PENGARUH ASET TIDAK BERWUJUD DAN BIAYA PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN TERHADAP NILAI PASAR PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015
1
Pt Erika Susanti,
1
I Putu Gede Diatmika,
2Ni Kadek Sinarwati
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : { [email protected], [email protected],
[email protected] } @undiksha.ac.id
ABSTRAK
Nilai pasar merupakan persepsi pasar yang berasal dari stakeholder (investor, kreditur) terhadap kondisi keuangan perusahaan yang tercermin pada nilai saham perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan terhadap nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Buras Efek Indonesia periode 2011-2015.
Penelitian ini merupakan penelitian observasi non partisipan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015 yang diunduh dari www.idx.co.id. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling method, maka diperoleh sebanyak 35 sampel perusahaan dengan 150 pengamatan selama periode penelitian dari tahun 2011 sampai dengan 2015.. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan bantuan program SPSS versi 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.
Kata Kunci : Aset Tidak Berwujud, Biaya Penelitian dan pengembangan, dan Nilai Pasar Perusahaan
ABSTRACT
Market value is a market perception coming from the stakeholder (investor, creditor) on the financial condition of a company and usually reflected from the value of shares of a company. The study aimed at obtaining empirical evidences about the effect of intangible assets and research and development costs on the market value of the companies.
This study is in the form of non-participant observation research involving secondary data obtained from manufacture companies listed in the Indonesian stock exchange during the period of 2011-2015 downloaded from www.idx.co.id. There were about 35 companies with 150 observations as the samples selected based on purposive sampling method. The analysis was conducted by using multiple regression supported by SPSS software version 19.
The results indicated that theintangible assets and research and development costs had a positive and significant effect on the market value at the manufacture companies listed in the Indonesian stock exchange during the period of 2011-2015.
PENDAHULUAN
Perusahaan-perusahaan multinasionl atau transnasional saat ini semakin mengglobal bersama dengan semakin dominannya sistem produksi global atau internasional produksi, maka akan semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan. Dengan semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan menyebabkan perusahaan dituntut untuk lebih berkembang dalam kegiatan operasi perusahaan. Untuk dapat meningkatkan kegiatan operasi perusahaan maka perusahaan harus mengubah proses bisnis yang pada awalnya didasarkan pada tenaga kerja menjadi knowledge based
business (bisnis berdasarkan pengetahuan)
yang memiliki karakteristik utama ilmu pengetahuan (Suwarjuwono dan Kadir,2003).
Penerapan knowledge-based business, akan mengubah penciptaan nilai
pada perusahaan. Perusahaan-perusahaan lebih fokus pada pentingnya peran aset tidak berwujud dalam perusahaan. Contoh dari aset tidak berwujud antara lain, paten, merk dagang, franchise, license, dan lain sebagainya. Di Indonesia, praktik penggunaan aset tidak berwujud dalam pengelolaan perusahaan belum banyak diterapkan. Hal ini terlihat dari kecendrungan perusahaan di Indonesia menggunakan basis konvensional dalam mengembangkan bisnisnya, sehingga sangat dirasakan kurangnya kandungan teknologi dalam produk yang dihasilkan (Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Padahal untuk dapat bersaing di perekonomian global, perusahaan harus dapat meningkatkan keunggulan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan teknologi perusahaan dalam mengelola sumber daya.
Pergeseran model bisnis dari yang berdasarkan pada basis konvensional menuju bisnis berdasarkan pengetahuan menyebabkan perusahaan harus dapat meningkatkan pengetahuan bisnis mereka untuk dapat mencapai keunggulan kompetitif didalam bisnis mereka. Berkembangnya perusahaan akan bergantung pada kinerja perusahaan dalam mengelola aset berwujud perusahaan
dengan pengetahuan (aset tidak berwujud) yang dimiliki perusahaan. Sehingga, sebesar apapun aset berwujud yang dimiliki, apabila perusahaan tidak memiliki pengetahuan yang baik dalam mengolah aset berwujud tersebut, maka perusahaan akan sulit berkembang. Produk-produk yang dihasilkan menjadi kurang inovatif, miskin kandungan pengetahuan yang pada akhirnya produk-produk tersebut menjadi tidak laku di pasaran.
