TANGGAPAN SISWA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN SMKN 1 MAGELANG TERHADAP KOMPETENSI MENGAJAR
MAHASISWA PPL UNY
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : AdityaPutra NIM. 10505244027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK
TANGGAPAN SISWA SMK N 1 MAGELANG PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN TERHADAP KOMPETENSI MENGAJAR MAHASISWA PPL UNY
Oleh:
Aditya Putra NIM. 10505244027
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tanggapan siswa terhadap kompetensi mengajar mahasiswa yang meliputi: membuka dan menutup pelajaran, memberikan petunjuk cara belajar, mengelola kelas, memiliki pengetahuan dalam penguasaan materi ajar, penyampaian materi, dan pendemonstrasian materi pelajaran; (2) mengetahui tanggapan siswa masing-masing paket keahlian teknik bangunan terhadap kompetensi mengajar yang meliputi: kegiatan pembukaan, inti , penutup pada pembelajaran dan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan populasi, dengan responden 90 siswa kelas XI SMK N 1 Magelang. Variabel penelitian ini adalah persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar mahasiswa PPL. Teknik pengumpulan data yang menggunakan kuesioner. Uji validitas instrumen penelitian berdasarkan validasi logis dan validasi empiris. Uji reliabilitas menggunakan teknik
Cronbach’s Alpha. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian dari pemberian skor instrumen 1 sampai dengan 4 menunjukkan: (1) tanggapan siswa program keahlian teknik bangunan terhadap kompetensi mengajar berada dalam kategori cukup baik dengan komulatif angka sebesar 2,98, yang menunjukkan kompetensi mengajar mahasiswa PPL cukup baik dalam menyampaikan pelajaran; (2) tanggapan siswa paket keahlian teknik gambar bangunan terhadap kompetensi mengajar berada dalam kategori baik dengan komulatif angka sebesar 3,07; tanggapan siswa paket keahlian teknik konstruksi kayu terhadap kompetensi mengajar berada dalam kategori cukup baik dengan komulatif angka sebesar 2,88; tanggapan siswa paket keahlian teknik konstruksi batu beton terhadap kompetensi mengajar berada dalam kategori cukup baik dengan komulatif angka 2,97; menunjukkan tanggapan siswa masing-masing paket keahlian teknik bangunan baik.
MOTTO
Tetaplah berdoa (1 Tesalonika 5:17)
Jika Anda tak mampu menjadi yang terbaik, jadilah yang berbeda (Mario Teguh)
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras dan mau belajar dari kegagalan
(Mario Teguh)
Jangan berhenti berupaya keteika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan
(Atrina Chua Sabdastantri)
Tuhan memuliakan mereka yang mau bekerja keras. Dan modal utama untuk keberhasilan adalah kerja keras yang diiringi doa
(Atrina Chua Sabdastantri)
Pertolongan Tuhan mungkin tidak dating terlalu cepat, tidak juga terlambat. Pertolongan Tuhan selalu dating disaat yang tepat
(Atrina Chua Sabdastantri)
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat
(Winston Chuchill)
Tak diinginkan, tak dicintai, tidak diperhatikan, dilupakan orang, itu merupakan derita kelaparan yang hebat, kemiskinan yang lebih besar daripada orang yang tak bisa makan. Kita harus saling merasakan hal itu.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Tuhan dengan menjalani semua proses dan prosedur Tugas Akhir Skripsi, berusaha dan berjuang dengan segala kekurangan dan keterbatasan diri saya, termotivasi dengan semua doa dan dukungan dari orang-orang terdekat. Tugas Akhir Skripsi ini telah saya selesaikan dan persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus
2. Ayah (Ruddy Haryono) dan Ibu (Natalia Atika) yang selalu memberikan segalanya.
3. Bapak Suparman, Bapak Agus Santoso, dan Bapak Sunar Rochmadi yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan berkat-Nya, sehingga Tugas Akhir Skripsi dengan judul “Tanggapan Siswa Program Keahlian Teknik Bangunan SMK N 1 Magelang terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL UNY” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan studi jenjang program S1 di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta.
Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan berbagai pihak. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Suparman, M.Pd. selaku dosen Pembimbing, yang telah banyak memberi semangat, dorongan, bimbingan dan pengetahuan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Bapak Drs. Agus Santoso, M.Pd. dan Bapak Ir. Sunar Rochmadi, M.E.S. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan dan selaku dosen validator instrumen penelitian Tugas Akhir Skripsi dan yang telah memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian Tugas Akhir Skripsi dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Bapak Dr. Amat Jaedun, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan berserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.
4. Bapak Dr. Moch. Bruri Triyono, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan pengesahan Tugas Akhir Skripsi ini.
6. Para guru kelas XI Mata Pelajaran Program Produktif dan staf di SMK Negeri 1 Magelang yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
7. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, November 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL... I
ABSTRAK... II
HALAMAN PENGESAHAN... III
LEMBAR PERSETUJUAN... IV
SURAT PERNYATAAN ... V
MOTTO ... VI
HALAMAN PERSEMBAHAN ... VII
KATA PENGANTAR ... VIII
DAFTAR ISI... X
DAFTAR TABEL... XII
DAFTAR GAMBAR... XV
DAFTAR LAMPIRAN………. XVIII
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 4
C. Batasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 7
A. Deskripsi Teori ... 7
1. Kompetensi Guru... 7
a. Kompetensi Pedagogik ... 8
b. Kompetensi Profesional ... 16
c. Kompetensi Kepribadian ... 20
d. Kompetensi Sosial... 21
2. Tanggapan dan Persepsi... 22
a. Pengertian Tanggapan... 22
b. Macam-macam Tanggapan... 25
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tanggapan... 25
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 27
3. Tinjauan mengenai Mahasiswa PPL ... 29
B. Penelitian yang Relevan... 30
C. Kerangka Berfikir... 34
D. Pertanyaan Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 36
E. Instrumen Penelitian ... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ... 40
G. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 42
1. Uji Validitas Instrumen... 42
2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 45
H. Teknik Analisis Data... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 48
A. Deskripsi Data... 48
B. Deskripsi Kategori ... 69
C. Analisis Butir Pernyataan pada Kuesioner... 89
D. Pembahasan Hasil Penelitian... 91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Implikasi ... 104
C. Keterbatasan Penelitian ... 104
D. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA... 107
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Daftar jumlah siswa kelas XI program keahlian bangunan ... 37
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen untuk Kuesioner Tertutup... 39
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen untuk Kuesioner Terbuka ... 40
Tabel 4. Pemberian Skor pada Skala Likert ... 42
Tabel 5. Hasil Uji Validitas per Butir Pernyataan pada Kuesioner ... 44
Tabel 6. Data Pengelompokan Kecenderungan Skor Rata-rata... 47
Tabel 7. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Program Keahlian Teknik Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL………..………. 50
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Program Keahlian Teknik Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL……….……….. 50
Tabel 9. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL……….. 52
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL……….. 52
Tabel 11. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL……….. 54
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL………. 54
Tabel 13. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL………..……….. 56
Halaman
Tabel 15. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……….. 58
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……….. 58
Tabel 17. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa
PPL……….. 60
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Pedaagogik
Mahasiswa PPL……….. 60
Tabel 19. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……….. 62
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……….. 62
Tabel 21. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……….. 64
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……….. 64
Tabel 23. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……….. 66
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……….. 66
Tabel 25. Hasil Analisis Data Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……….. 68
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Profesional
Halaman
Tabel 27. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Program Keahlian Teknik Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL… 70
Tabel 28. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar
Mahasiswa PPL……….. 72
Tabel 29. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa
PPL……….……….. 74
Tabel 30. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Mengajar
Mahasiswa PPL……….……….. 76
Tabel 31. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……….……….. 78
Tabel 32. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa
PPL……….………...……….. 80
Tabel 33. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL………...……….. 82
