• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

8

A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah mencapai aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tuj uan sangat dirasakan atau mendesak.4

Di samping istilah motif, dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dala m diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar-mengajar dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Motivasi mempunyai karakteristik, yaitu hasil dari kebutuhan,

4

Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hal 73.

(2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam untuk mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah mencapai aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tuj uan sangat dirasakan atau mendesak.4

Di samping istilah motif, dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dala m diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dalam hal ini perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar-mengajar dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Motivasi mempunyai karakteristik, yaitu sebagai hasil dari kebutuhan, terarah kepada tujuan, dan menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai bahan penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada suatu tujuan, sehingga dalam bentuk yang sederhana, motivasi digambarkan dalam kerangka:

Tidak perlu di print hal 7 langsung hal 8

4

Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hal 73.

(3)

terarah kepada tujuan, dan menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai bahan penafsiran, penjelasan, dan penaksiran perilaku. Motif timbul karena adanya kebutuhan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan yang terarah kepada suatu tujuan, sehingga dalam bentuk yang sederhana, motivasi digambarkan dalam kerangka sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kerangka Motivasi

Kerangka ini merupakan mod el proses motivasi yang bersifat umum. Dalam kenyataannya, motivasi itu merupakan suatu proses yang kompleks sesuai dengan kompleksnya kondisi perilaku manusia dengan segala aspek-aspek yang terkait, baik eksternal maupun internal.5

Sedangkan motivasi sendiri menurut Slameto (1991), merupakan proses yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang termotivasi belajar menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh untuk berpikir dan memusatkan perhatian, serta merencanakan dan melaksanakan berbagai kegiatan yang menunjang belajar.6

Menurut Mc. Dougall, motivasi adalah “Motivation is a energy charge with in the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”. Yaitu suatu perubahan tenaga dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai

5

Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal 62.

6

Agnes Maria Sumargi, F. Dessi Christanti dan Ermida Simanjuntak, Analisis Motivasi Belajar Ekstrinsik dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa, dalam Insan Media Psikologi (Vol 9, No. 3, Desember, 2007), hal 200.

(4)

tujuan. Perumusan tersebut mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu:

a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari Perubahan-perubahan-Perubahan-perubahan tertentu didalam system neurofisiologis dalam organisme manusia.

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, dalam hal ini pribadi yang termotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju kearah suatu tujuan.7

Abraham Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa material dan nonmaterial. Dasar Maslow’s Need Hierarchy Theory:

a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba.

b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi.8

7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal

158-159.

8

Ubaydillah, AN, “Bagaimana Memotivasi Orang Lain”, diunduh 25 April 2010 dari

(5)

Hierarki kebutuhan manusia:

1) Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri dan cinta, pertama-tama akan memburu makanan terlebih dahulu. Ia akan menahan kebutuhan fisiologis lainnya sampai kebutuhan itu terpuaskan.

2) Kebutuhan rasa aman (safety ne eds), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologic al dan intelektual. Kebutuhan rasa aman sudah dirasakan individu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi lingkungannya. Misalnya, ketika ia terancam oleh bunyi guntur, kilatan lampu dan sebagainya. Seperti anak-anak, orang dewasa pun membutuhkan rasa aman, hanya saja kebutuhan tersebut lebih kompleks. 3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs).9 Orang butuh cinta dan pada

gilirannya butuh menyatakan cintanya. Cinta disini berarti rasa sayang dan rasa terikat. Rasa saling menyayangi dan rasa diri terikat antara orang yang satu dan lainnya, lebih- lebih dalam keluarga sendiri, adalah penting bagi seseorang.

4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), menghargai diri sendiri. Pemenuhan kebutuhan penghargaan menjurus kepada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan diri berharga. Kebutuhan akan penghargaan sering kali diliputi frustasi dan konflik pribadi, karena yang

9 Dede Rosyada, “Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa”, diunduh 9 April 2010 dari http:

(6)

diinginkan orang bukan saja perhatian dan pengakuan dari kelompoknya, melainkan juga kehormatan dan status yang memerlukan standar moral, sosial, dan agama.

5) Aktualisasi diri (self actualization), motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.10 Kebutuhan aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow mendasarkan teori aktualiasi diri dengan asumsi bahwa setiap manusia memiliki hakikat intrinsik yang baik, dan itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan. Perkembangan yang sehat terjadi bila manusia mengaktualisasi diri dan mewujudkan segenap potensinya.11

Teori HarapanVroom

Vroom (1964), mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan jenis-jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarka n kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy theory) memiliki tiga asumsi pokok:

1. Setiap individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy).

10

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2007), hal 512.