Beberapa penelitian yang dilakukan di Inggris, menemukan besarnya nilai aset tidak berwujud adalah 60% dari nilai pasar perusahaan sehingga mengindikasikan sebagian besar dari nilai ini terkait dengan merek atau portofolio merek yang dimiliki perusahaan (PricewaterhouseCoopers, 2004 dalam Soraya, 2013). Penelitian terkini tentang aset tidak berwujud juga mengungkapkan bahwa komponen aset tidak berwujud, seperti ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan, paten, dan merek menjadi komponen terbesar dari nilai perusahaan (Bartholomew, 2008 dalam Soraya, 2013).
Perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia masih banyak yang tidak melaporkan nilai dari aset tidak berwujud di dalam laporan keuangan perusahaan. Salah satu penelitian di Indonesia yang membuktikan bahwa masih banyak perusahaan yang tidak melaporkan nilai aset tidak berwujud adalah penelitian Utomo (2014) yang menyatakan bahwa dari 300 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 sebesar 68 persen perusahaan masih belum menyajikan aset tidak berwujud pada laporan posisi keuangan perusahaan dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan IAI (2009) dalam PSAK No.1 revisi 2009.
Biaya penelitian dan pengembangan merupakan indikator kemajuan suatu perusahaan dan memiliki peran penting bagi perusahaan. Aktivitas penelitian dan pengembangan biasanya dilakukan oleh suatu unit khusus yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Penelitian dan pengembangan memberi kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi
penjualan yang efektif (Padgett dan Galan, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Setiaji, 2011) menyatakan bahwa rasio intensitas penelitian dan pengembangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan (Handiko, 2015) menyatakan bahwa secara statistik terdapat pegaruh Modal Intellectual terhadap kinerja pasar perusaaan lahan yasan dan properti yang diformulasikan ole PBV, sementara tidak terbukti terdapat pengaruh Modal
Intellectual terhadap kinerja pasar perusahaan yng di formulasikan ole PER selama lima tahun pengamatan (2008-2014). Namun hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Soraya, 2013) yang menyatakan bahwa nilai aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan berpengaruh positip dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh (Trisnajuna, 2015) yang menyatakan bahwa biaya penelitian dan pengembangan memiliki pengaruh positip terhadap nilai pasar. Perbedaan hasil-hasil penelitian tersebut, memerlukan konfirmasi lebih lanjut mengenai topik tersebut.
Nilai Pasar merupakan nilai yang sering disebut dalam berbagai kepentingan ekonomi, Nilai Pasar dianggap dan dipercaya sebagai nilai yang menggambarkan potensi terkini dan riil pada suatu aset. Adanya peningkatan selisih antara nilai pasar dengan nilai buku menyebabkan dilakukannya penelitian modal intelektual . Di Indonesia masih banyak perusahaan yang menggunakan akuntansi tradisional yang menitikberatkan pada aset berwujud. Banyak perusahaan tidak mampu dalam memberi penjelasan atas nilai perusahaan, sehingga laporan keuangan dianggap kurang memadai sebagai laporan kinerja keuangan perusahaan (Handiko, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh (Haryanto, 2013) mengenai Pengaruh
Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar Perusahaan pada 41 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Periode 2007-2008, bahwa pada uji
persamaan Market-to-Book value (M/B), besarnya intellectual capital (VAIC) yang dimiliki perusahaan tidak mempengaruhi peningkatan Market-to-Book value
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2008. Variabel capital
employed efficiency (VACA) dan structural capital efficiency (STVA) secara signifikan
tidak ada pengaruh terhadap
Market-to-Book value. Kemudian human capital efficiency (VAHU) secara signifikan berpengaruh terhadap Market-to-Book value. Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mahmud (2013) menyatkan bahwa Intellectual Capital
berpengaruh positip terhadap nilai pasar perusahaan. Dimana, semakin meningkat IC perusahaan maka akan semakin meningkat juga nilai pasar perusahaan. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2012) menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positip terhadap nilai pasar perusahaan.
Adanya investasi aset tidak berwujud, maka akan dapat meningkatkan laba perusahaan yang akan menimbulkan keyakinan para investor untuk membeli saham perusahaan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hidayati dkk, 2012) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menemukan bahwa pengaruh dari penggunaan aset tidak berwujud lebih signifikan pada perusahaan manufaktur dari pada perusahaan non-manufaktur.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik melakukan penelitian kembali tentang pengaruh aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan terhadap nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh aset tidak berwujud dan biaya
penelitian dan pengembangan terhadap
nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Penelitian ini juga untuk dapat mengetahui pentingnya peran aset tidak berwujud dibandingkan dengan aset berwujud.
