• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Saku IKP – Kesetan Pasien. – Akreditasi Rumah Sakit V.2012 Buku Saku IKP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Buku Saku IKP – Kesetan Pasien. – Akreditasi Rumah Sakit V.2012 Buku Saku IKP"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Progam Keselamatan Pasien Rumah Sakit merupakan kegiatan yang cikal bakalnya telah lama ada, yakni dijaman Hippocrates 400 tahun sebelum Masehi, namun gerakan global baru dimulai oleh WHO tahun 2004 dengan di bentuk nya Global Alliance for Patient Safety. Dalam publikasinya tahun 2000 intitute of Medicine, A.S. yang bertopik too err is human, diperkirakan antara 44.000 – 98.000 kematian tiap tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh kesalahan medis, ini membuktikan bahwa problem keselamatan pasien adalah nyata dan tersebar luas.

Non blaming culture (budaya tidak menyalahkan ) merupakan pendekatan baru dalam mencari akar masalah atas insiden/kejadian yang tak diharapkan pada pasien, penghayatan dan pengalaman prinsip seperti ini tidak selalu mudah dilakukan, perlu pendekatan komprehensif dari pimpinan rumah sakit untuk mengadakan perubahan menuju keselamatan pesien di rumah sakit untuk mengadakan perubahan menuju keselamatan pasien di rumah sakit seperti yang diharapkan.

LATAR BELAKANG

Pembentukan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh PERSI dan Pencanangan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit tahun 2005 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia merupakan awal sejarah berdirinya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Budi Rahayu (KKPRS) pada tanggal 31 Agustus 2007.

(2)

TUJUAN UMUM

Untuk dipergunakan sebagai panduan kerja seggenap staf rumah sakit dalam mencapai tujuan, yakni memberikan asuhan pelayanan kesehatan yang lebih aman dan pencegahan cedera melalui progam keselamatan pasien rumh sakit.

TUJUAN KHUSUS

1. Sosialisasi progam KPRS secara aktif pada semua staf rumah sakit. 2. Mempermudah proses penanganan, pencatatan dan pelaporan insiden

keselamatan pasien rumah sakit.

3. Membantu staf/ karyawan rumah sakit supaya lebih mudah memahami cara mencegah Kejadian Tak Diharapkan agar tidak berkembang menjadi litigasi (tuntunan hukum).

RUANG LINGKUP

(3)

PENGERTIAN DAN ISTILAH

TABEL 1: ISTILAH-ISTILAH YANG SERING DI PAKAI DALAM PROGAM KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

No Istilah Definisi / Penjelasan

1 Keselamatan / Safety Bebas / aman dari bahaya atau risiko 2 Hazard / Bahaya Suatu keadaan, perubahan atau tindakan

yang dapat meningkatkan risiko pada pasien a. Keadaan adalah semua faktor yang

berhubungan atau mempengaruhi suatu peristiwa keselamatan pasien b. Agent adalah substansi, obyek atau

sistem yang menyebabkan perubahan 3 Cedera Dampak yang terjadi akibat gangguan stuktur

atau penuruan fungsi tubuh, dapat berupa fisik, psikologis dan sosial.

Yang termasukcedera adalah : penyakit, cedera fisik/ psikologis/ sosial, penderitaan, cacad, dan kematian.

a. Penyakit: disfungsi fisik atau psikis b. Cedera: kerusakan jaringan yang

diakibatkan keadaan

c. Penderitaan: pengalaman atau gejala yang tidak menyenangkan termasuk nyeri, malaise, mual, muntah, depresi, ketakutan

d. Cacad: segala bentuk kerusakan struktur atau fungsi tubuh,

keterbatasan aktifitas dalam pergaulan sosial yang berhubungan dengan

cedera yang terjadi sebelumnya atau saat ini

4 Keselamatan pasien/

Patient safety Penurunan resiko sampai sekecil mungkin sampai batas yang bisa di terima bagi pasien, dari cedera yang tidak seharusnya terjadi atau cedera yang pontensial, terkait dengan pelayanan kesehatan (WHO-ICPS, 2009) 5 Keselamatan Pasien

