Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
51
PROSEDUR PERMOHONAN BONGKAR MUAT BARANG
BERBAHAYA (BMBB) DENGAN SISTEM INAPORNET
ONLINE PADA PT SINAR PASIFIC
Rusman 1) Amir Hidayat 2) Puji Astuti Amalia 3) Dandi 4)
1)Staf Pengajar Jurusan Kemaritiman 2)Staf Pengajar Jurusan Kemaritiman 3)Staf Pengajar Jurusan Kemaritiman 4)Mahasiswa Jurusan Kemaritiman
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah membahas tentang prosedur penerbitan izin muatan barang berbahaya pada system inapornet online. Metode pengambilan data yang digunakan dengan cara peninjauan langsung terhadap proses pengisian data objek yang diteliti, dan data informasi dikumpulkan melalui observasi, pengamatan secara langsung dalam proses penerbitan perijinan bongkar muat barang berbahaya. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada beberapa prosedur penerbitan ijin bongkar muat barang berbahaya. Saran penulis kepada pihak perusahaan adalah untuk memperhatikan sertifikat – sertifikat yang sudah expire sebagai syarat penerbitan ijin bongkar muat barang berbahaya.
Kata kunci : Prosedur, bongkar muat, barang berbahaya
PENDAHULUAN Latar belakang
Transportasi laut memberikan konstribusi yang sangat besar bagi perekonomian dunia dimana pengangkutan barang merupakan bagian terpenting dalam bidang transportasi. Keefektifan terhadap oprasional pelayaran akan menurunkan biaya oprasional yamg akan memberikan dampak yang sangat besar bagi konsumen maupun penyedia layanan penyedia transportasi itu sendiri. Seperti yang perlu diketahui bahwa kontribusi transportasi laut semakin penting karena nilai biaya yang dikeluarkan sangat kecil dibandingkan dengan biaya trasnportasi darat ataupum udara. Selain itu jumlah barang yang dimuat, lebih banyak dibandingkan dengan moda transportasi lainnya. Sampai saat ini sarana angkutan laut masih dianggap lebih efisien dan ekonomis di dalam pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat lain atau suatu negara ke negara lain, karena kemampuan memuatnya yang besar yang
belum dimiliki oleh moda transportasi yang lain.
SOLAS Cosilidation 2009, chapter VII “carriage of Dangerous Goods, part A Carriage of Dangerous Goods in Packaged Form in Bulk” membahas tentang barang berbahaya serta cara pengemasannya, pemberian tanda, label dan aturanaturan lainnya. Dengan ini kita dapat mengetahui beberapa prosedur penanganan barang berbahaya ketika sedang dalam proses pengangkutan dalam kapal.
Dalam proses pengangkutan, beberapa barang muatan diatur dengan baik. Dimana setiap muatan memerlukan perhatian khusus. Mulai dari pengemasan, pemuatan di kapal, pemisahan dengan muatan-muatan lainnya, serta bagaimana menangani muatan pada saat diatas kapal. Contohnya separti dalam hal pengangkutan barang berbahaya yang jangan sampai ada kesalahan penanganan seperti terjadinya kebocoran yang akhirnya terjadi kontaminasi
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
52 dengan muatan lainnya hingga
mengakibatkan banyak kerugian seperti terjadinya ledakan di sebuah kapal yang sudah perna di beritakan. Bila hal itu terjadi pada muatan ledakan selanjutnya terjadi kebakaran hingga kerugian besar pun tidak dapat dihindari, baik itu materi, lingkungan bahkan yang lebih berbahaya lagi jika menimbulkan kehilngan jiwa manusia.
PT Sinar pasific, adalan perusahaan yang bergerak di bagian agen kapal, yang artinya perusahaan tersebut merupakan jasa agen yang menangani dokumen dokumen dan surat-surat apa saja yang diperlukan untuk proses bongkar muat barang berbahaya di Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP). Perusahhan melakukan pengecekan dokumen sertifikat barang berbahaya pada kapal tersebut apakah cocok dengan barang berbahaya yang dimuat kapal dan mengecek sertifikatnya apakah masih berlaku atau sudah expire. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik pembahasan dengan judul “Prosedur Pengejuan Permohonan Bongkar Muat Barang Berbahaya (BMBB) Dengan Sistem Inaportnet Online Pada PT. Sinar Pasific”.
Rumusan Masalah
Untuk memudakan pembahasan masalah serta pemahamnya maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1) Bagaimana prosedur penerbitan izin bongkar muat barang berbahaya pada system inpornet online yang dilakukan oleh PT Sinar Pasific di Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Balikpapan? 2) Dokumen-dokumen apa saja yang
diperlukan dalam pengangkutan barang berbahaya yang dilakukan oleh PT Siar Pasific?
Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan dari penyusunan tugas akhir ini adalah:
1) Megetahui prosedur
penerbitan izin bongkar muat barang berbahaya pada system inpornet online yang dilakukan oleh PT Sinar Pasific di Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas I Balikpapan.
2) Mengatahui
dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan barang berbahaya yang dilakukan oleh PT Siar Pasific.
