• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami Berdasarkan Matius 6:5-15 Terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama Jemaat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami Berdasarkan Matius 6:5-15 Terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama Jemaat"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 53

Pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami Berdasarkan Matius 6:5-15

Terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama Jemaat

Ratri Kusuma Wijaya

STT Yestoya Malang

kusumaratri@ymail.com

Abstrak

Masih banyaknya orang mengalami kesulitan melakukan pengampunan dengan benar, karena serangkaian sebab, apalagi karena pengertian pengampunan yang salah. Satu bagian penting dalam Doa Bapa Kami (Mat. 6:5-15) adalah pengampunan. Peneliti mengkaji aplikasinya di lingkungan jemaat GPdI Lembah Dieng Malang dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman jemaat GPdI Lembah Dieng Malang tentang ajaran Doa Bapa Kami, tingkat kesediaan jemaat GPdI Lembah Dieng Malang dalam mengampuni kesalahan sesamanya, dan seberapa besar pengaruh kedua variabel itu. Penelitian

kuantitatif ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment dengan instrumen

berbentuk kuesioner dengan jumlah responden 65 orang. Hasil uji hipotesis menyatakan pengaruh pemahaman pada tindak pengampunan secara signifikan kuat sebesar 41,4 %. I. PENDAHULUAN

Lima bidang disiplin yang harus dilatih dalam diri seorang Kristen, yaitu: pendalaman Alkitab, doa, ibadah dan penyembahan, pelayanan dan penatalayanan (Sproul, 2004). Dari kelima bidang disiplin ini, peneliti membahas masalah doa, yang berfungsi sebagai satu bagian dalam persekutuan dengan Allah. Namun, doa telah kekurangan aspek kekaguman dan aspek menghormati serta identik dengan rutinitas, ritual dan formula baku yang tidak dinamis (Arthur, 1981) dan hanya dibutuhkan pada keadaan sudah terjepit.

Pengajaran “Doa Bapa Kami” merupakan bagian khotbah Tuhan Yesus di bukit (Mat. 5-7) dan dimasukkan atau tidak dalam liturgi gereja (Situmorang, 2011). Saphir (1984) menyatakan Doa Bapa Kami sebagai model karena kesederhanaan dan kepraktisannya ketika diajarkan dan berisi pengampunan sebagai pusat dari pelayananNya karena suatu perintah Tuhan kepada setiap pengikut-Nya. Masih banyaknya orang mengalami kesulitan melakukan pengampunan dengan benar karena luka-luka batin yang berkepanjangan, tubuh yang tidak sehat, dan pengertian yang salah akan pengampunan.

Berkaitan dengan hal itu, peneliti meneliti pengaruh ajaran Doa Bapa Kami tersebut terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di GPdI Lembah Dieng, Malang dengan hipotesis ada pengaruh antar dua variabel di atas. Maka tujuan penelitian ini ialah mengetahui tingkat pemahaman tentang ajaran Doa Bapa Kami sebagaimana tertulis dalam Matius 6:5-15, tingkat kesediaan dalam mengampuni kesalahan sesamanya, serta seberapa besar pengaruh kedua variabel itu pada jemaat GPdI Lembah Dieng.

Penelitian ini bermanfaat bagi kepentingan akademis di bidang Bibliologi dan kepentingan praktika pelayanan seperti penatalayanan gereja, khususnya di GPdI Lembah Dieng, Malang dan menjadi acuan bagi gembala sidang untuk

(2)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 54

meningkatkan kerohanian jemaat khususnya doa bagi jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang.

Khotbah di Bukit yang mirip manifesto merupakan bagian yang mungkin paling dikenal orang dari seluruh ajaran Yesus, meskipun barangkali yang tidak paling dimengerti, dan yang pasti paling tidak ditaati. Khotbah itu terdapat dalam Injil Matius menjelang awal pelayan Yesus di depan umum (Stott, 2008).

Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (2002) menyebutkan bahwa doa adalah perbuatan tertinggi dan sarana komunikasi (Oh, 2006) yang dapat dilakukan oleh roh manusia sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa illahi sejalan dengan kehendak Tuhan (Tahapary, 2000).

Jika hendak berdoa dengan berhasil, orang percaya harus menyesuaikan pikirannya dengan pikiran Allah dan sikap orang percaya haruslah benar dalam hubungannya dengan sikap Allah (Cho, 1985) dan ukuran dasarnya ialah firman Allah. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya berdoa dan menerapkan doa Tuhan berarti hidup dalam kehendak Allah (Situmorang, 2011) dalam kehidupan sehari-hari. Doa yang benar menurut ajaran Tuhan Yesus adalah yang mempunyai hubungan secara pribadi dengan Allah, yang dimulai dari kamar, yang dimulai secara pribadi (Verkuyl, 1999) dan mengibaratkan tempat untuk bersembunyi supaya tidak lihat orang (Newman, 1998) sebagai tempat pribadi yang tenang dan tentram, tempat bagi orang beriman menikmati pertemuan dengan Bapa surgawinya (Wright, 2003). Ini bukan berarti doa bersama tidak penting. Berdoa di depan umum atau berdoa bersama sangat baik karena dapat saling mendoakan dan menguatkan dalam kesehatian. Namun, doa itu harus tertuju kepada Allah sang Bapa yang melihat hal tersembunyi dan tidak kepada saudara-saudara yang berdoa bersama-sama dengan kita. Tujuan Yesus menekankan “kerahasiaan” doa itu adalah demi kemurnian motivasi doa yaitu kasih sejati kepada Allah (Stott, 2008).

