• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT JURNAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK

ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN DARMA KABUPATEN

KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

JURNAL

TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik

LEORIZKY BHASKARA NIM. 125060407111006

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017

(2)

APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK

ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

Leorizky Bhaskara, Runi Asmaranto2, Evi Nur Cahya2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

1leorizkybhaskara@yahoo.com

ABSTRAK

Bendungan, selain memiliki sisi manfaat memiliki kerugian apabila bendungan itu terjadi keruntuhan. Keruntuhan bendungan dapat diakibatkan oleh overtopping ataupun piping. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Keamanan Bendungan, menyebutkan bahwa setiap bendungan harus dilengkapi dengan Dokumen Rencana Tindak Darurat (RTD) dalam rangka antisipasi penyelamatan jiwa dan harta benda apabila terjadi keruntuhan bendungan.

Analisis dalam studi ini dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dan pengaplikasian program Zhong Xing HY21. Inflow yang dihasilkan dari perhitungan HSS metode Nakayasu adalah sebesar 300,317 m3/det yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan simulasi dengan aplikasi Zhong Xing

HY21. Hasil perhitungan routing melalui pelimpah menghasilkan outflow sebesar 73,328 m3/det

pada puncak El. +713,656 m atau 0,344 m di bawah puncak bendungan. Penelitian ini menghasilkan debit dari hasil running aplikasi dengan outflow terbesar sebesar 7580,773 m3/det untuk skenario piping atas dan yang paling terkecil sebesar 4468,268 m3/det untuk skenario overtopping. Selain itu

dampak genangan banjir terluas adalah 52,815 km2 untuk skenario piping atas dan yang terkecil

adalah 51,041 km2 untuk skenario overtopping. Berdasarkan hasil tersebut maka dasar pembuatan

Rencana Tindak Darurt (RTD) menggunakan luas genangan dan outflow banjir terbesar, yaitu skenario piping atas. Dari semua skenario keruntuhan yang disimulasikan, menunjukkan desa yang mengalami banjir terparah adalah di Kelurahan Kuningan dengan kedalaman mencapai 15 m lebih. Berdasarkan rencana tindak darurat yang telah dibuat, apabila Bendungan Darma mengalami keruntuhan penduduk dari 10 titik ekstrak data atau lokasi desa terpilih dapat diungsikan ke 7 titik aman atau zona evakuasi yang telah ditentukan.

Kata kunci: Keruntuhan Bendungan, Zhong Xing HY21, Piping, Overtopping ABSTRACT

Dam, besides the benefit is also has a disadvanatage occurs when a dam collapse. The dam break can be caused by overtopping or piping. Government Regulation Number 37 Year 2010 on Safety of Dams, states that every dam must be equipped with the Emergency Action Plan Document (RTD) in anticipation of saving lives and property in the event of a dam collapse.

In this study, the authors analyze the impact of the collapse of the dam using the result of calculation and the help of software Zhong Xing HY21. Inflow discharged generated from HSS calculation from Nakayasu method amounted to 300,317 m3/s used as a basis to do a simulations with Zhong Xing HY21 applications. The result of routing through the spillway produced the inflow at 73,328 m3/s on El. +713,656 m or 0,344 m below the top of the dam. This research produced discharge from running these applications obtained the largest outflow at 7580,773 m3/s for upper piping scenarios and the most smallest is 4468,268 m3/s for overtopping scenarios. The

impact of the widest floodwaters is 52,815 km2 with upper piping scenarios and the smallest is 51,041 km2 for overtopping scenarios. Of all dam break simulated scenario, show village that suffers

from the worst flood is in Kuningan Regency with depth reaching more than 15 m. From the emergency action plan document if Darma dam collapse, the resident from 10 extraction point must be evacuated to the 7 specified safety zones.

(3)

PENDAHULUAN

Bendungan meiliki banyak manfaat yang sangat bergna bagi kelangsungan hidup masyarakat di hilirnya. Namun, selain menyimpan banyak manfaat, bendungan juga mempunyai resiko yang tinggi berupa kemungkinan terjadinya kegagalan yaitu berupa runtuhnya sebagian atau keseluruhan tubuh bendungan yang berakibat timbulnya korban jiwa dan material bagi masyarakat yang hidup di wilayah hilir bendungan.