Batasan Masalah
Penulis hanya membahas masalah dokumen-dokumen yang diperlukan oleh kapal dan bagaimana prosedur pengajuan ijin bongkar muat barang berbahaya pada sistem inapornet online yang dilakukan oleh PT Sinar Pasific pada bulan Juli sampai oktober 2018.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian muatan berbahaya
Muatan berbahaya adalah barang yang oleh karena sifatnya, apabila di dalam penanganannya, pekerjaan, penimbun/penyimpangan tidak mengikuti petunjuk-petunjuk, peraturan-peraturan serta persyaratan yang ada makadapat menimbulkan bencana/kerugian terhadap manusia, benda dan lingkungan (Ridwan, 1995).
Produk atau bahan berbahaya (dangerous goods) adalah benda padat, gas atau cair yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan jiwa dan harta benda serta keselamatan transportasi, maupun penyimpanan. Karena tingkat bahaya yang ditimbulkan, maka ksematan yang digunakan untuk produk-produk tersebut harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang berlaku secara nasional maupun internasional. Dalam hal keamanan dalam pemgankutan, maka muatan yang dimuat harus betul-betul memiliki dokumen yang menyatakan muatan yang dimuat betul-betul sesuai dengan apa yang ada dalam kemasan dan sesuai dengan yang tercantum pada lebel muatan atau tanda-tanda muatan berbahaya.
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
53
Pengertian Inaportnet
Inapornet adalah portal elektronis yang terbuka dan terbuka guna memfasilitasi pertukaran data dan informasi layanan kepelabuhanan secara cepat, aman, netral dan mudah yang terintegrasi dengan instansi pemeritah terkait, badan usaha pelabuhan dan pelaku industry logistik untuk meningkatkan daya komunitas logistik Indonesia.
Pengguna inapornet adalah instansi pemerintah dan badan usaha pelabuhan serta pelaku industry logistik di Indonesia yang memanfaatkan jasa kepelabuhanan seperti: shipping line / agents, freight
forwarder, CFS (Container Freight
Station), custom brokerage/PPJK,
importer dan exportir, depo container, warehouse, dan inland transportation (truk, kereta api dan tongkang).
a. Karakteristik Inapornet
1) Berbasis web: Selalu dapat diakses dimana saja dan kapan saja.
2) Mudah digunakan.
3) Aman: Pertukaran data dan informasi terjamin kerahasiaannya. 4) Cerdas (intelligent): Sistem dapat menyesuaikan dengan kondisi pengguna.
5) Netral: Tidak memihak, sistem hanya memberikan akses sesuai dengan tingkat kepentingan pengguna.
6) Otomatis bisnis proses existing.
Sistem hanya
mengotomasi/sterealine bisnis proses yang ada (sesuai dengan peraturan/ketentuan yang berlaku). 7) Layanan terintegrasi.
b. Manfaat Inapornet
Dengan ciri tersebut maka inapornet akan memberikan manfaat bagi Komunitas logistik, antara lain sebagai berikut:
1) Single submission.
2) Layanan online, hemat waktu dan biaya.
3) Percepatan proses secara keseluruhan.
4) Kemampuan tracing dan tracking. 5) Minimisasi kesalahan pemasukan
data dan dokumen.
6) Menerima integrasi data secara elektronis.
7) Dapat melakukan monitoring atas proses.
8) Meningkatkan daya saing pelaku industry.
c. Layanan Inapornet
Inapornet dikembangkan secara bertahap baik dari jangkauan maupun jenis layanan. Pada tahun 2013, layanan dimulai dari pelabuhan Tanjung Priok dan layanan ini meliputi: layanan ijin kapal, layanan pengeluaran dan penerimaan container, layanan manifest domestik dan pembayaran secara elektronis. Saat ini ada 3 layanan yang tersedia di Inapornet yaitu:
1) Vessel Management System
(VMS): layanan Inapornet yang tekait manajemen vassel (kapal), termasuk administrasi kapal, sistem scheduling kapal (create line, voyage, service) serta clearance kapal. Saat ini layanan ini hanya tesedia untuk proses layanan kapal di Jakarta.
2) Manifest Domestik: layanan
Inapornet yang memungkinkan
penyimpanan manifest domestik secara elektronis dari shipping line pelabuhan tujuan dimana manifest elektronis tersebut dapat diakses oleh instansi pemerintah terkait yang memilikin kewenangan.
3) Smartcargo: layanan Inapornet
yang memungkinkan cargo owner / freight forwarder melakukan request service delivery (import) secara online berbasis web, melakukan pembayaran jasa terminal (seperti baya penumpukan, lift on/off dan lain-lain) secara elektronik, penunjukan trucking, sampai dengan proses pengeluaran container.
Resiko Barang Berbahaya
Berikut ini catatan dari IMO Model Course 1.10 tentang Dangerous Hazardous and Harmful Cargoes:
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
54 1) Pada tahun 1974 sebuah kapal
container yang sedang melayari lautan Atlantik, tanpa diketahui oleh crew, sejumlah selinder berisi Arsine berada di dalam sebuah container, karena padatan didalam container yang kurang baik 1 (satu) selinder bocor arsine menyembur melalui udara kemanamana dan dihirup oleh crew sehingga mengganggu pernapasan, 20 (dua puluh) tahun kemudian bekas crew kapal tersebut belum bisa bekerja dengan baik.