Tabel 34. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL………...……… 84
Tabel 35. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL…………...……….. 86
Tabel 36. Tabel Klasifikasi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Profesional
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Program
Keahlian Teknik Bangunan terhadap Kompetensi
Mengajar Mahasiswa PPL……… 51
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi
Mengajar Mahasiswa PPL……… 53
Gambar 3. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi
Mengajar Mahasiswa PPL……… 55
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa PPL……… 57 Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket
Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi
Pedagogik Mahasiswa PPL……… 59
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi
Pedagogik Mahasiswa PPL……… 61
Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa PPL……… 63 Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket
Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Profesional Mahasiswa PPL………..……… 65 Gambar 9. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket
Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Profesional Mahasiswa PPL………..………… 67 Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Tanggapan Siswa Paket
Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Profesional Mahasiswa PPL………..… 69 Gambar 11. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik
Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar Mahasiswa
Halaman Gambar 12. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik
Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Mengajar
Mahasiswa PPL……… 73
Gambar 13. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Mengajar
Mahasiswa PPL……… 75
Gambar 14. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Mengajar
Mahasiswa PPL……… 77
Gambar 15. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……… 79
Gambar 16. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……… 81
Gambar 17. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Pedagogik
Mahasiswa PPL……… 83
Gambar 18. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Gambar Bangunan terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……… 85
Gambar 19. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Kayu terhadap Kompetensi Profesional
Mahasiswa PPL……… 87
Gambar 20. Pie Chart Tanggapan Siswa Paket Keahlian Teknik Konstruksi Batu Beton terhadap Kompetensi Profesional
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-kisi instrumen penelitian
Instrumen Penelitian
Lampiran 2
Surat Pernyataan Validasi
Hasil Validasi Instrumen
Validasi Instrumen dengan SPSS 17.0
Realibilitas Instrumen dengan SPSS 17.0
Lampiran 3
Tabulasi Data
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Dwi
Siswoyo, 2008:19).
Berdasarkan Undang-undang tersebut, pendidikan harus diselenggarakan
dengan sadar dan proses pembelajarannya direncanakan sehingga segala
sesuatu yang akan dilakukan oleh guru dan siswa merupakan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Undang-undang.
Peran guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu
mutu pendidikan.
Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai apabila guru memiliki
kompetensi sesuai dengan bidangnya dan jumlah yang cukup. Proses menuju
guru profesional ini perlu didukung oleh semua unsur yang terkait dengan guru.
Unsur-unsur tersebut dapat dipadukan untuk menghasilkan suatu sistem yang
dapat bekerja menuju pembentukan guru-guru yang profesional dalam kualitas
maupun kuantitas yang mencukupi.
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) diharapkan dapat membentuk
lulusan yang nantinya menjadi guru yang profesional. Salah satu upaya UNY
mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon guru atau tenaga
kependidikan.
Calon pendidik harus berusaha aktif agar mencapai kompetensi guru
yaitu profesional, pedagogis, sosial dan kepribadian agar sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang semakin berkembang. Calon pendidik tidak semata-mata
berlatih sebagai pengajar, tetapi juga melakukan transfer nilai-nilai sekaligus
sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan, motivasi dan menuntun
siswa dalam belajar.
Calon guru merupakan panutan yang perlu dicontoh dimata siswa dan
merupakan suritauladan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan belajar
mengajar, calon guru diharapkan memiliki kepribadian yang menyenangkan.
Selain dalam proses belajar mengajar, calon guru juga diharapkan berlatih
berkomunikasi tidak hanya dengan para peserta didik dan guru pembimbingnya,
tetapi juga dengan tenaga kependidikan lainnya, orang tua dan masyarakat
sekitar.
Namun kenyataannya, masih banyak calon guru yang belum menerapkan
hal tersebut dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam melakukan pendekatan
dengan siswa, calon guru harus memperhatikan bagaimana berkomunikasi dan
berinteraksi dengan siswa agar calon guru dapat diteladani oleh siswa.
Untuk itu, mahasiswa yang melaksanakan program Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) dituntut untuk dapat menguasai kompetensi guru, sehingga
dapat menjalankan tugas yang diberikan dengan baik. Salah satu kondisi yang
mendukung keberhasilan pelaksanaan PPL adalah kemampuan mengajar
meningkatkan pengetahuan dan pengalaman kompetensi melalui latihan-latihan
micro teaching sehingga dapat menunjang keberhasilan PPL.