Kerutuhan bendungan sendiri dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor, faktor yang menjadi penyumbang terbesar dalam keruntuhan bendungan di seluruh dunia yaotu terjadinya overtopping dan piping.

Mengingat adanya kemungkinan terjadinya bencana yang besar di hilir bendungan apabila bendungan runtuh, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Keamanan Bendungan, perlu dilakukan analisis terhadap dampak keruntuhan bendungan (Dam Break Analysis), yang Di mana hasil analisis tersebut berguna dalam penyusunan Dokumen Rencana Tindak Darurat (RTD). Dokumen RTD ini berfungsi sebagai acuan peringatan dini kepada masyarakat di hilir bendungan untuk mempersiapkan diri jika bendungan tersebut mengalami kegagalan atau keruntuhan, sehingga kerugian yang terjadi dapat diminimalisir.

METODE Lokasi Studi

Bendungan Darma terletak di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat Di mana bendungan ini merupakan salah satu bangunan keairan yang dibangun di daerah aliran sungai Cisanggarung bagian hulu. Secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat dan berkoordinat di 07°00’6” S; 108°24’31’ E. Luas daerah tampungan Bendungan Darma mencapai 397 hektar dan dapat menampung air maksimum 37.900.000 m3 yang digunakan

untuk menyuplai lahan seluas 22.060 hektar. Menurut Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Kuningan, DR. Ir. H. Iman Sungkawa, MM bendungan Darma selama ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya sebagai obyek wisata, penyuplai air PDAM Kuningan, penyuplai air untuk pertanian di Kuningan 30% dan Kabupaten Cirebon 70%, areal usaha budidaya ikan jaring apung, dan restoking ikan.

Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan debit banjir maksimum (PMF) dengan menggunakan metode Nakayasu dan perhitungan PMP (Probability Maximum

Precipitasion) menggunakan metode Hersfield. Metode Nakayasu dalam perhitungan QPMF dipilih karena tidak tersedianya datan banjir pada daerah aliran sungai, sedangkan metode Hersfield dipilih untuk perhitungan PMP karena kurangnya data meteorologi yang tersedia.

Perhitungan Dispersi

Pada kenyataanya tidak semua variat dari suatu variabel hidrologi sama dengan nilai rata-ratanya akan tetapi kemungkinan ada nilai variat yang lebih besar atau lebih kecil daripada nilai rata-ratanya. Hasil pengukuran disepersi sangat penting untuk mengetahui sifat dari distribusi (Soewarno,1995:69).

Dalam studi ini penggunaan dispersi hanya terbatas dari perhitungan yang paling sering digunakan atau dalam arti lain yang penting untuk dipergunakan dalam perhitungan distribusi frekuensi.

Adapun perhitungan disperse yangh dipakai adalah: a. Deviasi Rata-Rata (𝑋̅) b. Standar Deviasi (Sd) c. Koefisien variasi (Cv) d. Kepencengan (Cs) e. Kurtosis (Ck)

Uji Konsistensi Data Hujan

Ilmu statistik dalam hidrologi memiliki metode untuk menguji dan memperbaiki data curah hujan, yaitu metode Lengkung Massa Ganda (Double Mass Curve). Namun

(4)

metode Lengkung Massa Ganda bekerja dengan cara membandingkan setiap data curah hujan tahunan kumulatif antara beberapa stasiun alat penakar hujan sebagai referensinya, sedangkan studi ini hanya memiliki satu stasiun hujan sebagai sumber datanya, sehingga diperlukan metode lain yang mana ilmu statistik dalam hidrologi memiliki metode alternatif lain untuk menguji data yang bersifat tunggal, yaitu dengan metode Rescaled Adjusted Partial

Sums yang untuk selanjutnya disebut sebagai

metode RAPS. Persamaan-persamaan dalam uji konsistensi metode RAPS adalah sebagai berikut:

   k i i y y S k 1 ) ( * (1) dengan k = 1,2,3, …, n 0 *  So (2) Dy Sk Sk* * * (3)

   n i i n y y Dy 1 2 2 ( ) (4) Dy = Dy12 Dy22 ...Dyn2 (5) Q = │Sk** Maksimal│ (6) R = │Sk** Maksimal│- │Sk** Minimal│(7) dengan:

