• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA DENGAN KATALIS H 3 PO 4 SECARA BATCH DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA DENGAN KATALIS H 3 PO 4 SECARA BATCH DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak – Biodiesel adalah salah satu alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan tidak beracun. Umumnya, proses pembuatan biodiesel dilakukan dengan proses trans-esterifikasi dengan bantuan katalis basa. Penggunaan katalis asam jarang diminati sebab laju reaksinya yang lebih lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya, pengaruh katalis dan pengaruh jenis katalis asam terhadap reaksi trans-esterifikasi. Penelitian dilakukan pada kondisi atmosferik dengan rasio mol minyak kelapa terhadap mol metanol sebesar 1:9 selama 1 jam. Variabel yang digunakan adalah jenis katalis (H3PO4 dan H2SO4), konsentrasi katalis (w/w) (1%, 2%, 3%, 4% dan 5%) dan variasi daya (100 Watt, 264 Watt dan 400 Watt). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar daya yang digunakan viskositas biodiesel semakin rendah tetapi yield semakin besar. Daya 400 Watt menghasilkan yield optimum. Konsentrasi dan jenis katalis juga memberikan pengaruh terhadap viskositas dan yield biodiesel. Yield terbaik diperoleh pada kondisi operasi 400 Watt dengan konsentrasi katalis H3PO4 4% (w/w) yakni sebesar sebesar 0,15 sedangkan katalis H2SO4 akan menghasilkan yield terbaik dengan kondisi operasi pada daya 400 Watt dengan konsentrasi katalis 5% (w/w) yakni sebesar 0,39. Katalis H2SO4 memberikan yield yang lebih baik apabila waktu operasi ditambah. Waktu optimum operasi adalah selama 5 jam yang menghasilkan kadar biodiesel 75% dengan yield sebesar 0,39. Dari dua jenis katalis, katalis H2SO4 lebih baik digunakan sebagai katalis. Hal ini dapat dilihat dari penurunan viskositas rata-rata yang lebih tinggi mencapai 50% dan yield yang lebih besar pada daya dan konsentrasi katalis yang sama.

Kata kunci – biodiesel, minyak kelapa, microwave, trans-esterifikasi

I. PENDAHULUAN

Hingga saat ini Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar berbasis fosil sebagai sumber energi. Hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memaparkan bahwa total konsumsi energi per kapita Indonesia meningkat setiap tahunnya dengan pertumbuhan di atas 5%. Persediaan minyak mentah di Indonesia sekitar 9 milyar barrel dengan laju produksi rata-rata 500 juta barrel per tahun. Oleh karena itu, diperlukan suatu alternatif sumber energi yang harus mengoptimalkan potensi sumber daya lokal supaya harganya lebih murah dan terjangkau [1]

Salah satu energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar minyak adalah biodiesel. Biodiesel saat ini banyak digunakan di sektor transportasi, manufaktur, perikanan, pertanian dan komersial [2]. Keuntungan biodiesel yaitu salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan karena biodiesel dapat mengurangi emisi gas buang karbon monoksida dan gas

karbon dioksida dan bebas kandungan sulfur dibandingkan dengan bahan petroleum diesel lainnya. Pengembangan biodiesel juga akan mendukung sasaran kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Perpres Nomor 5 Tahun 2006 yang menyebutkan adanya rencana untuk mewujudkan energi primer mix seperti bahan bakar nabati (biofuel) menjadi > 5%, panas bumi > 5% dan energi baru terbarukan lain, khususnya biomassa, tenaga air, dan tenaga angin.

Bahan bakar mesin diesel ini diolah dari minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, minyak jarak, minyak dari biji-bijian dan kacang-kacangan dan lain-lain. Saat ini, ada dua komoditas yang dikembangkan untuk menjamin ketersediaan bahan baku Biodiesel, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Jatropha Curcas Oil (CJCO) atau minyak jarak. Namun, pemanfaatan CPO sebagai bahan baku biodiesel tentu akan menganggu pasokan ekspor dan ketersediaan minyak goreng. Sedangkan pemanfaatan minyak jarak sebagai bahan baku, masih terkendala karena ketersediaannya yang masih terbatas sehingga akan mengakibatkan tingginya harga biodiesel.