2) Pada tahun 1984 sebuah kapal barang Mont St Louis tenggelam di North Sea setelah tubrukan dengan sebuah kapal Ferry Ro – Ro sebagian muatan kapal itu adalah Uranium Hexaflouride. Walaupun tidak terjadi kebocoran, kenyataan bahwa terdapat bahan nudear yang tenggelam di laut telah menimbulkan kekhewatiran masyarakat terhadap pencemaran lingkungan.
3) Pada tahun 1985 di Mogadishu – Somalia sebuah pelabuhan di Africa Timur, sebuah kapal Adriadne kandas dan mulai pecah. Dari manifest muatan dapat dilihat bahwa di kapal ada barang-barang yang masuk dalam class barang berbahaya. Akhirnya kapal pecah dan containernya tengelam ke laut dan penduduk di pelabuhan itu diperingatkan untuk tidak memakan ikan karena sudah banyak ikan mati yang terdampar dipantai pelabuhan tersebut.
4) Pada tahun 1989 di pelabuhan Peter Borough, United Kingdom, sebuah kendaraan yang memuat muatan eksplosives, meledak, memakan 1 koeban jiwa dan merusak lingkungan pelabuhan. 5) Sebagai tambahan pada tahun 80-an sebuah mobil t80-angki meng80-angkut gas methana meledak diatas jembatan Krasak di Jalan Yogya, Magelang, memakan korban jiwa dan menghancurkan konstuksi jembatan tersebut.
Tahapan Muat Barang Berbahaya
Tahapan sebelum memuat barang berbahaya dalam kapal adalah:
1. Sebelum Dibungkus: Muatan berbahaya tidak akan menimbulkan persoalan bilamana:
1) Dibungkus dengan baik 2) Disusun dengan baik 3) Dikerjakan dengan baik
Para petugas yang membungkus atau mengepak muatan berbahaya harus mengetahui sifat dari barang berbahaya dan bahaya yang dapat ditimbulkannya. Sebelum memuat barang berbahaya ke dalam kapal pengangkut, para pengirim (Shipper) harus memberikan informasi secara jelas mengenai:
1) Jumlah barang dan bentuk kemasannya.
2) Nama teknis yang jelas.
3) Kelas dari jenis barang berbahaya tersebut.
4) Pernyataan bahwa barang dikemas sesuai dengan ketentuan IMO dan tidak akan menimbulkan resiko selama pengangkutan.
5) Pernyataan bahwa kemasan telah diberi label sesuai ketentuan IMO. Meskipun muatan telah dikemas sesuai dengan ketentuan, semua kemasan muatan berbahaya harus dipastikan dalam keadaan baik sesuai dengan jenis, sebelum dimuat kedalam kapal. Untuk itu harus di lihat dan diyakinkan bahwa:
1) Tutup, pengunci, dan pengaman dalam keadaan baik (menutup rapat dan aman).
2) Tempat pengisian drum-drum baja dalam keadaan baik. Setiap karat, penyok dan sebagainya harus diperhatikan.
3) Tabung silinder yang berisi gas mudah menyala atau beracun memiliki tutup pengaman di atas keran pembukanya.
4) Semua kemasan harus dalam keadaan kering.
5) Noda-noda yang ada pada kemasan, terutama kemasan baru harus diselidiki mungkin ada yang bocor.
6) Bau yang menyengat atau uap yang tidak berbau yang membuat iritasi
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
55 pada mata dan tenggorokan yang
mengindikasikan kemungkinan 7) kebocoran harus diselidiki. Jenis
barang berbahaya yang
mempunnyai suhu yang melebihi suhu disekitarnya harus disamakan dan disesuaikan.
Muatan yang tidak sesuai tidak diperbolehkan dimuat dalam tempat yang sama. Sebagai contoh, bungkusan yang keras dibungkus bersamaan dengan bungkusan yang lunak atau muatan berbahaya dimuat bersamaan dengan muatan lain (tidak berbahaya) atau muatan berbahaya yang berlainan sejenis, perinciannya adalah:
1) Tidak dianjurkan untuk mencapur berbagai kelas dari muatan berbahaya dalam satu tempat. 2) Berbagai produk muatan berbahaya
dalam kelas yang sama belum tentu sesuai; seperti kelas 8 acid dan alkali jangan dicampur.
3) Penumpang tidak diperkenankan berada pada lokasi barang berbahaya dimuat.
4) Muatan berbahaya yang bereaksi dengan air jangan dimuat bersama dengan muatan yang mengandung air.
5) Muatan berupa makanan jangan dicampur dengan muatan berbahaya terutama yang beracun muatan berbahaya di kapal. Bila muatan atau kemasannya rusak maka harus segera diselidiki penyebab dari kerusakan dan diambil tindakan pencegahan segera yang sesuai dengan petunjuk dari pembuat barang berbahaya tersebut.
Dalam mengerjakan Hati-hati adalah syarat utama untuk memasukan atau mengeluarkan muatan berbahaya, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah:
1) Muatan berbahaya jangan dijatuhkan atau dibanting. Hindari bekerja dengan kasar.
2) Pemakaian ganco dan besi pengungkit harus dihindari.
3) Ikuti setiap instruksi yang terdapat dalam label kemasan.
4) Kemasan dengan lubang ventilasi harus selalu berada dalam keadaan tegak dan lubang ventilasi selalu dalam keadaan terbuka.