 Sk* = simpangan mutlak data  Sk** = nilai konsistensi data  Dy = simpangan rata-rata data  yi = nilai data ke-i

 𝑦̅ = nilai rerata data

 n = jumlah atau banyak data

 Q = nilai statistik data untuk 0 ≤ k ≤ n  R = nilai range statistik terhadap data

Analisis Distribusi Frekuensi

Analisis frekuensi data hidrologi ditujukan untuk mencari hubungan antara besarnya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi probabilitas. Besarnya kejadian ekstrim mempunyai hubungan terbalik dengan probabilitas kejadian, misalnya frekuensi kejadian debit banjir besar adalah lebih kecil dibanding dengan frekuensi debit-debit sedang atau kecil. Analisis

frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai atau data hujan. Data yang digunakan adalah data debit atau hujan maksimum tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu tahun, yang terukur selama beberapa tahun (Triatmodjo, 2008:202) Dalam statistik dikenal beberapa jenis distribusi, diantaranya yang paling sering digunakan dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:

a. Distibusi Normal b. Distribusi Log Normal c. Distribusi Gumbel d. Distibusi Log Pearson III Uji Kesesuaian Distribusi

Uji kesesuain distribusi ditujukan untuk megetahui apakah persamaan distribusi probabilitas yang dipilih dapat mewakili distribusi stastistik data yang dianalisis. Dalam studi ini menggunakan dua parameter uji yang paling sering digunakan, yaitu Chi-Square dan Smirnov-kolmogorov.

Hujan Maksimum (Probable Maximum Precipitation/PMP)

Hujan maksimum atau PMP

didefinisikan sebagai tinggi terbesar hujan dengan durasi tertentu yang secara meteorologis dimungkinkan bagi suatu daerah pengaliran dalam suatu waktu dalam tahun, tanpa adanya kelonggaran yang dibuat untuk trend klimatologis jangka panjang (Soemarto, 1999:154).

Pada studi ini untuk perhitungan hujan maksimum bolehjadi digunakan metode

Hersfield, yang di mana metode ini

digunakan untuk kondisi di mana data meteorologi sangat kurang atau perlu perkiraan secara cepat, yang memiliki persamaan sebagai berikut:

s k X

XPMP  m. (8) keterangan:

XPMP = hujan maksimum boleh jadi

X = nilai rata-rata hujan km = faktor koefisien Hersfield

(5)

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Hidrograf satuan Sintetis Nakasyasu dikembangkan oleh DR. Nakayasu degan berdasar pengamatan kepada beberapa sungai di Jepang. Nakayasu merumuskan rumus hidrograf satuan sintetiknya sebagai berikut:           3 . 0 0 3 , 0 6 , 3 1 T T R A Q p p (9) keterangan:

Qp = debit puncak banjir (m3/detik)

R0 = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu (time lag) dari

permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3 = waktu yan diperlukan oleh

penurunan debit , dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak

A = luas daerah pengaliran sampai

outlet (km2)

Sedangkan untuk mendapatkan nilai Tp dan

nilai T0,3 menggunakan persamaan sebagai

berikut:

Tp = Tg + 0,8 tr (10)

T0,3 = α x tg (11)

tr = 0,5 tg sampai 1 tg (12) Parameter tg yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam) dan dihitung berdasarkan panjang alur sungai, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Sungai dengan panjang alur sungai L < 15 km

tg = 0,4 + 0,0058 L (13)