Matius 6:5 berbicara tentang cara berdoa yang tidak benar seperti orang munafik, bermuka dua yaitu di balik kesalehan mereka tersembunyi kesombongan dan keangkuhan diri (Stott, 2008) dengan cara berdiri dengan menengadah di rumah ibadat atau ditepi jalan. Hal yang terpenting dalam berdoa bukanlah posisinya dan melanggar peraturan, melainkan motivasinya dalam doa. Matius 6:7 menolak doa yang diulang-ulang dan panjang lebar kepada-Nya. Doa yang efektif tidak diukur oleh seberapa kerasnya atau seberapa lamanya berdoa (Situmorang, 2011). Doa yang Yesus ajarkan merupakan pengalaman-Nya dengan Bapa-Nya di surga (Mat. 6:9). Ungkapan “berdoalah demikian” menggambarkan bahwa dasar, prinsip, dan arti doa sesungguhnya adalah hubungan yang akrab dan manis, ikatan kasih dan komunikasi antara Bapa dengan anaknya, dan sebaliknya (Situmorang, 2011).

Kata pendahuluan (Mat. 6:9) menempatkan diri orang percaya sendiri, sehingga orang percaya memiliki hubungan yang indah,dengan Bapa (Wright, 2003). Keintiman doa dalam hubungan intim antara Bapa dengan anak (Hunter, 1981), dan merupakan pengakuan iman untuk menjadi dasar dalam membangun doa (Gondowijoyo, 2007).

Konsep tentang Allah ini menjadi “dasar daripada keberadaan (manusiawi)”, sungguh tak tersesuaikan dengan citra Allah selaku Bapa Surgawi. Allah sama

(3)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 55

merupakan suatu pribadi, malah lebih dari itu (Stott, 2008), Allah yang memelihara segala ciptaan-Nya, tapi adalah juga “Bapa” yang mengasihi, tempat meminta, mengadu dan tumpuan segala pengharapan, puja dan puji(Roberts, 1996). Ia juga memberikan keberanian kepada umat-Nya untuk memanggil-Nya “Bapa” dengan mengutus Roh yang mengangkat umat-Nya menjadi anak-anak Allah (Cho, 1985).

Bapa (Pater) dalam bahasa Yunani mempunyai arti: pemberi makan/pemelihara (nourisher), pelindung (protector), penopang (upholder); sebutan “bapa” kepada Allah juga menyangkut tanggung jawab atas kehidupan anak-Nya (Mat. 7:7) sebagai ungkapan kasih Allah Bapa sebagai kasih agape, yaitu kasih yang hanya memberi tanpa menuntut atau mengharapkan balasan (Situmorang, 2011).

Kata “dikuduskanlah” dalam bahasa Yunani adalah agiastheto dari akar kata agiazo berarti menjadikan kudus (to make holy). Bentuk pasif kata ini merupakan cara orang Yahudi menggambarkan tindakan ilahi tanpa harus menyebut nama Allah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek pengudusan adalah Allah (Hutauruk, 2006). Ungkapan ini bertujuan membimbing manusia mengagungkan nama Bapa dalam hati dan pikiran mereka (Wright, 2003; Oh, 2006).

Menguduskan nama Tuhan dapat diwujudkan dalam iman, melalui sikap, perkataan dan perbuatan dan menjadi berkat bagi orang lain. Memiliki iman yang teguh dalam Tuhan adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan dan memuliakan namaNya (Brill,1993). Dalam Matius 6:10 ketika Kerajaan Allah turun, umat-Nya akan menerima kebenaran, kasih, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus, (Rm. 14:17). Datanglah kerajaan-Mu berarti menjadikan Yesus sebagai raja yang memerintah hati dan seluruh hidup orang Kristen. Orang Kristen menempatkan Dia di hati dan hidupnya yang kudus (Situmorang, 2011).

Meski manusia sebagai pribadi itu otonom, merdeka dan berkehendak pribadi, namun berhadapan dengan Allah manusia merasakan ketergantungan yang mendalam. Rasa ketergantungan itu semakin dirasakan dalam doa. Manusia tidak hanya dituntut untuk menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah, tetapi mengubah kehendak menjadi patuh dan taat kepada kehendak Allah (Darminta, 1983).

Beberapa cara menemukan kehendak Tuhan (Chun, 2004) di dalam Yesus Kristus, beribadah dengan segenap hati yang sudah diubahkan. Kehendak Allah sudah dinyatakan di surga dan di bumi, tempat manusia berada dan terjadi ketika namaNya dikuduskan dan kerajaan Allah diizinkan hadir dalam hidup manusia. Allah telah menetapkan kehendak-Nya sempurna di surga, dan Yesus mendorong umat-Nya untuk berharap bahwa orang percaya dapat melihat hal-hal besar di bumi.

