• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAMAN KARAKTER VARIETAS LOKAL PADI SAWAH SUMATERA BARAT DAN POTENSINYA DALAM PEMULIAAN UNTUK DAYA HASIL TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAMAN KARAKTER VARIETAS LOKAL PADI SAWAH SUMATERA BARAT DAN POTENSINYA DALAM PEMULIAAN UNTUK DAYA HASIL TINGGI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN KARAKTER VARIETAS LOKAL PADI SAWAH

SUMATERA BARAT DAN POTENSINYA DALAM PEMULIAAN

UNTUK DAYA HASIL TINGGI

Variability of Agronomic Characters in Local Rice Varieties

from West Sumatra Province and Its Potential

in Breeding for High Yield

Abd. Aziz Syarif dan Syahrul Zen Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang – Solok km 40, Sukarami – Solok 27366

E-mail: abd.azizsyarif@yahoo.co.id

ABSTRACT

To obtain local rice varieties with high yielding potential and good agronomic character, an exploration, collection, and evaluation was conducted in 2012. Exploration and collection was carried out in four districts (Solok, Tanah Datar, Agam, and Lima Puluh Kota) with the altitude ranging from 345 to 1580 m above sea level (asl). The seeds of local variety were collected from the field, farmer’s house, and rice mill. The collected varieties were evaluated at Bandar Buat Experimental Station (50 m asl) in dry season 2012 using non replicated observation trial. The number of collected varieties was 52, with the majority of them (59.6%) were originated from high altitude areas (>700 m asl), 25% from low altitude (<500 m asl), and 15.4% from medium altitude (500 – 700 masl). Results of observational trial showed that there were high variability of yielding ability and other agronomic characters among the varieties. Yielding ability varied from 3.87 to 8.87 t/ha, maturity from 119 to 186 days, plant height from 123 to 227 cm, productive tiller per hill from 10,3 to 27.7, number of spikelet per panicle from 92,4 to 280.2, fertility from 42.0to 85.3%, and 1000 grain weight from 22.4 to 29.9 g. The highest variability was observed on yield character (23.4%) followed by number of productive tillers/hill and number of spikelets/panicle characters. There were 21 varieties gave high yield (>7/ha), four among them also showed medium plant height and maturity; 16 varieties with high productive tiller (20 – 25 tillers/hill); 14 varieties with high number of spikelet (>200 spikelets/panicle); 16 varieties with high fertility (>75%); and 14 varieties with high grain weight (>27 g/1000 grains).

Key words: rice, variety, local, variability

ABSTRAK

Untuk mendapatkan varietas lokal padi sawah berdaya hasil tinggi dan atau memiliki karakter yang bermanfaat dalam pemuliaan untuk daya hasil tinggi, telah dilakukan eksplorasi, koleksi, dan evaluasi varietas lokal pada tahun 2012. Eksplorasi dan koleksi dilakukan pada empat kabupaten (Solok, Tanah Datar, Agam, dan Lima Puluh Kota) dengan ketinggian tempat mulai dari 345 sampai dengan 1580 m dpl., dengan mengunjungi daerah pertanaman padi, rumah petani, maupun penggilingan padi. Varietas lokal hasil eksplorasi dan koleksi dievaluasi daya hasil dan sifat-sifat agronomisnya di Kebun Percobaan Bandar Buat (50 mdpl) pada MK 2012. Jumlah varietas lokal yang berhasil dikoleksi adalah 52 varietas, mayoritas berasal dari ekosistem dataran tinggi (>700 mdpl.) yakni 31 varietas

(2)

(59,6%), dataran rendah 13 varietas (25%), dan dataran sedang 13 varietas (15,4%). Evaluasi agronomis dengan metode observasi tanpa ulangan menunjukkan bahwa varietas lokal yang dikoleksi memiliki keragaman yang tinggi pada karakter hasil dan sifat agronomis lainnya. Daya hasil bervariasi dari 3,87 - 8,87 t/ha; umur tanaman 119 – 186 HSS, tinggi tanaman 123 – 227 cm; anakan produktif 10,3 – 27,7 btg/rumpun, jumlah gabah total per malai 92,4 – 280,2; prosentase gabah bernas 42,0 – 85,0 persen, dan berat 1000 butir 22, 4 – 29,9 g. Variabilitas tertinggi terlihat pada karakter hasil (23,4%) disusul karakter jumlah anakan produktif per rumpun (22%) dan jumlah gabah per malai (21,5%). Terdapat 21 varietas berdaya hasil >7 t/ha, 4 di antaranya juga memiliki umur panen dan tinggi tanaman sedang; 15 varietas memiliki anakan produktif banyak - sangat banyak (20 - >25/rumpun); 14 varietas dengan jumlah gabah per malai >200; 16 varietas dengan prosentase gabah bernas tinggi (>75%); dan 14 varietas dengan berat 1000 gabah >27 g.