Bahan baku lain yang juga memiliki potensi besar adalah kelapa. Luas perkebunan kelapa di Indonesia saat ini mencapai 3,8 juta hektar (Ha) yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 3,7 juta Ha; perkebunan milik pemerintah seluas 4.669 Ha; serta milik swasta seluas 66.189 Ha. Selama 34 tahun, luas tanaman kelapa meningkat dari 1,66 juta hektar pada tahun 1969 menjadi 3,8 juta hektar pada tahun 2011 [3].

Biodiesel dapat diperoleh dari reaksi trans-esterifikasi minyak nabati. Dalam reaksi ini, trigliserida bereaksi dengan alkhohol dengan adanya asam kuat atau basa kuat sebagai katalis menghasilkan campuran fatty acid alkyl ester dan gliserol [4]. Faktor utama yang mempengaruhi rendemen metil ester yang dihasilkan pada reaksi trans-esterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan kandungan asam lemak bebas. Pada penelitian ini digunakan H3PO4 atau asam fosfat sebagai katalis reaksi.

Penelitian pembuatan biodiesel ini menggunakan metode bacth dan pemanasan menggunakan gelombang mikro. Hal ini disebabkan metode batch lebih baik dibandingkan metode kontinyu dalam hal kemudahan dalam mengontrol reaksinya serta tidak membutuhkan banyak peralatan.

Gelombang mikro digunakan karena mempunyai karakteristik yang berbeda dengan pemanasan konvensional. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan gelombang mikro dalam sintesis kimia organik

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA

DENGAN KATALIS H

3

PO

4

SECARA

BATCH

DENGAN MENGGUNAKAN GELOMBANG MIKRO

Jaharani, Nasichah, Pantjawarni Prihatini

dan Mahfud

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

(2)

membutuhkan waktu yang lebih singkat daripada pemanasan konvensional [5]. Pada pemanasan microwave, panas dibangkitkan secara internal akibat getaran molekul-molekul bahan yang ingin dipanaskan oleh gelombang mikro. Pemilihan wadah sampel sangat berpengaruh dalam pemanasan, sehingga dipilih reaktor yang terbuat dari bahan yang dapat ditembus oleh gelombang mikro.

Biodiesel yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan standar kualitas biodiesel sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006). Uji tersebut meliputi densitas, viskositas, dan yield biodiesel. Diharapkan penelitian ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang energi, dalam hal penemuan sumber energi alternatif dan dapat lebih dikembangkan lagi sehingga dapat diperoleh kualitas biodiesel yang lenih bagus dengan proses yang lebih mudah.

URAIAN PENELITIAN

A.Tahap Pretreatment

Bahan baku yang dipakai adalah minyak kelapa merk Barco. Sebelum digunakan, minyak kelapa diukur kadar FFA dan kandungan airnya.

B.Deskripsi Peralatan

Skema alat pada tahap trans-esterifikasi dengan pemanas microwave adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Skema alat trans-esterifikasi

Keterangan alat :

1). Reaktor labu leher satu 2). Microwave 3). Kontrol daya 4). Kontrol waktu 5). Kondensor refluks 6). Aliran air pendingin masuk

7). Aliran air pendingin keluar 8) Magnetic stirrer C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini di mulai dengan menghomogenkan katalis dengan metanol dalam labu leher satu. Selanjutnya, memasukkan minyak kelapa ke dalam campuran tersebut kemudian mereaksikan dengan menggunakan microwave

selama 1 jam. Varibel yang digunakan adalah daya katalis (100 Watt, 264 Watt dan 400 Watt), konsentrasi katalis (1%, 2%, 3%, 4% dan 5%) dan jenis katalis (H3PO4 dan H2SO4). Selanjutnya, mendiamkan hasil reaksi transesterifikasi di dalam corong pisah hingga terbentuk lapisan gliserol dan biodiesel. Memisahkan lapisan gliserol dan mencuci biodiesel dengan menggunakan aquades (40ºC) sebanyak 3 kali. Selanjutnya, memanaskan biodiesel di dalam oven

untuk menghilangkan kandungan air.