Seluruh kebutuhan manusia tergantung pada Allah dan bersifat material (makanan sehari-hari, Matthew 6:11), spiritual (6:12), dan moral (6,13). Kata “berikanlah” dalam bahasa Yunani adalah ton dari kata dasar (dos), yang artinya “(sungguh-sungguh) memberikan apa yang menjadi kebutuhan paling mendasar bagi manusia, “makanan” (arton).Menurut Oh (2006) makanan sehari-hari yang dimaksud mencakup semua yang diperlukan untuk hidup setiap hari demi kelangsungan hidupnya, supaya manusia dapat menunaikan kewajiban rohaninya, dengan baik dan

(4)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 56

wajar sesuai rencana penciptaNya (Wright, 2003), termasuk makanan rohani (Stott, 2008).

Mengampuni adalah kebutuhan spiritual manusia. Kata “Ampunilah” ς

(apes) berasal dari kata(apiemi). adalah gabungan dari dua kata,

(apo) suatu partikel utama; yang artinya, menjauh (dari sesuatu yang dekat), dalam beragam pengertian (tempat, waktu, atau hubungan; baik secara harfiah maupun secara kiasan): setelah, lalu, pada, oleh karena, sebelum, oleh, bagi, selanjutnya, keluar, dari, dalam, keluar dari, sejak, dengan. Dalam gabungan kata (sebagai awalan) kata ini biasanya berarti pemisahan, kepergian, penghentian, penyempurnaan, pembalikkan, dsb; dan kata iemi) mengirim; suatu betuk

intensif dalam beragam penerapan antara lain mengampuni (Strong). Fungsi dari mood imperatif itu untuk mengungkapkan tindakan yang disadari dengan melakukan keinginan dari orang pertama atas pihak lain.

Kesalahan ( ) merupakan bentuk jamak (plural) dari kata , yang berarti hutang, tanggungan, secara moral berarti kesalahan“…Seperti

juga kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami”.

Seperti juga,ς, merupakan kata keterangan (adverb) yang memiliki arti: yang

mana, yaitu, seperti itu juga (dengan cara yang sama), menurut, seperti, dan menunjukkan adanya kesetaraan/kesamaan nilai antara tindakan mengampuni orang lain dengan tindakan pengampunan yang diharapkan dari Allah. Orang yang bersalah  ditulis dalam bentuk jamak, berarti orang-orang yang berhutang, siapapun yang bersalah kepadanya, dan apapun bentuk kesalahannya,harus diampuni sebagai persyaratan sebelum orang Kristen dapat memohon pengampunan dosanya kepada Tuhan.

Terminologi dosa dalam Perjanjian Baru diwakili dalam lima kata: “Hamartia” (kegagalan untuk selaras dengan standar Allah), “paraptoma” (dosa dipahami sebagai hasil dari kejatuhan), “parabasis” (tindakan melanggar batas atau standar yang ditetapkan oleh Tuhan), “anomia” (kesempatan untuk memberontak kepada Tuhan serta ketetapan-Nya), “opheilema” (hutang karena tidak mentaati Tuhan) (MacArthur, 1985).

Pengampunan adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan seperti “kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, suatu gaya hidup sebanyak tujuh puluh kali tujuh kali. Matius 6:15 merupakan kalimat kondisional/pengandaian seperti di ayat 14. Kata mengampuni di ayat ini dari pihak orang percaya kepada sesama manusia  (subjunctive mood) maupun dari pihak Bapa kepada manusia/orang percaya  Pengampunan yang dimaksud dalam ayat-ayat ini merupakan pengampunan yang berlangsung sekali dan bersifat total, sekali untuk seterusnya, bukan pengampunan yang berulang-ulang.

Bila di ayat 12 kesalahan atau dosa digambarkan sebgai hutang (opheilema), maka dibagian ayat 14 dan 15, kesalahan mempergunakan kata “paraptoma”. Sehingga “kesalahan” dalam bagian ini bisa kita pahami sebagai suatu pelanggaran, sebuah penyimpangan dari kebenaran yang telah ditetapkan (Hendriksen, 1992). Pengampunan merupakan kata tunggal yang merangkumkan keseluruhan injil dan

(5)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 57

etika kristiani (Brunner, 2004). Pengampunan itu menuntut suatu ketetapan hati untuk tidak menuntut pembalasan, tetapi melepaskan pengampunan dan untuk mengasihi, harga yang mesti dibayar seperti Allah mengampuni dosa-dosa manusia dengan kematian Yesus di kayu salib, dan tidak menuntut balas dan mengusahakan pemulihan serta suatu ketekunan dan kebulatan hati untuk mengampuni serta mengusahakannya (Unarto, 2007).

Mengampuni berarti memaafkan seseorang atau sesuatu perbuatan; berhenti menyalahkan atau merasa dendam terhadap suatu perbuatan atau pelaku perbuatan itu; atau membatalkan atau membebaskan suatu utang (Kamus Bahasa Indonesia, 2002). Hambatan yang harus diatasi dalam memberi pengampunan adalah kesombongan, ketakutan, keinginan membalas dendam, dan tekanan-tekanan sosial (Bristol & Mcginnis, 1999).