Kata kunci: varietas lokal, padi, keragaman, pemuliaan

PENDAHULUAN

Pertanaman padi di Sumatera Barat berada pada agroekosistem yang beragam, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Kondisi ini menimbulkan keragaman plasma nutfah padi yang cukup luas. Di samping itu, karena keterbatasan jumlah varietas unggul yang memenuhi preferensi konsumen di provinsi ini, keberadaan varietas padi lokal relatif masih terjaga. Menurut Zen et al. (2010), varietas lokal masih memegang peranan cukup penting pada budidaya tanaman padi sawah di Sumatera Barat. Diperkirakan pertanaman padi varietas lokal di Sumatera Barat tidak kurang dari 15 -20 persen dari luas total. Namun, di masa depan, akibat tekanan lingkungan, pertambahan jumlah penduduk, dan meluasnya penggunaan varietas-varietas unggul baru dapat menyebabkan hilangnya tanaman yang memiliki karakter berguna atau dikenal dengan erosi gen. Untuk menghindari hal ini, maka kekayaan plasma nutfah yang masih tersedia perlu dikelola dengan baik.

Secara umum, pengelolaan plasma nutfah terdiri dari dua aspek yakni pelestarian dan pemanfaatan. Untuk tanaman padi yang dapat disimpan dalam bentuk biji, pelestariannya dalam bentuk koleksi ex-situ hasil eksplorasi. Menurut Jatileksono (1998), eksplorasi dan koleksi plasmanutfah padi yang saat masih ditemui dilapangan perlu dilakukan untuk menggali potensi yang dimiliki plasmanutfah tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber tetua untuk mendapatkan varietas unggul baru (Jatileksono, 1998). Varietas lokal memiliki kelebihan yakni telah beradaptasi dengan lingkungan spesifik, telah diadopsi petani, dan lebih disukai konsumen (Darajat, 2005). Di Sumatera Barat harga jual beras varietas lokal lebih tinggi 15 – 20 persen dibanding harga jual beras varietas unggul. Santoso dan Nasution, (2011) menemukan bahwa umumnya varietas lokal memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit yang lebih stabil dibandingkan

varietas unggul. Di samping sebagai sumber gen, plasma nutfah yang memiliki

sifat-sifat agronomis unggul juga dapat digunakan secara langsung melalui upaya pemurnian (seleksi).

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi varietas-varietas lokal tanaman padi Sumatera Barat yang berpotensi untuk dijadikan varietas unggul ataupun sebagai sumber gen dalam pemuliaan untuk daya hasil tinggi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Bandar Buat (Kota Padang – Sumatera Barat) dengan ketinggian tempat 50 m dpl pada MK 2012 (April - Agustus 2012). Rancangan percobaan yang digunakan adalah pertanaman observasi tanpa ulangan. Genotipe yang dievaluasi adalah 52 varietas lokal padi sawah hasil eksplorasi dan koleksi di empat kabupaten di Sumatera Barat (Solok, T. Datar, Agam, dan 50 Kota).

Bibit berumur empat minggu sterlah semai ditanam pada plot-plot berukuran 0,5 x 5 m, dengan jarak tanam 25 x 25 cm, tiga sampai empat bibit per rumpun. Pemupukan dilakukan dengan pemberian 300 kg NPK (15-15-15) dan 100 kg Urea yang diberikan pada umur 10 hari, 4 minggu, dan 7 minggu setelah tanam, masing-masing sepertiga bagian. Pengamatan dilakukan terhadap umur panen, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif/rumpun, jumlah gabah bernas/rumpun, prosentase gabah hampa, bobot 1000 gabah, dan hasil per plot.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskriptif Parameter Pertumbuhan dan Hasil dan Komponen Hasil