METODE
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method, yaitu penentuan sampel berdasarkan kesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu. Beberapa kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
1) Emiten berada pada industri manufaktur yang sahamnya terdaftar dan aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011 sampai 2015.
2) Emiten mempublikasikan laporan keuangan tahunan lengkap selama periode 2011 sampai 2015.
3) Emiten mempublikasikan laporan keuangan dalam satuan rupiah selama periode 2011 sampai 2015.
4) Emiten memiliki nilai aset tidak berwujud (INTAV) yang positif selama periode 2011 sampai 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 sampai 2015 yang dimuat dalam IDX periode 2011-2015. Alasan digunakannya perusahaan manufaktur sebagai populasi dalam penelitian ini adalah karena investasi aset tidak berwujud lebih intensif dilakukan dalam perusahaan manufaktur dari pada perusahaan jasa, termasuk perusahaan jasa asuransi dan keuangan (Barnes, 2010).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari media cetak maupun media elektronik.
Data sekunder tersebut berupa data
pooled, yaitu kombinasi antara penggunaan
data time series yang merupakan rangkaian observasi pada suatu nilai yang diambil pada waktu yang berbeda dan data cross
section yang merupakan data dari satu
atau lebih variabel yang dikumpulkan dalam waktu yang sama (Gujarati, 2004). Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-2015 serta daftar harga saham penutupan pada akhir tahun 2011 dan 2015.
. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh kemudian diseleksi sesuai
dengan kriteria yang sudah ditentukan, maka diperoleh sebanyak 35 sampel perusahaan dengan 150 pengamatan selama periode penelitian dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, dengan bantuan program SPSS versi 19. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik. Tujuannya adalah menjamin akurasi data.
HASIL
Sampel penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011-2015. Alasan digunakannya perusahaan manufaktur sebagai populasi dalam penelitian ini adalah karena investasi aset tidak berwujud lebih intensif dilakukan dalam perusahaan manufaktur dari pada perusahaan jasa, termasuk perusahaan jasa asuransi dan keuangan (Barnes, 2010). Berdasarkan data sekunder yang diperoleh kemudian diseleksi sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan, maka diperoleh sebanyak 35 sampel perusahaan dengan 150 pengamatan selama periode penelitian dari tahun 2011 sampai dengan 2015.
Dari hasil pengujian statistik deskriptif diketahui bahwa Variabel INTAV menunjukkan nilai minimum Rp 105.938.625.000,-, nilai maksimum Rp 7.170.908.547.000.000,-, rata-rata sebesar Rp 149.073.526.832.247,- dan standar deviasi sebesar Rp 740.771.608.491.177,- . Variabel RnD (Biaya Penelitian dan Pengembangan) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 1,00, rata-rata sebesar 0,520 dan standar deviasi sebesar 0,501. Variabel Nilai Pasar menunjukkan nilai minimum sebesar Rp 10.200.000.000, nilai
maksimum sebesar Rp
7.172.400.000.000.000,-, rata-rata sebesar Rp155.114.196.376.697,-, standar deviasi sebesar Rp 740.336.409.873.398,-.
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau nilai residual memiliki distribusi normal agar uji statistik
untuk jumlah sampel kecil hasilnya tetap valid (Ghozali, 2011). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one sample
Kolmogorov Smirnov dimana dalam uji
Kolmogorov Smirnov (K-S), apabila
asymptotic significance, atau nilai profitabilitas lebih besar dari 0,05 , maka variabel terdistribusi normal. Hasil dari uji
normalitas yaitu nilai Asymp Sig. (2-tailed) untuk model regresi sebesar 0,743. Hal ini menunjukan bahwa model persamaan regresi yang digunakan berdistribusi normal, karena nilai Asymp Sig. (2-tailed) model regresi lebih besar dari nilai alpha 0,05.
Tabel Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 175
Normal Parametersa,,b Mean -.02
Std. Deviation 5.723E12 Most Extreme Differences Absolute .051 Positive .046 Negative -.051 Kolmogorov-Smirnov Z .681
Asymp. Sig. (2-tailed) .743
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heterokedastisitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji glejser.