Ukuran kedewasaan seorang Kristen salah satunya dilihat dari kemampuannya melepaskan pengampunan. Semakin mudah mengampuni kesalahan orang lain, semakin dewasa karakternya (Gautama, 2006). Pengampunan yang sejati terjadi bila kedua belah pihak saling menyadari dan memahami bahwa pertobatan itu benar-benar murni dan hubungan yang benar dicapai (Augsburger, 1998). Paulus menuliskan bahwa kasih-memahami orang lain-lebih besar daripada wawasan yang luas (1Kor. 13:2).

Memahami bukan berarti menerima tanpa syarat, tetapi menerima dalam setiap kondisi dan situasi. Sikap baru (Carter, 2001) yaitu dengan rendah hati kita terlebih dahulu memperhatikan dan mempedulikan kebutuhan dan kesejahteraan orang lain lebih penting daripada kesejahteraan dirinya (Zoschak, 2000; Gautama, 2006).

Pengampunan itu suatu pilihan yang harus dilakukan dengan sadar dan rela (Unarto, 2007).Pengampunan yang diberikanNya adalah kekal; dan orang percaya yang sudah menerima pengampunanNya wajarlah memberi pengampunan kepada mereka yang bersalah kepada sesamanya dengan mengingat semua kebaikan-kebaikan, berkat-berkat, perhatian yang telah dilakukannya baginya sehingga kasihnya kepadanya semakin bertambah-tambah (Mat. 5:44).

II. METODE

Kerlinger (2002) menyebutkan penelitian ilmiah bersifat sistematis, dan empiris, yang terarah, terprediksi, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara logis karena menggunakan metode ilmiah dengan prosedur, analis data, dan pengukuran yang akan dilakukan dengan tepat dan matang (Subyantoro dan Suwarto, 2007).

Paradigma penelitian positivis ini (Subagyo, 2004) menekankan batasan operasional dan variabel bebas serta variabel terikat dengan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi yang berpangkal dari peristiwa-peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif, atau dinyatakan dalam angka-angka (skala, indeks, rumus dan sebagainya) untuk mendeteksi sampai sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan atau berkorelasi dengan variasi-variasi pada faktor lain, yang didasarkan

(6)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 58

pada koefisien korelasi atau untuk mengetahui hubungan atau relasi-relasi antara fenomena-fenomena (Kerlinger, 2002) atau bivariate atau bivariate correlation. Analisis regresi juga digunakan dalam penelitian ini untuk melihat regresi variabel X terhadap variabel Y atau mengkaji secara statistik bagaiman skor X mempengaruhi skor Y dengan korelasi product moment.

Populasi penelitian adalah jemaat yang menjadi anggota jemaat Gereja Pantekosta di Indnesia, Lembah Dieng Malang, yang jumlahnya 95 orang: 30 orang sebagai responden validasi dan 65 untuk responden penelitian (Subagyo, 2004) pada bulan Agustus 2011.

Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah administrasi instrument berupa angket/kuesioner. Prosedur pengumpulan data yang direncanakan untuk penelitian ini adalah

membuat kerangka teori berupa parameter, indikator beserta daftar pertanyaan untuk kuesioner yang diujikan kepada responden di lapangan dalam hal validitas serta reliabilitasnya dengan bantuan program komputer dan setelah diperbaiki disebarkan ke responden dan mentabulasi data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel.

Daftar pertanyaan kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri atas lima tingkatan dengan skor dari 1 sampai 5 (tabel 1) dengan kisi-kisi untuk variable X (tabel 2) dan variable Y (tabel 3).

Tabel 1: Skala Likert

Sangat setuju Nilai Skor 5

Setuju Nilai Skor 4

Ragu-ragu Nilai Skor 3

Tidak setuju Nilai Skor 2

Sangat tidak setuju Nilai Skor 1

Tabel 2: Kisi-kisi Kuesioner Variabel X: Ajaran Tentang Doa Bapa Kami

No .

Indikator Item pertanyaan

1. Pengakuan Manusia Tentang Otoritas Allah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,

13,14

2. Kesadaran Manusia Tentang

Ketergantungannya Pada Allah

15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29

Tabel 3: Kisi-kisi kuesioner variabel Y: Kesedian Mengampuni Kesalahan Sesama

variabel Y Item pertanyaan

Kesedian Mengampuni Kesalahan Sesama

30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40,41,42,43,4 4,45,46,47,48,49,50,51,52,53,54,55,56

Tujuan utama dari uji validitas adalah untuk memeriksa apakah isi kuesioner sudah cukup dipahami oleh semua responden, yang diindikasikan dengan kecilnya prosentase jawaban responden yang terlalu menyimpang jauh dari rata-rata jawaban responden lain. Uji validitas konstruk dilakukan dengan cara mengujicobakan angket

(7)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 59

kepada 30 orang responden. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan pendekatan konsistensi internal, mengkorelasikan skor masing-masing item dengan total skor item dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil korelasi (r-hitung) dibandingkan dengan r-tabel sebesar 0,361 (n=30, α=0,05). Butir pernyataan dianggap valid jika r-hitung positif > r-tabel. Sebaliknya, butir pertanyaan dianggap

tidak valid dan tidak bisa digunakan sebagai instrumen penelitian jika hitung < r-tabel. Taraf signifikasi (α) ditentukan sebesar 0,05. Hasil pengujiannya ada pada 4 dan 5.

