• Tidak ada hasil yang ditemukan

ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Mei 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Mei 2013"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) EDISI Mei 2013 Saudara saudari seiman yang terkasih,

Bulan Mei adalah bulan yang sangat berarti bagi umat Katolik. Pada bulan ini umat Katolik banyak yang melakukan devosi kepada ibu Maria, ibu gereja dan bunda orang Katolik. Devosi tersebut banyak di-ekspresikan dalam pertemuan, renungan dan doa Rosario bersama. Banyak orang membentuk kelompok doa Rosario, hal mana juga telah dilakukan baik oleh kelompok kelompok maupun wilayah wilayah dalam KKI Melbourne. Perkembangan ini merupakan tradisi yang sangat menggembirakan dan membuat kita semua bangga.

Disamping memohon perantaraan ibu Maria dalam doa doa kita, kita juga merenungkan sikapnya yang dipandang gereja Katolik sebagai teladan yang sangat ideal. Sederhana, rendah hati, tidak menonjolkan diri, setia dalam menjalankan tugasnya sebagai ibu Tuhan. Banyak cobaan, penderitaan telah dialaminya, mulai dari melahirkan Yesus dengan keadaan yang jauh dari gemerlapan, pengungsian ke Mesir, sampai penderitaan Jesus di saat saat akhir hidup-Nya. Sikap inilah beserta penyerahan diri yang tulus

membuat Tuhan sangat berkenan kepadanya, memberikan rahmat yang berlimpahan. Semoga kita dapat belajar dan mengikuti teladan ibu Maria dalam hidup kita.

Untuk bulan Mei ini, redaksi menurunkan dua buah artikel. Artikel pertama, yang menjadi artikel renungan utama, merupakan sumbangan dari chaplain KKI, romo Wahyu O.Carm. Renungan mengenai kerendahan hati ini merupakan kelanjutan dari bagian pertama yang telah diterbitkan bulan lalu. Dalam bagian pertama ini, Romo Wahyu membahas bagaimana kerendahan hati dalam persaudaraan atau ber-komunitas. Dalam bagian kedua ini, beliau mengajak kita untuk merujuk kepada sikap Jesus yang telah memberikan contoh nyata bagaimana rendah diri itu. Ajakan lainnya untuk kita adalah ‘sekolah’ Kristus. Artikel kedua merupakan sumbangan dari Ben Sugija tentang pengalamannya berdiskusi secara tidak formil dengan rekan teman-teman lain. Topiknya mengenai keprihatinan kehidupan spiritual dari anak-anak kita sendiri. Keprihatinan generasi tua ini timbul karena kelihatannya generasi muda tidak tertarik lagi dengan doa atau ritual yang tradisionil lagi. Mereka lebih tertarik kepada hal-hal yang praktis dan sekuler. Artikel ini ditulis atas dasar pengalaman pribadi yang terbatas dengan tujuan untuk berbagi pengalaman.

Patut diingatkan, bahwa dalam perjalanannya Warta KKI juga berjalan diatas kerikil yang tidak nyaman. Redaksi telah berusaha keras agar kelanjutan newsletter ini dapat terjamin. Bahan artikel diambil dari sana sini dan jumlah penulis yang bersedia memberikan

sumbangan sangat sedikit. Karenanya, sumbangan artikel dari pembaca sangat diharapkan betul dan dihargai. Tentu saja akan ada pembaca yang tidak atau kurang setuju dengan artikel-artikel yang telah dimuat di Warta KKI. Redaksi ingin mengajak pembaca untuk memberikan sumbangan artikel, komentar dan berdiskusi melalui Warta KKI; Ideal sekali Warta KKI yang merupakan milik kita bersama dapat menjadi wadah untuk kita belajar, bertukar pikiran dan mempererat hubungan hubungan satu sama lain. Tuhan beserta kita dan selamat membaca.

MISA KKI Minggu, 2 Juni 2013 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 9 Juni 2013 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC

Pukul: 11.00 Minggu, 16 Juni 2013 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:45 Minggu, 23 Juni 2013 St. Paschal 98-100 Albion Rd

Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church

631 Bourke Street Melbourne VIC

(2)

2 3

Kerendahan Hati Anak Manusia

Oleh: Romo Wahyu O.Carm

Yesus adalah Mesias yang lemah lembut seperti yang diwartakan Zakharia, 9:9 (Mt 21:5: “Katakanlah kepada Puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengenderai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda”). Dia dalah Mesias bagi orang-orang yang rendah/hina, yang kepada mereka Dia menyampaikan berkat. Yesus member-kati kanak-kanak dan menjadikan mereka sebagai teladan, model kerendahan hati (Mrk 10:15-16).