D. Tahap Analisa

Analisa yang dilakukan meliputi analisa berat jenis dengan menggunakan piknometer pada suhu 40ºC, analisa viskositas dengan dengan menggunakan viskometer ostwald pada suhu 40ºC dan yield yang dihitung berdasarkan pendekatan viskositas. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan besar kecilnya gesekan internal fluida. Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Yield dihitung dengan persamaan:

HASILPENELITIANDANPEMBAHASAN

A. Pengaruh Daya Microwave terhadap Viskositas FAME

Minyak kelapa mempunyai viskositas kinematik yang cukup tinggi yaitu sebesar 32,5 cSt. Proses esterifikasi antara minyak kelapa dengan metanol akan menghasilkan

Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang memiliki viskositas yang rendah. Viskositas FAME dari hasil reaksi dengan bantuan katalis asam lebih rendah dibandingkan dengan viskositas awal minyak kelapa. Semakin besar daya

microwave yang digunakan maka viskositas FAME yang dihasilkan semakin rendah. Dari hasil penelitian diketahui penggunaan H3PO4 sebagai katalis mampu menurunkan viskositas sebesar 25% dan penggunaan katalis H2SO4 mampu menurunkan viskositas sebesar 50%.

Penurunan viskositas ini disebabkan karena semakin besar daya yang digunakan akan memberikan efek thermal

yang besar pula yang ditandai dengan peningkatan suhu yang sangat cepat. Reaktan yang telah terkonversi menjadi biodiesel dan gliserol akan mengalami reaksi lanjut seiring peningkatan tekanan dan peningkatan suhu [6].

Suhu memberikan pengaruh pada proses reaksi dan

yield FAME [7]. Suhu yang lebih tinggi dapat mengurangi viskositas minyak, meningkatkan laju reaksi dan menurunkan waktu reaksi. Meskipun demikian, ketika peningkatan suhu reaksi suhu reaksi melebihi titik optimal justru akan mengakibatkan berkurangnya produk biodiesel. Suhu reaksi seharusnya tidak lebih dari titik didih dari alkhohol untuk menjaga alkhohol tidak menguap [8]. Walaupun telah mengalami penurunan viskositas tetapi viskositas FAME tersebut belum sesuai dengan standar mutu biodiesel. Standar SNI biodiesel adalah sebesar 2-6 cSt.

a. B. Pengaruh Daya Microwave terhadap Yield FAME Yield biodiesel merupakan perbandingan antara massa biodiesel yang dihasilkan (produk) dengan massa minyak kelapa awal. Perhitungan yield biodiesel berdasarkan hubungan viskositas minyak kelapa, viskositas FAME dan viskositas biodiesel standar.

(3)

Gambar 2. Grafik hubungan daya dengan yield pada penggunaan katalis H3PO4

Gambar 3. Grafik hubungan daya dengan yield pada penggunaan katalis H2SO4

Gambar 2 dan gambar 3 merupakan grafik pengaruh daya terhadap yield produk dengan penggunaan katalis H3PO4 dan H2SO4 pada variasi persen katalis. Dari grafik ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan besaran daya memberikan pengaruh terhadap yield FAME. Semakin tinggi daya yang digunakan, yield yang dihasilkan semakin tinggi. Peningkatan daya memberikan efek thermal yang ditandai dengan adanya kenaikan suhu dan kenaikan yield. Hasil percobaan ini mendukung dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa variabel daya berpengaruh terhadap yield yang dihasilkan [9].