Tabel 4: Hasil Validasi Variabel X

Item r-hitung r-tabel Keterangan Kasimpulan

1 0,187 0,361 r-hitung<r-tabel drop 2 0,360 0,361 r-hitung<r-tabel drop 3 0,578 0,361 r-hitung>r-tabel valid 4 0,596 0,361 r-hitung>r-tabel valid 5 0,570 0,361 r-hitung>r-tabel valid 6 0,613 0,361 r-hitung>r-tabel valid 7 0,530 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 8 0,570 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 9 0,613 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 10 0,469 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 11 0,652 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 12 0,661 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 13 0,546 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 14 0,435 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 15 0,421 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 16 0,356 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 17 0,625 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 18 0,052 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 19 0,587 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 20 0,605 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 21 0,563 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 22 0,692 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 23 0,626 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 24 0,625 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 25 0,664 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 26 0,756 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 27 0,490 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 28 0,218 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 29 0,288 0,361 r-hitung<r-tabel Drop

Tabel 5: Hasil Validasi Variabel Y

Item r-hitung r-tabel Keterangan Kasimpulan

30 0,709 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 31 0,654 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 32 0,121 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 33 0,157 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 34 0,341 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 35 0,340 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 36 0,212 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 37 0,536 0,361 r-hitung>r-tabel Valid

(8)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 60 38 0,578 0,361 r-hitung>r-tabel valid 39 0,752 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 40 0,730 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 41 0,797 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 42 0,762 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 43 0,715 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 44 0,707 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 45 0,674 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 46 0,552 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 47 0,753 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 48 0,734 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 49 0,350 0,361 r-hitung<r-tabel Drop 50 0,831 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 51 0,841 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 52 0,729 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 53 0,778 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 54 0,780 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 55 0,774 0,361 r-hitung>r-tabel Valid 56 0,723 0,361 r-hitung>r-tabel Valid

Uji reliabilitas dilakukan dengan membelah tes menjadi dua bagian. item-item bernomor ganjil dan bernomor genap. Penghitungan korelasi antar kedua belahan tes tersebut dilakukan dengan teknik split-half Spearman-Brown. Instrumen dianggap reliabel jika koefisien reliabilitas internal seluruh instrumen (r j-hitung) lebih besar dari

r-tabel (rj-hitung > r-tabel). Taraf signifikansi (α ) ditentukan sebesar 5% (0,05). Hasil

pengujiannya pada tabel 6 dan 7.

Tabel 6

Tabel 7

Case Processing Summary

30 100,0 0 ,0 30 100,0 Valid Excludeda Total Cases N %

Listwise deletion based on all variables in the procedure. a.

(9)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 61

Dari out put di atas didapatkan reliabilitas alat ukur melalui pengujian split half

Spearman-Brown (rj-hitung) = 0,970 dan instrumen itu reliabel karena nilai koefisien

korelasi antar belahan lebih besar dari r-tabel (n=30, α=5%) = 0,361.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Prosedur atau langkah-langkah untuk menganalisis data adalah mentabulasikan dalam tabel untuk diuji kesahihannya dengan uji validitas dan untuk mengukur konsistensi responden dengan uji reliabilitas, menganalisis hubungan dua variabel dengan menggunakan pearson dan analisis regresi linear sederhana untuk mengetahui seberapa besar regresi Y terhadap X dengan uji korelasi, dan terakhir menyimpulkan atau menafsirkan hasil analisis hubungan dua variabel dan regresi linear sederhana dalam bentuk pernyataan kalimat.

Analisis ini untuk melihat seberapa besar pengaruh ajaran Doa Bapa Kami berdasarkan Matius 6:5-15 terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di antara jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang. Tabel 8 merupakan pedoman untuk menafsirkan tingkat pengaruh variabel X (ajaran Doa Bapa Kami) dengan variabel Y (kesediaan mengampuni kesalahan sesama).

Tabel 8: Interprestasi Tabel “r”

Besarnya nilai “I” Interprestasi

Antara 0,800-1,000 Sangat tinggi

Antara 0,600-0,800 Tinggi

Antara 0,400-0,600 Cukup

Antara 0,200-0,400 Rendah

Kurang dari 0,200 Sangat rendah

Untuk mengetahui besarnya pengaruh naik turunnya variabel X terhadap naik turunnya variabel y digunakan rumus: KP = r² di mana KP adalah koefisien penentu, dan r adalah koefisien pengaruh dua variabel (Supranto, 2000).

Reliability Statistics ,904 22a ,931 22b 44 ,941 ,970 ,970 ,969 Value N of Items Part 1 Value N of Items Part 2 Total N of Items Cronbach's Alpha

Correlation Between Forms

Equal Length Unequal Length Spearman-Brown

Coefficient

Guttman Split-Half Coefficient

The items are: 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37, 39, 41, 43.

a.

The items are: 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 44.

(10)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 62

Nilai koefisien penentu ini menunjukkan besarnya pengaruh ajaran Doa Bapa Kami berdasarkan Matius 6:5-15 terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di antara jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang.

