berlaku ? dan Pasal 3 ayat (I) dan ayat (2) tentang Keuangan dan Pembangunan. Karena hal ini menyangkut dellgan Anggaran BeJall1ja dan Pendapatan Negara,

(13)

sejauhmana peranan Badan jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak, Fraksi Karya Pembangunan menyarankan agar setiap pcmbahanjenis dan atau tarif dari Penerimaan Negara Bukan Pajak yang akan dilakukan oleh Pemerintah yang menjadi beban oleh rakyat hendaknya pemerintah secara resmi menyarnpaikan kepada Dewan dalam Pembicaraan Pendahuluan APBN.

6. Pengajuan keberatan oleh Wajib Bayar untuk jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak tertentu kepada Instansi Pemerintah yang diatur dalam Pasal 19 Rancangan Undang-undang ini dinyatakan merupakan penetapan yang bersifat final.

Apakah penetapan atas keberatan oleh Instansi Pemerintah sesuai Pasal19 ayat (4) dan ayat(5) tidak sebaiknya diberikan kesempatan banding kepada Menteri Keuangan ? Harap dapat dijelaskan.

7. Dengan memperhitungkan diterapkannya ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5 Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak secara konsisten, rouni dan konsekwen.

Bagaimana perkiraan Pemerintah mengenal perimbangan besarnya penerimaan negara bukan pajak dengan penerimaan negara dari Pajak, mengingat begitu besarnya potensi dan sumber daya alam yang masih memungkinkan didayagunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Harap dapat dijeJaskan.

8. Penetapan tarif atas P,enerimaan Negara Bukan Pajak hendaknya mempertimbangkan pula dampak terhadap kelestarian Lingkungan Hidup, mengingat bahwajenis Penerimaan Negara Bukan Pajak itu banyak yang berasaJ dari pengeloJaan sumber daya alam dan tata ruang yang mempunyai potensi besar untuk rusak.

(14)

VtlI. Sdr. Pimpinan Sidang, Sdr. Menteri, hadirin yang kami muliakan.

Demikianlah beberapa pokok pikiran dan beberapa pertanyaan yang kami sampaikan atas Ranc:angan Undang··undang tentang Penelrimaan Negara Bukan Pajak pada kesempatan yang berbabagia ini, dan kajian serta telaahan selanjutnya, akan kami sampaikan pada pembicaraan 1tingkat Iii nantinya, untuk kita musyawarahkan bersama bagi kesempurnaan Rancangan Undang-undang ini.

Fraksi Karya Pembangunan dengan ini menyampaikan kesiapannya bagi pembahas3n Tingkat III, serta mengajak rekan-rekan Fraksi ABRJ, Fraksi Partai Persatuan, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia untuk saling urUIli rembuk bersama Pemerirrtah dalam pembicaraan Tingkat III.

Kcsepakatan bersama perlu kita etptakan bagi kesempurnaan Rancangan Undang-undang ini, sehingga dengan Undang-undang ini nantinya akan dapat menegakkan kemandirian kita dalam membiayai pembangunan nasional yang setiap talmo terus bertambah luas eakupan dan jangkauannya, lebih meningkatkan hasilnya, sehingga jelaslah sistem dan sumber pencrimaan kcuangan negara benar-Ibenar merupakan penvluudan dad amanat rakyat dan menjadi tiang to pang bagi tems berlanjutnya pembangunan nasional yang merupakan tugas terbesar bangsa Indonesia untuk mcncapai cita-cita ke:merdekaan seperti yang diamanatkan dallam Pembukaan UUD 1945.

Tidak ialah perrtingnya dengan dapat disetuju dan disyahkannya Rancangan Undang-undang ini menjadi Undang-undang nanti, akan semakin lengkaplah Undang-undang kita se:bagat landasan hukulll yang lebih kuat sesuai dengan pasaJ 23 UUD 1945, untuk sumber-sumber penerimaan negara dan penerimaan daerah, karena disamping

(15)

undang dibidang perpajakan sekarang kita telah mempunyai Undang-undang Penerimaan Negara Sukan Pajak.

Akhirnya dengan mengueapkan penghargaan dan terimakasih yang, sedalam-dalamnya kepada Sdr. Pimpinan Sedang, Sdr. Menteri Keuangan dan para anggota Anggota Dewan yang kami muliakan, atas perhatiannya mengikuti Pemandangan Umum Fraksi Karya Pembangunan atas Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Pajak ini. Atas segala yang mungkin tidak berkenan dihati para hadirin dalam mengikuti Pemandangan Umum Fraksi Karya Pembangunan ini, dengan segala kerendahan hati kami sampaikan ueapan maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan memberkahi kita sermua. Amin.

Wassalamu 'alaikum Warahmatlillahi Wabarakatllh.

Jakarta, 23 Januari 1997. FRAKSIKARYAPEMBANGUNAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.

(16)

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENERl[MAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Disampaikan oleh pembicara : Ir. M. SALEM KHALTD. MM Anggota nomor : 42.

Assalamualaikum TV!: Wb.

Yth. Saudara Ketua Rapat Paripurna DPR-RI

Yth. Saudaia Menteri Keuanyan ysng mewakili Pemerintah

Yth. Saudara-saudara Anggota dan hadirin sekalian yang berbahagia. Terilebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur.kehadirat Allah SWT. hanya berkat rahmat dan karunia-Nya pada hariyangberbahagia ini kita dapat menghadiri Paripurna DPR-RI. dengan acara Pemandangan Umum Fraksi-fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Pendapatan Ncgara Bukan Pajak (PNBP) semoga kcgiatan ini sekaligus menjadi ibadah kepada Allah SWT di bulan Ramadhan yang sangat mulia dan ini. Amien Yaa Rabbal Alam ien.

Kami menyampaikan terima kasih kepada Yth. Saudara Ketua Rapat Paripurna atas kesempatan dan kepercayaan kepada fraksi

(17)

Persatuan-Pembangunan guna menyapaikan Pemandangan Umum atas pengaJuan Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang telah disampaikan oleh Pemerintah dihadapan Rapat Paripurna DPR-RI pada Ilari ini.

Bagi Fraksi Persatuan Pembaw mllil rengajuan Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negar, 8ukan Pajak ini merupakan langkah maju datam kebijakan anggaran pembangun guna mengJhadapi tentangan Pembangunan Jangka Panjang ke depan yang semakin kompleks di era globalisasi yang semakin menuntut daya saing.