Agar supaya menjadi salah seorang dari orang-orang kecil ini yang kepadanya Allah menyatakan Diri dan akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mt 11:25), maka pentinglah orang bergabung dengan Sekolah Kristus, “Guru yang lemah lembut dan rendah hati” (Mt 11:29: “Pikuklah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan”). Yesus tidak hanya seorang manusia. Dia adalah Allah yang datang untuk menyelamatkan para pendosa dengan mengambil bentuk daging serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa (Rm 8:3). Dia tidak mencari kemuliaan, hormat bagi Diri-Nya sendiri (Yoh 8:50). Dia merendahkan Dirinya sen diri bahkan sampai mencuci kaki para rasul-Nya (Yoh 13:14dst.). Meskipun Dia sama dengan Allah, Dia mengosongkan Dirinya sendiri sampai mati di salib untuk pembebasan kita (Phil 2:6dst.; Mrk 10:45; bdk Yes 53). “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10, ‘yang hilang’ itu adalah kuasa dan cinta kasih ilahi). St. Agustinus mengatakan bahwa kerendahan hati merupakan ‘tanda/meterai Kristus’. Kita harus mengikuti kerendahan hati yang dimiliki Kristus supaya kita dapat mempraktekkan perintah baru tentang kemurahan hati, perintah baru tentang kasih (Ef 4:2: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”; 1Ptr 3:8-9; St. Agustinus mengatakan: “Dimana ada kerendahan hati, di situ ada kasih.”). Karena itu “ren-dahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain” (1Ptr 5:5; Kol 3:12), menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri dan tidak mencari kepentingan sendiri (Phil 2:3-4; 1Kor 13:4-5). Dalam daftar buah-buah Roh, Paulus menempat-kan kerendahan hati sesudah kesetiaan (Gal 5:22f). Di sini ada dua sikap (Sir 45:4: karena setia dan lembut hati, rendah hati maka Musa dikuduskan Tuhan, dan dipilih oleh-Nya dari antara semua manusia) yang saling berhubungan karena kedua sikap ini membawa kepad sikap keterbukaan kepada Allah, ketaatan kepada rahmat dan sabda-Nya.

Pekerjaan Allah dalam diri orang yang rendah hati:

Allah mengormati orang yang rendah hati dan merendahkan mereka yang sombong (Mzm 138:6: “Tuhan itu tinggi, namun Ia melihat orang yang hina, dan mencela orang yang sombong dari jauh”; Mzm 113:6-7). Orang yang rendah hati tidak hanya menerima pengampunan atas dosa-dosanya (Luk 18:14), tetapi juga memperoleh anugerah kebijaksanaan (1Kor 1:25.28-29: “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Al-lah lebih kuat daripada manusia, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia,dipilih Allah, bahkan yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia-pun yang memegahkan diri di hadapan Allah). Allah bekerja dalam diri Yohanes Pembaptis (Yoh 1:27: “membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak”) dan dalam diri St. Perawan Maria, hamba yang rendah hati (Luk 1:38.43).

Siapapun yang merendahkan dirinya sendiri melalui pencobaan-pencobaan di bawah kuasa dan anugerah Allah, dan siapapun yang menyatukan dirinya dalam persahabatan dengan Kristus yang tersalib akan menjadi seperti Kristus, dimuliakan Allah dalam waktu-Nya dan akan mempunyai bagiand alam kemuliaan Putera Allah (Mt 23:12: “Barangsiapa meninggikan dirinya, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan dirinya, ia akan ditinggikan”; Rm 8:17: …. ‘jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia’; Phil 2:9dst.: “Itulah se-babnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi ….’; 1Ptr 5:6-10). Dengan seluruh kerendahan hati dia akan selalu menyanyikan kesucian dan cinta akan Allah yang mengerjakan hal-hal besar dalam mereka (Luk 1:46-53; Why 4:8-11; 5:11-14).