Rumah Sakit (Hospital Pantient Safety)

(4)

pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

6 Insiden Keselamatan Pasien (IKP) / Patient Safety Incident

Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cedera yang tidak seharusnya terjadi, meliputi:

Diharapkan (KTD) Insiden yang mengakibatkan pasien cedera 8 Kejadin Nyaris Cedera

(KNC) Insiden belom sampai / terpapar ke paisen, pasien tidak cedera 9 Kejadian Tidak Cedera

(KTC) Insiden terpapar ke pasien, tetapib pasien tidak cedera 10 Kejadian Potensial

Cedera (KPC)/ reportable circumstance

Kondisi yang sangat potensial untuk menimbulkan cedera, tapi belum terjadi insiden.

Contoh :

Alat defibrilator standby di ICU tapi tidak berfungsi

11 KTD Tidak Dapat Dicegah

(Unpreventable adverce event)

Suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan yang mutakhir

12 KTD dapat dicegah (Preventable adverse event)

Suatu KTD yang tidak seharusnya terjadi

13 Kejadian Sentinel

(sentinel event) Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat di terima

14 Kesalahan Medis

(Medical error) Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan cedera pada pasien.

Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepenuhnya suatu rencana atau

(5)

mencapai tujuannya.

Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak.

15 Pelapor Kejadian keselamatan pasien rumah sakit (incident report)

Suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden / kejadian yang tidak di sengaja yang dapat mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cidera pada pasien.

Sistem ini juga mendokumentasikan kejadian-kejadian yang tidak konsisten dengan

operasional rutin rumah sakit atau asuhan pasien

16 Analisa akar masalah

(root cause analysis) Suatu proses untuk mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang mempengarugi terhadap terjadinya penyimpangan

kinerja,termasuk KDT 17 Manajemen resiko (risk

management) Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah manajemen resiko dikaitkan kepada aktifitas perlindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyata terhadap kerugian keuangan akibat kecelakan, cedera atau malpraktik medis

18 KKPRS (komite keselmatan Pasien Rumah Sakit)

Koimite yang bertanggung jawab mengelola asuhan pasien yang lebih aman di dalamnya termasuk assesmen risiko,identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden dari insiden dan tindak lanjutnya serta

implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.

19 Litigasi

(litigation,lawsuit) Tuntutan hukum , dalam kegiatan keselamatan pasien litigsi mencerminkan kegagalan komunikasi dengan

pasien/keluarga pasien pada insiden keselamatan pasien

SASARAN

(6)

CARA MENCAPAI SASARAN :

a. Pencatatan dan pelaporan semua insiden keselamatan pasien rumasakit.

b. Meninjau kembali insiden-insiden yang telah terjadi untuk mencari akar masalah kemudian memperbaiki sistem berdsar prioritas.

(7)

STANDAR KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

Standar yang di pakai mengacu pada “Hospital patient safety standards” yang di keluarkan oleh joint commision of Acceditation of health organiszations, llinois , USA , tahun 2002, yang disesuaikan dengan kondisi perumasakitan kita, standar wajib di terapkan di rumah sakit serta dievaluasi sakit yang diselenggarakan oleh komite akreditasi rumah sakit (KARS)

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh stndar, yaitu: 1. Hak pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan eveluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

(8)

TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN

RUMAH SAKIT

Berdasarkan standar keselamatan pasien yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit, perlu di susun rancangan baru atau perbaikan dari pross/sistm yang ada , perancangan tersebut di sesuaikan dengan visi, misi dan kondisi rumah sakit, langkah-langkah dalam proses eprancangan tersebut disebut tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit dengan uraian sebagai berikut :

1. Membangun kesadaran akan pentingnya (nilai) keselamatan pasien

2. Memimpin dan mendukung staf dalam melaksanakan program keselamatan pasien

3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko 4. Mengembangkan sistem pelaporan

5. Melibatkan serta berkomunikasi dengan pasien

6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien 7. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan

pasien

Uraian lebih lanjut tentang langkah-langkah di atas dapat dilihat pada kerangka acuan program KKPRS dan buku panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit Depkes RI edisi-2 tahun2008.

PENANGANAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Insiden keselamatan pasin (IKP), harus di tangani , dicatat dan

dilaporkan dengan segera. Penanganan diutamakan untuk menyelamatkan pasien daari cidera lebih lanjut dan mencegah cedera selanjutnya.

Pihak yang bertanggung jawab menangani insiden adalah seluruh staf rumah sakit sesuai dengan bidang an kemampuannya.

(9)

TATA CARA PELAPORAN DAN PEMBAHASANINSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP):

a. Apabila terjadi suatu insideen baik KTD (Kejadian Tidak Diharapkan), KNC (Kejadian Nyaris Cidera), KTC (Kejadian Tidak Cidera), maupun KPC (Kejadian Potensial Cidera) dirumah sakit, wajib segera di tindak lanjuti untuk mengurangi atau mencegah dampak/ akibat yang tidak

diharapkan.

b. Kejadian tersebut wajib segera dilaporkan dengan cara segera

membuat laporan insiden dengan mengisi Formulir Laporan tersebut dengan ketentuan paling lambat 2 X 24 Jam dan jangan menunda laporan.

c. Laporan yang telah selesai dibuat, di serahkan pada atasan langsung untuk di sepakati.

d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading resiko terhadap insiden yang di laporkan.

e. Hasil grading kan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan sebagai berikut :

f. Grade Biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 1 minggu.

Grade Hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu.

Grade Kuning : Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah/ RCA oleh Tim ad hoc KKPRS, waktu maksimal 45 hari. Grade Merah : Investigasi Komprehensif/ Analisis akar masalah/ RCA oleh Tim ad hoc KKPRS, waktu maksimal 45 hari. g. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil

investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke KKPRS.

h. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu di lakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading. i. Bila dari hasil investigasi ternyata grading matriks nya kuning atau

merah, maka KKPRS akan melakukan analisis akar masalah Root Cause Analysis (RCA)

(10)

l. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada unik kerja terkait.

m. Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian disatuan kerjanya masing-masing

(11)
(12)

ANALISIS MATRIKS GRADING RESIKO

Penilaian matriks resiko adalah suatu metode analisa kualitatif untuk menentukan derajad resiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.

a. Dampak (consequences)

Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang di alami pasien mulai dari tidak ada cidera sampai meninggal. b. Probabilitas/Frekwensi/Likelihood

Penilaian tingkat probabilitas/frekwensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut terjadi.

Tabel 2 : PENILAIAN DAMPAK KLINIS/KONSEKWENSI/SEVERITY Tingkat

Resiko Deskripsi Dampak

1 Tidak signifikan  Tidak ada cidera

2 Minor  Cidera ringan, misal : luka lecet

 Dapat diatasi dengan tolongaan pertama 3 Moderat  Cidera sedang, misal : luka robek

 Berkurangnya fungsi

motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan penyakit.  Setiap kasus yang memperpanjang

perawatan.

4 Mayor  Cidera luka/berat, misal : cacad, lumpuh  Berkurangnya fungsi

motorik/sensorik/psikologis atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan penyakit. 5 Katastropik  Kematian yang tidak berhubungan

dengan perjalanan penyakit.

Tabel 3 : PENILAIAN PROBABILITAS/FREKWENSI

Tingkat

Resiko Deskripsi

1 Sangat Jarang/Rare (> 5 thn/kali) 2 Jarang/Unlikely (> 2 – 5 thn/kali) 3 Mungkin/Posible (1 – 2 thn/kali) 4 Sering/Likely (beberapa kali/thn)

(13)

SKOR RESIKO

Setelah nilai dampak dan probabilitas diketahui, di masukkan dalam Tabel Matriks Gradik Resiko untuk menghitung skor resiko dan mencari warna Bands resiko.

Cara menghitung skor risiko :

Untuk menentukan skor risiko di gunakan matriks grading risiko (Tabel.4) : 1. Tetapkan Frekwensi pada kolom kiri.

2. Tetapkan Dampak pada baris kearah kanan.

3. Tetapkan warna bandsnya, berdasarkan pertemuan antara frekwesi dan dampak.

BANDS RISIKO

Bands risiko adalah derajad risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : biru, hijau, kuning, merah. Warna bands akan menentukan ivestigasi yang akan dilakukan (Tabel 4).

Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana

Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif/RCA

SKOR RESIKO = Dampak

X Probability

WARNA BANDS: HASIL PERTEMUAN

ANTARA NILAI DAMPAK YANG DI

URUT KE BAWAH DAN NILAI

PROBABILITASYANG DI URUT KE

(14)

Tabel 4: MATRIKS GRADING RISIKO

(15)

Level/ Bands Tindakan

Ekstrem (Sangat tinggi) Risiko ekstrim, dilakukan RCA paling lama 45 hari membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur

High (tinggi) Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari kaji dengan detail & perlu tindakan segera serta

membutuhkan perhatian Top Managemen

Moderate (sedang) Risiko sedang, dilakukan investigasi sederhana palinglama 2 minggu. Manager/ Pimpinan Klinis sebaiknya menilai dampak terhadap biaya dan kelola risiko

(16)

KOMUNIKASI DENGAN PASIEN/ KELUARGA BILA TERJADI INSIDEN Pihak yang paling berwenang memberitahu tentang terjadinya insiden adalah Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) sebagaimana diatur dalam kebijakan pimpinan rumah sakit.

BILA INSIDEN YANG TERJADI BERSIFAT SENTINEL/ KATASTROFIK/ FATAL

Sambil melakukan pertolongan kepada pasien, perawat paling senior di unit dimana insiden terjadi menerangkan tentang keadaan pasien dan

pertolongan pertama yang di lakukan, kemudian menghubungi DPJP untuk melaporkan insiden yang terjadi serta saran terapi sementara (darurat), DPJP diminta menerangkan secara langsung kepada pasien/keluarga pasien

tentang apa yang terjadi, baik secara tatap muka atau bila tidak memungkinkan sementara bisa lewat telepon.

Apabila terjadi kepanikan pada pasien/keluarga pasien, maka perawat di bantu staf rmah sakit yang lain menenangkan keluarga yang panik, dan melakukan usaha pencegahan agar insiden keselamatan pasien yang terjadi tidak berkembangmenjadi masalah medikolegal/litigasi.

Apabila keluarga pasien masih menghendaki litigasi (tuntutan hukum), staf rumah sakit (perawat senior/kepala ruangan/dokter) melaporkan ke manager on duty (MOD) atau manajer rawat inap untuk selanjutnya

diteruskan dke direksi rumah sakit secara langsung atau melalui costumer care dan manajer hospital relation.

BILA INSIDEN BERSIFAT KDT CEDERA RINGAN/KNC/KTC/KPC

Pihak yang mengetahui melaporkan ke perawat di unit setempat, perawat yang pertama mengetahui insiden kemudian meneruskan ke DPJP dan kepala ruangan/unit. Penjelasan insiden yang tidak bersifat sentinel kepada pasien/keluarga pasien hanya diberikan oleh DPJP secara langsung. DPJP menjelaskan insiden dengan cara berkomunikasi yang baik, serta

(17)

CARA MENCEGAH IKP/ KTD AGAR TIDAK MENJADI MASALAH MEDIKO LEGAL/ LITIGASI

DOKTER:

1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan/ DPJP selalu menjelaskan dan menuliskan rencana pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dan atau keluarganya di berkas rekam medis yang tersedia (RM-1h) 2. Dalam menjelaskan rencana pelayanan selalu diungkapkan

kemungkinan terjadinya Kejadian Tak Diharapkan (KTD), baik yang dapat di cegah (medical error), maupun yang tidak dapat di cegah (mis. Efek samping obat, ketidakberhasilan pengobatan, dll.)

3. Dokter tidak menjanjikan hasil pelayanan yang terlalu optimistik diluar literatur atau pengetahuan berbasis bukti (evidence-based)

4. Memberi keleluasaan kepada pasien untuk ikut menentukan pelayanan yang di berikan sesuai dengan pengetahuan dan

kemampuan finansial pasien, hal ini dilakukan saat DPJP mendidik pasien/ keluarga pasien tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pesien, dan dituliskan dalam berkas rekam medis yang ada (RM-1i)

5. Bila pasien dirawat lebih dari satu dokter, diusahakan pelayanan bersifat tim, tidak sendiri-sendiri dan penjelasan masing-masing berprofesi ditulis dilembar rencana pelayanan agar dapat di mengerti oleh DPJP utama (dokter primer menurut istilah lama).

6. Bila telah terjadi IKP/ KTD, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dapat memilih beberapa opsi dalam berkomunikasi dengan pasien atau keluarganya antara lain:

a. Full disclosure (menerangkan apa adanya)

b. Partial disclosure (menerangkan dengan cara di perhalus) c. No disclosure (menyamarkan causa prima dari KTD)

(18)

PERAWATAN / BIDAN:

1. Setiap rencana perawatan di jelaskan kepada pasien dan keluarganya, dan dituliskan di lembar perawatan yang ada 2. Setiap tindakan perawatan (suntik, ambil darah dll), didahului

komunikasi dengan dengan pasien sesuaidengan standar prosedur operasional yang ada

3. Apabila terjadi insiden, petugas yang pertama mengetahui harus bersikap tenang dan tidak memprovoksi kepanikan pasien/ keluarganya, serta tidak mengeluarkan komentar yang tidak perlu.

4. Apabila pasien/ keluarganya telah diduga sebelumnya akan banyak tuntutan dan komplain, semua rencana perawatan harus dimintakan persetujuan tertulis dari pihak pasien, termasuk bila pasien/ keluarga menolak rencana pelayanan yang diberikan. 5. Selalu mengingatkan DPJP agar mendidik pasien tentang

kewajibannya terhadap rumah sakit, dan mengisi form tentang hal itu (RM-1i)

6. Bila telah terjadi IKP/KTD, perawat diharapkan mengikuti metoda pilihan DPJP dalam berkomunikasi dengan pasien/ keluarga

pasien (full disclosure, partial disclosure, atau no disclosure) PEMBANTU KEPERAWATAN DAN STAF/ KARYAWAN LAIN:

1. Pembantu keperawatan (dulu disebut POS atau PP) dan staf non keperawatan lain dapat berperan serta mencegah berkembangnya IKP/ KTD menjadi ligitasi (tuntutan hukum) dengan selalu bersikap santun, berempati dan membantu meneruskan informasi/ keluhan dari pasien maupun keluarganya ke perawat atau dokter.

(19)

PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan di rumah sakit maka kegiatan pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien rumah sakit sangatlah penting. Melalui kegiatan ini terjadi

penekanan/ penurunan insiden sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit.

(20)

FORM LAPORAN

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)

IDENTITAS PASIEN

Nama* 

Usia*  th  bln  hri (kolom bln & hri untuk bayi)

Jenis kelamin*  laki-laki  perempuan

Alamat* 



Nomor regestrasi/ No RM 

 nomor register  nomor rekam medis  rawat inap  poli klinik  UGD 

lain-lain

KEJADIAN

Hari/ tanggal kejadian* Hari Tgl  Bln  Thn  Jam kejadian* .

Lokasi kejadian 

Jenis kejadian  Kejadian Tidak Cedera  Kejadian Potensial Cedera

 Kejadian Nyaris Cedera  Kejadian Tidak Diharapkan

Kronologi kejadian*

RAHASIA

Tidak boleh diperbanyak Terdiri dar dua halaman

Paling lambat dibuat dalam 2X 24 jam setelah kejadian

(21)

FORM LAPORAN

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)

Orang yang pertama mengetahui kejadian*  Karyawan RSK

 Pihak RSK non karyawan (Cleaning Service, Suster SSpS non karyawan, Konsultan RSK)

 Pasien

 Pengunjung (bukan orang tua, anak, atau saudara kandung pasien)  Keluarga pasien

 Suster jaga/ penuggu pasien (bukan orang tua, anak, atau saudara kandung pasien)

 Dokter yang menangani (dokter yang merawat/ dokter jaga)

Akibat kejadian yang sudah diketahuisaat dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien* (boleh lebih dari satu)

 Kematian  Cedera

 Perpanjangan perawatan  Keluhan pasien atau keluarga  Biaya tambahan

 Tidak ada akibat

TINDAKAN SETELAH KEJADIAN (boleh dilanjutkan dihalaman tambahan) No

. Waktu Tindakan* Pelaksanaan* Hasil

Apakah laporan lisan 1 X 24 jam ke pengurus KKP sudah dilakukan? Ya/ Tidak

(22)

Tanggal Laporan diserahkan* Tanggal Laporan Diterima*

Nama Pembuat Laporan* NIK Nama Penerima Laporan*

Tanda Tangan Pembuat Laporan* Tanda Tangan Penerima Laporan

Diisi oleh KKP:

No.

(23)

FORM PEMBAHASAN

bermakna Tidak ada cederaKerugian keuntungan kecil

2 Minor Dapat diatasi dengan pertolongan pertama

Kerugian keuangan sedang 3 Moderate Berkurangnya fungsi motorik/

sensorik/ psikologis/ intelektualpermanen, tak berhubungan dengan penyakit Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 Major Ceders luas

Kehilangan fungsi utama permanen (motorik/ sensorik/ psikologis/

intelektual), tak berhubungan dengan penyakit

Kerugian keungan besar 5 Catastrop

(24)

7. Probabilitas/ Frekuensi

8. Risk grading  Biru  Hijau  Kuning  Merah

9. Follow up  Investigasi sederhana  Analisis Akar Masalah

10. Rekomendasi

11. Jika investigasi sederhana,

penanggung jawab adalah Nama penanggung jawab

Unit NIK 12. Jika analisis akar masalah, panitia ad hoc adalah

1 Sangat jarang

terjadi Dapat terjadi sekali dalam lebih dari 5 tahun 2 Jarang terjadi Dapat terjadi sekali dalam 2-5

tahun

3 Mungkin terjadi Dapat terjadi sekali dalam 1-2 tahun

4 Sering terjadi Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5 Sangat sering

terjadi Terjadi tiap minggu/ bulan

N

(25)

Tanggal pembahasan Tanggal persetujuan

Notulis Ketua Tim Pembahas Ketua Komite Keselamatan Pasien

No arsip pembahasan

Pengarsip NIK

Gambar

Tabel 3 : PENILAIAN PROBABILITAS/FREKWENSI
Tabel 5: TINDAKAN SESUAI TINGKAT DAN BANDS RISIKO2

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Kualitas Pelayanan Patient Relations RS Pondok Indah dalam menangani keluhan komunikasi antara pasien dan dokter dengan sikap pasien termasuk

Definisi operasional : Terjadinya Insiden kesalahan persiapan operasi oleh petugas rumah sakit terhadap program dokter kepada pasien, sehingga dapat menunda

Presentasi terjadinya kejadian yang mengancam keselamatan pasien seharusnya sebesar 0%. Berdasarkan penjelasan sebelumnya tingginya prevalensi insiden keselamatan

Definisi Operasional Penanggung jawab ruang rawat inap adalah dokter yang mengkoordinasikan kegiatan pelayanan rawat inap sesuai kebutuhan pasien Frekuensi.

Numerator Jumlah pasien dalam satu bulan yang mempunyai dokter sebagai penanggung jawab Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam satu bulan Sumber data Rekam

Definisi operasional : Terjadinya Insiden kesalahan persiapan operasi oleh petugas rumah sakit terhadap program dokter kepada pasien, sehingga dapat menunda

iii LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : GAMBARAN BUDAYA PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN IKP DI RUANG RAWAT INAP RUMAH

iv LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : GAMBARAN BUDAYA PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN IKP DI RUANG RAWAT INAP RUMAH