Yth. Saudara Ketua Rapat,

Yth. Saudara Menteri Keuangan, Hadirin yang berbagia,

Pertama kalianya yang diiaksanakan ,>("mua telah, tercncanll dan krpadu sejak dimulainya Repelita I tahun 1969, telah menaatai berbagai prestasi yang menggembirakan.

Kita dapat menaatai berbagai kaberhasilan itu masih berbagai faktor diantaranya pertumbuhan ekonomi selama tiga dekade yang mencapai rata-rata 7 persen, kesejahteraan rakyat yang meningkat secara teradi yang dilunjukkan antata lain dengan membaiknya pendapatan penduduk dan menurunnya jumlah penduduk miskin.

Jika pada saat dimulainya pembangunan pada awal Repelita Pertama talmn 1969 pendapatan perkapita nasionaI penduduk baru mencapai US $ 70. maka dua puluh cnam tahun kemudian tepatnya permodalan perkapita tersebut telah meni ngkat, menyampaikan hampir lima belas kali. Prestasi itu juga diikuti oleh penutunan jumlah penduduk miskin dari sekitar 60 persen pada tahun 1970 menjadi sekitar 13.7 persen dalam talmn

(18)

yang tidak termasuk dalam pos pe:masukan APBN. Dengau demikian. terdapatnya negara dilihat juga melanggar azas kelengkapan dalam menyusun anggaran keuangan negara.

Dari lain masalah nonbujeter dapat dikaitkan lagi dengan wewenang DPR sebagai manifestasi kedautatan rakyat. Anggaran dalam APBN merupakan keputusan politik yang melibatkan DPR, APBN merupakan. satu-satunya instrumen dimana kedautatan rakyat di bidang anggaran diakui karena adanya anggaran non budgeter memperhatikan bahwa masih terdapat anggaran di luar kontrol lembaga legislatif. De:mikian pula bila kenyataan tersebut dihadaJPkan dengan seruan pasal 23 UUD 1945. Dalam Pasal 23 UUD 1945 dinyatakan bahwa "Segala pajak untuk negara berdasarkan Undang-undang". Sementara itu dalam pell1jelasannya juga "disebutkan bahwa "Segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat. sebagai pajak dan lain-Iainnya menggelapkan d{mgan Undang-undang yaitu dengan persetl~juan Dewan Perwakilan Rakyat Karena sebagian besar dana nonbujeter itu menyangkut pungutan maka seharusnya semuanya didasarkan atas persetujuan DPR sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undlang-undang Dasar 1945 .

Menyadari akan ini Fraksi Persatuan Pembangunan menyambut baik dengan diajukannya Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara bukan Pajak yang sekarang sedang kita bahas Dengan disaksikannya Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak tidak saja sejalan dengan Undang-undang Dasar 1945 tetapijugasekaligus ditetapkan menjadi landasan hukum yang menandai untuk menye[enggarakan dan mengelo]a penerimaan bukan pajak. serta menata kembali berbagai jenis penerimaan negara bukan pajak langkah ini membawa dampak positif berkat dengan disiplin anggaran dan sumbl~r pembiayaan APBN.

Dengan berpijak pada landasan konstitusional dan penyelenggaraan tertib anggaran serta sumber pembiayaan" maka Fraksi Persa1:uan

(19)

Pembangullan sudah sejak awal dimulainya Pembangunan Nasional di Era Orde Baru dan kembali dalam setiap pembahasan mengenai RAPBN.

Fraksi Persatllan Pembangunan tanpa kenaI telah dan tidak pernah bosan senantiasa memperjuangkan agar penerimaan negara bukan pajak atau nonblljeter tidaknya dimasukkan dalam perlu APBN. Hal ini dilandasi oleh realitas empiris bahwa penerimaan negara bukan pajak telah berlangsung sejak awal pembangunan Repelita 1. Namun, ternyata, baru sekarang ini pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang yang akan nonbajeter penerimaan non bukan pajak menjadi penerimaan APON. Bahwa Rancangan Undang-undang tentang Penentuan Negara Bukan Pajak yang menurut Pemeritah juga dimaksudkan untuk menata kembali berbagai jenis penelitian negara bukan pajak, seharunya sudah sejak PJP I dibahas DPR Fraksi Persatuan Pembangllnatn penjelasan pemerintah itu bisa terjadi dan sejauh mana laporan audit dan pengelolaan penerimaan negara bukan pajak sejak Repelita I hingga sekarang ini.

Saudara Keilla dan Saudara Mentel'i yang tel-hormat.

Pel1gelolaan dana anggaran oleh aparatur negara memerlukan sistem manajemen dan administrasi yang baik melalui tertib administrasi akan menghasilkan manajemen anggaran yang baik sehingga efisiensi anggaran dapat dicapai. Demikian juga identitas dari para pongelola pembangunan. Anggaran yang tents meningkat dapat menyundang berbagai tindakanke arah penyalahgllnaan anggaran cukup besar.

Penegakan disiplin anggaran tidak hanya diperlllkan dalam pelaksanaan semakiin meningkatnya kegiatan dengan bertambahnya anggaran anggaran untuk mencapai eflsiensi APBN 1989/19'99 nanti. Namun sejalan dengan pembangllnan dari tahlln ke tahun pembangunan setiap tahlln, maka disiplin penempatan laju pembangunan dan periu dijalankan Kebocoran anggaran dan penggunaan dana yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada

(20)

publik merupakan masalah ketidak beresan yang dapat mengganggu tidak sejalan dengan penyelenggaraan negara yang baik (good goverfiianee) yang kini sudah menjadi tuntunan yang· niseaya dalam masyarakat yang pengalokasiannya tidak jelas membawa pikiran kita untuk melihat publik tidak transparan. Banyaknya itu berasal dari penyisihan sumberpendapatan lain ke dalam sepengetahuan Dewan seharusnya timbul persepsi negatif. Dalam rangka Pemerintah harus memiliki moral untuk luar seperti ini. Dengan semakin banyaknya anggaran dan bersifat nonbujeter, dengan sendirinys berbagai aspek yang selama ini dipandang kasus penggunaan dana nonbujeter keuntungan BUMN ataupun bentuk-bentuk rekenwig pejabat menteri yang tanpa dihindari ada di dalam masyarakat tidak good and eleetive governanee pemerintah menert.ibkan berbagai penyimpangan banyak dijumpai beberapa kriteria Pertama, jenis pungutan yang tidak pungutan yang pernah dilakukan di 400 per handphone. Begitu juga dari TKI yang keluar negeri.