(3)

DUA KULTUR

Oleh : Ben Sugija

Tidak terasa saya telah menjalani hidup di Australia selama tiga puluh tahunan. Masih jelas terbayang, pengalaman waktu pertama kali datang ke Australia, sebagai keluarga yang relatif muda, dengan anak-anak yang masih kecil. Perte-muan dan perkenalan dengan keluarga Indonesia lainnya merupakan kesempatan yang indah dan istimewa. Anak-anak tersebut dengan mudah menjadi teman satu sama lain, bermain, bersekolah. Beberapa keluarga bersama sama mendiri-kan dan ikut membesarmendiri-kan KKI-Melbourne. Anak-anak-pun ikut aktif di dalam misa KKI walaupun hanya sebulan sekali. Sebagai orang tua,pengalaman ini merupakan masa nostalgia yang indah untuk diingat. Anak-anak sudah dewasa seka-rang malahan banyak yang sudah berkeluarga. Kalau bertemupun, oseka-rang-oseka-rang tua selalu bertanya, bagaimana dengan anak-anak? Sudah berapa cucu-nya; Di mana anak-anak bekerja? Pertanyaan atau pernyataan klasik dari orang tua se-lalu berakhir, ... engga tahu deh, anak-anak sekarang sudah lain dan berubah; kenapa yah anakku tidak mau ke gereja lagi ..? Doeloe doeloe di Indonesia kita selalu pergi bersama ke misa di gereja. Pertanyaan terakhir ini banyak membuat orang tua sedih dan tidak tahu jawabannya.

Perlukah orang tua menjadi sedih?

Saya sendiri mengalaminya dan tidak tahu jawabannya, tetapi tidak kuatir. Anak-anak saya semuanya telah dewasa dan independen. Kalau ditanya, apakah mereka masih pergi ke misa tiap minggu, jawabannya tidak. Paling paling mereka pergi ke gereja waktu Paskah dan Natal saja. Sembahyang Rosario bersama, setahun paling paling dua kali saja. Pendi-dikan mereka dari kecil di Melbourne, bekerja dan sekarang sudah menjadi Ozie betul betul.

Seorang teman yang juga mengalami hal yang serupa, prihatin sekali dengan anak-anak-nya. Saya pernah terlibat disku-si, begitupun dengan teman-teman lainnya. Saya berpendapat bahwa ke-prihatinan orang tua ini sangat dipengaruhi oleh kaca mata kultur yang berbeda dari orang tua dan sang anak. Contoh yang jelas sekali, pendidikan disini, dunia Barat umumnya, sang anak dididik untuk memiliki hak untuk bertanya, mengapa (why)? Jadi kalau orang tua marah kepada anaknya, si anak berhak bertanya, mengapa marah? Untuk kultur Indonesia, tentu saja hal ini tidak bisa diterima. Konse-kwensinya, tentu saja konflik; dimana si anak menganggap orang tuanya cerewet dan orang tua menganggap anaknya kurang ajar.

Hal yang sama didalam kehidupan spiritual. Orang tua diharapkan bisa dan siap menerangkan, mengapa sebaiknya keg-ereja. Anak-anak saya tidak begitu antusias lagi untuk menghadiri misa tiap minggu. Sebabnya? saya tidak tahu. Mung-kin saja karena teman teman lainnya (khususnya generasi muda Australia) juga tidak kegereja atau misa-nya di

bawakan kurang menarik, kurang humor, lagunya membosankan. Dilain pihak dari kacamata Indonesia melihat, orang itu perlu bersikap agamis, jangan banyak komentar, berbicara dengan tutur kata kata penuh dengan jargon jargon agamis. Orangpun perlu melakukan ritual secara teratur. Saya melihatnya adanya faktor group pressure maupun expektasi dari komunitas. Dilain pihak, orang Barat relatif melihat ini sebagai keperluan basa basi saja, dan meng-ekspresikannya den-gan gamblang; cuwekin saja.

Dalam situasi ini, saya melihat perlunya suatu sikap yang konsisten dari orang tua yang me-refleksikan iman secara tulus. Mungkin kita tidak menyadari bahwa, sang anakpun mengamati orang tuanya dalam hidup sehari-harinya; apakah hidup kita merupakan refleksi iman Katolik kita, penuh kasih, keadilan, kepedulian dan harapan satu sama lain. Atau sikap kita tidak tulus, in-konsisten sehingga semuanya itu hanya untuk memberikan pencitraan (image) yang palsu saja. Memang sebagai orang tua, kita mengharapkan anak-anak kita paling sedikit mengikuti jejak kita. Misalnya, paling sedikit ke gerejalah tiap minggu. Tapi untuk memaksanya, mungkin rasanya kurang tepat.