 Sungai dengan panjang alur sungai L > 15 km

tg = 0,21 x L0,7 (14)

dengan:

tr = durasi hujan (jam) α = parameter hidrograf Penelusuran Banjir

Penelusuran banjir adalah sebuah cara untuk menentukan modifikasi aliran banjir. Hal ini berdasar pada konfigurasi gelombang banjir yang bergerak pada suatu tampungan (saluran atau waduk). Penelusuran banjir di waduk diperlukan untuk mengetahui debit

outflow maksimum dan tinggi air maksimum

pada debit outflow yang bersesuaian sebagai dasar perencanaan hidrolika struktur untuk menentukan:

a. Dimensi lebar pelimpah b. Profil pelimpah

c. Tinggi jagaan pelimpah

d. Dimensi peredam energi dan instrumen lainnya

Penelusuran banjir dilakukan untuk mengetahui apakah dengan debit rancangan PMF, waduk akan mengalami overtopping atau tidak. Jika tidak, maka analisis terhadap keruntuhan bendungan lazimnya disimulasikan hanya disebabkan oleh piping, kecuali terdapat pertimbangan lain. Dalam penelusuran banjir yang dilakukan, Fasilitas pengeluaran yang digunakan adalah pelimpah, oleh karena itu menggunakan persamaan penelusuran banjir melalui pelimpah, di mana perhitungannya menggunakan persamaan sebagai berikut:

2 3 . .B H C Q  (15) keterangan:

Q = debit yang melewati pelimpah (m3/det)

C = koefisien debit ( berkisar antara 1,7 – 2,2 m/det)

B = panjang ambang pelimpah (m) H = tinggi energi di atas ambang Program Zhong Xing HY21

Zhong Xing HY21 merupakan sebuah program yang dibuat pada tahun 2011 oleh “Sinotech Engineering Consultant,

Taiwan”. Perangkat lunak ini merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan aliran

Unsteady Flow. Program ini dapat mensimulasikan keruntuhan bendungan, menghitung hidrograf aliran keluar (outflow

hidrograf) dan mensimulasikan gerakan

gelombang banjir akibat runtuhnya bendungan (dam break flood) lewat lembah di hilir bendungan beserta animasi pergerakan aliran air hasil simulasi keruntuhan. Keunggulan program Zhong Xing HY21 dantara lain:

a. Kesanggupan untuk melakukan simulasi pengaruh alur sungai

(6)

meandering dalam dataran banjir yang

lebar

b. Kesanggupan untuk melakukan simulasi aliran subkritis dan superkritis dalam routing yang sama

c. Kesanggupan untuk routing hidrograf tertentu dengan menggunakan dynamic

routing dengan cepat dalam berbagai

kondisi skenario keruntuhan

d. Kesanggupan simulasi pengaruh

breakwater dari kehancuran bendungan

yang merambat lewat pertemuan anak sungai dengan sungai induknya

e. Kesanggupan untuk membuat animasi perjalanan banjir beserta waktu tiba banjir dan waktu surut banjir

Analisis Keruntuhan Banjir

Sebelum bendungan mengalami keruntuhan total, didahului oleh terjadinya rekahan (breaching). Rekahan adalah lubang yang terbentuk dalam tubuh bendungan pada saat runtuh. Sebenarnya mekanisme keruntuhannya tidak begitu dipahami, baik untuk bendungan urugan tanah maupun bendungan beton. Untuk meramal banjir di daerah hilir akibat keruntuhan bendungan, biasanya dianggap bahwa bendungan runtuh secara total dan secara mendadak.

Berikut adalah parameter-parameter rekahan yang digunakan sebagai dasar analisis keruntuhan bendungan, seperti tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Rekahan

Bendungan Urugan Bendungan Beton Bendungan Lengkung Lebar rekahan O,5 – 4 kali tinggi bendungan Beberapa kali lebar monolit Lebar total bendungan Lebar samping rekahan 0 - 1 0 Lereng dinding lembah Waktu keruntuhan (jam) 0,5 - 4 0,1 – 0,5 0,1 jam (tiba-tiba) Elevasi muka air waduk saat runtuh 1 – 5 kaki di atas puncak bendungan 10 – 50 kaki di atas puncak bendungan 10 – 50 kaki diatas puncak bendungan

Sumber: User’s Manual Boss Dambrk (1991:137)

HASIL DAN PEMBAHASAN Data Curah Hujan

Data curah hujan yang digunakan diambil dari satu stasiun hujan, yaitu stasiun hujan Waduk Darma. Data hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan hujan rencana dan banjir rancangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Data Curah Hujan Stasiun Waduk Darma