Hasil dari uji heterokedastisitas adalah nilai signifikansi setiap variabel independen
dari masing-masing model regresi lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel independen dengan absolute residual. Hal tersebut menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan tidak mengandung gejala heterokedastis
Tabel Hasil Uji Heterokedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 4.051E1 2 3.803E11 10.652 .000 X1 7.387E-5 .000 .016 .203 .839 X2 8.779E1 1 5.371E11 .126 1.634 .104 a. Dependent Variable: ABS
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
tolerance lebih kecil dari 0,10 atau sama
dengan nilai VIF lebih besar dari 10 (Ghozali, 2009).
Hasil dari uji multikolinearitas adalah nilai tolerance setiap variabel independen yaitu variabel INTAV dan RnD dari masing-masing model regresi lebih besar dari 0,10, dan nilai VIF setiap variabel independen masing-masing lebih kecil dari 10. Hasil pengujian tersebut menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas dalam setiap model regresi.
Tabel Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constan t) -1.563E1 2 6.281E1 1 -2.489 .014 X1 .997 .001 .998 1662.50 9 .000 .964 1.03 7 X2 1.538E1 3 8.870E1 1 .010 17.338 .000 .964 1.03 7 a. Dependent Variable: Y
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2011). Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW).
Penelitian ini meneliti 35 sampel penelitian dengan 2 variabel bebas, maka
nilai dL yakni 1,730 dan dU 1,776. Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat pada uji Durbin - Watson menghasilkan nilai 1,910. Nilai ini lebih besar daripada dU 1,776 dan lebih kecil dari nilai (4 – dU) 4- 1,776 = 2,224. Jadi dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi dalam model regresi yang diprediksi.
Tabel Hasil Uji Autokolerasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .999a .998 .998 5.756E12 1.910 a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Dalam penelitian ini, alat statistik yang akan digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011).
1) Model regresi 1
a) Konstanta = -1.563E12
Ini berarti jika semua variabel independen (INTAV dan RnD) memiliki nilai nol (0) maka nilai pasar perusahaan (CMV) sebesar -1.563E12.
b) INTAV terhadap Niai Pasar (CMV) Nilai koefisien INTAV sebesar 0,998. Hal ini mengandung arti bahwa setiap INTAV berubah satu satuan, maka nilai pasar perusahaan (CMV) akan naik sebesar 0,998 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
c) RnD terhadap Nilai Pasar (CMV)
Nilai koefisien RnD sebesar 0,010. Hal ini mengandung arti bahwa terdapat perbedaan nilai pasar perusahaan (CMV) sebesar 0,010 antara perusahaan yang memiliki aktivitas penelitian dan pengembangan dengan perusahaan yang tidak memiliki aktivitas penelitian dan pengembangan.
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam uji statistik t, apabila nilai probabilitas signifikansi variabel independen < 0,05, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. H1 : Nilai signifikansi INTAV dalam model
regresi 1 sebesar 0,000 <0,05, dengan nilai B positif menunjukkan bahwa INTAV berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan (CMV).
H2 : Nilai signifikansi RnD dalam model regresi 1 sebesar 0,000 <0,05, dengan nilai B positif menunjukkan bahwa RnD berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan (CMV).
Tabel Uji Statistik T Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.563E12 6.281E11 -2.489 .014
X1 .997 .001 .998 1662.509 .000
X2 1.538E13 8.870E11 .010 17.338 .000 a. Dependent Variable
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .999a .998 .998 5.756E12 a. Predictors: (Constant), X2, X1 Berdasarkan tabel untuk model
regresi 1, nilai R Square sebesar 0,998 mengindikasikan bahwa INTAV dan RnD berpengaruh sebesar 99,8 persen terhadap
nilai pasar perusahaan (CMV), sedangkan sisanya sebesar 0,2 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak disebutkan dalam model.
PEMBAHASAN
Pengaruh Nilai Aset Tidak Berwujud Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Hasil penelitian membuktikan bahwa nilai aset tidak berwujud berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pasar perusahaan (CMV). Hasil ini sesuai dengan hipotesis satu (H1)yang menyatakan bahwa nilai aset tidak berwujud berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan (CMV). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Trisnajuna, 2015) yang menyatakan bahwa nilai aset tidak berwujud berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini juga selaras dengan pernyataan (Wijaya, 2012), yang menyatakan bahwa salah satu upaya yang dilakukan perusahaan saat ini dalam mencapai nilai pasar yang baik yaitu mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, teknologi yang handal serta hubungan baik dengan pelanggan, yang merupakan elemen dari intellectual
capital.