Dari kondisi yang terjadi saat ini pungutan yang berada di luar APBN. diketahui menteri. Keuangan. misalnya lingkungan Deparpostel sebesar US $ 20 yang dipungut mendapapat izin dari Menkeu. Misalnya. 1% dari jasa peJayanan Menparpostel.

Kedua, pungutan yang sudah dipungutan di Deparpostel yang telekomunikasi Langsung disetor ke rekening menetapkan.

Ketiga, Pungutan yang sudah disetujui undang-undang tapi masih dapat diperdebatkau Misalnya iuran kepemilikan pesawat televisi Pungutan ini menunjuk kepada Keppres sebagai dari disahkannya Undang-undang tentang Penyiaran yang baru saja disahkan oleh DPR. Disamping itu juga tetapai iuran wajib latihan tenaga kerja sebesar US $ 200. Pungutan itu merujuk pada Undang-undang tenaga Kerja Asing yang berkaitan dengan administer itu, terdapati pula pungutan yang disahkan melalui Keppres

(21)

sepertii 9211996 dikeluarkannya Keppres 92/1996 tentang kewajiban bagi pengusaha atau Konglomerat yang penghasilan bersih Rp 100 juta atau lehill untuk menyetor sebesar 2 persen yang dananya dipergunakan untuk keluarga prasejahtera dan sejahtera, tetapi pemerintah tidak peroJehan diana bantuan tersebut ke Oalam APBN

Disamping itu terdapat pula pungutan batubara. Dalam pungutan batubara ini bahkan terdapat beda interptetasi. Oi satu sisi disetorkan tunai ke Pcmerintah dan disetorkan ke kas negara misalnya, menginterptasikan bahwa kas pemerintahyang dirnaksudkan adalah Oepm1emen Pertambangan dan Energi. Selain itu juga ada pendapatan dari sektor potensial seperti dana reboisasi hutan pertambangan hasil laut yang tidak dimasukkan ke pos penerimaan APGN. Misalnya dana reboisasi yang pada tahun 1996 sebesar Rp 580 milyar pellggunaannya suliit bisa akan trallsparan atau 100 persen sesuai dengan tujuannya. Demikian liatnya iuran hasil bulan yang pada tanun 1996 masuk Rp 580 milyar.

Fraksi Persatuan Pembangunan meminta penjeasan pemerintah mengapa berbagai pungutan yang bersifat nonbujeter ini masih tcrus teljadi apakah karena pemerintah kurang percaya dengan mekanisme anggaran yang disahkan oleh OPR. fraksi Persatuan Pembangunan juga mel1lillta penjelasan kepada pemerintah, apa yang menjadi landasan hukul11 pungutan-pungutan Itersebut dilakukan. Apakah Menteri Keuangan memiliki wewenang menjadi instutusi yang dapat mensubstitusikan undang-undang untuk meegalisasi pungutan ?

Selain pllngutan yang dilakukan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemcrintah terdapat pula plLlnglltan dari masyarakat dan pengelolaannya dilakukan oleh Oepparpostel untuk Badan Promosi Pariwisata Indonesia atau plIngutan penyerahan 13,5% hasil IPrOdllksi batllbara perusahaan" kontraktor kepada PT Tambang Batubara bllkit Asam. Apa yang mendasari kebijakan tersebllt. Mohon penJelasan dan Pemerintah.

(22)

Kita sadarll bahwa berbagai jenis pungutan seperti itu masih dapat diperdebatkan karena satu hal ini perlu didiskriminasikan. Masalanlllya sekarang sudah dikeluarkan peraturan dan Keppres. Yang harus lebih dieermati adalah pungutan yang benar-benar sudah disahkan undang-undang. Persoalannya adallah dengan pungutan tersebut dan kas negara atau APBN. Jika keabsahannya memang sudah diatur oleh undang-undlang. Fraksi Persatuan Pembangunan meminta penjelasan pemerintah bagaimana relevatisinya dengan anggaran kita. Karena yang pasti, hasil pungutan itu tidak pemah masuk ke kas negara.

Berdasarkan data realisasi penerimaan negara bukan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan cukup besar. Tahun pertama Repelita 1(196911970) bam Rp 7.4 trilyun Memasuki talmn terakhir Repelila V realisasinya mencapai Rp 4,02 tulyun. Selama PJP I realisasi penerimaan negara bukan !pajak telah mencapai rata-rata 30,8 persen. Dalam tahun pertama Repelita VI (1994/1995) penerimaan di luar pajak sudah mencapai Rp 8.43 trilyun atau 39.1 persen lebih tinggi dibandingkan realisasi penerimaan tahun akhir Repelita

V.

untuk tahun kedun Repelita VI (1995/1996) realisasinya Rp 7,8 trilyun, meningkat 21,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk periode 1990/1997 penerimaan tersebut dipatok Rp 7.26 trilyun.

Banyaknya dana nonbujeter yang bertebaran di setiap departemen, bahkan sampai di DAT II dan DAT I dapat melemahkan reformasi sistem perpajakan nasional. Mengiingat pemasukan dana tersebut juga bersumber dari kegiatan yang bempa pembebanan rakyat, pengaturan pemakaiannya selayaknya setil1gkat undang-undang. Kalau dana-dana semacam itu tidak dimasukkan ke dalam APBN maka setiap departemen bisa saja membuat pungutan bam sesukanya dengan adanya pungutan yang tidak masuk APBN menyebabkan meluasnya pungutan yang dilakukan di beberapa Departemen dan bahkan untuk menarik pungutan itu mereka membentuk organisasi dan aparat baru lewat yayasan-yayasan. Langkah seperti ini hams dihentikan

(23)

karen a memiliki dampak ncgatifyang serius terhadap pelaksanaan disiplin anggaran fraksi Persatuan Pt:mbangunan memprhatinkan merajalelanya berbagai pungutan resmi yang membebani masyarakat ltermasuk dunia usaha tersebut Ada yang menyebut sllmber pungutan tidak resmi tersebut karena gaji pegawai negeri yang kecil masalahnya banyaknya pungutan yang dilakukan Departemen dan Istansi pemerintah selama ini hampir tidak ada kaitannya dengan peninggalan pelayanan aparat terhadap masyarakat. Berbagai pungutan itusendiri cenderung sebagai upaya aparat mencari tembahan lain di luar gaji yangditerima dari negara. Fraksi Persatuan Pembangunan berpendapat bahwa sumber utamanya adalah merosotnya mental dan lemahnya penerapan sanksi hukum. Oleh karena itu moral dan akh lak serta rendahnya penegakan hukum oleh penyclenggara negara hanls terus ditingkatkan.