Nomor Tahun Curah Hujan Maksimum (CHmax) (mm) 1 2005 102,000 2 2006 133,000 3 2007 54,211 4 2008 81,500 5 2009 98,000 6 2010 137,000 7 2011 98,000 8 2012 90,000 9 2013 128,662 10 2014 114,956

Uji Konsistensi Data Hujan

Uji konsistensi data hujan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan memenuhi syarat layak atau tidak. Perhitungan uji Konsistensi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji Konsistensi Data Metode RAPS Stasiun Waduk Darma

Hujan Maksimum (Probable Maximum Precipitation/PMP)

Perhitungan PMP dengan metode Hersfield sesuai dengan RSNI- T - 02 - 2004 – PMP. Berikut adalah hasil perhitungan PMP:

𝑋𝑝

̅̅̅̅ = 𝑋̅̅̅̅ . 𝑓𝑛 1 . 𝑓2 (16) = 103,733 . 104 % . 105 %

(7)

𝑆𝑝 = 𝑆𝑛 . 𝑓3 . 𝑓4 = 25,636 . 110 % . 130 % = 36,659 𝑋𝑚 = 𝑋̅̅̅̅ + (𝐾𝑝 𝑚 . 𝑆𝑝) = 113,276 + (10,8 . 36,659) = 509,196 mm

Dengan faktor reduksi area sebesar 0,97 maka hasil perhitungan PMP untuk stasiun hujan Waduk Darma adalah:

= 509,196 × 97 % × 1,02 = 503,079 mm

Hujan Rencana

Distribusi Hujan Jam-Jaman Metode PSA-007

Hasil perhitungan hujan jam-jaman metode PSA-007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan Hujan Netto Jam-Jaman Metode PSA-007

Adapun untuk Grafik Genta dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hujan Netto Jam-Jaman Bentuk Genta

Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu

Parameter-parameter dalam perhitungan HSS Nakayasu dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tabulasi Parameter Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu

Parameter Satuan Nilai

A L Ro α tg tr Tp T0,3 1,5 T0,3 Qp km2 km Jam - Jam Jam Jam Jam Jam m3/det 25,850 10,560 1 3 1,093 0,820 1,749 3,280 4,920 1,887

Gambar 2. Hidrograf Banjir rancangan Metode Nakayasu

Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa debit banjir tertinggi adalah debit PMF dengan inflow maksimum sebesar 303,317 m3/det dalam kurun waktu 4 jam.

Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah Penelusuran banjir melalui pelimpah ini menggunakan metode USBR dengan lebar puncah 12,5 m dan elevasi +714 m. Grafik hasil analisis penelusuran banjir dengan metode USBR dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3, diperoleh informasi bahwa dengan inflow PMF sebesar 300,317 m3/det menghasilkan outflow sebesar 73,328 m3/det pada ketinggian elevasi +713,656 atau 0,344 m dari puncak bendungan.

(8)

Gambar 3. Grafik Perhitungan Penelusuran Banjir di atas Pelimpah dengan QPMF

Running Program Zhong Xing HY21 Di dalam studi ini, boundary area yang ditinjau adalah dari hilir Bendungan Darma sampai pada batas wilayah Kabupaten Kuningan, yaitu pada wilayah Kabupaten Cirebon. Karena dalam studi ini hanya terbatas untuk dampak keruntuhan bendungan Darma untuk wilayah Kuningan dan sekitarnya.

Skenario keruntuhan bendungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Overtopping. Bendungan dianggap mengalami sliding atau longsor sebanyak 1 meter, sehingga puncak bendungan yang awalnya berada di elevasi +714 m menjadi berada di elevasi +713 m

b. Piping Atas. Bendungan mengalami

piping yang dimulai pada elevasi sejajar

dengan spillway +711,750 m.

c. Piping Tengah. Bendungan mengalami

piping yang dimulai pada bagian tengah

bendungan yaitu pada elevasi +704 m. d. Piping Bawah. Bendungan dianggap

mengalami piping dengan elevasi pusat + 701 m.