Terlihat variasi atau selang (interval) yang cukup luas pada semua karakter yang diamati pada pengujian ini, dengan karakter hasil menunjukkan variabilitas tertinggi, disusul karakter jumlah anakan produktif per rumpun dan jumlah gabah per malai (Tabel 1). Berdasarkan kriteria Deshmukh et al. (1986), karakter yang menunjukkan variabilitas tinggi (>20%) adalah hasil, anakan produktif per rumpun, dan jumlah gabah per malai; variabilitas sedang (10 – 20%) adalah karakter umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, dan persen gabah bernas/malai; dan variebilitas rendah adalah bobot 1000 gabah. Terlihatnya varibilitas sedang sampai tinggi pada pengujian ini dapat dimengerti karena varietas lokal yang diuji berasal dari daerah dan agroekosistem (ketinggian tempat) yang beragam, yakni dari empat kabupaten dan ketinggian tempat dari 345 m sampai dengan 1580 mdpl. Swasti et al. (2008) juga mendapatkan variasi yang luas pada karakter varietasl padi lokal Sumatera Barat.

Nilai rataan umur masak dan tinggi tanaman tergolong tinggi dibanding nilai pada varietas unggul. Umur masak yang panjang dan tanaman yang tinggi adalah dua karakter tipikal varietas padi lokal.

(4)

Tabel 1. Statistik Deskriptif Parameter Pertumbuhan, Hasil dan Komponen Hasil 52 Varietas Lokal Padi Sawah. KP Bandar Buat, MK 2012

Parameter Minimal Maksimal Interval Rataan Ragam Variabilitas (%) Umur Bunga (HSS) 87,0 130,0 43,0 103,85 193,66 13,4 (S)* Umur masak (HSS) 119,0 166,0 47,0 134,85 226,09 11,5 (S) Tinggi Tanaman (cm) 123,33 226,7 103,34 161,82 892,30 18,5 (S) Anakan Prod./rumpun 10,33 27,7 17,34 18,01 15,73 22,0 (T) Gabah/ malai 92,40 280,2 187,80 180,62 149,70 21,5 (T) % Gabah Bernas 42,0 85,0 43,0 66,03 151,93 18,7 (S) Bobot 1000 gabah (g) 22,47 29,9 7,44 26,14 3,1 6,7 (R) Hasil (t/ha) 3,87 8,87 5,00 5,31 2,27 23,4 (T)

T= Tinggi, S= Sedang R= Rendah

Karakter Hasil

Hasil merupakan karakter yang menjadi tujuan umum dan utama dalam program pemuliaan. Untuk tanaman padi, di samping hasil umur masak dan tinggi tanaman adalah di antara karakter agronomis tanaman yang penting dalam budidayanya. Umur tanaman yang dikehendaki untuk produktivitas tinggi pada tanaman padi adalah genjah sampai sedang (110 – 130 hari) dengan tinggi tanaman pendek sampai sedang (<110 – 130 cm). Pada pengujian ini teridentifikasi 21 varietas yang memberi hasil tinggi (>7 t/ha), namun hanya empat varietas di antaranya yang juga memiliki umur dan tinggi tanaman sedang (Tabel 2).

Tabel 2. Varietas Lokal Tanaman Padi Dengan Umur dan Tinggi Tanaman Sedang serta Potensi Hasil Tinggi. KP Bandar Buat, MK 2012

Varietas Umur masak (hari) Tinggi Tanaman (cm) Hasil (t/ha)

Cantik Manih 122 128 8,02

Cintaku-3 128 130 7,00

Saribu Gantang-2 128 127 8,30

Cintaku-1 129 128 7,46

Karena memiliki potensi hasil tinggi dengan umur masak dan tinggi tanaman sedang, keempat varietas di atas berpotensi untuk dijadikan varietas unggul lokal dengan melakukan pemurnian dan pengujian lebih lanjut terhadap daya hasil dan sifat-sifat lainnya seperti mutu giling, mutu tanak, dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Karena tinggi tanamannya lebih dari 110 cm maka verietas-varietas ini lebih berpeluang untuk dikembangkan pada dataran sedang. Penananam varietas dengan tinggi tanaman >110 cm di dataran rendah berpeluang mengalami 723

(5)

kerebahan. Kegiatan pemurnian dan pemutihan padi varietas lokal yang telah dilakukan BPTP Sumbar bekerjasama denga BPSBTPH dan Pemerintah Daerah telah menghasilkan beberapa varietas unggul lokal yang cukup berkontribusi dalam produksi padi di Sumatera Barat (Zen, Syarif, dan Yufdi, 2012).