Jika pungutan-pungutan itu l11emang memungkinkan untuk dilakllkan maka pemerintah perlu merevisi dan merevkalisasi APBN termasuk kemLlngkinan memperillas pos-pos penerimaan dan Ipengeluaran guna mcngoptimalkan 11laragenien fiskal. Jika ingin memperbaiki man<\iemen fiskal melalui APBN maka diperlllkan revatisasi sehingga APBN dapaV bcrfllngsi optimal sebagai stabilisator makroekollomi dan memacll pertllmbuhan disaat ekonol11i sedang tesu.

Sclain itu kita sadari banyaknya pungutan resmi terjadi di luar APBN membawa keuangan negara tidak aeoulltable, karena penggunaan dana tcrsebut sulit diawasi. Dengan sistcm keuangan yang terpadu pun sering tCljadi kcbocoran apalagi ksAau banyaknya pungutan di luar APBN. Untuk itLl agar pcmcrinlah memasukkan semua pungutan resmi kc kas ncgara sebagai penerimaan pajak.

Dengan dimasukkannya dana nonbujeter dalam APBN maka masyarakat dapat semakin berperan dalal11 pembangunan tcrutama dalam

(24)

membayar pajak kita sadar bahwa pembayar pajak semakin kritis menuntut hak-haknya selia menuntut tumbuhnya kesadaran di kalangan birokrasi pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat luas. Oleh karena itu tanpa upaya ekstm untuk menekan keboeoran keuangan negara dan menunjukkan hasil maksimal apalagi jika timbul kesan hanya untuk memperkaya oknum niscaya sangat mempengaruhi kepatuhan orang membayar pajak.

Saudara Ketua,

Saudara Menteri Keuangan,

Hadirin sekalian yang kami hormati..

Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak akan memberikan darnpak positifbagi pembangunan ekonomi mikro dan makro. Sebagaiman diketahui salah salu sisi kurang positif dalam perekonomian kita adalah siap kali terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi diikuti oleh pemanasan sutu ekonomi ini kurang kondusif bagi pengelolaan ekonomi makro sehingga harus dilakukan langkah-Iangkah penyesuaian.

Kondisi seperti ini seringkati fnengliantui perekonomian kita dan sejak tahun 1993 hingga sekarang kondisi menanasnya perekonom ian masih terus berlangsung. Langkah yang dilakukan adalah melalui pengetatan keuangan dan moneter dengan dipengaruhi besaran mone:ter APBN sebagai salah salu kebijakan fiskal yang dapat dipenyasuhi pemerintah juga diharapkan dapat membantu mendinginkan suhu ekonomi melalui anggaran yang bersifat kontrakitif dan pertumbuhan yang konservatif. Menyadari fungsi APBN ini maka Fraksl Persatuan Pembangunan ingin meminta penjelasan kepada pemerintah bagaimana kita yakin bahwa anggaran yang disusun tahun ini kontraktif selm:ntara masih ada berbagai anggaran berbeda diluar pungutan anggaran.

(25)

Padahal anggaran nonbujeter dapat melemahkan upaya kontraksi APBN serta reformasi perpajakan. Oleh karena itu Rancangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini terkait dengan masalah disiplin anggaran.

Ketidak disiplinan anggaran akan menimbulkan kesulitan pada perencanaan ekonomi secara makro dan berpengaruh terhadap kepastian usaha yang sangat terkait dengan kredibilitas pemerintah.

Dalam rangka menjal1lin kepastian usafaa dan kredibilitas pel1lerintah, Fraksi Persaluan Pel1lbangunan melitiat bahwa selama ini kebijakan pemerintah mampu pada kebUakan dalam sektor dalam aspek ekonomi makro masih moneter. sementara kebijakan sektor riil masih be\um banyak dilakllkan. Kita mcnyadari bahwa melalui kebijakan pengcttatan kellangan dan moneicr dampak.tetapi seringkali melalui kebijakan pemanasan ckonomi cepat terasa hasilnya sepelii ini sangat rentan dan scnsitifterhadap titnbulnya gcjolak. Sudah waktunya Pemerintah melakukllln penyesuaian melalui kebijakan sektor riill dan fiskal Dalam negara berkembang penyesuaian melailli sektor rill dan fiskal jl.lstru banyalk mcmberikan manfaai positif dsm tidak melahirkan banyak gejalak Melailli perbaikan di sektor rill dan pembenahan kebijakan fiskal sepelii mengatur pencrimaan ncgam bukan pajak diharapkan dapat membantu mengelola kcbijakan ckanam i makro seem·a schat.

Saudara Kctua Rapat; Saudara Mentcri Kcuang:an;

Hadil"ill sckalian yang Immi hOl"Ulati.

Dalam Raneangan-Undang-undangtentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini didcfinisikan sebagai seluruh pencrimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari perpajakan. Ini meliputi pe:nerimaan yang bersumber

(26)

dari pengeloJaan dana pemerintah, penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam dan penerimaan dari hasil-hasil pengeJolaan kekayaan negara yang disahkan Selain itu tercakup puJa penerimaan dari kegiatan pelayanan yang diteksanakan pemerilltah, penerimaan berdasar putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi serta penerimaan Jain yang diatur dalain Undang-undang tersendiri

Sementara itu sebagian penerimaan negara bukan pajak tertentu dapat dikarenakan oleh instansi pemerintah untuk kegiatan tertentu yang berkaitan denganjeJas penerimaan negara bukan pajak yang bersangkutan. Dalam Pasal 8 Racangan Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak lkegiatan tertentu yang dimaksud adaJah penelitian dan pengembangan teknologi p,dayanan kesehatan, pendidikan dan pelatihan. penegakan hukum pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual dan pelestarian sumber daya alam Fraksi Persatuan Pembangunan merninta penjelasan dari pemerintah mengapa penggunaan sebagian penerimaan negara bukan pajak hanya dibatasi untuk kegirutan-kegiatan tersebut?

Fraksi Persatuan Pem bangunanjugamem inila penjeJasan dari pemerintah bagaimana mekanisme pemberian wewenang Menteri Keuangan kepada Instansi Pemerintah dalam menggunakan sebagian penerimaan negara Bukan pajak terse but, padahal secara stmkturaJ kedudukan Menteri Keuangan sama atau tidak lebih tinggi dari departemen atau instansi yang Jain.