Sebuah kemasan kecil barang berbahaya dalam kapal dapat dianggap bahwa keseluruhan kapal tersebut memuat barang berbahaya dan harus mengikuti ketentuan yang berlaku bagi barang berbahaya. 2. Menempelkan Label
Seperti sudah dinyatakan sebelumnya bahwa untuk mengerjakan dan mengemas barang berbahaya kita harus mengetahui sifat dari tiap jenis barang berbahaya dan kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan. Untuk itu maka setiap kemasan yang berisi barang berbahaya harus diberi tanda dengan label dan sticker secara jelas agar dapat ditangani sesuai dengan peraturan pelaksanaannya. Tempat yang dimuat barang berbahaya juga harus diberi label sesuai dengan peraturan yang berlaku dari:
1) Negara asal barang berbahaya 2) Negara tujuan barang berbahaya 3) Negara yang dilalui atau disinggahi 4) Negara asal kapal pengangkut Tempat yang ditempelkan harus bersih dari berbagai label, tanda nomor, atau tanda lainnya. Pastikan label yang ditempel tidak akan mengganggu ketika kemasan dibuka.
3. Tanda Muatan Berbahaya
Sesuai rekomendasi IMO, klasifikasi barang/muatan berbahaya harus diberi tanda (markings) dan nama teknisnya yang jelas. Tanda muatan berbahaya dengan nomor klasifikasinya yang menyatakannya muatannya.
1) Kemasan yang berisi barang berbahaya harus diberi tanda yang biasa bertahan lama dengan nama teknik yang tepat (correct technical name), nama dagang atau merek dagang (trade name) tunggal tidak boleh dipergunakan.
2) Kemasan yang berisi barang berbahaya harus dilengkapi dengan label tersendiri atau khusus
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
56 (distinctive lable) atau plakat
(placard), yang sesuai untuk menjelaskan sifat atau kandungan bahaya di barang tersebut.
3) Cara pemberian tanda/nama teknik dan melekatkan label atau plakat pada kemasan yang berisi barng berbahaya, harus sedemikian rupa hingga informasi dari barang berbahaya tersebut masih dapat diidentifikasi pada kemasannya sedikitnya 3 bulan jika tenggelam di laut. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dipertimbangkan
penggunaan bahan yang
berkualitas.
4) Kemasan yang berisi barang berbahaya harus diberi tanda dan label sedemikian rupa kecuali jika Kemasan barang berbahaya tersebut memiliki tingkat bahaya rendah atau dikemas dalam jumlah terbatas.
5) Untuk hal-hal tertentu dapat diijinkan, jika kemasan yang dimuat dalam unit-unit diidentifikasi oleh label dan plakat secara keseluruhan unitnya.
4. Kemasan
IMDG-Code membuat instruksi khusus tentang cara mengemas atau membungkus muatan berbahaya yaitu:
1) Kemasan baru:
a. Baik buatannya dan dalam keadaan baik
b. Mempunyai sifat yang pada lapisan dalamnya terkena isi/muatan maka hal itu tidak akan menimbulkan reaksi yang membahayakan
c. Cukup kuat untuk menanggung risiko pengangkutan di laut 2) Bila digunakan bahan yang
mempunyai sifat menyerap atau material sebagai bantalan/ganjal yang biasa dipakai untuk pengemasan zat cair dalam tabung, maka bahan atau material tersebut harus:
a. Bisa memperkecil bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh zat cair tersebut.
b. Ditempatkan sedemikian rupa guna mencegah isi kemasan dapat bergerak dan tabung tersebut tetap terlindung. c. Bila memungkinkan, sejumlah
penyerap yang cukup mampu untuk menyerap bocoran zat tersebut jika tabung pecah. d. Tabung yang diisi zat cair
berbahaya harus ada jarak antara permukaan cairan dengan penutupnya, pada pengisian dengan suhu yang cukup guna memungkinkan pemuaian pada suhu tertinggi selama pengangkutan secara normal.
e. Silinder atau tabung yang diisi gas bertekanan harus memiliki konstruksi yang memadai, di test, dipelihara dan dilakukan pengisian dengan cara yang benar.
f. Tabung yang kosong dan tidak dibersihkan atau yang bekas dipakai sebelumnya untuk mengangkut cairan berbahaya, harus diperhatikan ketentuan yang mengatur tentang cara pengisian kembali kecuali ada cara-cara layak yang diambil untuk menghilangkan bahaya.
Solas
Aturan pengangkutan barang berbahaya dalam bentuk kemasan atau dalam bentuk padat yang tercantum dalam SOLAS 1974 bab 1 bagian A sebagai berikut: Untuk barang berbahaya diklasifikasikan menurut ketentuan yang ada dan dilakukan dalam bentuk kemasan atau dalam bentuk padat dalam jumlah besar (selanjutnya disebut sebagai “barang berbahaya”), di semua kapal peraturan yang berlaku saat ini dan di kapal kargo yang kurang dari 500 grass ton. Aturan ini tidak berlaku untuk kapal pensuply barang dan peralatan. Pengangkutan barang berbahaya dilarang kecuali sesuai dengan
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
57 ketentuan bagian ini. Dan untuk
melengkapi ketentuan-ketentuan bagian ini, masing-masing pihak perusahaan menerbitkan, atau mengeluarkan petunjuk rinci tentang pengemasan dan penyimpangan barang berbahaya yang mencakup tindakan pencegahan yang diperlukan dalam kaitannya dengan kargo lainnya. Bahwa barang-barang berbahaya yang memiliki sifat fisika dan kimia saling berlawanan satu sama lain pemadatannya harus dipisahkan, pengaturan pemisahan ini berlaku untuk pemadatan di dalam ruang muat (palka) maupun di atas geladak kapal, bagi setiap jenis kapal maupun unit-unit pengangkutan barang yang lain.