SMK Negeri 1 Magelang merupakan salah satu SMK favorit di kota
Magelang yang beralamatkan di Jalan cawang No. 2 Magelang. Terletak di
sebelah barat daya Gunung Tidar, tidak jauh dari Akademi Militer.SMK Negeri 1
Magelang mempunyai 5 program studi keahlian, yaitu Teknik Bangunan, Teknik
Elektronika, Teknik Listrik, Teknik Mesin, dan Teknik Otomotif. SMK Negeri 1
Magelang yang dikenal disiplin dalam proses belajar membuat siswa terpacu
dalam meningkatkan berbagai prestasi, terbukti dengan penyelenggara dan
beberapa kali menjuarai Lomba Ketrampilan Siswa tingkat provinsi.
Lingkungan sekolah yang letaknya dilereng Gunung Tidar berhawa sejuk,
tenang dan nyaman, sarana dan prasarana sekolah memadai berperan penting
dalam proses belajar siswa yang kondusif. Ditambah lagi, SMK Negeri 1
Magelang mempunyai luas yang cukup (48,770 m2) dengan memiliki laboratorium kimia, fisika, bahasa, beberapa lapangan untuk berolahraga, ruang
guru, ruang kelas yang mencukupi, ruang penunjang, dan bengkel
masing-masing jurusan untuk pembelajaran praktik memungkinkan proses pengajaran
dapat menambah minat siswa belajar.
Kondisi guru, tenaga kependidikan, dan lingkungan yang baik seharusnya
menghasilkan pembelajaran di SMK Negeri 1 Magelang sangat baik termasuk
pembelajaran calon guru yang PPL. Akan tetapi mahasiswa PPL di SMK Negeri
1 Magelang masih belum menerapkan metode-metode mengajar yang variatif,
mahasiswa PPL masih kurang dalam memberikan motivasi, dan masukan yang
membangun kepada siswa sehingga siswa sering ribut di kelas apabila
belum dapat menerapkan kompetensi mengajar dengan menguasai kelas
sehingga siswa kurang respek dengan mahasiswa PPL.
Mahasiswa PPL masih belajar untuk menjadi calon guru dan tenaga
kependidikan yang profesional. Terkadang beberapa siswa lebih menyenangi
mahasiswa PPL daripada guru mata pelajarannya yang asli karena terkadang
lebih enak diajak bicara, lebih murah nilai, jarang ada mahasiswa PPL yang killer
dan dapat mengusir kebosanan dari siswa.
Berdasarkan persoalan-persoalan tersebut maka timbul permasalahan
yang perlu dikaji yang berhubungan dengan mahasiswa PPL berkompeten dalam
mengajar pada sekolah tersebut.
B. Identifikasi Masalah
1. Tanggapan siswa terhadap calon guru dalam menerapkan metode-metode
mengajar yang variatif di dalam kelas.
2. Tanggapan siswa terhadap calon guru dalam berkomunikasi dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan lainnya, orang tua dan
masyarakat sekitar.
3. Tanggapan siswa terhadap mahasiswa PPL tentang kompetensi mengajar di
dalam kelas.
4. Tanggapan siswa terhadap mahasiswa PPL tentang kompetensi dalam
penguasaan materi di dalam kelas.
C. Batasan Masalah
Memperhatikan identifikasi diatas, permasalahan yang diteliti
karena mahasiswa PPL tidak dapat menerapkan keterampilan-keterampilan
dalam proses belajar mengajar di SMK Negeri 1 Magelang.
D. Rumusan Masalah
Bagaimana tanggapan siswa SMK Negeri 1 Magelang tehadap
mahasiswa PPL dalam kompetensi mengajar yang profesional dan kompetensi
pedagogik?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengetahui minat siswa dalam memahami mata pelajaran dengan berbagai
metode mengajar di SMK Negeri 1 Magelang.
2. Mengetahui peran mahasiswa PPL dalam menerapkan
keterampilan-keterampilan pada proses belajar mengajar di SMK Negeri 1 Magelang.
3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap kompetensi mengajar mahasiswa
PPL di SMK Negeri 1 Magelang.
F. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan guna
meningkatkan minat belajar siswa dalam mencapai target belajar siswa yang
diinginkan.
b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi sarana belajar untuk menjadi
seorang pendidik agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan
meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guna penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan tanggapan siswa terhadap kompetensi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Guru
Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris, competence, yang berarti
“kecakapan, kemampuan, wewenang”. Sedangkan dalam bahasa Indonesia,
kompetensi diartikan kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu). Kompeten artinya orang yang cakap (mengetahui), berwenang,
berkuasa (memutuskan, menentukan dan memutuskan) sesuatu.