Komponen Hasil Jumlah Malai Per Rumpun

Teridentifikasi sejumlah 15 varietas yang memiliki jumlah malai per rumpun yang banyak (>20 batang/rumpun) (tabel 3). Varietas-varietas ini berpeluang untuk digunakan dalam perbaikan varietas untuk daya hasil tinggi karena karakter ini merupakan salah satu komponen yang menentukan produktivitas tanaman padi. Buang et al. (2008) menyarankan penggunaan tetua golongan indika yang memiliki jumlah malai produktif tinggi.

Tabel 3. Varietas Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Malai/Rumpun Banyak (>20 batang/rumpun) Beserta Karakter Lainnya, KP Bandar Buat, MK 2012 Varietas Malai/ Rumpun Umur Masak (HSS) Tinggi (cm) Gabah/ malai Fertilitas (%) Bobot (g/1000 gabah) Caredek Putiah 27,67 166,00 150,00 112,60 62,18 25,00 Kuniang Aro 27,00 121,00 135,00 120,80 53,11 27,50 1000 Gantang 1 26,00 130,00 150,00 206,60 61,96 23,44 Padi Kuniang 24,67 131,00 175,00 232,00 64,00 26,32 Anak Daro Putih 22,67 137,00 123,33 212,00 68,89 26,18 Cantik Manih 1 22,67 122,00 128,33 198,80 71,93 22,98 Cintaku 1 22,33 129,00 128,33 219,40 51,50 29,91 Kuning Sarumpun 22,33 135,00 128,33 135,80 83,51 26,60 Cantik Manih 3 22,00 151,00 126,67 195,20 66,60 25,55 1000 Gantang 2 22,00 128,00 141,67 183,80 68,34 28,66 PB Murni 21,67 131,00 138,33 170,20 68,98 28,74 Padi Putiah 21,00 121,00 160,00 202,00 55,74 27,09 Padi Kutu 21,00 122,00 171,67 194,60 54,68 27,48 Irpayung 20,33 128,00 128,33 101,20 64,82 27,90 Ambun Sori 20,00 128,00 133,33 162,80 78,38 26,65

Jumlah Gabah per Malai

Terdapat 16 varietas yang memiliki jumlah gabah per malai banyak (>200) (Tabel 4). Nilai tertinggi ditunjukkan varietas Puluik Jangguik, disusul Gadih Ani dan Marleni. Namun, fertilitas Pulik Janguik dan Gadih Ani tergolong rendah, sedangkan pada varietas Marleni cukup tinggi. Varietas lain dengan jumlah gabah dan fertilitas tergolong tinggi adalah Cintaku 2, Karitiang, dan BB 10. Jumlah gabah adalah karakter yang penting dalam mencapai hasil yang tinggi pada tanaman padi, karena merupakan ukuran sink (limbung) yang menentukan hasil tanaman padi sawah pada lingkungan optimal (Takeda, 1984)

(6)

Tabel 4. Varietas Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Gabah/Malai Banyak (>200 Butir/Rumpun) Beserta Karakter Lainnya, KP Bandar Buat, MK 2012 Varietas Gabah/ malai Umur Masak (HSS) Tinggi (cm) Malai/ rumpun Fertilitas (%) Bobot (g/1000 gabah) Pulut Jangguik 280,20 157,00 193,33 13,33 46,67 26,00 Gadih Ani 278,40 155,00 210,00 10,67 54,34 28,90 Marleni 238,80 121,00 193,33 14,00 77,55 26,19 Padi Kuniang 232,00 131,00 175,00 24,67 64,00 26,32 Siarang 221,64 140,00 226,67 17,33 42,00 25,91 Padi Putiah 219,60 160,00 200,00 14,00 62,00 26,19 Cintaku 1 219,40 129,00 128,33 22,33 51,50 29,91 Cintaku 2 217,20 129,00 156,67 20,00 75,78 23,15