Dua zat atau barang berbahaya yang sifatnya saling berlawanan dan dipadatkan dalam satu ruangan akan berbahaya jika salah satu mengalami kebocoran, tumpah atau kecelakaan lainnya. Risiko yang ditimbulkan apabila mereka bercampur bisa
bermacam - macam sehingga perlu diatur cara pemisahannya.
Konvensi Internasional SOLAS 1974
Dari semua Konvensi yang berhubungan dengan keselamatan maritim, yang paling utama adalah Konvensi Internasional Untuk Keselamatan Jiwa Di Laut (SOLAS). Kapal S.S Titanic tenggelam pada taun 1912 yang mengakibatkan kehilangan jiwa lebih dari 1.500 orang. Kejadian ini telah mendorong pengesahan versi pertama Konvensi SOLAS melalui suatu konferensi di London tahun 1914.
Setelah itu ada 4 (empat) versi lainnya dari SOLAS yaitu:
1) Kedua disahkan tahun 1929 dan diberlakukan pada tahun 1933 2) Yang ketiga disahkan tahun 1948
dan diberlakukan pada tahun 1952 3) Keempat disahkan tahun 1960 oleh
IMO dan diberlakukan pada tahun 1965
4) Kelima adalah versi sekarang (SOLAS 1974) disahkan oleh IMO pada tahun 1974 dan diberlakukan pada tahun 1980
Konvensi SOLAS (Safety of Life at Sea) yang secara terus menerus diperbaiki telah mencakup banyak aspek tentang keselamatan jiwa di laut. Contohnya versi SOLAS 1914 membagi bab-bab yang berhubungan dengan keselamatan navigasi, radio telegraphy, alat-alat penolong dan perlindungan terhadap kebakaran. Materi pokok tersebut tetap menjadi bagian dari SOLAS versi 1974. Abad ke-19 dan ke-20 merupakan era keemasan angkutan penumpang melalui laut, dalam kondisi masih kurangnya angkutan udara dan imigran dari Eropa ke Amerika meningkat. Pada waktu itu lebih banyak kapal-kapal penumpang yang berperan dan kecelakaan di laut lebih banyak terjadi, kapalkapal Inggris rata-rata mengalami musibah kehilangan jiwa 700-800 jiwa selama periode tersebut. Konferensi SOLAS 1974 diselenggarakan di London tanggal 21 Oktober-Nopember 1974 dan dihadiri oleh 71 negara.
International Maritime Dangereous
Goods Code (IMDG Code) 2.3.1 Sejarah IMDG Code
1) Pengangkutan barang berbahaya melalui laut terus berkembang sejak perang dunia II sejalan dengan kebutuhan pemakaian bahan atau zat tersebut. Peraturan tentang pengangkutan barang berbahaya diperlukan guna mencegah kecelakaan terhadap manusia atau kerusakan terhadap kapal.
2) 1965, First edition of the IMDG Code published where IMDG Code is an international agreement for the transport of dangerous goods by sea. 3) 1996, 51 countries account for 80% of world shipping tonnage adopted the IMDG Code.
4) 2004, Amendements 2002 of SOLAS 1974 making the IMDG Code mandatory.
IMDG CODE,
klasifikasi muatan berbahaya akan dibagi ke dalam Kelas-kelas berikut:
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
58 1) Kelas 1 bahan peledak (Explosive =
petasan, kembang api, peluru) 2) Kelas 2 gas yang ditekan, dicairkan
atau dilarutkan di bawah tekanan (Gases = karbon dioksida, fire extiguinsher, aerosol)
3) Kelas 3 cairan yang mudah terbakar (Flamable liquids = cat, alcohol) 4) Kelas 3.1 Low Flash Point Group
(-18ºC)
5) Kelas 3.2 Intermediate Flash Point (-18ºC s/d 23ºC) Group
6) Kelas 3.3 High Flash Point Group (23ºC s/d 61ºC)
7) Kelas 4 Zat padat mudah menyala (Flamable solids = korek api, phosphor, kalsium karbid)
8) Kelas 4.1Bahan padat yang mudah terbakar
9) Kelas 4.2 Bahan padat yang dapat terbakar sendiri, baik padat, kering maupun cair
10)Kelas 4.3 Bahan padat/kering jika kena air (basah) mengeluarkan gas mudah menyala dan beberapa jenis dapat terbakar sendiri Kelas 5.1 Zat Pengoksidasi (Oxidizing subtances = kalsium klorat)
11)Kelas 5.2 Organik Peroksida
12)Kelas 6.1 Zat Beracun (Toxic = Pestisida)
13)Kelas 6.2 Zat Infectious
14)Kelas 7 Zat Radioaktif (Kobalt 60) 15)Kelas 8 Zat Perusal Karat (Corrive
material =mercury)
16)Kelas 9 zat berbahaya lainnya atau substansi lain yang mungkin menunjukkan dan memiliki karakter seperti barang berbahaya yang ditetapkan pada ketentuan bagian ini. (karbon dioksida)
Dokumen dan Persyaratan Pemadatan Barang Berbahaya
1) Dokumen barang berbahaya
Keterangan barang berbahaya harus tertera secara jelas nama, nama teknik dan spesifikasinya.