Tabel 9: Deskripsi Data Variabel X

Dari tabel di atas diketahui Mean = 104,7231, Median = 104, Mode = 101, Standar Deviasi = 7,30691, Varians = 53,391, Skewness -0,556, Kurtosis -0,128, range 28, Minimum 87, Maksimum 115. Histogramnya ada pada diagram 1.

Statistics Doa Bapa Kami

65 0 104,7231 104,0000 101,00a 7,30691 53,391 -,556 ,297 -,128 ,586 28,00 87,00 115,00 Valid Missing N Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum

Multiple modes exist. The smallest value is shown a.

(11)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 63

Diagram 1: Histogram Doa Bapa Kami

Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah,sedang, tinggi. Rendah artinya jemaat GPdI lembah dieng malang kurang paham mengenai ajaran Doa Bapa Kami berdasarkan Matius 6:5-15. Sedang artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang cukup paham mengenai ajaran doa bapa kami berdasarkan matius 6:5-15. Tinggi, artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang paham tentang ajaran doa bapa kami berdasarkan matius 6:5-15. Membaca data deskripsi maknanya sebagai berikut:

Klas Kategori Keterangan

87-97 Rendah 104,72

98-108 Sedang Kategori: sedang

109-119 Kuat Jadi jemaat GPdI Lembah Dieng, cukup paham mengenai

ajaran doa bapa kami berdasarkan Matius 6:5-15

Pemahaman jemaat tentang tentang ajaran doa bapa kami berdasarkan matius 6:5-15 (X). Interval klas (i) diperoleh dari range dibagi klas (R/k) = 28:3 = 9,3

85.00 90.00 95.00 100.00 105.00 110.00 115.00 Doa Bapa Kami

0 2 4 6 8 10 12 14 Frequency Mean = 104.7231 Std. Dev. = 7.30691 N = 65 Histogram

(12)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 64

dibulatkan menjadi 10. dimasukkan dalam rumus tabel 3 kategori: i.k ≥ R + 1, 10x3 ≥ 28 + 1, 30 ≥ 29.

Tabel 10: Deskripsi Data Variabel Y

Dari tabel di atas diketahui Mean = 89,8769, Median = 86, Mode 105, Standar Deviasi 10,11729, Varians = 102,360, Skewness 0,266, Kurtosis -1,195, Range 33, Minimum 72, Maksimum 105. Histogram mengampuni ada pada diagram 2.

Statistics Mengampuni 65 0 89,8769 86,0000 105,00 10,11729 102,360 ,266 ,297 -1,195 ,586 33,00 72,00 105,00 Valid Missing N Mean Median Mode Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum

(13)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 65

Klas (k) untuk kategori ditentukan dalam tiga kriteria: rendah, sedang, tinggi. Rendah artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang tidak bersedia mengampuni kesalahan sesama. Sedang artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang kadang-kadang bersedia mengampuni kesalahan sesama. Tinggi, artinya jemaat GPdI Lembah Dieng Malang selalu bersedia mengampuni kesalahan sesama. Membaca data deskripsi maknanya sebagai berikut:

Klas Kategori Keterangan

72-84 Rendah 89,87

85-97 Sedang Kategori: sedang

98-110 Kuat Jadi jemaat GPdI Lembah Dieng, kadang-kadang bersedia

mengampuni kesalahan sesama.

Pemahaman jemaat tentang tentang kesediaan mengampuni kesalahan sesama (Y). Interval klas (i) diperoleh dari range dibagi klas (R/k) = 33:3 = 11 dibulatkan menjadi 12. dimasukkan dalam rumus tabel 3 kategori:i.k ≥ R + 1, 12x3 ≥ 33 + 1, 66 ≥ 34.

Uji normalitas dikenakan untuk mengamati apakah data variabel X berdistribusi normal terhadap variabel Y. Caranya dengan mengamati garis kurva normal pada histogram dan titik-titik yang terdapat pada grafik Normal P-P Plot output SPSS. Data dikatakan berdistribusi normal apabila didapatkan garis kurva

70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 Mengampuni 0 3 6 9 12 15 Frequency Mean = 89.8769 Std. Dev. = 10.11729 N = 65

(14)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 66

normal berbentuk lonceng simetris pada grafik histogram dan titik-titik berhimpitan mengikuti garis diagonal pada grafik Normal P-P Plot. Hasil pengujiannya sebagai berikut:

Diagram 3 Histogram Uji Normalitas: Mengampuni

-2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Residual

0 5 10 15 20 25 Frequency Mean = -7.36E-16 Std. Dev. = 0.992 N = 65

(15)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 67

Diagram 4 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dari grafik histogram didapatkan garis kurva normal berbentuk lonceng, dan pada grafik Normal P-P Plot terlihat titik-titik berhimpitan berada di sekitar garis diagonal. Dengan demikian, data dikatakan berdistribusi normal.