11

(7)

2. Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence).

3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Hal ini disebut harapan usaha (effort expectancy).

Motivasi, menurut Pace dan Faules, dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang. Jadi, seseorang akan memilih, ketika ia melihat alternatif-alternatif, tingkat kinerja yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang berkaitan dengannya.12

Banyak tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang motivas i, dari berbagai pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu penggerak atau dorongan yang akan mengarahkan perilaku individu untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah “key term”, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan, sebagai suatu proses belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan. Belaja r juga memainkan peran penting dalam mempertahankan kehidupan

12

(8)

sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang semakin ketat diantara bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.13

Menurut Robert M.Gagne, belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang berlangsung selama masa waktu dan tidak semata- mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan tersebut berbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah laku yang diperoleh setelah belajar.14

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam buku psikologi belajar mengemukakan bahwa:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.15

Menurut Mc. Geoch, mendefinisikan belajar sebagai berikut: “Learning is a change in performance as a result of practise”. Bahwa belajar membawa perubahan dalam performance dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice), dan pengertian latihan menunjukkan adanya usaha dari individu yang belajar.16

Dari berbagai pendapat yang ada dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses latihan yang mengakibatkan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman individu.

13

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), hal 59.

14 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: GP Press, 2009), hal 141. 15

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hal 128.

16

(9)

2. Hal-hal Yang Mendorong Seseorang Untuk Belajar

Hal-hal yang mendorong seseorang untuk belajar, antara lain: a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha. e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.17

3. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi belajar erat hubungannya dengan proses belajar siswa, siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, sebaliknya seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi bisa jadi gagal karena motivasinya rendah, sehingga hasil belajar akan lebih optimal jika ada motivasi yang tepat.

Prestasi belajar ditentukan oleh gabungan antara kemampuan dasar siswa dan kesungguhan dalam belajar, kesungguhan ini ditentukan oleh motivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu sangat penting menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Adanya motivasi dapat mendorong

17

Sumadi Suryabrata, Ps ikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hal 236-237.

(10)

belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan dapat memperlemah semangat belajar.

Menurut Tadjab, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri sis wa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.18

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah tenaga atau daya penggerak yang ada dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Dalam bidang pendidikan, guru dan siswa sama-sama memerlukan motivasi untuk menggerakkan dirinya dalam mencapai kualitas kerja yang optimal sehingga dapat dpastikan hasilnya akan optimal pula.

Usaha untuk mendapatkan hasil prestasi yang optimal dibutuhkan motivasi belajar yang tinggi dari diri sendiri ataupun dari luar, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:

a. Faktor internal siswa (faktor dari dalam diri siswa) yakni kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi:

1) Aspek fisiologis seperti keadaan telinga dan mata.

2) Aspek psikologis seperti inteligensi, motivasi siswa, sikap, bakat dan minat.

b. Faktor eksternal siswa (faktor dari luar diri siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Lingkungan sosial ini ada dua, yaitu:

18

(11)

1) Lingkungan sosial sekolah, seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

2) Lingkungan non sosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (Approach to Learning) yaitu jenis upaya belajar siswa meliputi strategi yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.19

Menurut Lawson (1991), pendekatan belajar merup akan sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.20

Pendekatan belajar tersebut yaitu melalui bimbingan kelompok yang dijadikan sebagai salah satu kegiatan yang menunjang faktor- faktor untuk meningkatkan motivasi belajar.

19

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003), hal 144. 20

(12)

5. Ciri-ciri Individu Yang Mempunyai Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M, ciri-ciri motivasi belajar yang ada pada diri seseorang adalah:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya maslah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.21

21 Sardiman A.M,

Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hal 82-83.

(13)

6. Fungsi Motivasi Belajar

Fungsi motivasi belajar adalah:

a) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.22

7. Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar di bedakan menjadi dua macam yaitu: a. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar (resides in some factor outside the learning situation)23. Motivasi ini timbul karena ada paksaan, sehingga ia mau

melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat dikelasnya. Jadi, ia mau melakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu, akan tetapi karena diperintah orang tuanya agar mendapat peringkat dikelas.