Kenaikan suhu akan mengakibatkan gerakan molekul dari reaktan semakin meningkat atau dengan kata lain tumbukan molekul partikel reaktan ini semakin cepat. Peningkatan suhu akan meningkatkan probabilitas molekul dengan energi aktivasi yang sama atau lebih tinggi dari energi aktivasi. Sehingga menyebabkan reaksi akan semakin meningkat dan konversi reaktan menjadi produk semakin besar.

C. Pengaruh Konsentrasi Katalis terhadap Yield FAME Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,diperoleh hubungan antara yield FAME dengan konsentrasi katalis (w/w). Data penelitian ditampilkan dalam grafik sebagai berikut:

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi katalis H3PO4 terhadap

yield

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi katalis H2SO4 terhadap

yield

Grafik tersebut menunjukkan bahwa semakin besar katalis yang digunakan, maka semakin besar yield produk yang dihasilkan [10]. Penambahan jumlah katalis dalam reaksi akan mempengaruhi laju reaksi atau serangan nukleofilik yang merupakan satu tahapan reaksi trans-esterifikasi yang penting dalam membentuk metil ester. Persamaan laju reaksi didefinisikan dalam bentuk konsentrasi reaktan, sering dengan bertambahnya konsentrasi maka naik pula kecepatan reaksinya. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin banyak molekul reaktan yang tersedia dengan demikian kemungkinan bertumbukan akan semakin banyak juga sehingga kecepatan reaksi meningkat.

D. D. Pengaruh Jenis Katalis terhadap Yield Produk

Pada penelitian ini terdapat dua jenis katalis yang digunakan,, yaitu katalis H3PO4 dan H2SO4. Pemanfaatan katalis H2SO4 dalam reaksi trans-esterifikasi menghasilkan

yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan katalis H3PO4. Secara umum, ada tiga jenis katalis yang dapat digunakan dalam reaksi trans-esterifikasi pembuatan biodiesel yakni asam, basa dan enzim [11]. Katalis enzim tidak lazim dipakai karena harganya yang relatif mahal dibanding dengan katalis asam dan katalis basa. Jenis katalis asam yang umumnya dipakai adalah asam sulfat, asam fosfat, asam klorida dan asam organik.

Perbandingan yield yang dihasilkan dari proses trans-esterifikasi dengan menggunakan katalis asam dan katalis basa ditampilkan dalam tabel 1. Katalis basa yang dibandingkan adalah katalis basa heterogen yakni CaO

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 0 100 200 300 400 Y ie ld F A M E (-) Daya (Watt) 1% 2% 3% 4% 5% 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 0 100 200 300 400 Y ie ld F A M E (-) Daya (Watt) 1% 2% 3% 4% 5% 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 0 2 4 6 Y ie ld F A M E (-) Konsentrasi Katalis (%) 100 W 264 W 400 W 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 0 1 2 3 4 5 6 Y ie ld F A M E (-) Konsentrasi Katalis (%) 100 W 264 W 400 W

(4)

sedangkan katalis asam adalah katalis asam sulfat dan asam fostfat. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa yield pada penggunaan katalis basa dalam waktu operasi yang sama lebih besar dibandingkan pada penggunaan katalis asam.

Tabel 1.

Tabel Perbandingan Antara Katalis Basa dengan Katalis Asam (pada operasi 1 jam)

Konsentrasi Katalis (%) Daya (Watt) Yield FAME CaO [12] Asam

Sulfat* Fosfat Asam *

1 100 0,40 0,16 0,10 264 0,45 0,26 0,12 400 0,54 0,30 0,12 2 100 0,74 0,17 0,08 264 0,73 0,26 0,10 400 0,69 0,33 0,13 3 100 0,73 0,18 0,10 264 0,79 0,33 0,11 400 0,80 0,39 0,12

Sumber : * Hasil penelitian Katalis H2SO4 merupakan salah satu katalisator homogen positif. Disebut katalisator adalah zat yang dapat mengubah kecepatan reaksi. Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik), karena itu katalis H2SO4 disebut katalis asam mineral. Katalis H2SO4 dalam reaksi trans-esterifikasi adalah katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat reaksi trans-esterifikasi yang berjalan lambat. H2SO4 juga merupakan katalisator homogen karena membentuk satu fase dengan pereaksi (fase cair).