Anak Daro Putiah 212,00 137,00 123,33 22,67 68,89 26,18

Karitiang 208,20 159,00 130,00 17,68 81,65 25,88 Seratus Gantang 207,60 128,00 126,67 19,03 79,48 23,14 Cintaku-3 206,80 128,00 130,00 16,33 62,86 29,23 1000 Gantang R 1 206,60 130,00 150,00 26,00 61,96 23,44 Anak Daro 205,20 152,00 135,67 17,00 78,07 22,47 Padi Putiah 2 202,00 121,00 160,00 21,00 55,74 27,09 BB10 201,20 122,00 170,00 15,00 84,99 27,08 Fertilitas

Jumlah gabah per malai saja tidak dapat memberikan hasil tinggi jika tidak disertai fertilitas atau persentase gabah hampa rendah, Pada pengujian ini teridentifikasi 16 varietas yang memiliki fertilitas tinggi (>75%) (Tabel 5), Fertilitas yang rendah merupakan salah satu kelemahan galur-galur padi tipe baru generasi 1 (Buang et al,, 2008), Varietas-varietas dengan fertilitas tinggi dan memiliki jumlah gabah per malai banyak seperti BB 10, Karitiang, dan 100 Gantang dapat disarankan untuk digunakan dalam program pemuliaan,

Tabel 5, Varietas Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Fertilitas Malai Tinggi (>75%) Beserta Karakter Lainnya, KP Bandar Buat, MK 2012

Varietas Fertilitas (%) Umur Masak (HSS) Tinggi (cm) Malai/ rumpun Gabah/ malai Bobot (g/1000 gabah) BB10 84,99 122,00 170,00 15,00 201,20 27,08 Empat Bulan 84,89 120,00 180,00 19,00 148,20 24,66 Kuning srmp 83,51 135,00 128,33 22,33 135,80 26,60 Cantik Mns 83,42 120,00 180,00 16,33 189,40 24,85 Saganggam 82,99 120,00 168,33 19,33 155,20 26,60 Kariting 81,65 159,00 130,00 17,68 208,20 25,88 Kuning Aro 81,52 127,00 213,33 14,67 150,40 24,83 Suntiang 81,30 122,00 126,67 13,67 147,60 24,73 Seratus Hari 80,53 119,00 163,33 18,67 158,20 26,58 Seratus Gtg 79,48 128,00 126,67 19,03 207,60 23,14 Katumba 78,74 120,00 193,33 18,00 161,80 25,12 Ambun Sori 78,38 128,00 133,33 20,00 162,80 26,65 Anak Daro 78,07 152,00 135,67 17,00 205,20 22,47 Marleni 77,55 121,00 193,33 14,00 238,80 26,19 Saganggam 2 76,57 121,00 175,00 12,67 187,80 23,60 Cintaku 2 75,78 129,00 156,67 20,00 217,20 23,15 725

(7)

Bobot Gabah

Empat belas varietas pada pengujian ini menunjukkan bobot gabah tinggi (>26 g/1000 butir), Nilai tertinggi ditunjukkan varietas Cintaku 1 disusul Padi Kuniang dan Cintaku 3 (Tabel 6), Namun, ketiga varietas ini memiliki tingkat fertilitas yang sedang, tetapi jumlah gabah per malainya tinggi, Varietas BB10, walaupun tidak memiliki bobot gabah tertinggi (tetapi masih tergolong tinggi), menujukkan fertilitas dan jumlah gabah tinggi, Varietas ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan sebagai tetua dalam pemuliaan untuk daya hasil tinggi, Bobot gabah merupakan karakter komponen hasil yang stabil, Hasil penelitian Yoshida (1972) menunjukkan kurang dari 5 persen koefisien keragaman dari bobot gabah yang ditemui pada beberapa tahun pada lokasi yang sama,

Tabel 6, Varietas Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Bobot Gabah Tinggi (>27 g/1000 butir) Beserta Karakter Lainnya, KP Bandar Buat, MK 2012 Varietas Bobot (g/1000 gabah) Umur Masak (HSS) Tinggi (cm) Malai/ rumpun Gabah/ malai Fertilitas (%) Cintaku 1 29,91 129,00 128,33 22,33 219,40 51,50 Padi Kuniang 29,44 158,00 213,33 14,67 191,40 42,47 Cintaku 3 29,23 128,00 130,00 16,33 206,80 62,86 Gadih Ani 28,90 155,00 210,00 10,67 278,40 54,34 PB Murni 28,74 131,00 138,33 21,67 170,20 68,98 Pandan Wangi 28,73 128,00 155,00 15,33 176,20 62,43 1000 Gantang Randah 2 28,66 128,00 141,67 22,00 183,80 68,34 Irpayung 27,90 128,00 128,33 20,33 101,20 64,82 Kuniang Aro 27,50 121,00 135,00 27,00 120,80 53,11 Padi Kutu 27,48 122,00 171,67 21,00 194,60 54,68