22

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal 161.

23

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 117.

(14)

Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai suatu bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan kebutuhan dan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar sendiri.24

John W. Santrock mendefinisikan motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).25

Sardiman mendefinisikan motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.26

Bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik antara lain: 1) Belajar demi memenuhi kewajiban

2) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan 3) Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan 4) Belajar demi meningkatkan gengsi sosial

5) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting 6) Belajar demi tuntutan dan jabatan yang diinginkan.27

Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru

24 Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994) hal 103.

25

John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2007), hal 514.

26

Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1986), hal 90.

27

(15)

yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan anak didik malas belajar. Karena itu, guru harus bisa dan pandai mempergunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat dan benar dalam rangka menunjang proses interaksi edukatif di kelas.28

b. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam untuk melakukan kegiatan tertentu tanpa adanya rangsangan dari luar “Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil needs and purposes”29. Oleh karena itu, motivasi intrinsik dapat diartikan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan dilanjutkan berdasarkan suatu dorongan dari dalam yang berkaitan langsung dengan tujuan yang dikerjakan.

Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada perintah atau suruhan dari orang lain.

28

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 117.

29

(16)

John W. Santrock mendefinisikan motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri),30 antara lain: aktivitas belajar tinggi, tekun dalam mengerjakan tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan.

Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata- mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainya.

Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak me miliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus menerus. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa mendatang.

Seseorang yang memiliki minat yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka ia akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu.

(17)

Seseorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi ada sangkut paut dengan dirinya.

Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan keharusan untuk menjadi orang terdidik dan berpengetahuan. Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekadar atribut dan seremonial.31

Peranan motivasi ekstrinsik maupun intrinsik sangat penting dalam proses belajar mengajar. Karena kedua motivasi dapat membangkitkan, menggairahkan kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, guru bertanggung jawab dalam membangkitkan motivasi intrinsik pada siswa serta dengan memberikan dorongan dan rangsangan kepada siswa agar dalam diri siswa timbul motivasi untuk belajar.

8. Pentingnya Motivasi Belajar

Perilaku yang penting ba gi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi ini harus

31

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hal 116-117.

(18)

dimiliki oleh siswa. Sedangkan guru dituntut untuk memperkuat motivasi siswa.32

Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi sebagai berikut:

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dibandingkan dengan teman sebagai ilustrasi. Jika terbukti usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha dengan tekun untuk berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Mengadakan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang berkesinambungan.

Motivasi juga penting bagi guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, antara lain:

a. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa yang bermacam ragam. c. Meningkatkan dan menyadarkan guru, untuk memilih satu diantara

bermacam-macam peran sebagai penasihat, fasilitator instruktur, teman diskusi, pe nyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik.33

32

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal 84. 33 Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal 85.

(19)

B . Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya,. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.34

Bimbingan merupakan suatu proses, yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan.35

Tujuan bimbingan ialah agar siswa dapat:

1) Merencanakan kegiatan sehubungan dengan masa depannya (pendidikan, karir, kehidupannya).

2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.

34

Rochman Natawidjaja, Konseling Kelompok (Konsep Dasar da n Pendekatan), (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal 36.

35

Syamsu Yusuf dan Juantika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal 6.

(20)

3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan (sekolah, keluarga dan pergaulan). 4) Membatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam belajar,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, lingkungan keluarga serta lingkungan pergaulan.

2. Pengertian Kelompok

Sebagai makhluk individu dan sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain, merasa senang apabila dapat membantu orang lain, dan merasa aman apabila berada dalam kelompoknya. Sebagian besar kebutuhan-kebutuhan dasar, kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan pribadi dan sosial manusia dipenuhi melalui proses kelompok. Demikian juga kebutuhan untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu dan untuk mengembangkan diri juga dipenuhi dalam kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan individu, cara individu belajar, cara-cara bagaimana individu mengembangkan pola-pola perilaku, cara menghadapi masalah, cara menentukan nilai-nilai hidup, cara memilih pekerjaan, dan caranya menyesuaikan diri.

Menurut Kemp (1970), menyatakan bahwa kelompok adalah “two or more organisms interacting, in pursuit of a common goal, in such a way that existence of many is utilized for the satisfaction of some needs of each”. Yaitu menekankan adanya interaksi, pencapaian tujuan bersama dan kepuasan kebutuhan-kebutuhan anggota -anggota kelompok.