Dibandingkan dengan H3PO4, H2SO4 adalah asam pengoksidasi yang kuat. H2SO4 memiliki laju reaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan H2SO4 sehingga mampu menyerang atau memberikan pengaruh pada reaksi nukleofilik lebih besar. Penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan etil asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan tinggi. Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat reaksinya. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi (k) akan semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan variabel yang menghasilkan yield paling tinggi adalah daya 400 Watt dengan konsentrasi katalis H2SO4 5% (w/w) yakni sebesar 39% dengan kadar biodiesel sebesar 40%. Selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu operasi terhadap yield FAME yang dihasilkan. Variabel waktu yang digunakan dimulai dari 1 jam hingga 6 jam.

Gambar 6. Grafik hubungan waktu dengan yield FAME pada operasi 400 Watt dan 5% katalis H2SO4

Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa waktu operasi yang paling optimum adalah selama 5 jam. Laju konversi dari ester asam lemak meningkat seiring dengan waktu reaksi [13]. Pada awal terjadinya reaksi, reaksi akan berlangsung lambat akibat dari pencampuran alkhohol dengan minyak. Kemudian, reaksi akan berlangsung sangat cepat. Umumnya, dalam proses pembuatan biodiesel dengan mengunakan katalis basa, yield dapat dicapai pada waktu reaksi kurang dari 90 menit. Lebih dari itu, kelebihan waktu reaksi akan mereduksi jumlah produk akibat reaksi bergeser ke arah reaktan yang akan mengakibatkan berkurangnya ester [14].

Pada penelitian ini katalis yang digunakan adalah katalis asam. Katalis asam memberikan laju reaksi yang 4000 kali lebih lambat dibandingkan katalis basa [15]. Pada kondisi operasi yang sama, katalis alkali jauh lebih cepat daripada katalis asam [16].. Alkali dapat memberikan perolehan yang tinggi untuk waktu reaksi sekitar 1 jam, sedangkan asam baru memberikan perolehan yang tinggi setelah bereaksi selamaa 3 hingga 48 jam. Pada alkali perolehan ester akan memuaskan untuk perbandingan molar alkhohol dan asam lemak 6:1 sedangkan asam baru memberikan perolehan ester yang memuaskan untuk perbandingan molar alkhohol dan asam lemak 30:1.

E. Pengaruh Penggunaan Microwave

Dalam Biodiesel Science and Technology disebutkan ada enam faktor yang mempengaruhi proses reaksi trans-esterifikasi yakni, suhu reaksi, konsentrasi dan jenis katalis, pemilihan jenis alkhohol, intesitas pengadukan, kemurnian reaktan dan ratio penggunaan alkhohol [17]. Dalam penelitian ini, suhu reaksi dipengaruhi oleh penggunaan

microwave. Pemanasan dengan gelombang mikro mempunyai kelebihan yaitu pemanasannya lebih merata karena bukan mentransfer panas dari luar tetapi membangkitkan panas dari dalam bahan.

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 0 2 4 6 8 Y ie ld F A M E (-) waktu (jam)

(5)

Tabel 2.