Hasil Running Program Zhong Xing HY21

Dari running program yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Debit Puncak Banjir dan Waktu Pengosongan Waduk

1. Overtopping → 4468,268 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 11948 detik

2. Piping atas → 7580,773 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 14400detik 3. Piping tengah → 6216,574 m3/det

dengan waktu pengosongan waduk 12652 detik

4. Piping bawah → 6299,611 m3/det

dengan waktu pengosongan waduk 10130 detik

Luasan Genangan Banjir 1. Overtopping = 51,041 km2 2. Piping atas = 52,815 km2 3. Piping tengah = 52,625 km2

4. Piping bawah = 51,865 km2 Kedalaman Banjir

Kedalaman banjir paling tinggi dari semua skenario keruntuhan terjadi pada

skenario Piping atas. Grafik kedalaman

banjir untuk skenario keruntuhan piping atas untuk tiap titik ekstraksi data dapat dilihat pada Gambar 4. 0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 300.0 350.0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 D ebi t (m 3/ dt)

Periode Penelusuran t (jam)

Gambar Grafik Hubungan Inflow dan Outflow

(Q PMF Yang Melewati Pelimpah)

Inflow Outflow

QInflow= 300,317 m3/det

(9)

Gambar 4. Grafik Hidrograf Kedalaman Banjir Skenario Piping Atas Waktu Tiba Banjir dan Waktu Puncak

Banjir

Waktu tiba banjir dan waktu puncak banjir diambil dari skenario dengan banjir tertinggi yaitu skenario piping atas dapat dilihat pada Tabel. 5 – Tabel. 6

Tabel. 5 Waktu Tiba Banjir Skenario Piping Atas

Tabel. 6 Waktu Puncak Banjir Skenario

Piping Atas

Peta Genangan Banjir

Peta genangan banjir yang ditunjukkan adalah peta dengan genangan terbesar yang terjadi jika bendungan Darma runtuh, yaitu pada skenario piping atas, dan dapat dilihat pada Gambar 5.

Rencana Tindak Darurat

Rencana tindak darurat (RTD) disusun berdasarkan hasil running program Zhong Xing HY21. Karena banjir terbesar dihasilkan oleh skenario piping atas, maka RTD yang dibuat berdasarkan banjir yang terjadi akibat skenario piping atas.

Dalam RTD yang telah disusun dibuat juga bagan alir ssstem peringatan dini keadaan darurat, berikut adalah bagan alir system peringatan dini beserta bagan lir pemberitahuan keadaan darurat Bendungan Darma. Dapat dilihat pada Gambar. 6 dan Gambar. 7 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 0 3 6 9 1215182124273033363942454851545760636669727578818487909396

Keda

la

m

a

n

(m

)

Waktu (jam)

Hidrograf Kedalaman Banjir

Darma Bakom

Nusaherang Kadugede

Kel. Kuningan Cinagara

Cineumbeuy Cipetir

(10)

Gambar 5. Peta Ramalan Genangan Banjir Skenario Piping Atas

Gambar 6. Bagan Alir Sistem Peringatan Dini Keadaan Darurat Bendungan Darma

(11)

Gambar 7. Skema Bagan Alir Pemberitahuan Keadaan Darurat

(12)

Jalur Evakuasi dan Titik Aman Evakuasi Jalur evakuasi ini dibuat berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap banjir terbesar yaitu pada skenario piping atas. Jalur evakuasi dan titik aman evakuasi keruntuhan bendungan Darma, dapat dilihat pada Gambar 8.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan dengan memperhatikan rumusan masalah, maka dapat ditarik Kesimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik (kedalaman) banjir akibat

keruntuhan Bendungan Darma yang diakibatkan oleh overtopping dan

piping relatif sama di lokasi titik ekstrak

data di masing-masing skenario keruntuhan. Dari ke sepuluh titik ekstrak data yang dipilih diketahui bahwa desa yang mengalami banjir terdalam adalah di Kelurahan Kuningan Kecamatan Kuningan, yaitu mencapai 15 m.

2. Pada semua skenario keruntuhan (overtopping, piping atas, piping

tengah, dan piping bawah) menghasilkan peta genangan banjir yang relatif sama, luas genangan terkecil terjadi pada skenario

overtopping dengan luas genangan

sebesar 51,041 km2 dan luas genangan

terbesar terjadi pada skenario piping atas dengan luas genangan sebesar 52,815 km2.