Menurut Shaw (1981), mengemukakan bahwa kelompok adalah “two or more persons who are interacting with one another in such manner that

(21)

each person influences and is influenced by each other person”. Yaitu menekankan bahwa dalam proses interaksi itu anggota-anggota kelompok saling memberi pengaruh satu dengan yang lain.

Menurut Reicher (1982), mengemukakan bahwa kelompok adalah “two or more people who shares a common social identification of themselves, or, which is really the same thing, perceive themselves to be members of the same social category”. Yaitu menekankan adanya identitas social yang sama dalam kelompok.

Menurut Johnson dan Johnson (1987), kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, mengetahui dengan pasti individu-individu lain yang menjadi anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan mereka yang positif dalam mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kelompok merupakan kumpulan antara dua orang atau lebih yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Adanya interaksi antar pribadi antara sesama anggota kelompok, b. Adanya saling ketergantungan yang positif,

c. Adanya rasa keterikatan menjadi anggota suatu kelompok, d. Adanya tujuan bersama,

(22)

f. Adanya hubungan yang terstruktur yang didasarkan pada peranan-peranan dan norma-norma tertentu, dan

g. Adanya saling pengaruh mempengaruhi antara sesama anggota kelompok.36

Jadi, Dalam penelitian ini kelompok adalah sekumpulan siswa-siswi yang melakukan interaksi, adanya hubungan keterikatan dan ketergantungan antara sesama anggota kelompok demi mencapai tujuan bersama.

3. Macam-macam Kelompok

a. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kelompok primer adalah kelompok yang anggota-anggotanya bertemu secara langsung, hubungannya akrab, saling membantu dan bersama -sama memecahkan masalah yang dihadapi. Contohnya adalah keluarga, kelompok bermain, persahabatan, dan kelompok belajar.

Kelompok sekunder adalah kelompok yang hubungan anggota-anggotanya tidak langsung, lebih bersifat formal dan pertemuan antara anggota -anggotanya berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Contohnya adalah kelompok kelas, kelompok bidang studi, perkumpulan, partai politik, kelompok profesi, kelompok pekerja, dan sejenisnya.

Jadi dalam penelitian ini menggunakan kelompok primer karena anggotanya bertemu secara langsung dan adanya saling membantu dalam memecahkan masalah motivasi belajar yang rendah.

36

Tatiek Romlah, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001), hal 22-23.

(23)

b. Kelompok Psikologis dan Kelompok Sosial

Kelompok psikologis adalah kelompok yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat informal dalam arti hampir tidak mempunyai peraturan-peraturan, dan adaikata ada maka peraturan itu bersifat sementara b. Keanggotaannya bersifat sukarela dan biasanya sangat homogen c. Jumlah anggotanya kecil, pada umumnya dua, tiga, atau empat orang d. Tujuannya untuk memuaskan kebutuhan emosional anggotanya e. Ada hubungan pribadi yang mendalam di antara anggota-anggotanya.

Kelompok sosial adalah kelompok yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Keanggotaannya dapat bersifat sukarela maupun tidak sukarela b. Anggotanya heterogen baik dalam hal umur, kedudukan, maupun

pekerjaan

c. Mempunyai tujuan tertentu yang ditetapkan oleh anggota-anggotanya, dan biasanya bersifat sosial

d. Kegiatannya berorientasi pada tugas atau pada pemecahan masalah.

c. In-Group dan Out-Group

In-Group adala h kelompok dimana individu- individu anggotanya dengan sadar mengidentifikasikan dirinya, melibatkan dirinya, dan di ikut sertakan dalam kegiatan-kegiatan kelompoknya. Contohnya adalah dalam kelompok keluarga, klub, pekerjaan, keagamaan, dan kelompok perkumpulan dari jenis kelamin yang sama.

(24)

Out-Group adalah individu dianggap sebagai out-group karena tidak melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan kelompok dan tidak di ikut sertakan oleh kelompoknya.

d. Kelompok Tertutup dan Kelompok Berkesinambungan

Kelompok tertutup adalah kelompok yang jumlah anggotanya tetap yaitu individu- individu yang dari awal sampai akhir menjadi anggota kelompok tersebut.