a. Dokumen pengapalan harus disiapkan oleh pengirim dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan
yang ditandatangani bahwa pengiriman barang tersebut telah dilengkapi tanda, label atau plakat dengan baik.
b. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengemasan barang berbahaya dalam suatu peti kemas yang diangkut kapal harus memberikan sertifikat pengemasan peti kemas (container packing certificate) atau surat keterangan pengemasan angkutan yang menyatakan bahwa barang dalam unit telah dikemas sebagaimana
mestinya dan memenuhi
persyaratan transportasi.
2) Persyaratan Pemadatan (stowage requirements).
Bahan berbahaya “Harmful subs” berdasarkan (annex 3 of Marine Polution ‘73/’78) harus ditempatkan secara benar dan aman untuk meminimalisir bahaya untuk lingkungan kelautan tanpa mengurangi dampak keselamatan dari kapal dan orang di dalamanya pelabuhan negara mengontrol pada persyaratan operasional.
Kapal pada pelabuhan dari pihak lain yang terkait dengan inspeksi oleh PSC berhubungan dengan persyaratan operasional dalam annex ini. Master dan Crew harus memahami prosedur pengangkutan barang berbahaya di kapal yang essensial terkait dengan pencegahan dari polusi atas bahan berbahaya.
3) Kategori Penempatan “Stowage categories”
a. Kapal kelompok 1 “Group 1 ships” Kapal kargo/ Kapal penumpang yang membawa sejumlah penumpang dibatasi dan tidak lebih daripada 25 atau 1 penumpang/ 3-meter dari panjang dari kapal tersebut.
b. Kapal kelompok 2 “Group 2 ships” Kapal penumpang lain yang mana pembatasan jumlah penumpang berlebihan kategori sebagai berikut:
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
59 Ships of group 1 pada dek atau
bawah dek; ships of group 2 pada atas dek atau bawah dek
Kategori Penempatan B
Ships of group 1 di dek atau di bawah dek; Ships of group 2 hanya di dek
Kategori Penempatan C
Ships of group 1 hanya di dek; Ships group 2 hanya di dek.
Kategori Penenmpatan D
Ships of group 1 hanya di dek; Ships of group 2 dilarang
Kategori Penempatan E
Ships of group 1 di dek atau bawah dek; Ships of group 2 dilarang
Campuran Bahan Untuk Pembuatan Barang Berbahaya (Chemical)
Adapun beberapa bahan berbahaya (chemical) dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. AgNO3, Senyawa ini beracun dan korosif. Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Potensi Bahaya: Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh. Gas/uapnya juga menyebabkan hal yang sama.
2. HCl, Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hydrogen klorida (HCl). Ia adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Senyawa ini juga digunakan scara luas dalam industry. Asam klorida harus ditangani dengan wewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sanat krosif. Sejak Revolusi Industri, senyawa ini menjadi sangat penting dan digunakan untuk berbagai tujuan, meliputi produksi missal senyawa kimia organic seperti vinil klorida untuk plastic PVC dan MDI TDI untuk poliuretana. Kegunaan kecil lainnya meliputi penggunaan dalam pembersih rumah, produksi gelatin, dan aditif makanan. Sekitar 20 juta ton gas HCl diproduksi setiap tahunnya. Potensi bahaya asam klorida pekat (asam klorida berasap) akan membentuk kabut asam. Baik kabut dan larutan tersebut bersifat koosif terhadap jaringan tubuh, dengan
potensi kerusakan pada organ pernapasan, mata, kulit dan usus. Seketika asam klorida bercampur dengan bahan kimia oksidator lainnya, seperti natrium hipoklorit (pemutih NaClO) atau kalium permanganate (KMn)4), gas beracun klorin akan terbentuk.
3. H2S, Hidrogen sulfida adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar atau berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organic dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobic), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. Potensi Bahaya: Menghirup bahan ini dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.
4. H2SO4, Asam sulfat merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat, Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalh 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfide, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfide, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfide pirit oleh oksigen molekuler menghasilkan besi (II), atau Fe2+ Potensi Bahaya: Sifat sifat sama sulfat berpotensi lebih buruk daripada luka bakar akibat asam kuat lainnya, hal ini dikarenakan adanya tambahan kerusakan jaringan dikarenakan dehidrasi dan kerusakan termal sekunder akibat pelepasan panas oleh reaksi asam sulfat dengan air. Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Risiko utama asam sulfat adalah kontak dengan
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
60 kulit yang menyebabkan luka bakar dan
penghirupan aerosol asap. Paparan dengan aerosol asam pada konentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi mata, saluran pernafasan, dan membrane mukosa yang parah. Iritasi akan mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah, simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling umumnya dilaporkan adalah pengikisan gigi. Indikasi kerusakan kronis saluran pernafasan masih belum jelas. Di Amerika Serikat, batasan paparan yang diperolehkan ditetapkan sebagai 1 mg/m³. Terdapat pula laporan bahwa penelanan asam sulfat menyebabkan defisiensi vitamin B12 dengan degenerasi gabungan subakut. 5. NaOH, Senyawa ini bersifat higrokopis dan menyerap gas CO2. Potensi Bahaya: Dapat merusak jaringan tubuh sehingga berdampak dapat menyebabkan kematian 6. NH3, Amonia dalah senyawa kimia dengan rumus NH3, Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau ammonia). Walaupun ammonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, ammonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan Amerika Serikat memberikan batas 15 menit bagi kontak dengan ammonia dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volume. Potensi bahaya: Kontak dengan gas ammonia berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan keruskan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun ammonia di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, ammonia masih digolongkan sabagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan ammonia berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin. Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pemengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena ammonia pada konsentrasi 0,5% (v/v) selama 30 menit menyebabkan kebutaan.