Perbandingan Penggunaan Pemanasan Konvensional dengan

Microwave

No Jenis Minyak Katalis Rasio n minyak : n metanol waktu (jam) Yield (%) Keterangan 1 Minyak Kedelai [16] 1% H 2SO4 1:30 50 99 - 2 Minyak Dedak Padi [18] 1% H 2SO4 1:12 8 72,5 - 3 Acid Oil (59,3% FFA) [17] H 2SO4 - 26 85 T = 338K ;P = 0,1 MPa 4 Microalga Oil [17] H2 SO 4 - 14 63-68 T =338 K ; P = 0,1 MPa 5 Vegetable Oil [17] H2SO4 1:50 4 97 T =353 K ; P = 0,4 MPa 6 Minyak Kelapa 5% H 2SO4 1:9 5 75 Atmosferik Keterangan :

1-5 : menggunakan pemanasan konvensional 6 : menggunakan gelombang mikro

Dari perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan microwave memberikan pengaruh terhadap penurunan waktu reaksi. Pada pemanasan konvensional, pemanasan berlangsung secara konduksi dan konveksi. Dinding reaktor dipanasi terlebih dahulu baru terjadi pemanasan pada solvent. Pendistribusian panas di dinding reaktor selalu mengakibatkan perbedaan suhu antara dinding reaktor dan solven. Sedangkan pada pemanasan dengan

microwave, pemanasan berlangsung secara radiasi. Panas hanya didistribusikan pada partikel dan solvent, sehingga panas solvent lebih merata [19].

II.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang kami peroleh maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Radiasi gelombang mikro (microwave) dan katalis asam dapat digunakan dalam proses pembuatan biodiesel dari minyak kelapa.

2. Daya memberikan pengaruh terhadap proses reaksi trans-esterifikasi. Semakin besar daya yang digunakan viskositas FAME yang dihasilkan semakin rendah. Semakin besar daya, yield yang dihasilkan semakin besar. Dalam penelitian ini, daya yang menghasilkan

yield optimum adalah 400 Watt.

3. Konsentrasi katalis H3PO4 per berat minyak kelapa tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap yield

produk. Dari penelitian ini, FAME yang dihasikan dengan kondisi operasi 400 Watt dengan konsentrasi katalis H3PO4 4% menghasilkan yield paling tinggi sebesar 0,15.

4. Apabila dibandingkan antara H3PO4 dengan H2SO4 sebagai katalis, H2SO4 lebih baik digunakan sebagai katalis. Hal ini dapat dilihat dari penurunan viskositas rata-rata yang lebih tinggi yakni sebesar 50% dan yield

yang dihasilkan mencapai 0,39 pada daya dan konsentrasi katalis yang sama.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis J dan N mengucapkan kepada teman-teman, dosen dan seluruh sivitas akademika jurusan Teknik Kimia ITS dan Laboratorium Teknik Kimia ITS. Penulis J mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidik Misi tahun 2010-2014.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Soerawidjaja, T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara Nasional , Makalah disampaikan pada pertemuan dua bulanan ke-3 LP3E KADIN Indonesia, Jakarta. [2] Srihartati Kasim, Novy., Han, T, Gunawan, S., Ju, Y-H. 2007.

Biodiesel Production From Rice Bran Oil And Supercritical Metanol. Int: CIGR Ejournal 2007; IX.

[3] Indonesian Commercial Newsletter (ICN) hal 44. Diakses melalui http://www.datacon.co.id/Sawit-2011Kelapa.html

[4] Refaat, A.A, dan Sheltawy,S.T. 2008. “Time factor in microwave-enhanced biodiesel production”, The World Scientific and Engineering Academy and Society Transactions on Environment and Development

[5] Saptiwi S, I. 2010. Isomerisasi Eugenol Menggunakan Mg/Al-Hidrotalsit Dengan Radiasi Gelombang Mikro. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

[6] Leung D.Y.C, Guo Y. 2006. Transesterification Of Neat and Used Frying Oil: Optimization for Biodiesel Production. Fuel Process Technol 2006;87:883–90.