Kelompok berkesinambungan (kelompok terbuka) adalah kelompok yang anggotanya dapat bertambah selama proses kelompok berlangsung.37

Dari berbagai macam kelompok tersebut, sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan kelompok primer dan kelompok tertutup. Kelompok primer karena siswa-siswanya bertemu secara langsung dan adanya saling membantu dalam memecahkan masalah motivasi belajar yang rendah. Sedangkan kelompok tertutup karena dari treatment I sampai treatment II, siswanya tetap yang menjadi anggota kelompok.

4. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan Kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok

37

Tatiek Romlah, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2001), hal 23 - 26.

(25)

ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.38

Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.39

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang beranggotakan 20 sampai 30 orang siswa. Informasi yang diberikan dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok dipimpin oleh seorang guru atau konselor pendidikan.40

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok ada lah salah satu tek nik bimbingan yang dilaksanakan dalam situasi kelompok

38 Tatiek Romlah, Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok, (Malang: Universitas Negeri

Malang, 2001), hal 3.

39 Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal 78.

40

Rochman Natawidjaja, Konseling Kelompok (Konsep Dasar dan Pendekatan), (Bandung: Rizqi Press, 2009), hal 36-37.

(26)

pada peserta didik, yang mana peserta didik dalam kelompok tersebut mempunyai masalah yang sama yaitu masalah motivasi belajar yang rendah.

5. Tujuan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok antara lain:

a. Perolehan informasi dan pemahaman baru tentang berbagai aspek kehidupan melalui pembahasan.

b. Pengembangan potensi diri.

c. Melatih keberanian mengeluarkan pendapat, menanggapi pendapat orang lain, mengeluarkan ide dan pengalaman.

d. Melatih kemampuan bertenggang rasa.

e. Upaya mengembangkan kemampuan bakat dan minat.41

Motivasi belajar tersebut ada kaitannya dengan tujuan bimbingan kelompok melalui pengembangan potensi diri.

6. Fungsi Bimbingan Kelompok

Berdasarkan tujuan dari bimbingan kelompok, maka fungsi bimbingan kelompok pada dasarnya adalah adanya pemahaman pada diri individu (peserta didik) dan juga adanya pengembangan diri pada peserta didik

41 Kustiyono, Meningkatkan Kedisplinan Masuk Kelas Melalui Bimbingan Kelompok Siswa kelas 9A SMP Negeri 3 Taman, (Penelitian Tindakan Kelas (PTK), SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo, 2009), hal 16.

(27)

sehingga peserta didik mampu mengatasi permasalahannya dan dapat terhindar dari masalah- masalah yang dapat merugikan diri peserta didik.42

Motivasi belajar dapat ditingkatkan melalui pemahaman pada diri siswa dan adanya pengembangan diri pada siswa tersebut.

7. Materi Bimbingan Kelompok

Dewa Ketut Sukardi, berpendapat bahwa materi layanan bimbingan kelompok meliputi:

a. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat, dan cita-cita serta penyalurannya.

b. Pengenalan kelemahan diri dan penanggulangannya, kekuatan diri dan pengembangannya.

c. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan pend apat, bertingkah laku dan hubungan sosial baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi atau peraturan sekolah.

d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan di rumah sesuai dengan kemampuan pribadi siswa.

e. Pengembangan teknik -teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.

42 Kustiyono, Meningkatkan Kedisplinan Masuk Kelas Melalui Bimbingan Kelompok Siswa kelas 9A SMP Negeri 3 Taman, (Penelitian Tindakan Kelas (PTK), SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo, 2009), hal 17.

(28)

f. Orientasi dan informasi karir, dunia kerja dan upaya memperoleh penghasilan.

g. Orientasi dan informasi pergur uan tinggi sesuai dengan karir yang hendak dikembangkan.

h. Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.43

Jadi, dalam penelitian ini materi layanan bimbingan kelompok yang digunakan adalah pengembangan teknik -teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial dan budaya.

8. Pembentukan Anggota Kelompok

Bimbingan kelompok dilaksanakan dalam 3 kelompok, yaitu: a) Kelompok kecil (2 - 6 orang),

b) Kelompok sedang (7 - 12 orang), dan c) Kelompok besar (13 - 20 orang), ataupun d) Kelas (20 - 40 orang).44

Jadi, dalam penelitian ini kelompok yang digunakan adalah kelompok kecil yang terdiri dari 6 orang siswa.

43 Kustiyono, Meningkatkan Kedisplinan Masuk Kelas Melalui Bimbingan Kelompok Siswa kelas 9A SMP Negeri 3 Taman, (Penelitian Tindakan Kelas (PTK), SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo, 2009), hal 18.