7. HCN, Senyawa ini sangat beracun, bahkan ada pada salah satu makanan yang sering kita makan yakni singkong yang mengalami kerusakan. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi manusia. Asam Sianida juga ada pada buah kepayang. Kepayang, keluwek (Pangium edule Reinw. Missal, Blume; suku Achariaceae, dulu dimasukkan dalam Flacouryiaceae) adalah tumbuhan terbentuk pohon yang tumbuh liar. Orang Sunda menyebutnya picung atau pucung (begitu pula sebagian orang Jawa Tengah). Biji keluwek dipakai sebagai bumbu dapur masakan Indonesia yang memberi warna hitam pada rawon, daging bumbu keluwek, brongkos, serta sup konro. Bijinya, yang memiliki salut biji yang bias dimakan, bila mentah sangat beracun karena mengandung asam sianida dalam konsentrasi tinggi. Bila dimakan dalam jumlah tertentu menyebabkan pusing (mabuk). Racun pada biji ini dapat dipakai sebagai racun untuk mata panah. Biji ini aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam terlebih dahulu. Juga ada artikel yang menyatakan bahwa Asam Sianida (Hidrogen Cynide) dijadikan sebagai senjata pembunuh massal di zaman NAZI-Jerman
8. HF, Asam fluorida adalah asam yang sangat korosif, mampu melarutkan banyak bahan, terutama oksida. Kemampuan untuk melarutkan kaca telah dikenal sejak abad ke-17, bahkan sebelumnya asam fluorida telah disiapkan dalam jumlah besar oleh Carl Wilhelm Scheele pada tahun 1771. Karena reaktivitas yang tinggi terhadap kaca dan reaktivitas. moderat terhadap banyak logam, asam fluorida adalah biasanya disimpan dalam wadah plastik meskipun politetrafluoroetilena (PTFE) sedikit permeabel. Potensi Bahaya: hidrogen fluorida sangat initatif terhadap jaringan kulit, merusak paru-paru dan menimbulkan penyakit pneumonia (gangguan saluran pernafasan).
9. HNO3, Asam nitrat, yang dikenal juga dengan aqua fortis merupakan zat yang sangat korosif dan merupakan asam yang
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
61 sangat beracun. Potensi bahaya yakni
dapat menyebabkan luka bakar, menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.
Penggunaan Bahan Kimia
Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu: Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, di antaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat, deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat. Industri pengguna bahan kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, di antaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi. Dalam lingkungan kerja tersebut, banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para pekerja terpapar bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar, beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.
Salah satu pembuatan campuran bahan-bahan untuk pembuatan barang berbahaya (chemical) yaitu H2SO4. Zat kimia ini
digunakan sebagai bahan dasar dalam banyak industri seperti industri pupuk dan baterai. Asam sulfat adalah salah satu zat kimia yang paling penting mengingat penggunaannya yang sangat luas. Saat ini produksi asam sulfat dilakukan dalam skala sangat masif dan mencapai lebih dari 150 ton per tahun.
Definisi Operasional
Definisi Konsepsional adalah gambaran tentang indikator-indikator yang akan digunakan sebagai variabel peneliti ini dalam bentuk yang tegas dan dapat diukur secara teliti:
1. Izin bongkar muat barang berbahaya (chemical) adalah surat perizinan yang dibuat oleh KSOP sebagai surat yang bertujuan untuk diizinkannya sebuah kapal untuk melakukan kegiatan bongkat muat barang berbahaya (chemical) itu sendiri dengan ketentuan dan kelas-kelas yang telah ditetapkan. 2. Rencana kegiatan bongkat muat (RKBM) adalah surat izin yang dikeluarkan oleh KSOP untuk kegiatan suatu kapal melakukan bongkat muat barang itu sendiri, jadi sebelum izin bongkar muat berbahaya diterbitkan terlebih dahulu harus mempersiapkan dan membuat surat izin rencana kegiatan bongkar muat
(RKBM).
Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dimulai sejak tanggal 15 Juli s/d 16 oktober 2018 yang dilaksanakan pada semester V (lima) tahun akademik 2018/2019. Lokasi penelitian ini dilakukan pada kapal yang melakukan kegiatan pemuatan atau bongkar di PT Sinar Pasific dan Keyabandaran dan Otoritas
Pelabuhan (KSOP).
Metode pengumpulan data
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
62 adalah observasi wawancara dan studi
pustaka.