Pengaruh Biaya Penelitian dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
Hasil penelitian membuktikan bahwa biaya penelitian dan pengembangan berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan (CMV). Hasil ini sesuai dengan hipotesis dua (H2)yang menyatakan bahwa biaya penelitian dan pengembangan berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan. Hasil ini selaras dengan hasil penelitian Gleason K. dan Klock (2003) yang menunjukkan bahwa intensitas penelitian dan pengembangan berperan penting dalam penilaian perusahaan. Penelitian dan pengembangan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi penjualan yang lebih efektif (Padgett dan Galan, 2010). Dengan adanya inovasi tersebut, perusahaan akan mampu memenangkan persaingan, sehingga hal tersebut akan dapat meningkatkan penilaian investor terhadap perusahaa.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasa pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: Secara persial dapat diketahui bahwa nilai aset tidak berwujud berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan (CMV). Semakin besar aset tidak berwujud suatu perusahaan maka semakin besar nilai pasar pada perusahaan manufaktur. Secara persiall dapat diketahui bahwa biaya penelitian dan pengembangan berpengaruh positif terhadap nilai pasar perusahaan (CMV). Semakin besar biaya penelitian dan pengembangan perusahaan maka semakin besar nilai pasar pada perusahaan manufaktur.
SARAN
Penelitian ini memiliki beberapa saran yang dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya, yaitu:
1) Bagi investor dan calon investor perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI agar dapat lebih memperhatikan aset tidak berwujud dan biaya penelitian dan pengembangan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar nilai pasar pada perusahaan tersebut.
2) Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode selain Market Capitalization Methods dalam pengukuran intangible assets sebagai unexplained value atau hidden reserve agar hasilnya
dapat dibandingkan dengan penelitian ini. Metode lainnya yang dapat digunakan yaitu, Direct Intellectual Capital Method (DIC) yang memperkirakan nilai aset tidak berwujud dengan mengidentifikasi komponen-komponennya atau Balance Scorecard Method (BSM) yang melaporkan
indikator dan indeks dari aset tidak berwujud dalam Scorecard atau dalam grafik.
3) Khusus pada peneliti yang akan meneliti biaya penelitian dan pengembangan, peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel selain perusahaan manufaktur dan menyediakan data-data yang lengkap mengenai aktivitas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Iman.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Cetakan V. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
---.2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Cetakan V. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Haryanto, Melinda.2013.Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar Perusahaan.Jurnal Manajemen Universitas Tarumanegara, Vol. 12,
No. 2, Hal: 37-45.
Hidayati, A., Fanani, Z. , Prasetyo, K., Mardijuwono, A. W. (2012), “The
Impact of Intangible Asset on Firm's Competitive Advantage and Market Value: Empirical Examination from Emerging Market”, Proceedings of
Bangkok Conference,
http://www.wbiconpro.com/110-Zaenal.pdf. Diunduh tanggal 15 Juni
2014.
Mahmud, Mursyida. 2013. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Penelitian. Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta.
Sawarjuwono, T. dan A. P. Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran, dan Pelaporan (Sebuah
Library Research). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan Universitas Airlangga.
Vol. 5, No. 1, Hal: 35-57.
Setiaji, R. Nurchyo. 2011. Pengaruh Rasio
Intensitas Penelitian dan
Pengembangan, Rasio Tingkat
Pengembalian Ekuitas dan Rasio Pembeyaran Dividen terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Soraya,
Letsa
dan
Muchamad
Syafruddin. 2013. Pengaruh Nilai
Aset
Tidak
Berwujud
Dan
Penelitian Dan Pengembangan
Terhadap Nilai Pasar Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun
2009-2010 ). Diponegoro Journal Of
Accounting, Vol. 2, No. 2, Hal:
1-17.
Trisnajuna, Made dan Eka Ardhani Sisdyani.2015.Pengaruh Aset Tidak Berwujud Dan Biaya Penelitian Dan Pengembangan Terhadap Nilai Pasar Dan Kinerja Keuangan Perusahaan.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 13, No. 3, Hal: 1-13.
Wijaya, Novia.2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Pasar Perusahaan Perbankan Dengan Metode Value Added Intellectual Coefficient. Jurnal
Bisnis Dan Akuntansi STIE Trisakti,