Kuriak Kusuik Putiah 27,39 140,00 133,33 17,00 190,00 48,74

Remaja 27,31 120,00 201,67 16,67 92,40 67,53

Padi Putiah 27,09 121,00 160,00 21,00 202,00 55,74

BB10 27,08 122,00 170,00 15,00 201,20 84,99

Pada Tabel 3 terlihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi tidak terlalu banyak, tidak mencapai 30 batang sebagaimana yang diperoleh Pujiwati (2011) pada varietas lokal asal Benkulu, Hal ini cukup baik untuk dimanfaatkan dalam program pemuliaan untuk hasil tinggi, karena anakan yang terlalu banyak umumnya dapat mengakibatkan jumlah gabah dan fertilitas yang rendah, Abdullah et al, (2008) menyatakan bahwa varietas yang diperlukan untuk pembentukan varietas padi tipe baru adalah varietas dengan jumlah anakan sedang, Jumlah gabah permalai yang diperoleh pada pengujian ini lebih tinggi dibanding yang diperoleh Pujiwati (2011), tetapi lebih rendah dari yang diperoleh Swasti (2008), Jumlah gabah per malai yang terlalu banyak umumya akan mengakibatkan prosentase hampa yang tinggi dan berat 1000 gabah yang rendah, Fertilitas yang

(8)

rendah adalah salah satu kendala yang masih terdapat pada galur-galur padi tipe baru (Abdullah, 2008), Varietas-varietas lokal dengan ferlititas tinggi (>80%) dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi tipe baru, Tiga varietas dengan ferlititas tinggi pada pengujian ini juga memiliki jumlah gabah per malai yang banyak, yakni BB10 (201 gabah/malai), Cantik Manih-2 (189 gabah/malai), dan Karitiang (208 gabah/malai), Pada pengujian ini juga teridetifikasi delapan varietas dengan bobot 1000 gabah besar dari 27 g, Berat gabah ini lebih tinggi dibanding rata-rata berat gabah varietas unggul yang sudah dilepas, sehingga juga dapat digunakan dalam program perbaikan varietas,

KESIMPULAN DAN SARAN

Terlihat variasi yang tinggi pada karakter hasil dan karakter agronomis lainnya dari 52 varietas lokal yang diobservasi, Daya hasil bervariasi dari 3,87 – 8,87 t/ha, umur tanaman 119 -186 hari setelah semai, tinggi tanaman 127 – 227 cm anakan produktif/rumpun10,3 – 27,7 batang/rumpun, gabah total per malai 92,4 – 280,2, fertilitas gabah 42 – 85 persen, dan bobot 1000 gabah 22,4 – 29,9 g, Teridentifikasi 21 varietas berdaya hasil >7 t/ha, empat di antaranya juga memiliki tinggi tanaman dan umur panen tergolong sedang; 16 varietas dengan anakan produktif banyak (20 - >25 batang/rumpun); 14 varietas dengan gabah per malai banyak (>200); 16 varietas dengan fertilitas gabah tinggi (>75%), dan 14 varietas dengan berat gabah tinggi (>27 g/1000 butir), Varietas-varietas dengan karakter-karakter unggul yang teridentifikasi dapat dimanfaatkan dalam program perbaikan varietas padi untuk daya hasil tinggi,

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B,, S, Tjokrowijiyo, dan Sularjo, 2008, Status, Perkembangan, dan Prospek Pembentukan Padi Tipe Baru di Indonesia, P, 269 – 287, Dalam Prosiding Simposium V Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan,

Daradjat, A,An, 2005, Pengelolaan Dan Pemanfaatan Plasma Nutfah, Makalah Disampaikan pada Lokakarya, Sosialisasi dan Pemasyarakatan Penelitian Padi Type Baru di Sukamandi, tanggal 24-26 Februari 2005,