44

(29)

9. Tahap-tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok

Menurut Prayitno, pelaksanaan bimbingan kelompok melalui 4 tahap, yaitu:

1. Tahap Pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap perlibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.

2. Tahap Peralihan

Pada tahap ini setelah suasana kelompok terbentuk dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh, kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh pe mimpin kelompok menuju ke kegiatan kelompok yang sebenarnya.

3. Tahap Kegiatan

Tahap kegiatan merupakan inti kegiatan kelompok, dalam tahap ini saling hubungan antar anggota kelompok tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan ya ng terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Demikian pula, saling tanggap dan tukar pendapat berjalan dengan lancar. Para anggota bersikap saling membantu, saling menerima, saling kuat-mengkuatkan, dan saling berusaha untuk memperkuat rasa kebersamaan.

(30)

4. Tahap Pengakhiran

Tahap pengakhiran kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelasan tentang apakah para anggota kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang telah mereka pelajari pada kehidupan selanjutnya. Pada tahap ini yang terpenting adalah adanya pemberian reinforcement terhadap anggota kelompok agar masalah-masalah berikut dapat dilaksanakan dengan baik.45

C. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar

Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.46 Dalam bimbingan kelompok penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran individu aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana dan penyelesaian masalah.

Menurut Lawson, bimbingan kelompok merupakan strategi pendekatan belajar (approach to learning) dan sebagai faktor eksternal siswa dalam meningkatkan motivasi belajar yang tinggi untuk mendapatkan hasil prestasi yang optimal dan juga dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

45

Prayitno, Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hal 40 -58.

46

(31)

langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Pendekatan belajar ini juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.47

Sesuai dengan materi bimbingan kelompok, maka sangatlah tepat sekali bimbingan kelompok diterapkan sebagai salah satu tehnik bimbingan dalam membantu atau memberi solusi bagi siswa-siswi yang memiliki masalah sehubungan dengan motivasi belajar yang rendah. Sehubungan dengan hal itu, maka dengan pemahaman diri siswa akan kebutuhan siswa dalam hal belajar untuk mencapai masa depan yang di inginkan, bimbingan kelompok berperan sebagai penyampaian atau pemberian informasi dalam memenuhi kebutuhan siswa.

D. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi.

Penelitian ini menggunakan Teori Harapan Vroom, bahwa motivasi menurut Pace dan Faules dengan mengkombinasikan ketiga prinsip dari teori harapan Vroom yaitu siswa akan termotivasi bila ia percaya bahwa (1) perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan siswa. Jadi, siswa akan memilih, ketika ia melihat alternatif-alternatif, tingkat kinerja yang memiliki kekuatan motivasional tertinggi yang berkaitan dengannya.

47

(32)

Motivasi adalah salah satu aspek kejiwaan manusia yang berupa dorongan (drive) untuk mencapai suatu tujuan (goal). Sehingga suatu hal yang mutlak, siswa dalam melakukan segala aktivitas haruslah memiliki motivasi, sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Sebagai seorang siswa, dalam melakukan aktivitas belajarnya maka penting adanya dorongan pada diri siswa tersebut sehingga dapat belajar secara optimal.

Implikasi bimbingan kelompok dalam peningkatan motivasi belajar adalah penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok yang membahas masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Bimbingan melalui aktivitas kelompok lebih efektif karena selain peran siswa aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan penyelesaian masalah.

Kerangka teori tentang pengaruh bimbingan kelompok terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo, digambarkan dalam sebuah tabel yaitu:

Tabel 1.2

Kerangka Bimbingan Kelompok Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar

Bimbingan Kelompok Proses pemberian bantuan yang diberikan pada siswa dalam situasi

kelompok.

(33)

Dalam tabel tersebut diuraikan bahwa dalam bimbingan kelo mpok, adanya proses pemberian bantuan yang diberikan pada siswa dalam situasi kelompok. Dimana proses ini diberikan dalam empat tahap, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran (telah dijelaskan dalam desain penelitian). Ke empat tahap tersebut dilaksanakan untuk mengembangkan potensi siswa dan mencegah timbulnya masalah pada siswa sehubungan dengan motivasi belajar yang rendah. Dengan demikian, proses bimbingan kelompok dapat diberikan dalam peningkatan motivasi belaja r siswa.