Uji Linearitas dilakukan untuk memenuhi persyaratan uji korelasional penetapan persamaan regresi yaitu bahwa masing-masing variabel harus memiliki hubungan yang linear. Caranya dengan mengamati nilai F-Simpangan Model pada uji Anova dan membandingkannya dengan nilai F-tabel. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan linear jika nilai F-Simpangan Model < F-tabel seperti pada tabel 11. Tabel 11: Anova ANOVA Table 4690,524 19 246,870 5,971 ,000 2709,540 1 2709,540 65,536 ,000 1980,984 18 110,055 2,662 ,004 1860,492 45 41,344 6551,015 64 (Combined) Linearity Dev iation f rom Linearity Between Groups Within Groups Total Mengam puni * Doa Bapa Kami Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Dari tabel Anova diketahui bahwa nilai F-Simpangan Model adalah 2,662. Sedangkan nilai F-tabel (df1 = k – 1 = 1, df2 = n – k = 65 – 2 = 63, dimana k adalah banyaknya variabel dan n adalah banyaknya responden)pada α 0,05 adalah 3,99. Dengan demikian F-Simpangan Model < F-tabel (2,662 < 3,99). Jadi kesimpulannya kedua variabel memiliki hubungan yang linear.

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expected Cum Prob

(16)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 68

Analisis data dengan bantuan SPSS versi 12 untuk pengujian korelasi dan regresi linear sederhana, menghasilkan output seperti pada tabel 15.

Tabel 12: Analisa data

Model Summaryb ,643a ,414 ,404 7,80870 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Doa Bapa Kami

a.

Dependent Variable: Mengampuni b. ANOVAb 2709,540 1 2709,540 44,436 ,000a 3841,476 63 60,976 6551,015 64 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Doa Bapa Kami a.

Dependent Variable: Mengampuni b.

Coefficientsa

-3,377 14,023 -,241 ,810

,890 ,134 ,643 6,666 ,000

(Constant) Doa Bapa Kami Model 1 B Std. Error Unstandardized Coeff icients Beta Standardized Coeff icients t Sig.

Dependent Variable: Mengampuni a.

Nilai t-hitung Pada Uji Korelasi Bivariate yang dihasilkan pada tabel di atas adalah 6,666. Jika dibandingkan dengan t-tabel sebesar 1,998 (df = n – k, 65-2 = 63) maka dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel (6,666 > 1,998). Dengan demikian terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dengan Y. Demikian juga melalui pengujian korelasi bivariate dengan pendekatan korelasi Pearson yang ditunjukkan melalui tabel 16. Variables Entered/Removed b Doa Bapa Kami a . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Mengampuni b.

(17)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 69

Tabel 13 Uji Korelasi Pearson

Correlations 1 ,643** . ,000 65 65 ,643** 1 ,000 . 65 65 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Doa Bapa Kami

Mengampuni

Doa Bapa

Kami Mengampuni

Correlation is signif icant at the 0. 01 lev el (2-tailed). **.

Diketahui r-hitung = 0,643 yang lebih besar dari r-tabel (n=65, α=0,05) sebesar 0,244. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima dalam derajat keyakinan

95% bahkan 99%, sebab nilai Sig. pada uji t dan r menunjukkan nilai 0, yang lebih kecil dari α 0,05 bahkan 0,01.

Nilai r2 (Koefisien Determinasi) pada tabel out-put olahan data didapatkan sebesar 0,414. Artinya pengaruh Ajaran Doa Bapa Kami sebagaimana Tertulis dalam Matius 6:5-15(X), terhadap Kesediaan Mengampuni Kesalahan Sesama (Y) sebesar 41,4%.

Uji hipotesis menyatakan bahwa H1 diterima yaitu ada pengaruh antara Ajaran Doa Bapa Kami (Matius 6:5-15) terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di Gereja Pantekosta di Indonesia, Lembah Dieng Malang berdasarkan pengolahan data terhadap dua variabel dengan menggunakan korelasi Bivariate dengan pendekatan korelasi Pearson Product Moment. Berdasarkan tabel interprestai nilai koefisien yang tertulis tingkat korelasi itu berada di rentang antara 0,600-0,800 tepatnya 0,643. Angka 0,643 merupakan nilai keeratan korelasi yang berada pada level tinggi. Besarnya pengaruh kesediaan mengampuni kesalahan sesama oleh pemahaman ajaran Doa Bapa Kami (Matius 6:5-15) adalah 41,4%.

SIMPULAN

Hasil penelitian tingkat pemahaman jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang tentang ajaran Doa Bapa Kami Matius 6:5-15 (X) cukup, tingkat kesediaan jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang dalam mengampuni kesalahan sesamanya (Y), dalam kategori sedang (artinya kadang-kadang bersedia mengampuni kesalahan sesama), ajaran Doa Bapa Kami berpengaruh secara signifikan sebesar 41,4% terhadap kesediaan mengampuni kesalahan sesama di antara jemaat GPdI Lembah Dieng, Malang.

Dengan kenyataan seperti itu, maka peneliti menyampaikan beberapa saran kepada Gembala sidang dan pemimpin gereja untuk melakukan program pelayanan terhadap jemaat secara kontinyu mengenai pemahaman yang benar terhadap ajaran Bapa Kami dan mengupayakan perubahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan mengampuni kasalahan sesama melalui kegiatan diskusi atau pendalaman Alkitab, seminar, KKR, retret keluarga dan kegiatan ibadah Doa yang terencana guna

(18)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 70

meningkatkan spiritualitas yang lebih baik serta diharapkan jemaat terus bertumbuh dalam pemahaman terhadap setiap firman Tuhan yang kemudian akan membangkitkan motivasinya untuk mengimplemantasikan dalam kehidupannya.