Kita menyadari bahwa Rancangan Undang-,undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini disusun guna memberikan landasan hllkum yang kuat ad iI, tegas danjeias dalam pengeJolaan penerimaari negara bllkan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Selain itu setiap tindakan yang membebani rakyat juga harus ditetapkan dengan undang-undang sebagaimana halnya penerimaan negara bukan pajak ini. Oleh karena itu menumt Fraksi Persatuan Pembangunan Uindang-undang yang mengatur

(27)

Penerimaan Negara Bukan Pajak ini bukan saja untuk menghindari pemborosan, tetapi juga sekaligus untuk meningkatkan efektitas APBN sebll.gai instrumen fiskal.

Semua peneril11aannegara bukan pajak harus terlebih dahulu dimasukkan ke Oalam kas negara. Oalam hal ini penagihan dan pemungutan penerimaan negara bukan pajak yang terutang dilakukan oleh instansi penerima atas petunjuk Menteri Keuangan. Untuk itu instansi pemerintah tersebut wajib menyampaikan rencana dan laporan realisasi peneril11aan negara bukan pajak secara tertulis dan belrkaia k1epada Menteri Keuangan. Menteri Keuangan tentu saja melakukan banyak pertiimbangan dalam fnenunjuk instansii pel11erintah untuk menagih dan atau mengul11pul penerimaan negara bukan pajak yang terutang. Oleh karena itu Fraksi Persatuan Pembangunan meminta penjelasan dari pemerintah bagaimana mekanisme dan pertimbangan dilakukannya penunjukan kepada inst21nsi pemerintah untuk menagih dan atau memungut penerimaan negara bukan pajak.

Tidak dimasukkan dana nonbujeter sebenarnya melanggar salah satu ke\engkapan anggaran bahwa penerimaan dan pengeluaran negara harus tercantum dalam APBN. Prinsip itu perlu karena menyangkut kontrol dari rakyat lewat OPR. Sehingga dengan demikian di masa mendatang kalau dimungkinkan prinsip penyusillnan RAPBN Indonesia menjadi seimbang, dinamis, fungsional dan ditambah satu yakni lt~ngkap.

Sebagail11ana diketahui selama [ni ada dua kelompok penerimaan negara, yakni pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Fraksi Persatuan Pembnngunan menilai diajukannya Rancangan Undang-undang tentang

Penc~rimaan Negara Bukan Pajak ini memiliki nilai penting. Pertama. berkaitan dengan kekayaan negara, termasuk kekayaan alam banyak sebe:sar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang Oasar 1945. Kedua sebagai sarana untuk menerapkan basis

(28)

penerimaan dalam negeri. Ketiga sebagai instrumen untuk meningkatkan disiplin dan tertib anggaran.

Persatuan Pembangunan juga berharap melalui pengajuan Raneangan Undang-undang tentang Penerimaan Negam Bukan Pajak yang sedang kita babas ini akan mampu menyelamatkan semua sumber penerimaan negara d i luar pajak. Semua penerimaan negara di luar pajak ini harus masuk ke kas negara. Instansi Pemerintah yang ditugasi memungut penerimaan negara bukan pajak harus menyampaikan laporan seeara berkala kepada Menteri Keuangan untuk mendukung disiplinanggaran. Dari pejabatinstansi pemerintah yang tidak memungut dan menyetor penerimaan negara bukan pajak harus dikenai sanksi tcgas. Dana yang diselamatkanjuga tidak halnya yang kecil-kecil di pinggir jalan saja seperti penerimaan dari yayasan-yayasan kecil misalnya yayasan-yayasan karyawan. Untuk Itu perJujuga dilakukan bukan banya membuat Undang-undang ten tang Penerimaan Negara Bukan Pajak tetapijuga melakukan konsolidasi terhadap semlla uang yang menyangkut rakyat ke dalam Undang-undang APBN. Semua liang rakyat yang ada di rekening Bank Indonesia, rekening BUMN, rekcning yayasan, rekening Menteri. serta rekening proyek yang dibiayai dengan pinjaman lunak harus dikonsolidasikan menjadi satu dalam Undang-undang APBN.

Fraksi Persatuan Pembangunan menilai sebaiknya pelaksanaan Undang-undang APBN ini tidak hanya diatur oleh peraturan Pemerintah atau keputusan Menteri. Dcngan demikian kehadiran undang-undang ini tidak hanya menjadi blanko kosong y.ang dapat diisi semaunya oleh Instansi yang memungut uang rakyat. Selain itu rumusan dan cakupan penerimaan negara bukan pajak harus dibuat seluas mungkin guna menarnpung penerimaan yang yang sudah ada pada saat ini serta yang diperkirakan mempunyai potensi yang cukup sebagai pcnerimaan negara pada masa-masa mendatang. Selamaini banyak sekali pungutan yang bertebaran namlln tidak masuk dalam APBN. Oleh karena itu sudah waktunya sekarang ini pemerintah memusalkan penerimaan negara melalui APBN.

(29)

Menurut keperluan perundang-undangan tidak menutup kemungkiinan cukup menambah pas penerimaan dalam APBN.

Selain itu kehadiran Undang-undangtentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini diharapkan dapat menekan loopholes yang bisa dimanfaatkan Paling tidak Rancangan Undang-undang ini telah mencover banyak hal. Dcngan adanya Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. APBN akan mcnjadi Icbih besar jumlahnya ini artinya bisa digunakan untuk mempereepat pembayaran utang luar negeri dan inemperbesar pembiayaan untuk gaji pegawai dan ABRI atau dapat dipakai untuk kebutuhan pembangunan lain.

Demikian pula mcmberlakuan Undang-undang Penerimaan Negara Bukan Pajak akan berdampak bagi penerimaan banyak Departemen dan Instansi pemerlntah dipusat dan daerah. Jika seiama ini rnereka menentukan, memungut, dan mengelola sendiri dana yang diperoleh kini praktek seperti itu tidak lagi dibenarkan Tiap pungutan harus;. dimasukkan ke kas negara dan dieatat dalam APBN.