Deshmukh, SN, MS Basu, dan PS Redy, 1986, Genetic Variability, Character Association, and Path Analysis of Quantitative Traits in Virginia Bunch Varieties of Groundnut, Indian J, Agric, Sci, 56: 816 – 821,

Jatileksono, T, 1998, Impact of Rice Research and Technology Dissemination in Indonesia,

In: Pingali P, L and M,Hossain, Impact of Rice Reseach, TDRI and IRRI,

Pujiwati, H, 2011, Pemurnian Kultivar Lokal dan Deskripsi Padi Lokal Bengkulu, p, 78 – 88 dalam Prosiding Seminar Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia, Padang, 2011

(9)

Santoso dan Anggiani Nasution, 2011, Seleksi Galur-Galur Hasil Pemuliaan untuk Ketahanan Blas Berbeda, Dalam: Prosiding Seminar Ilmiah Hasil Penelitian Padi Nasional 2010, “Variabilitas dan Perubahan Iklim: Pengaruhnya terhadap Kemandirian Pangan Nasional”, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi 2011,

Swasti, E,, A,A, Syarif, I, Suliansyah, dan N,E, Putri, 2008, p, 409 – 414, Potensi Varietas Lokal Sumatera Barat sebagai Sumber Genetik dalam Pemuliaan Tanaman Padi,

dalam Prosiding Simposium V Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan,

Takeda T, 198, Physiological and Ecological Characteristics of High Yielding Varieties of Lowland Rice, In: Proc, Intl, Crop Science Symposium, Oct, 17-20, Fukuoka , Japan Yoshida S, 1972, Physiological Aspects of Grain Yield, Ann, Rev, Plant Physiol, 23:437-464 Zen, S,, A,A, Syarif, dan Dasmal, 2010, Laporan Hasil Penelitian Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Sumatera Barat,

Zen, S,, A,A, Syarif, dan P, Yufdy, 2011, Varietas Unggul Lokal Padi Sawah dengan Rasa Pera Spesifik Sumatera Barat, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat,

Gambar

Tabel 1.  Statistik Deskriptif Parameter Pertumbuhan,  Hasil dan Komponen Hasil  52 Varietas Lokal Padi Sawah
Tabel 3.  Varietas Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Malai/Rumpun Banyak  (&gt;20 batang/rumpun) Beserta  Karakter  Lainnya, KP Bandar Buat, MK  2012   Varietas  Malai/  Rumpun  Umur Masak (HSS)  Tinggi (cm)  Gabah/ malai  Fertilitas (%)  Bobot (g/1000
Tabel 4. Varietas  Padi Lokal Asal Sumatera Barat dengan Gabah/Malai Banyak  (&gt;200 Butir/Rumpun) Beserta Karakter Lainnya, KP Bandar Buat, MK 2012

Referensi

Dokumen terkait

Hasil kajian adaptasi dari beberapa varietas unggul padi sawah di dataran tinggi Kabupaten Mamasa menunjukkan bahwa penanaman varietas unggul/lokal dengan penerapan

Sempitnya keragaman varietas yang dapat dikembangan sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat menyebabkan penerapan pengelolaan tanaman terpadu melalui

Daya hasil komponen agronomis tiga varietas unggul baru padi sawah di Dusun Jayan, Desa Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul tertera pada Tabel 1.. Hasil

Hasil menunjukkan bahwa padi varietas lokal masih tetap eksis pada semua ekosistem sawah irigasi, Menthik dan Menthik Susu merupakan padi varietas lokal yang dominan distribusiya

Dari hasil karakterisasi terhadap 20 aksesi padi lokal Sumba Barat Daya, ternyata terdapat variasi karakteristik agronomi dan fenotipe yang sangat besar antar

Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi antara perlakuan jerami dan varietas terhadap tinggi tanaman pada umur 45 hst dan 87 hst serta jumlah

Dibanding dengan varietas Cisokan, disini terlihat bahwa penggunaan VUB Inpari 21 Batipuah memberikan hasil yang lebih tinggi dibanding dengan varietas Cisokan baik di

KERAGAMAN KARAKTER MORFOLOGIS PLASMA NUTFAH PADI LOKAL DATARAN TINGGI TANA TORAJA, SULAWESI SELATAN.. Sahardi, Herniwati, dan Fadjry Djufry Balai Pengkajian Teknologi