RUJUKAN

Augsburger, David. Bebas Mengampuni. Bandung: Kalam Hidup, 1998.

Brill, J.Wesley. Doa-Doa Dalam Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup, 1993. Carter.Les, Pembentukan Karakter: Bagaimana Mencerminkan Sifat-Sifat Kristus?

Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2001.

Cho, Paul Yonggi, Berdoa Dengan Tuhan Yesus. Jakarta: Immanuel, 1985. Chun, Paul Y. Doa Syafaat Yang Hidup. Bandung: MDI, 2004.

Darminta, J. Tuhan Ajarlah Kami Berdoa. Yogyakarta: Kanisius, 1983.

Brunner, Frederik Dale. Matthew A Commentary: The Christbook, Grand Rapids: Eerdmans, 2004.

Gautama, Indri Magdalena. Merdeka Untuk Mengampuni. Yogyakarta: ANDI, 2006. Goldie Bristol & Carol Mcginnis. Haruskah Saya Mengampuni. Bandung: Kalam

Hidup,1999.

Gondowijoyo, J.H. Membangun Keintiman Dengan Bapa. Yogyakarta: ANDI, 2007. Hendriksen, William. The Gospel of Mattew. Grand Rapids: Baker, 1992.

Hunter, A.M. Memperkenalkan Theologi Perjanjian Baru, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1981.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Kerlinger, Fred N. Asas-Asas Penelitian Behaviorial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002.

MacArthur, John. Matthew 1-7 The Macarthur New Testament Commentary. Chicago: Moody, 1985.

MacArtur, John.Jr. Jesus Pattern of Prayer. Chicago: Moody, 1981. MacArthur, John. The Disciple’s Prayer. Chicago: Moody, 1981. Newman, Barclay M., Philip C.Stine, Injil Matius, Jakarta :LAI, 1998. Oh, Robert.The Prayer Driven Life. Yogyakarta: ANDI, 2006.

Roberts, Graham. Ajarlah Kami Berdoa. Jakarta: BPK Gunung Mulia,1996. Saphir, Adolph. Our Lord’s Pattern for Prayer. Grand Rapids: Kregel, 1984.

Situmorang, Jonar. Doa Bapa Kami Bukan Sekedar Doa Liturgi. Yoyakarta: ANDI, 2011.

Sproul, R.C. Kebenaran Dasa Iman Kristen. Malang: Literatur SAAT, 2001. Sproul, R.C. Mari Bertumbuh 1. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2004.

Stott, John. Khotbah Di Bukit. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2008. Subagyo, Andreas B. Pengantar Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Kalam

Hidup, 2004.

Subyantoro, Arief dan FX. Suwartono. Metode dan Teknik Penelitian sosial. Yogyakarta: ANDI, 2007.

Supranto, J. Statistik Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga, 2000. Tahapary, Onna. Kuasa Doa. Jakarta: Nafiri Gabriel, 2000.

(19)

RHEMA (Jurnal Teologi Biblika dan Praktika) Vol. 5 No. 2 Desember 2019 // ISSN: 2716 0548 (e) 27164306 (p) | 71

Unarto, Erich. Bertumbuh Dalam Karakter Baru. Jakarta: Pustaka Surgawi, 2007. Verkuyl, J. Khotbah Di Bukit. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.

Wright, Bill J. Doa Transformatif. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003.

Zoschak, Greg. Membangun Karakter Anda, Mengembangkan Buah Roh Kudus Dalam Hidup Anda. Jakarta: Immanuel, 2000.

Gambar

Tabel 4: Hasil Validasi Variabel X
Tabel 8: Interprestasi Tabel “r”
Tabel 9: Deskripsi Data Variabel X
Tabel 10: Deskripsi Data Variabel Y
+3

Referensi

Dokumen terkait

sekolah/madrasah atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak- pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas,

dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari

PL Jemaat, marilah kita berdoa, kepada Allah Bapa dalam persekutuan dengan Yesus Kristus dan Roh Kudus:.. Ya Bapa sorgawi yang mulia, kami bersyukur atas

Berdasarkan hasil analisis data yang dipoeroleh dari serangkaian pengamatan Pengembangan Desain Produk Sepatu dari Kulit Sisa (Aval) dapat dinyatakan bahwa semua

Hasil peneltian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmi (2015) tentang hubungan lingkungan tempat tinggal dengan tingkat kontrol asma pada

Sedangkan [Valderrama and Arriola, (2005)] menganalisa keadaan terikat deuteron pada potensial OPEP. Penelitian yang diusulkan ini merupakan kelanjutan penelitian

Skabies yang berasal dari hewan memiliki pola penyebaran yang berbeda (sering di trunkus, lengan, dan abdomen, jarang pada sela jari dan genitalia), memiliki waktu inkubasi yang

Kemiskinan Mustahik (Studi Kasus :Pendayagunaan Zakat Produktif Kampung Ternak Oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta di Gunung Kidul)”..