Demikian mendesaknya keperluan akan banyak, Fraksi Persatuan meminta penjelasan Jari pemerintah mengapa penyesuaian penerimaan bukan pajak dilakukan selal112l ini atau selama tiga tahun Menurut Fraksi Persatuan Pembangunan peny(:suaian ini sangat lama dan seharusnya dapat dilakukan dalam jangka waktu paling lama satu tahun Penyesuaian yang lebih cepat akan lebih baik, karena hal itu membawa dampak yang sangat positif untuk menghindari pungutan atau penerimaan negara bukan p~ak

yang masih bertebaran. Selain itu sebelum disahkan, berbagai pungutan itu harus diinventarisasi dan didefinisi ulang.

Jika terdapat pungutan yang tidak perlu dibapus Hal ini dilakukan setclah melakukan inventarisasi dan didefinisi ulang. Kalau memang ternyata tidak ada sangkut pautnya dalam proses produksi atau bahkan justru menimbulkan ekanomi biaya tinggi barus dihapus.

(30)

Yth. Saudara Ketua;

Yth. Saudara Menteri Kcuangan, Hadirin sekalian yang berbahagia.

Demikianlah Pemaindangan Vmum Fraksi Persatuan Pembangunan tehadap Rancangan Vndang-undang tentang Penerimaan Negara bukan Pajak Atas perhatian dan kesabaran Saudara-saudara mendengarkan Pandangan Vmum ini disampikan terima kasih yang sebesar besarnya

Billahittaufiq wal hid ayah. Wassalamu 'alaiku11l Wr. Wh.

Jakarta, 23 Januari 1997 .Pimpinan

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN

DPR-Ketua, Sekretaris,

ttd, ttd,

(31)

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sck",lariat: MI"RlDPR-RJ.Nus:mlara I,Lanlai XXI,JLJcI1d.Gatot Subrulo J'likarta 1iD270 TcI(l.575 5908,575 5858,575 5857, Fax 575 5905

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA TERHADAP

RUU TENTANG PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Disampaikan oleh : Ir. H. ANWAR DATUK Nomor Anggota : A- 350

Merdeka !

Yth Saud.ara Ketua dan para Anggoia Dewan

Saudara Menteri Keuangan beselta jajaran yang kami Hadirin serta sidang yang berbahagia.

Assafal11111uafaikum Ttl: Wh.

Sebagai insan yang beragama, marilah terlebih ucapkan syukur kehadirat Tuhaa Yang Maha Esa dan Ridho-Nya kita diberi kesehatan sehingga sidang pada had ini yaitu dalam Acara Pemandangan Undang-undang Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak disampaikan oleh pemerintah kepada Dewan Perwakilan tanggal 23 Janllari 1997.

(32)

Terns terang Fraksi Partai Demokrasi Indonesia berbabagia dengan diajukannya Rancangan Undang-Penerimaan Ncgara Bukan Pajak, karena dengan Undang-tindang Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak Dewan Perwakilaaa Rakyat, jasalah yang tidak Fraksi F'artai Demokrasi Indonesia diajukan baik dalam Komisi APBN, maupun dalam feap Pandangan Umum ten tang APBN mengenai masalah Penerimaan Negara Bukan Pajak agar diatur melalui Undang-undang dan dimasukkan dalam penerimaan Negara dan diatur pengeluarannya meJalui mata anggaran daJam APBN teJah mendapat tanggapan dari Pemerintah. Ini berarti bahwa Pemerintah telah dengan sungguh-sungguh memperhatikan saran dari Dewan Perwakilan Rakyat.

Saudara Ketua, Sidang yang saya hormati;

Sesuai dcngan pasal23 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 ditegaskan dalam penjelasan yang berbunyi sebagai berikut :

Oleh karen a penetapan belanja mengenai hak Rak-yat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menerapkan beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan lain-Iainnya, harus ditetapkan melalui undang-undang yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat GBHN 1993 mengamanatkan bahwa untuk membiayali Pcmbangtman Nasional hendaknya bertumpu pada kernampuan sendiri. ltu berarti bahwa kita dituntut untuk berusaha dengan sungguh-sungguh menggerakkan dana masyarakat yang bersumber pada kekuatal1 sellldiri, dimana penerimaan dalam negeri merupakan pilar utama, sedangkan pembiayaan sumber dana luar negeri sebagai peJengkapyang peranannya telah diupayakan agar makin kecil. Dalam pelaksanaanAPBN ternyata dana luar negeri masih berperanan bukan sebagai pelengkap tetapi sebagai pokok dalam biaya pembangunan. U ntuk APBN 1997/1998 dana hantuan I uar negeri masih sebesar sek itar 34 % dari biaya pengeluaran pembangunan. Dalam rangka menyerahkan dana masyarakat yang bersumber pada kekuatan sendiri, Fraksi Partai Demokrasi

(33)

Indonesia dalam forum rapat keJja Komisi APBN, atau dalam tiap kesempatan meoyatakan bahwa diluar pajak yang merupakan peadapatan negara masih terdapat banyak pungutan-pungutan yang menjaeli beban masyarakat yang merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang tidak diatur oleh Undang-undang, yang setiap talmnnyajumlah obyek pungutan maupun jumlah nilainya term bertambah. Pungutan ini dilakukan baik oleh sektoral maupun oleh daerah, misalnya IHH, IHPH, penerimaan dari hasil pertambangan, punguban hasil perikanan lant, dana reboisasi, dana yang dihimpun dari peng(~luaran ijin-ijin, taiabahan pungutan t1erhadap nilai kontrak pada kontraktor-kontraktor di daerah-daerah dan lain-lain. dari punngutan-pungutan ini tidak terkontrol dan tidak transpaaran. Tidak terkontrol dan tidak transparan karen a masuk kedalam rekening pribadi pejabat atau fI!kening menteri terkait, maka timbul kecurigaan bahwa pengelolaan dana-dana ters(~bllt merupakan sumber ketidakjujuran, korupsi dan bentuk-bentuk pcnyclewengan yang lain.

Dengan masuknya dana dari pungutan yang bukan pajak ini dalam pendapatan negara melailli APBN maka faktor-faktor negatif tadi diharapkan dapat dihindari karena akan terjangkau oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan yang selama ini tidak dapat menjangkaunya. Dan apa yang diamanatkan dapam pasa123 dari UUD 1945 paling tidak telah mulai berjalan, karena Fraksi Partai Demokrasi Indonesia yakin bahwa Pemerintah Orde Bam akan konsekwen melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekweltl.