3. Output dari program ini dipilih di 10 desa yang tergenang di mana poin ekstrak yang dipilih ada 3, yaitu kedalaman banjir, elevasi muka air banjir dan kecepatan banjir. Waktu tiba banjir di salah satu titik ekstrak data yakni di Desa Darma untuk skenario

overtopping adalah selama 1 jam dan

waktu puncak banjir untuk skenario tersebut mencapai 3 jam.

4. Rencana Tindak Darurat (RTD) yang telah dibuat berisi tentang rencana evakuasi apabila terjadi banjir akibat keruntuhan Bendungan Darma lokasi

evakuasi yang ditentukan ada 7 titik dan mampu menampung penduduk dari 10 lokasi desa yang telah dipilih.

Saran

Saran yang dapat disampaikan diantaranya:

1. Perlunya studi tentang dam break

analysis pada setiap bendungan yang

ada dan juga studi yang telah dilaksanakan dapat disampaikan kepada masyarakat sekitar bendungan agar mengerti apa yang harus dilakukan ketika bendungan mengalami keruntuhan

2.

Dalam proses running aplikasi sebaiknya dijelaskan per tahap keruntuhan untuk mendapatkan peta genangan di titik ekstrak yang menyerupai kondisi asli di lapangan.

3.

Ketika melakukan simulasi dengan menggunakan aplikasi Zhong Xing HY21 hendaknya juga memperhatikan waktu simulasi berakhir atau end of

simulation untuk mendapatkan waktu

surut banjir yang mendekati keadaan sebenarnya apabila bendungan runtuh. 4. Mengingat aplikasi Zhong Xing HY21

ini masih tergolong baru hendaknya aplikasi ini juga dapat diterapkan dalam setiap bendungan-bendungan yang ada di Indonesia.

5. Mengingat aplikasi ini harganya sangat mahal penulis berpendapat untuk perlu bahwa pihak pembuat aplikasi juga menyediakan lisensi khusus untuk tujuan akademik dengan biaya yang terjangkau atau gratis seperti halnya milik Autodesk Software sehingga dapat lebih memudahkan mahasiswa dalam menggunakan aplikasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Mikail. 2015. Analisa Keruntuhan Bendungan Mamak dan Bendungan Batu Bulan Secara Simultan Pada Sistem Pengaliran Sungai Dendritik.

Tesis. Tidak dipublikasikan. Malang:

(13)

Aniskurlillah, Sona Gusti. 2014. Aplikasi Zhong Xing HY21 untuk Analisa Keruntuhan Bendungan Muka Kuning, Batam. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.

Anonim, 1991. User’s Manual Boss

Dambrk. USA: Boss Corporation.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004.

Tata Cara Penghitungan Hujan Maksimum Bolehjadi dengan Metode Hersfield. Jakarta: BSN.

Harto Br,Sri. 1985. Analisis Hidrologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas - Ilmu Teknik Universitas Gadjah Mada http://putrrina87.blogspot.co.id/2013/06/ko

efisien-pengaliran-koefisien.html (akses 21 Oktober 2016)

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2011.

Pedoman Teknis Konstruksi dan Bangunan Sipil “Klasifikasi Bahaya Bendungan”. Jakarta: Kementerian PU

Dirjen SDA.

Limantara, Lily Montarcih. 2010. Hidrologi

Praktis. Bandung: Lubuk Agung.

PT. Dehas Inframedia Karsa. 2015. Laporan

Pendahuluan Rencana Tindak Darurat (RTD) Bendungan Darma, Kuningan.

Malang.

Rachmadan, Lutfianto Cahya. 2014. Analisa Keruntuhan Bendungan Alam Way Ela dengan Menggunakan Program Zhong Xing HY21. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.

Sinotech Engineering Group. 2011. Step By

Step Zhong Xing-HY21. Jakarta: Sinotech Engineering Group

Sinotech Engineering Group. 2011. User

Manual Zhong Xing-HY21. Taipei:

Sinotech Engineering Group

Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik . Jakarta: Erlangga.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode

Statistik Untuk Analisa Data Jilid 1.

Bandung: Nova.

Sosrodarsono, S. & Takeda, S. 2003.

Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidrologi

Referensi

Dokumen terkait