Menurut Undang-undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1
ayat 10 menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan, sedangkan menurut Finch dan Crunkilton
dalam Mulyana tahun 2004:38 menjelaskan yang dimaksud dengan kompetensi
adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa
kompetensi mencakup tugas, keterampilan sikap dan apresiasi yang harus
dimiliki peserta didik untuk dapat menjalankan tugas-tugas pembelajaran sesuai
dengan jenis pekerjaan tertentu.
Guru tidak hanya terdidik dan terlatih, tetapi juga harus menguasai
berbagai strategi atau teknik mengajar di dalam kegiatan belajar mengajar. Guru
diharapkan memiliki kemampuan dan keahlian khusus serta pengalaman di
bidangnya. Guru mempunyai kewajiban untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
Seorang guru dapat dikatakan memiliki kompetensi apabila memiliki lima
kriteria kompetensi, yaitu (1) Cognitive objective, yang mengkhususkan
kemampuan memiliki pengetahuan dan kemampuan intelektual, seperti
pengetahuan tentang psikologi, (2) Performance objectiveyang menuntut siswa
mampu menunjukkan beberapa kegiatan, mampu berbuat sesuatu, mampu
memecahkan soal, (3) Consequence objective, ditekankan dengan istilah hasil
kegiataan belajar. Guru tidak hanya harus tahu tentang mengajar tetapi juga
dapat mengajar dan menghasilkan perubahan tingkah laku pada siswa, (4)
Affective objective, biasanya dihubungkan dengan kemunduran sosial yang
terjadi pada pribadi anak, seperti sikap yang kongkrit, nilai-nilai, kepercayaan,
persahabatan, membentuk sikap, dan (5) Exploratory objective, khususnya
kegiatan yang menimbulkan belajar menjadi bermakna, hal mana menuntut
siswa untuk mengalami kegiatan yang spesifik, memiliki strategi belajar.
Menurut Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 10 ayat 1 menjelaskan kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
a. Kompetensi Pedagogik
Secara etimologis, kata pedagogi berasal dari kata bahasa Yunani,
paedos danagogos(paedos = anak dan agoge= mengantar dan membimbing).
Karena itu pedagogi berarti membimbing anak. Jadi pedagogi berarti segala
usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi
manusia dewasa dan matang. Maka kompetensi pedagogis nampaknya
ini melekat dalam martabat manusia sebagai pendidik, khususnya pendidik asli
yakni orang tua.
Ketika peran pendidik dari orang tua digantikan dengan peran guru di
sekolah maka tuntutan kemampuan pedagogis ini juga beralih kepada guru.
Karena itu guru tidak hanya sebagai pengajar yang mentransfer ilmu,
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa tetapi juga merupakan pendidik
dan pembimbing yang membantu siswa untuk mengembangkan segala
potensinya terutama terkait dengan potensi akademis maupun non akademis.
Melalui peran ini, para guru secara spesifik harus menjadi orang yang dapat
membuat siswa bisa belajar. Dengan demikian kompetensi pedagogis terkait erat
dengan kemampuan metodik yang harus dimiliki guru sehingga dia dapat
berperan sebagai pendidik dan pembimbing yang baik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru telah menggaris bawahi 10 kompetensi
pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti itu adalah :
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.
Dalam proses pembelajaran, kemampuan yang dinilai adalah bagaimana
guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta
didik untuk membantu proses pembelajaran. Siswa atau peserta didik yang
dilayani oleh guru adalah individu-individu yang unik. Mereka bukanlah
sekelompok manusia yang dapat dengan mudah diatur, didikte, diarahkan atau
diperintah menurut kemauan guru. Mereka adalah subjek yang memiliki latar
belakang, karakteristik, keunikan, kemampuan yang berbeda-beda. Karena itu
perkembangannya dan faktor-faktor yang memengaruhinya merupakan syarat
mutlak bagi guru agar guru dapat berhasil dalam pembelajarannya.
Karakteristik pertama adalah karakteristik kognitif.Ini terkait dengan
kemampuan intelektual siswa dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Ciri
kemampuan intelektual pada tahap operasi konkret adalah kemampuannya
untuk memahami sesuatu melalui instrumen-instrumen benda-benda konkret.