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia memahami bahwa anggaran belanja Negara yang tertuang dalam APBN setiap tahunnya meningkat terus Karena kita menganut anggaran berim bang yang dinamis maka kita harus berusaha agar penerimaan negara juga terus meningkat dimana sesuai dengan amanat GBHM hendaknya bertumpu pada kemampuan sendiri. Dengan masuknya seluruh komponen Pendapatan Negara bukan Pajak ke dalam A PBN maka harapan Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dan eeluruh rakyat Indonesia

(34)

bahwa pembiayaan pembangunan yang bertumjpu pad a kemampuan sendiri makin meningkat karena menurut informasi yang diperoleh oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia jumlahnya komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selama ini belum termasuk dalam penerimaan APBN cukup besar menu rut data fraksi Partai Demokrasi Indonesia sampai saat ini masih berlaku pungutan sebanyak 4.396 (Empat ribu tiga ratus sembilan puluh ell am) obyek pungutan yang terdiri dari:

a. Pungutan di daerah berdasarkan keteatuan pusat, meliputi 195 obyek pungutan, termasllk didalamnya IHH dan dana Reboisasi. b. Pungutan di daerah berdasarkan program daerah Tingkat J dan

Tingkat II meliputi 941 obyek pungutan di Tingkat J dan 2.802 obyek pungutan di Tingkat II.

c. Pungutan di daerah berdasarkan ketentuan eksekutif SK GlIbernur-Bupati meJiputi 419 obyek pnngutan, diluar ketentuan peratuaran perundang-undangan pusat dan daerah.

d. Pungutan di daerah berdasarkan kesatuan Aerosiasi meliputi, 39 obyek pungutan.

Pungutan-pungutan inilah yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan berdampak kepada prodllk-produk manufaktur kita menjadi lemah daya saingnya di pasaran international. Adapun yang sudah masuk dalam APBN setiap tahunnya lebih kurang 8,2 trilyun (APBN TA 1997/1998) dengan disahkannya nanti RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, maka diharapkan penerimaan negara meningkat sebesar 2 sampai 5 kali yang sckarang Pasal 23 ayat 2 UUD 1945 menyatakan segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang Jadi segala pungutan yang selama ini dipungut di daerah dengan berlakunya Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak ini harns ditinjau dan dicabut dari 4.39 6

(35)

obyek pungutan paling banyak nantinya pUll1gutan di daerah hanya berada ratusan obyck pungutan.

Selain itu dengan adanya Undang-undang tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak membcrikan dasar yang lebih kokoh dan berkepastian hukum serta adanya ketertiban adiministrasi dalam penyelenggaraan punglltan-punguitan baik oleh sektoral atauplln daerahterhadap masyarakat. Dalam GBHN 1993 dijelaskan bahwa hukum harus dapat dijadikan dasar untuk menjamin agar masyarakat dapat menikmati kepastian hukum, ketertiban hukum, dan perlindungan hukum yang bertitikan keadilan dan kebenaran, menumbuhkan dan mengembangkan disiplin nasionaJ, kepatuhan hukum serta tanggungjawab sosial pada setiap warga negara termasuk penyelenggara negara, memberi rasa aman dan tentram, mendorong kreatifitas dan peran aktifmasyarakat dalam pembangunan, serta mendukung stabilitas nasional yang mantap dan dinamis.

Atas dasar itu dengan adanya kepastian hukum sertaketertiban administrasi dalam penyelenggaraan pungutan-pungutan dari masyarakat diharapkan tereiptanya iklim yang mendorong peran selta aktifmasyarakat dalam.

Sandara Ketna, Sandara Menteri, hadirin yang kami hormati. Selanjutnya Fraksi Partai Demokras:i Indonesia ingin mendapat penjelasan darli pemerintah mcngenai RUU tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang diajukan oleh Pemerintah sebagai berikut :

1. Pada pasal 2 ayat (2) dijelaskan bahwa kecuali penerimaan bukan pajak yang ditetapkan dengan Undang-undang jenis penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dcngan peraturan Pemerintah dan pada ayat (3) dijelaskan bahwa Jenis penerimaan negara bukan pajak yang bf:!ul11 tercakup dalam penerimaan negara bukan

(36)

pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan. oleh Peraturan Pemerintah bukan pajak diluar dari Undang-undang ini kepada Menurut pendapat Fraksi Parta; Demokrasi Indonesia dengan menyerahkan jenis penerimaan !legara yang telan ditetapkan dalam Rancangan Peraturan Pemerilltah maka ayat-ayat mi akan menyalahi Pasal 23 ayat (2) dari Unclang-undang Dasar 1945 dimana dikatakan sebagai Pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan melalui Unclang-undang yaitu dengal1 Persetl.ljuan Devv'an Perwakilan Rakyat.. Sehingga jika ayat ini discttlJui berat1i DPR memberikan blanko mandat kepada Pemerintah untuk menetapkan selanjutnya jenis-jenis pen,erimaan bukan pajak selain yang ditel1apkan dalam RUU ini.

:~. Dagaill1ana pendapat Pemerintah motion dijelaskan. Pada pasal 6

(1) at (3) rr<l~si Partai Demolkrasi Indonesia ingin menc/Jpat penjelasan dari

FL,;-';: i:tlal lllengenai bentuk··bentuk sanksi iernadap tidaL dipenllhinya h'\vajiban rnstansi Pemerintah untuk menagih dan atall memuogut Penerimaan Negara Bukan Pajak, karena die:ini yang dikenakan sanksi adalah Instans; bukan petugas dari instansi terse but. Mohon penjeJasan bentuk sanksinya.

3. Pada pasal 8 dikatakan :

1. S;~bagian Penerimaan negara Bukan Pajak telrtentu dapat digllnakan oleh. irllstansi Pemerintah untuk kegiatan tertentu yang keterkaitan dengan jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang keterkaitan, dengan tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal4 dan pasal 5. 2. Kegiatan tertcnl.u sebagaimana dlimaksud dalam ayat (I) mdiputi kegiatan :

a. pewelitian dan pengembangan teknologi; b. pelayanan kesahatan;

(37)

e. pendidikan dan pelatihan; d. penegakkan hukum;.

e. pelayanan yaaig melibatkan ikemampuan intelektual tertentu f. pelestarian sumber daya alam.