Sebagai orang tua, saya merasa cukup berbahagia bahwa anak-anak masih beriman bahwa Tuhan adalah pencipta kita semuanya. Mereka masih melihat, kepedulian, keadilan, baik sosial maupun kehidupan sehari-hari merupakan inti dari nilai-nilai Kristiani. Bentuk atau ekspresi iman mereka, saya serahkan kepada mereka sendiri, tidak harus identik den-gan iman saya. Tentu saja, saya tetap berdoa agar Tuhan tetap selalu menyertai dan membimbing mereka. Saya masih optimis dan percaya betul bahwa Tuhan akan tetap memperhatikan iman mereka, anak-anak muda, sehingga tidak perlu

(4)

4

Saya melihat perkembangan spiritual generasi muda, sudah alamiah, mencapai tahap ingin mengetahui, yaitu mengapa dan apa alasannya, kritis; lain pada waktu mereka masih kecil, tahap anak-anak, yang selalu patuh kepada harapan orang tua. Saya tidak mau memaksakan ekspresi spiritual saya kepada anak-anak saya dan mengharapkan mereka jujur dan tulus didalam kehidupan spiritual mereka sendiri, tidak berpura-pura. Saya percaya merekapun mengalami panggilan atau kerinduan kepada Sang Pencipta dan mereka akan terus mencari-Nya. Mungkin saja mereka tidak sadar, bahwa dengan menunjukan kepedulian (compassion) kepada kelompok yang menderita atau marjinal, berpihak kepada keadi-lan, mereka sudah menjawab panggilan Tuhan.

Sebagai orang tua kita harus menyadari bahwa beda selang waktu tiga puluh tahunan cukup menyebabkan hilangnya persepsi tentang kemajuan dunia, maupun tentang generasi sekarang. Misalnya saja tentang kemajuan teknologi kom-puter yang begitu pesat, menyebabkan saya kehilangan percaya diri. Belum lagi kalau kita melihat persoalan-persoalan sosial seperti keadilan sosial, HAM, perkawinan sejenis, gerakan ateis, cloning dimana 30-tahun lalu, hal-hal semacam ini belum terjadi. Perlu kita sadari bahwa tiap era waktu, atau generasi, masing masing memiliki permasalahan dengan ciri-ciri tersendiri, unik, dan sering generasi sebelumnya tidak mengerti. Berdasarkan pengalaman yang berbeda antara generasi orang tua dan yang muda, respon dari masing masing generasi-pun akan berbeda. Ini harus dimaklumi supaya kemungkinan salah pengertian atau friksi antara kedua generasi menjadi minimal.

Saya tidak tahu, dan melihatnya semua hal ini sebagai misteri kehidupan yang nyata. Mungkin ini adalah suatu konse-kwensi dari pilihan saya untuk tinggal di Australia, sebuah negara yang sekuler dan bebas; saya siap berbeda pendapat dengan anak-anak saya dan belum tentu saya itu lebih benar dari mereka. Begitupun dengan pendapat orang tua yang lain, tidak perlu kita sama pendapatnya. Saya serahkan saja kepada Dia, sang “Gembala”, tanpa rasa kuatir. Janganlah ekspektasi generasi tua menjadi beban tambahan lagi bagi generasi yang lebih muda, dan mungkin orang tua cukup jadi pendamping saja.

Hardship, Perseverance, Hope and the Catholic Belief System

Jam 11.00, kapel St. Paschal, 98-100 Albion Rd, Box Hill 3128

Setelah Misa, acara ini dibagi menjadi 6 paralel session/ track, jadi semua anggota keluarga Anda dipastikan dapat berpartisipasi!

Ada track untuk Senior, untuk Profesional, untuk para Ibu, Remaja/Remaji dan Anak2 sekolah minggu. Topiknya ada bermacam-macam, jadi selain beramah tamah juga

ada perbincangan yang bermanfaat, sharing mengenai kehidupan, iman, sampai dengan perencanaan keuangan saat pensiun dsb. Jadi acara ini sifatnya diskusi dan sharing bersama dari kita, oleh kita dan untuk kita semuanya. Berikut details acara dalam setiap track:

Track 1 - Senior Group Track 2 - Senior Group

Track 3 - Professional & Entrepreneur group Track 4 - Housewife Group

Track 5 - Youth Group

Track 6 - Children & Sunday School

Jangan lupa untuk hadir dalam acara yang menarik ini yang dikemas oleh Bidang Sosial KKI. Pendaftaran melalui:

Yudo Baskoro (0422155195), Natalia Teguh Putri (0411259973), Michael Cangkrama (0430088983) Agustina Wati (0421000623), Paulus Ang (0413067856), Melia Sunario (0422191192)

Hanna Widjaja (hanna.widjaja@gmail.com), Yenny Lim (yenlim17@gmail.com) Mira Soema, Suhandi Hioe, Liana Ong (wilayah Benekditus)

KONSUMSI untuk makan siang dan tea/coffee break akan DISEDIAKAN (free of charge).

Mohon bantuan saudara/i untuk mendaftarkan diri sebelum tanggal 20 MAY 2013 untuk keperluan perencanaan konsumsi.

(5)

SUSUNAN PENGURUS KKI 2012-2015 Website: www.kki-mel.org

Moderator/Pembimbing Rohani: Romo Antonius Wahyu Anggono O.Carm Ketua: Prabudi Darmawan

Wakil ketua: Robin Surjadi

Bendahara: Matheus Huang, Eko Ariyanto, Linda Munanto

Sekretaris: Yudo Baskoro, Natalia Teguhputri Kegiatan Reguler Port Melbourne: Arman Sukiri, Yovinus, Linda Munanto, Frank Halim, Swan Halim Kegiatan Reguler Boxhill: Heru Prasetyo, Ida Pan-gestu, Aline Salim, Yoseph Pegu, Ling Ling, Bertha Lim, Yovita Un Bria, Berta Ngadha, Yoseph Keli Odji, Anton Salim, Dwi Sutanto, Danny Renato

Retret & Rekoleksi: Stefano Wahono, Bradley Ri-yanto, Siska Setjadiningrat

InfoComm: Hanny Santoso, Eric Kuncoro, Angelina Ng, Adrian Poermandya, Kevin Widodo, Yoga Adip-raja, Angela Satyawan, Anthony Glenn Hidayat, Rufin Kedang, Ben Sugiya, Edy Lianto, Istas Hidayat, Dina Budiarto, Anton Salim, Dwi Sutanto, Fernanda Sidarta Sie Liturgie: Andi Mihardja, Ray Christian, Linda Munanto, Anton Lukmanjaya, Rudy Pangestu, Adolfus Sekawago, Herru Sugihardjo, Adrieza Martiono, Si-mon Santoso, David Sunario, Melia Sunario, Suria Wi-narni, Aureine Wibrata, Wenda Gumulia, Agus Wijaya Komisi Keluarga: Richard & Lee Lian Oei, Roy & Angela Nuryati

Sosial: Paulus Ang, Chandra Goenawan, Poppy Setiawan, Claresta Belinda, Janto Djunaedi, Lia Tana-mas, Inge Salindeho, Bernadette Sidharta, Yenny Lim Natal, Paskah & HUT KKI: Jimmy Tjahya, Melia Su-nario, Teresa Claydius

Pojok Senyum

Si Polan baru pertama kali bepergian dengan pesawat terbang. Seperti pengalaman dengan penumpang-penumpang lainnya, dia mengalami perasaan sakit dengan telinganya pada waktu pesawat ingin mendarat. Karena penderitaan ini ia bertanya kepada paramugari, mengapa hal itu terjadi dan bagaimana mengatasinya. ‘Tolong dong bu, telinga saya sakit’. Sang paramugari yang sedang sibuk, menanggapinya dengan enteng dan memberikan permen karet kepada si Polan.

Setelah pesawat mendarat dan penumpang satu persatu meninggalkan pesawat, si Polan bertemu lagi dengan paramugari yang menolongnya. Si Polan mengucapkan terima kasih atas bantuan paramugarinya, karena rasa sakitnya sembuh seketika.

Si Polan terus mendekati dan berbisik kepada paramugarinya, ‘ bu tolong dong kasih tahu bagaimana copo-tin permen karetnya? engga enak nih!’

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi di atas kiranya dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

Dalam mengeksiskan Pesantren sebagai organisasi Islam modren di masa penjajahan penuturan Azyumardi Azra tersebut diperkuat oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh

Subjective well-being dapat ditemukan pada informan yang menjadi anggota komunits laskar sedekah Surakarta, hal tersebut dapat dilihat bagaimana perasaan bahagia,

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau Berdasarkan laporan penelitian tahun 2008 dan 2009, data artefaktual yang diperoleh dari

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moloeng, 2007:186). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

Public INIFileName As String Public pathload As String Public Sub getisistr() Dim iSa1 As String * 20 Dim iSa2 As String * 20 Dim iSa3 As String * 20 Dim iSa4 As String * 20

Konversikan 3 digit Data RF dan 3 digit Data biaya ke dalam nilai.