[7] Eevera T, Rajendran K, Saradha S. 2009. Biodiesel Production Process Optimization And Characterization to Assess The Suitability of The Product for Varied Environmental Conditions. Renew Energy 2009;34:762–5.

[8] Quitain, T.A., Hrioyuki D., Katoh, S., and Moriyoshi,T. , “Microwave-Assisted hydrothermal degradation of silk protein to amino acids”, Kumamoto University Japan, 2011.

[9] Yakoob, Z., Sukarman, I. S., Kamarudin, S.K., Abdullah,S.R.S. 2008. “Production of Biodiesel from Jatropha Curcas by Microwave Irradiation”, Universiti Kebangsaan Malaysia, Selangor.

[10] Canakci M, Van Gerpen J. Biodiesel Production Via Acid Catalysis. Trans Am Soc Agric Eng 1999;42:1203–10.

[11] Pradipta, G. dan Lukerintaningdinar. 2013. “Pembuatan Biodiesel dari bahan minyak kelapa dengan memanfaatkan gelombang mikro dengan proses secara batch”. Surabaya : Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

[12] Freedman, B, Pryde, E.H, dan Mounts T.L. 1984. Variable Affecting the Yields of Fatty Esters from Transesterfified Vegetable Oils. Northen Regional Research Center, Agriculturla Research Service, U.S. Department of Agricultural..

[13] Ma, F, Milford, A., Hanna. 1999. ”Biodiesel production : a review”. Bioesource Technology 70: pp.1-15.

[14] Santacesaria E., Di Serio M, Tesser R, Dimiccoli M, Cammarota F, Nastasi M. Synthesis of biodiesel via homogeneous Lewis acid catalyst. J Mol Catal A: Chem 2005;239:111–5.

[15] Freedman, B., R. 0, Butterfield, and E. H. Pryde. 1986. Transesterification kinetics of soybean oil. JAOCS 63(10): 1375-1380.

[16] Bart, J.C.J., Palmeri, N., Cavaliaro, S. 2010. Biodiesel Science and Technology. Elsevier SciencePublishers Ltd.

[17] Zulaikhah, S, Lai, C, Shaik, R, Ju, Yi Shu. 2005. A Two Step Acid Catalyst Process for the Production of Biodiesel From Rice Bran Oil. Bioresource Technology Volume 96 Issue 17. November 2005. Pages 1889-1896.

[18] Taylor, M., Atri, B.S., Minhas, S. 2005. Developments In Microwave Chemistry. Evalueserve, hal. 1-50.

Referensi

Dokumen terkait

Dari paparan tersebut, dapat ditegaskan bahwa bermain balok merupakan kegiatan bermain yang perlu dilakukan pada anak, karena dapat menstimulasi kreativitas,

Artinya, semakin tinggi peran harapan kierja dalam memediasi pengaruh maka semakin tinggi pula peran kondisi memfasilitasi secara tidak langsung terhadap niat

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan website dalam penerapan model pembelajaran learning cycle 7E secara signifikan dapat

Berdasarkan temuan dari observasi dan diskusi dengan kolaborator ditemukakan beberapa hal yang cukup prinsip dalam membelajarkan matematika siswa di kelas V MIN ini yaitu guru

Mampu memahami masalah dengan baik dan mampu mengidentifikasi fokus masalah. Merencanakan Penyelesaian Masalah Menganalisis Argumen Mampu mengemukakan perencanaan

Fase anatase sering digunakan pada DSSC karena mempunyai fotoaktivitas yang tinggi dan cenderung memi- liki ukuran partikel yang lebih kecil sehingga luas permukaan- nya lebih

Thermostat yang berfungsi untuk menahan air pendingin yang masih berada didalam water jacket mesin agar bersirkulasi pada mesin saat suhu mesin masih rendah, dan akan

Dari hasil penelitian diperoleh jumlah isolat bakteri endofit pada tanaman teh belum menghasilkan (TBM) sebanyak 13, yaitu isolat pada bagian daun terdapat 5