3. Ketentuan lebih lanjut mengcnai Pen.~rimaan NegaraBukan Pajak sebagaimana dimaksud dalamayat (1) diatm dengan Peraturan Pemerintah, Fraksi Partai Demokrasi Indonesia ingin mendapat penjelasan lebih lanjut mcngenai tatar belakang dimasukkannya pasal ini karena n'lenurut Fraksi Pal1ai Demokrasi Indonesia, pasal ini membuka kcmbali peluang bagi tidak tertibnya penggunaan anggaran negara. Mengapa untuk kegiatan-kegiatan terse but tidak dimasukkan dalam mata anggaran yang telah ada dalam setiap sektor dad Anggaran Belanja dalam APBNsaja. Mohon penjelasan.

4. Dalam pasal 17 dikatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Bayar Iterdapat kekurangan pembayaran, Wajib Bayar yang bersangkutan \vajib menlunasinya ditambah dengan sall1ksi berupa denda administrasi sebesar 2 % sebulan untuk paling lama 24 bulan. Sedangkan untuk kelebihan Ipembayarannya, maka jumlah kelebihan diperhitunglkan sebagai pembayaran dimuka atas jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang terutangwajib bayar yang bersangkutan pada peri ode berikutnya. Apakah tidak sebaiknya perlakuan terhadap wajib bayar mengenai kefourangall pembayaran disamakan dengan pedakuan jika terdapat kelebihaan pembayaran jumlah Penerimaan Ne:gara BukanPajak. Mohon penjelasan.

5. Pada pasa:1 20 dan pasal21 terdapat 2 nalyang dilakukan oleh wajib bayar tetapi mendapat sanksi yang berbeda, yaitu pacta pasal20 karena alpa sedangkan pada paeal 21 adalah dengan sengaja. Bagaimana

(38)

· kriteria bagi yang alpa dan bagaimana kriteria bagi yang sengaja, dan siapa yang merumuskan apakah itu sengaja atau alpa ? Mohon penjelasan.

6. Selanjutnya dalam ketentuan peralihan pad a ayat (3) dikatakan bahwa penyesuaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan selambat-Iambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-undang ini berlaku. Menurut pendapat Fraksi Partai Demokrasi Indonesia waktu 5 (lima) talmn untuk penyesuaian, terlalu lama Mengapa tidak diberlakukan pada saat Undang-undang ini diundangkan karena untuk menyetor Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat dilakukan sewaktu-waktu tidak perIu menunggu 5 (lima) tahun. Kalaupun mundur paling lambat pada sa at Kabinet bam 1998-2003 diumumkan sehingga Kabinet yang akan datang bersih dari hal-hal yang tidlak kOllstitusional Indonesia ingin mendapat status keberadaan uang sementara ini telah ditarik atau rekening menteri

7. Selanjutnya Fraksi Partai Demokrasi kan penjelasan Pemerintah tentang Peneriman Negara Bukan pajak yang dan diparkir direkening pribadi terkait. Menurut pendapat Fraksi Partai agar segera mungkin masuk ke kas, nunggu sampai dengan Undang-undang Motion penjelasan Pemerintah.

Saudara Ketua, Saudara Menteri dan Anggota sidang yang kami hormati

Kami Sampai pad a bag ian akhir dari Pemandangan Umum ini Fraksi Partai Demokrasi Indonesia dengan ini ingin menyampaikan kembali beberalPa haal yang penting yang telah kami k,emukakan diidepan tadi.

Dengan diajakanya Undang-undaag Tentang Penerimaan Negara bukan Pajak, maka ini merupakan penjabaran dan aktuaHsasi dari

(39)

nilai-nilai amanat Pancasila, Undang-undang Dasar 1945 selia GBI-IN 1993. Ini Berarti apabila Rancangan Cndang-undang Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak telah disahkan menjadi Undang-undang diharapkan akan meningkatkan kemandirian ball gsa Indonesia dalam pembiayaan pembangunan Nasional, sedangkan sumber dana Luar Negeri betul-betul hanya sebagai peleagkap.

Dan dengali1 adanya Undang-undang maka tiap pungutan baik yang dilakukan oleh sektoral, daerah mempunyai landasan berpijak yang memberikan kcpastian hukum bagi ketertiban administrasi keuangan bagi masyarakat wajib bayar sehingga timblll rasa tanggung jawab ulltllk memenuhi lainya serta dengan harapan didukung oleh petugas instansi Pemerintah yang dcdikasi dan be11anggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

Kepada Pemerintah, rekan-rekan dari F-KP, dan F-PP dengan ini Fraksi Partai Demokrasi Indonesia mengajak, marilah kita memasuki pembicaraan Tingkat III nanti berama pembahasan yang telah ke-IV Rancangan Undang-lIndang Tentang Perpajakan terlebih dahlllu disampaikan dengan semangat dan jiwa musyawarah mel1il::apai mufakat.

Demikian Pemandangan Umum Fraksi Pa11ai Demokrasi Indonesia yang bersifat materi pokok tcrhadap Rancangan Undang-undang Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, sedangkan pendapat pendapat kami secara terinci alkan kami sampaikan pada tahap-tahap berikutnya.

Akhirnya perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu-ibu, Bapak-bapak dan saudara-saudara hadirin sekalian atas perhatiannya terhadap Pemandangan Umum Fraksi Partai Demokrasi Sekian dan terima kasih;

(40)

Jakarta, 23 Januari 1997 PIMPINAN FRAKSI

PART AI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI Ketua, ttd, FATIMAH, S.H. Sekretaris, ttd, DRS. MARKUS WAURAN

Referensi

Dokumen terkait

Partisipan pertama menilai bahwa meskipun saat ini keadaan sebagai ayah tunggal tidak ideal bagi dirinya untuk menjalankan pengasuhan, akan tetapi dengan adanya pengalaman

1) Sebagai bagian dari upaya berkontribusi pada perkembangan teori, diharapkan penelitian ini membantu pembaca dalam memberikan pemahaman tentang tunneling beserta

Aktiva tetap yang diperoleh perusahaan memang seharusnya dilakukan penyusutan secara periodik untuk mengetahui nilai bukunya pada akhir periode akuntansi dan dilaporkan

Pengaruh Ukuran Perusahaan (UP) terhadap Struktur Modal (SM) pada Sektor Pertambangan Periode 2008-2012 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh madu terhadap motilitas dan viabilitas spermatozoa ikan komet pada proses pembekuan dan untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia dengan kualitas hidup kurang (62,4%), fungsi keluarga kurang (72%), dukungan sosial keluarga rendah (54,4%) dan

Hal ini mengakibatkan kon ik terhadap lalulintas yang berada disekitarnya, yaitu diantaranya terjadinya penurunan kinerja ruas jalan akibat adanya akti tas kendaraan berhenti atau