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Motivasi merupakan hal yang sering diangkat dan dikupas dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian, peneliti bisa mengungkap dan mengaitkan motivasi kepada segala hal, seperti halnya tentang motivasi belajar, motivasi kerja, motivasi untuk berbuat baik dan motivasi- motivasi yang lain.

Ada beberapa dari hasil penelitian terdahulu yang relevan diantaranya: 1. Agnes Maria Sumargi, F. Dessi Christanti dan Ermida Simanjuntak dalam

Insan Media Psikologi yang berjudul “Analisis Motivasi Belajar Ekstrinsik dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa”, Fakultas Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya pada tahun 2007, menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari komponen-komponen motivasi belajar ekstrinsik (attention, relevance, confidence, satisfaction) terhadap prestasi belajar peserta mata kuliah Psikologi Belajar dan Psikologi Kepribadian I. Besarnya pengaruh komponen-komponen motivasi belajar

(34)

ekstrinsik setelah faktor inteligensi dan motivasi belajar intrinsik dikendalikan untuk mata kuliah Psikologi Belajar adalah 26,5%, sedangkan untuk mata kuliah Psikologi Kepribadian I adalah 13,3%.

2. Sodikin Khari dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan Motivasi Belajar Intrinsik dan Ekstrinsik Siswa Dalam menghadapi Ujian Nasional Di SMAN 1 Krian Sidoarjo” pada tahun 2009 menyatakan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar siswa dalam menghadapi ujian nasional di SMAN 1 Krian Sidoarjo.

3. Khusnul Urifah dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan Motivasi Belajar Antara Siswa Yang Ibunya Bekerja Dan Siswa Yang Ibunya Tidak Bekerja Di SMU Negeri 5 Surabaya” pada tahun 2007 menyatakan bahwa siswa yang ibunya tidak bekerja memiliki motivasi belajar lebih tinggi daripada siswa yang ibunya bekerja.

4. Kustiyono dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) “Meningkatkan Kedisiplinan Masuk Kelas Melalui Bimbingan Kelompok Siswa kelas 9A SMP Negeri 3 Taman Semester I Tahun Pelajaran 2008-2009” pada tahun 2009 menyatakan bahwa bimbingan kelompok merupakan salah satu tehnik bimbingan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kedisiplinan siswa masuk sekolah.

Dari hasil penelitian di atas yang membedakan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah pada penyajian data dan analisis data, karena dalam penelitian ini, peneliti menggunakan quasi- eksperimental.

(35)

F. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.48

Menurut Ibnu Hadjar, hipotesis merupakan pemecahan masalah sementara atas masalah penelitian. Ia adalah pernyataan sementara tentang hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih. Jadi, hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan dan juga diperlukan untuk memperjelas masalah yang sedang diteliti.49

Berdasarkan dari kajian pustaka diatas maka diajukan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo.

Ha: Ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Taman Sidoarjo.

48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006), hal 71.

49

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hal 61.

(36)

9

tindakan yang terarah kepada suatu tujuan, sehingga dalam bentuk yang sederhana, motivasi digambarkan dalam kerangka:5

5

Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), hal 62.

Referensi

Dokumen terkait

Dimanapun dismantling dilakukan, misalnya di kolam bahan bakar bekas, maka peralatan tambahan dapat digunakan, misalnya meja putar kendali remote untuk mendukung komponen yang

Bank sentral Eropa (ECB) sudah melakukan pembelian surat berharga (obligasi) sebesar EUR60miliar per bulan sejak Maret 2015 dan mempertahankan suku bunga deposito

Sehingga dari pernyataan itu dapat disimpulakan bahwa dengan sering latihan memainkan alat musik bonang akan memudahkan anak Cerebral Palsy Spastic melakukan gerakan-gerakan

Mekanisme pembayaran pasien dapat dilakukan dengan: (1) Pembayaran pasien langsung – Bagian keuangan (kasir) menerima rekam medis pasien dari bagian keperawatan untuk menghitung

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

No Jam Nama mata Kuliah jml Prodi Dosen Ruang.. 1 O8.OO Speaking II 3 PBI Agustinus

KOMODIFIKASI SENSUALITAS WANITA DALAM PERFILMAN INDONESIA (Analisis Isi Pada Film “ Kawin Kontrak Lagi “

Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger 1982). Lipid secara umum dapat dibagi kedalam dua kelas besar,