Hasil dan Pembahasan Hasil
Gambaran umum PT Sinar Pasific, adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang pelayaran, transportasi, dan keagenan. Perusahaanini merupakan perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1990. Perusahaan yang didirikan oleh Hj. Ruwaidha pada tahun 1985 ini awalnya merupakan perusahaan keagenan pengiriman barang yang mempelopori pengiriman barang antar pulau di Indonesia, bongkar muat, galangan kapal, pengiriman minyak dan gas.
Perusahaan ini bergerak dibidang bisnis transportasi darat dan transportasi laut, distribusi dan pemasaran bahan bakar minyak pertamina (perusahaan miyak negara). Transportasi air terutama menggunakan Oil Barge, Ship Populur Oil Barge (SPOB) untuk wilayah Kalimantan Timur sebagai prime distribution dan middle off Indonesia sebagai secondary distribution
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis akan menjelaskan mengenai Prosedur Permohonan Bongkar Muat Barang Berbahaya (BMBB) Pada Sistem Inapornet Online oleh PT Sinar Pasific. Di Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan Kelas I balikpapan. Adapun langkah langkah yang harus dilaksanakan untuk penerbitan izin bongkar muat barang berbahaya dengan sistem Inapornet Online sebagai berikut:
1) Setelah mengakses
https//inapornet.dephub.go.id akan muncul halaman pertama dimana perusahaan harus login terlebih dahulu.
2) Setelah melakukan login kemudian pilih icon pilihan pada sisi kiri atas
halaman maka akan muncul tampilan pilihan pilih BMBB 3) Setelah layanan BMBB terbuka
maka akan muncul pilihan BMBB dan klik icon create pada sisi kanan atas.
4) Dihalman berikutnya maka akan muncul kolom layanan pembuatan BMBB, selanjutnya masukkan tanda daftar kapal yang berada di surat laut kapal dan masukkan waktu permohonan kapan akan di laksanakannya kegiatan
5) Setelah masuk di dalam layanan pembuatan BMBB kemudian klik icon buat BMBB pada sisi kanan bawah
6) kemudian akan muncul kolom pengisian pembuatan BMBB, selanjutnya isi semua kolom yang memiliki tanda yang berwarna merah setelah selesai klik icon create pada sisi kanan bawah. 7) kemudian akan muncul kolom
pengisian pembuatan BMBB, selanjutnya isi semua kolom yang memiliki tanda yang berwarna merah setelah selesai klik icon create pada sisi kanan bawah. 8) Setelah terkirim akan muncul
nama kapal dan pembuatan bmbb akan di setujui oleh pihak Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)
9) setelah selesai pilih icon layanan PNBP pada sisi kiri atas halaman maka akan muncul pilihan pilih billing PNBP BMBB.
10)Kemudian bayar biaya pengawasan bmbb pada keuangan Kantor Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) setelah lunas klik icon tampilkan invoice pada sisi kanan
11)Kemudian klik cetak kwitansi pembayaran untuk menjadi bukti bahwa BMBB telah lunas
12)Setelah tercetak maka bmbb telah selesai dan bukti pembayaran di tunjukkan kepada perwira jaga yg
Rusman, Jurnal Maritim, Vol.10 No. 1 Juni 2019 ISSN: 2086-1419
63 berada di Kantor Kesyabandaran
dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa pengamatan dan penelitian selama melakukan Praktik Darat (PRADA) maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dokumen-dokumen persetujuan bongkar muat berbahaya sudah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Kantor kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhanan Kelas I Balikpapan, akan tetapi perusahaan kurang memperhatikan masa-masa expire sertifikat tersebut sehingga memperlambat proses berjalannya penerbitan persetujuan bongkar muat barang berbahaya.
2. Berdasarkan prosedur penerbitan izin bongkar muat barang berbahaya di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhanan Kelas I Balikpapan ada 12 tahapan dan sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur yang ditetapkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhanan Kelas I Balikpapan.
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis akan memberikan saran bagi pihak Perusahaan PT Sinar Pasific. Agar selalu memperhatikan sertifikat yang masa expirenya sudah mati agar bisa diupdate kembali untuk persetujuan bongkar muat barang berbahaya, bila sertifikatnya sudah mati pada waktu penerbitan surat perijinan maka waktu yang diperlukan lebih lama lagi. Sebaiknya sebelum memasukan permohonan ke Kantor KSOP ada baiknya mengecek terlebih dahulu sertifikat-sertifikat yang harus disiapkan agar proses penerbitan tidak terhambat.
DAFTAR RUJUKAN
Danish Maritime Authority. (2002). Technical regulation on the construction and equipment, etc. of passenger ships on domestic voyages.
https://www.dma.dk/Vaekst/Rammevilkaar/ Legislation/Notice%20D/DVII01102 002.pdf
Internasional Maritime Dangerous Goods Code 2010 Edition. Konveksi Internasional Safety of Life At Sea Tahun 1974.
Maritime Safety Committee Resolution/ MSC res 262/84 – Amandemen Terhadap Internasional Maritime Dangerous
Goods Code/ IMDG Code Dengan
Amandemen 34-08 (IMDG Code 2008).
Nasution, M. N, 2008. Manajemen Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta. Purba, Hasim, 2005. Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan.