• Tidak ada hasil yang ditemukan

J00228

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " J00228"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Distress Psikologis dan Strategi Coping

Meta-Analisis

Aloysius Soesilo

Fakultas Psikologi

(2)

Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analysis

Abstract

This study attempted through meta-analysis to evaluate the relationship between

psychological distress and the use of coping strategies (avoidance, problem-focused, and

emotion-focused). Twenty correlational studies of coping following a variety of psychological

or traumatic distress events were selected in the meta-analysis. The present study showed a

consistent association between these coping strategies and psychological distress, even though

it was small and not strong. Issues of coping and psychological distress were discussed as

(3)

Distress Psikologis dan Strategi

Coping

Meta-Analisis

Aloysius Soesilo

Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Pengalaman hidup dalam peristiwa bencana alam, dengan penyakit kronis (fisik atau

mental), kekerasan psikologis dan seksual, kematian serta bebagai peristiwa yang

mengakibatkan stress (stressfull life events) membuat individu untuk melakukan perubahan atau penyesuaian. Perubahan atau penyesuaian cara hidup ini bisa merupakan usaha yang

besar atau kecil, begiru pula implikasinya bagi diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena orang dalam berbagai situasi seperti ini memperlihatkan variasi dalam

penyesauaiannya terhadap stressor, maka asosiasi di antara keduanya layak dan penting untuk

diteliti. Di dalam studi meta-analitik ini, hubungan dasar antara coping strategies dan

pengalaman distress atau trauma hendak ditegakkan . Walau ada pandangan yang menyatakan

bahwa satu strategi bisa adaptif dan yang lain bisa maladaptif, pandangan yang dipegang di

sini tidak ada strategi tunggal yang dapat disebut adaptif atau maladaptive. Dengan perkataan

lain, tidak ada satu strategi yang efektif lintas semua situasi (Duangdao & Roesch, 2008;

Thoits, 1995).

Penyimpangan dari kehidupan rutin yang normal bisa dipandang sebagai sumber stress

bilamana individu sudah tindak sanggup lagi memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

pada diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, pengelolaan pengalaman distress atau trauma

(4)

Ada dua konseptualisasi utama mengenai coping yang muncul dalam literatur. Pertama, strategi coping dikonseptualisasikan sebagai berfokus pada problem ( problem-focused) atau berfokus pada emosi (emotion-focused). Sedangkan konseptualisasi yang kedua adalah strategi coping yang berfokus pada pendekatan (approach-focused) atau pada

penghindaran (avoidance-focused) (Folkman & Moskowitz, 2004; Lazarus, 1991; Lazarus & Lazarus, 1994, Lazarus, 2006; Thoits, 1995).

Strategi problem-focused coping merupakan strategi yang sifatnya secara langsung diarahkan pada problem yang dianggap menyebabkan distress. Keragaman strategi ini

mencakup upaya memperoleh informasi mengenai stressor, membuat perancaaan tindakan,

serta antisipasi langkah berrikutnya di dalam mengelola dan mengatasi stressor (Folkman &

Moskowitz, 2004). Sebaliknya, strategi emotion-focused coping berfokus pada pengelolaan dan penanganan distress emosional yang berkaitan dengan stressor. Keragaman strategi ini

mencakup melepaskan diri dari lilitan emosi yang berhubungan dengan stressor

(disengaging), mencari dukungan atau support emosional, serta melepaskan ketegangan emosional (venting) (Folkman & Moskowitz, 2004).

`Terdapat perbedaan pendapat di kalangan peneliti mengenai mana yang lebih adaptif

di antara dua corak strategi tersebut. Masel dkk. (1996), misalnya, mengkonseptualisasikan

strategi problem-focused sebagai lebih adapatif dibandingkan dengan strategi kedua oleh karena yang pertama lebih aktif diarahkan pada penyelesaian problem. Sebenarnya, mana yang lebih adaptif dari kedua corak strategi ini bergantung pada “kontrolabilitas” pada situasi yang dihadapi. Strategi problem-focused dapat lebih adaptif dalam situasi-situasi yang

terkontrol, sedangkan strategi emotion-focused lebih adaptif dalam situasi-situasi yang tidak terkontrol (Folkman & Moskowitz, 2004).

Sebagaimana disebutkan di atas, konseptualisasi kedua mengenai coping lebih menekankan perbedaan antara strategi-strategi approach dan avoidance. Approach strategies

difokuskan pada stressor atau pada reaksi individu terhadap stressor dan corak pendekatan

(5)

emosional, perencanaan penyelesaian stressor, dan pencarian informasi tentang stressor.

Sebaliknya, avoidance strategies lebih berfokus pada penghindaran oleh individu dari stressor, misalnya menarik diri dari relasi atau interaksi dengan orang lain, menyangkal

adanya stressor, dan membuang segala pikiran dan perasaan dari diri sehubungan dengan

stressor. Kendati avoidance strategies bisa mereduksi distress dalam jangka pendek, namun modus ini dipandang sebagai maladaptif apabila individu terus menerus menggunakannya

dalam jangka panjang.

Jadi, coping sesungguhnya berpengaruh atas hasil atau akibat (outcomes) secara psikologis, fisiologis serta behavioral baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Coping merupakan terjadi dalam proses yang kompleks dan dinamis yang melibatkan individu, lingkungannya serta interaksi di antara keduanya (Folkman & Moskowitz, 2204;

Lazarus, 2006). Dalam review mereka mengenai studi eksperimental dan longitudinal,

khususnya mengenai emotion-focused coping, Austenfeld dan Stanton (2004) telah

mendokumentasikan bahwa karakteristik-karakteristik di dalam masing-masing dimensi tadi

(individu, lingkungan dan interaksinya) merupakan moderator yang penting menyangkut

relasi antara emotion-approachcoping dan hasil yang bertalian dengan kesehatan ( health-related outcomes).

Distres psikologis (psychological distress) merupakan istilah yang memayungi banyak respons subyektif yang negative atau tidak menyenangkan, terutama dicirikan oleh kecemasan

dan depresi (Matthews, 2007). Matthews lebih lanjut menjelaskan bahwa distres

mencerminkan bekerjanya berbagai pengaruh, mulai dari peristiwa-peristiwa kehidupan serta

intrapersonal seperti personality traits. Dalam proses demikian ada sejumlah mekanisme yang

terlibat (fisiologis, kognitif dan sosial) yang menjadi rantai penghubung antara stressor

eksternal dengan respons-response stress. Dengan demikian, dia mendefinisikan distress

dengan lebih tepat sebagai factor afektif-kognitif, yang ditandai oleh ketegangan, mood yang

tidak menyenangkan, kurangnya kontrol (kognitif) dan rendahnya kepercayaan diri. Sejalan

(6)

behavioral response to a crisis-precipitating event perceived as threatening, manifested by anxiety and depressivesymptoms (hal. 2384).

Dari berbagai review mengenai distress psikologis (misalnya oleh Matthews, 2007;

Montgomery & McCrone, 2009) dan semua studi primer yang dijadikan sampel dalam studi

ini, symptom-simptom anxietas dan depressif nampak sebagai karakteristik menonjol dalam

distress, kendati ini bisa terjadi dalam derajat yang berlainan.

Pada perkembangannya, konseptualisasi berbagai corak strategi ini mengalami

pemerincian atau subdivisi lebih lanjut. Diversifikasi subdivi-subdivisi ini juga terjadi di

dalam perkembangan berbagai instrumen pengukuran mengenai coping. Kemajuan

konseptualisasi ini selanjutnya mengakibatkan berbagai isu metodologis mengenai coping dan pengukurannya.

Di tengah adanya berbagai kontroversi teoretik dan metodologis dalam ranah coping,

studi ini berupaya untuk melakukan evaluasi meta-analitik mengenai hubungan antara coping strategies dan distress psikologis. Secara spesifik, fokus ditujukan pada tiga corak coping strategies, yaitu avoidance/passivecoping, problem-focusedcoping, dan emotion-focused coping (Lihat Tabel 1). Jadi, walaupun terdapat diversifikasi yang besar pada masing-masing corak coping sebagaimana telah disinggung di atas, studi ini bermaksud menekankan tiga pengelompokan besar ini dalam asosiasinya dengan distress psikologis.

Tabel 1. Taksonomi strategi coping

1. Approach avoidance coping

Mendekati (approach) Menghindari (avoidance)

Mendekati /coping aktif Menghindari/coping pasif

Ekspektansi positif Wishful thinking

Efikasi-diri Penyangkalan (denial)

Mencari informasi Ketidak-terlibatan secara

mental/behavioral

(7)

Ketidak-berdayaan (helplessness) Kontrol-diri Menyalahkan-diri (self-blame) Penilaian positif (positive Penggunaan alcohol/obat terlarang reappraisal/reinterpretation)

Pemecahan masalah Minimisasi ancaman

Perencanaan, analisis logis Pengambilan jarak/pengalihan perhatian (distancing/distraction)

Pelepasan emosional (emotional

discharge/venting)

2. Coping yang berfokus pada problem dam coping yang berfokus pada emosi

Berfokus pada problem Berfokus pada emosi

Mencari dukungan instrumental Ekspektansi positif / optimism

Coping aktif Efikasi-diri

Pemecahan masalah Mencari dukungan emosional Perencanaan/ analisis logis Kontrol diri

Penilaian positif (positive reappraisal/ reinterpretation)

Penerimaan Religius

(Duandao & Roesch, 2008; Folkman & Moskowitz, 2004)

Metode

Identifikasi Sampel Studi

Beberapa metode digunakan untuk mengidentifikasi artikel penelitian yang secara

potensial relevan dengan tujuan studi ini. Pertama, pencarian literatur menggunakan database

secara online, yang mencakup EBSCO, MEDLINE, ERIC, dan JSTOR. Oleh karena studi ini

tidak dimaksudkan sebagai review yang sangat ekstensif, melainkan lebih merupakan studi

awal (preliminary) mengenai asosiasi antara coping strategies dan distress psikologis, maka tahun publikasi dibatasi oleh pilihan untuk penelitian yang lebih baru.

(8)

strategies yang digunakan. Semua perolehan artikel kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inkulsi di bawah ini.

Kriteria Inklusi

Kriteria pemilihan artikel penelitian primer untuk dijadikan sampel dalam studi ini

meliputi:

Pertama, studi primer merupakan studi yang mengkaji asosiasi antara coping

strategies dan distress psikologis sebagai topik utama dalam studi primer, walaupun asosiasi-asosiasi dengan variable (-variabel) lainnya bisa juga dilakukan dalam studi primer tersebut.

Dengan demikian, studi primer ini menghasilkan main effect (nilai r), yakni besaran koefisien

korelasi untuk dua variable utama tadi, di samping informasi statistik lainnya yang penting

seperti rerata dan deviasi standar.

Kedua, studi primer untuk studi ini adalah studi korelasional dan bukan merupakan

eksperimental, dengan kasus distress psikologis yang secara alami dialami oleh partisipan

dalam dunia nyata.

Pencarian literature ini pada akhirnya memilih 20 studi primer, terdiri dari total 3,820

(9)

Tabel 2. Karakteristik Studi Primer yang Menjadi Sampel

Catatan: WCQ = Ways of Coping Questionnaire; WCCL = Ways of Coping Checklist; CERQ =

(10)

Analysis Data

Prosedur meta-analitik dalam studi ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh

Hunter & Schmidt (2004). Pertama-tama, koefisien korelasi Pearson rata-rata dihitung. Nilai r

Pearson dipilih sebagai ukuran besaran efek (effect size) untuk meningkatkan kemudahan dalam menginterpretasikan temuan elan utnya rerata ini dibobotkan dengan cara dibagi

dengan umlah sampel studi dengan menggunakan rumus =

(Hunter & Schmidt,

1990). Setelah diperoleh varians ( ), lalu dihitung varians kesalahan pengambilan sampel

( e), serta dampaknya. Penetapan interval kepercayaan (confidence interval) dilakukan untuk menunjukkan sifat korelasi dan reliabilitas korelasi ditentukan dengan varians korelasi

populasi dibagi dengan varians kesalahan pengambilan sampel.

Hasil Analisis

Statistik meta-analitik secara keseluruhan untuk masing-masing kategori coping strategy disarikan di dalam Tabel 3.

Tabel 3. Statistik meta-analitik Untuk Masing-Masing Kategori Coping Strategies

Coping strategies N SD e p

Avoidance 3175 0,033 0,181 0,0003144 0.032686 Problem-

focused 2325 0,207 0,455 0,00017 0,20683 Emotion-

(11)

Tingkat kepercayaan (confidence interval) dihitung dari dibagi oleh yang telah

dikoreksi, sehingga dihasilkan 0,18 (0,033/0,181) untuk avoidancecoping, 0,45

(0,207/0,455) untuk problem-focusedcoping, dan 0,37 (0,135/0,367) untuk emotion-focused coping, seluruhnya di atas 0 atau dengan kata lain positif. Sedangkan dampak kesalahan pengukuran diperoleh dengan menggunakan rumus σ²ρ/σ²r Berdasarkan rumus ini diperoleh dampak kesalahan pengukuran untuk avoidance, problem-focused, dan emotion-focused coping adalah 0,99 untuk masing-masing. Angka ini juga menunjuk pada realibilitas korelasi studi, sehingga prosentasi varians yang mengacu pada kesalahan pengukuran masing-masing

adalah 1% (1 – 0,99). Hasil di atas membawa kepada kesimpulan bahwa masing-masing

korelasi kedua variable adalah positif dan kurang kuat.

Diskusi

Hasil kajian meta-analitik menunjukkan asosiasi yang konsisten dan jelas antara

coping strategies dan distress psikologis. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada

coping strategies dan macam-macam distress psikologis.

Satu hal yang menarik dari temuan studi ini adalah bahwa walaupun terdapat

heterogenitas pengalaman distress atau traumatis, namun manifestasi anxietas selama

sekurang-kurangnya periode peristiwa tersebut menjadi cirri yang diamati dalam semua studi.

Penggunaan coping strategies yang aktif telah ditunjukkan secara konsisten berhubungan dengan tingat distress yang lebih rendah. Wanita yang mengalami diagnosis

kanker payudara maupun jenis-jenis kanker lainnya kurang mengalami distress psikologi

apabila mereka memperoleh informasi yang memadai mengenai gangguannya.

Sebagaimana bisa dilihat dalam taksonomi coping strategies (Tabel 1), terjadi tumpang-tindih (overlapping) dalam konseptualisasi masing-masing kategori strategi. Setiap kategori disusun atau mempunyai subdivisi yang bisa masuk ke dalam kategori lainnya. Hal

ini menyumbangkan kesulitan dalam merumuskan interpretasi tentang hasil. Tambahan pula,

(12)

Hal demikian tentunya menimbulkan ketidak-pastian mengenai apa yang secara jelas

diartikan sebagai distress psikologis. Seperti halnya definisi coping dan pembiakan subdivisi-subdivisi di dalamnya, keragaman dalam konsepsi dan definisi coping serta distress telah berakibat pada digunakannya beranekaragam instrument pengukuran. Penelitian lebih lanjut

diperlukan untuk konseptualisasi operasional mengenai distress. Di samping itu, dari segi

pendekatan riset, perlu adanya semacam sintesis dari studi kuantitatif dan kualitatif yang akan

memberikan kontribusi yang lebih besar mengenai keragaman pengalaman distress psikologis

atau traumatis serta individu yang terlibat dalam strategi coping (Thoits, 1995)

Hubungan antara personality traits (termasuk, inner strength, resiliensi, dan self-esteem) dengan anxietas. Personality traits ini sangat mungkin berpengaruh pada pemilihan pola atau corak coping terhadap pengalaman distress and traumatis, paling sebagai faktor mediasi (Thoits,1995).

Lazarus, pelopor studi mengenai emosi, stress dan coping, telah melakukan beberapa perbaikan untuk pandangannya sebelumnya, dan dalam salah satu artikel terakhirnya (2006),

dia menegaskan bahwa studi mengenai emosi hendaknya dilakukan di dalam empat konteks

yang merepresentasikan cirri-ciri sentral bagi sistem teoretik yang dikembangkannya, yakni:

penilaian (appraising), coping, alur aksi dan reaksi, serta makna relasional. Ketiga hal yang pertama telah banyak dibahas oleh Lazarus dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Sedangkan

konteks terakhir, makna relasional, merupakan hal penting yang secara dikupas dalam artikel

tersebut.

Makna relasional menurut Lazarus adalah makna yang muncul dan merasuki interaksi

antara individu dengan lingkungannya. Di dalam proses apprasing, makna relasional inilah

yang dikenakan pada relasi dengan lingkungan yang terus berkelangsungan dan berubah.

Inilah makna yang member bentuk dan mendefinisikan emosi kita. Pandangan Lazarus masih

belum namapk nyata dalam banyak studi primer yang ada dalam studi ini. Kiranya ini juga

(13)

Lazarus juga menekankan betapa pentingnya pendekatan kualitatif di dalam studi

coping, di mana coping sebenarnya merupakan fitur yang integral dalam proses emosi dalam

pandangannya. Majoritas studi yang diperoleh melalui pencarian literatur secara online adalah

studi kuantitatif, sebagaimana direpresentasikan oleh sampel dalam studi ini. Bilamana emosi

dipelajari sebagai kisah atau narasi yang dramatis hasilnya akan memperkaya pemahaman kita

mengenai emosi dan manusia. Mengulang apa telah ditulis di atas, sintesis pendekatan

kuantitatif dan kualitatif adalah jalan menuju pencapaian ini.

Sebagaimana telah dinyatakan dalam bagian awal, studi ini masih merupakan studi

awal yang memiliki sejumlah keterbatasan. Ada keterbatasan dalam jumlah studi primer yang

dilibatkan, misalnya hanya studi yang lebih akhir dan hanya pada studi yang dipublikasikan.

Di samping itu, analisis hibungan antara coping strategies dan distress psikologis

dikerucutkan pada tiga corak saja. Kategori-kategori lainnya yang dapat dijumpai dalam

literature mengenai coping tidak dievaluasi. Barangkali telah beredar juga publikasi dalam bahasa Indonesia yang berfokus pada topk yang serupa, namun tidak dimasukkan dalam studi

ini. Apabila studi-studi yang dipublikasikan di luar bahasa Inggris dimasukkan pula, tentu ini

akan memberikan gambaran dan hasil yang berbeda.

Kesimpulan

Hasil studi meta-analitik terhadap sampel yang dipilih memperlihatkan asosiasi yang

konsisten dan jelas antara coping strategies dan distress psikologis, walaupun hubungannya

positif dan tidak kuat. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada coping strategies dan macam-macam distress psikologis.

Walaupun banyak studi tentang topik ini telah banyak dilakukan, namun kesulitan

yang menonjol adalah adanya berbagai konseptualisasi baik mengenai coping dan distress.

Sebagai konsekuensi, ada banyak instrument pengukuran yang berkembang, dan keragaman

konseptual dan teoretis ini membawa kesulitannya sendiri dalam memahami hubungan

(14)

atau strategi yang bisa digunakan orang dalam berbagai situasi. Tidak ada strategi coping

(15)

Daftar Pustaka

Austenfeld, J.L. & Stanton, A.L. (2004). Copingthrough emotional approach: A new

look at emotion, coping, and health-related outcomes. Journal of Personality, 72,

1335 – 1363.

*Benight, C.C., Ironson, G., Klebe, K., Carver, C.S., Wynings, C., Burnett, K., Greenwood,

D., Baum, A., & Schneiderman, N. (1999). Conservation of resources and copingself-

efficacy predicting distress following a natural disaster: A causal model analysis

where the environment meets the mind. Anxiety, Stress, and Coping, 12, 107- 126. *Ben-Zur, H., Rappaport, B., Ammar, R., & Uretzky, G. (2000). Coping strategies, life style

changes, and pessimism after open-heart surgery. Health & Social Work, 25, 201 – 209.

*Band, B.L., & Alexander, P.C. (2003). Copingwith incest: The relationship between

recollections of childhood copingand adult functioning in female survivors of incest.

Journal of Traumatic Stress, 10, 285 – 293.

*Clements, C.M., & Sawhney, D.K. (2000). Copingwith domestic violence: Control

attributions, dysphoria, and hopelessness. Journal of Traumatic Stress, 13, 219 – 240. *Clements, C.M., Sabourin, C.M., & Spiby, L. (2004). Dysphoria and hopelessness following

Battering: The role of perceived control, coping, and self-esteem. Journal of Family Violence, 19, 25 – 36.

*Deimling, G.T., Wagner, L.J., Bowman, K.F., Sterns, S., Kercher, K., & Kahana, B. (2006).

Coping among older-adult, long-term cancer survivors. Psycho-Oncology, 15, 143 – 159.

Duangdao, K.M., & Roesch, S.C. (2008). Copingwith diabetes in adulthood: A meta-

analysis. Journal of Behavioral Medicine, 31, 291 – 300.

(16)

*Fortune, D.G., Smith, J.V., & Garvey, K. (2005). Perceptions of psychosis, coping, appraisals, and psychological distress in the relative of patients with schizophrenia: An

exploration using self-regulatory theory. British Journal of Clinical Psychology, 44,

319 – 331.

*Garnefski, N., & Kraaij, V. (2009). Cognitive copingand psychological adjustment in

different types of stressful life events. Individual Differences Research, 7, 168 – 181. *Gilbar, O., & Zusman, A. (2007). The correlation between coping strategies, doctor-patient/

spouse relationships and psychological distress among women cancer patients and

their spouses. Psycho-Oncology, 16, 1010-1018.

*Glass, K., Flory, K., Hankin, B.L., Kloos, B., & Turecki, G. (2009). Are coping strategies,

social support, and hope associated with psychological distress among Hurricane

Katrina survivors? Journal of Social and Clinical Psychology, 28, 779 – 795.

*Gutner, C.A., Rizvi, S., Monson, C.M., & Resick, P.A. (2006). Changes in coping strategies,

relationship to the perpetrator, and posttraumatic distress in female crime victims.

Journal of Traumatic Stress, 19, 813-823.

*Harrison, C.A., & Kinner, S.A. (1998). Correlates of psychological distress following armed

robbery. Journal of Traumatic Stress, 11, 787 – 798.

Hunter, J.E., & Schmidt, F.L. (2004. Methods of meta-analysis: Correcting error and bias in research findings (2th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.

*Kershaw, T., Northouse, L., Kritpracha, C., Schafenacker, A., & Mood, D. (2004). Coping

strategies and quality of life in women with advanced breast cancer and their family

caregivers. Psychology and Health, 19, 139–155.

Lazarus, R.S. (1991). Emotion and adaptation. New York: Oxford University Press. Lazarus, R.S. & Lazarus, B.N. (1994). Passion and reason: Making sense of our emotions.

New York: Oxford University Press.

Lazarus, R.S. (2006). Emotions and interpersonal relationships: Toward a person-centered

conceptualization of emotions and coping. Journal of Personality, 74, 9–46.

*Low, C.A., Stanton, A.L., Thompson, N., Kwan, L., & Ganz, P.A. (2006). Contextual life

stress and coping strategies as predictors of adjustment to breast cancer survivorship.

(17)

Matthews, G. (2007). Distress. Dalam Encyclopedia of Stress (Vol. 1, pp. 838-843). Elsevier. Montgomery, M., & McCrone, S.H. (2010). Psycological distress associated with the

diagnostic phase for suspected breast cancer : Systemic review. Journal of Advanced Nursing, 66, 2372-2390.

*Pakenham, K.I. (2006). Investigation of the copingantecedents to positive outcomes and

distress in multiple sclerosis (MS). Psychology and Health, 21, 633- 649.

*Rogers, M.E., Hansen, N.B., Levy, B.R., Tate, D.C., & Sikkema, K.J. (2005). Optimism and

copingwith loss in bereaved HIV-infected men and women. Journal of Social and

Clinical Psychology, 24, 341–360.

*Scroevers, M.J., & Teo, I. (2008). The report of posttraumatic growth in Malaysian cancer

patients: Relationships with psychological distress and coping strategies. Psycho-

Oncology, 17, 1239–1246.

Thoits, P.A. (1995). Stress, coping, and social support processes: Where are we? What next?

Journal of Health and Social Behavior (Extra Issue), 53–79.

*Ullman, S.E., Townsend, S.M., Filipas, H.H., & Starzynski, L.L. (2007). Structural models

of the relations of assault severity, social support, avoidance coping, self- blame, and PTSD among sexual assault survivors. Psychology of women Quaterly, 31, 23–37. *Wingenfeld, K., Mensebach, C., Rullkoetter, N., Schlosser, N., Schaffrath, C., Beble, T., &

Driessen, M. (2009). Relationship between copingwith negative life-events and

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Studi Primer yang Menjadi Sampel

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas (harga telur bermerek,

Pada Gambar 5 menunjukkan grafik nilai tegangan von Mises yang diambil pada posisi 1 dan 2 yang terletak pada sisi struktur rangka bus yang terkena beban pendulum

Di samping itu, beberapa karya yang dihasilkan program unggulan ini diharapkan menjadi indikator dinamika dan komitmen sivitas akademika terhadap pelaksanaan tridharma

Hasil penelitian ini adalah: (1) produk yang berupa media pembelajaran buku digital interaktif, (2) tingkat kelayakan media pembelajaran buku digital interaktif dari ahli

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sejalan dengan renstra Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian tahun 2011 – 2014, program kerja Direktorat Pengelolaan Air Irigasi yaitu : 1)

Aliran fluida ke atas dengan kecepatan tertentu dan tetap, sehingga untuk butiran dengan ukuran atau densitas tertentu terbawa ke atas, ukuran atau densitas yang lebih besar