Karena kemampuan berpikir mereka masih terbatas pada representasi konkret
maka anak-anak pada usia 7-11 tahun harus membutuhkan banyak bantuan
berupa media atau alat peraga untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak.
Sementara bagi remaja pada usia 11-15 tahun tugas guru adalah
mengembangkan kreativitas berpikir dan mencipta melalui metode-metode
seperti penemuan, pemecahan masalah karena kemampuan berpikir abstrak
pada usia remaja sudah berkembang.
Sementara itu karakteristik afektif berkaitan dengan aspek-aspek seperti
minat, motivasi, konsep diri, dan sikap (terhadap sekolah, mata pelajaran, guru
dan teman sebaya) juga ikut berpengaruh sebagai prakondisi terciptanya proses
pembelajaran yang efektif. Guru perlu memahami karakteristik siswa semacam
ini agar bisa merancang dan menciptakan pembelajaran yang menggugah siswa.
Karakteristik siswa yang lain yang juga ikut berpengaruh terhadap proses
pembelajaran adalah karakteristik psikososial. Pada fase ini proses
pembentukan konsep diri sangat menonjol. Ada rasa kemampuan diri di satu
pihak tetapi di lain pihak terjadi kegagalan maka ada perasaan rendah diri yang
menyebabkan hambatan bagi siswa untuk maju.
Teori harus selalu diperbaharui oleh seorang guru. Semakin siswa
disibukkan dengan tugas-tugas dari gurunya, maka selayaknya seorang guru
harus semakin sibuk mendengarkan keluhan dari siswa ketika menyikapi
setumpuk tugasnya, sehingga guru akan membuahkan strategi-strategi baru
dalam pengajarannya untuk berusaha membantu memudahkan atau mencarikan
jalan alternative dalam penyelesaian tugasnya. Guru harus selalu memotivasi diri
untuk semakin rajin membaca dan berdiskusi baik secara online maupun offline.
Guru mampu menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Guru diharapkan mampu menyesuaikan metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk
belajar. Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait
keberhasilan pembelajaran. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk menguasai materi pembelajaran dan kemampuan belajarnya melalui
proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi. Guru merencanakan kegiatan
pembelajaran yang saling terikat satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran maupun proses belajar peserta didik. Guru memperhatikan respon
peserta didik yang belum/kurang memahami materi pembelajaran yang diajarkan
dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang mendidik.
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun silabus
RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih,
menyusun, dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Guru mampu mengembangkan kurikulum jika guru dapat
menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, guru merancang rencana
pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu
agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan, dan guru
mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan
pembelajaran, serta guru memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran, tepat dan mutakhir, sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan
belajar peserta didik, dapat dilaksanakan di kelas dan sesuai dengan konteks
kehidupan sehari-hari peserta didik.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran
yang mendidik secara lengkap. Guru mampu melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter peserta didik. Guru
mampu menyusun dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber
belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran.
Guru melaksanakan aktifitas pembelajaran sesuai dengan rancangan
yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut
mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya. Tujuan pelaksanaan
aktivitas pembelajaran untuk membantu proses belajar peserta didik, bukan
untuk menguji sehingga membuat peserta didik merasa tertekan. Guru
usia dan tingkat kemampuan belajar peserta didik. Guru menyikapi kesalahan
yang dilakukan peserta didik sebagai tahapan proses pembelajaran, bukan
semata-mata kesalahan yang harus dikoreksi. Misalnya dengan mengetahui
terlebih dahulu peserta didik lain yang setuju/tidak setuju dengan jawaban
tersebut, sebelum memberikan penjelasan tentang jawaban yang benar.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengkaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru
melakukan aktivitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup
untuk kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan
belajar dan mempertahankan perhatian peserta didik. Guru mengelola kelas
dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatannya sendiri agar
semua waktu peserta dapat termanfaatkan secara produktif. Guru mampu
audio-visual (termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Menyesuaikan aktivitas pembelajaran yang
dirancang dengan kondisi kelas.
Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktikkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain. Guru
mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk
membantu proses belajar peserta didik. Sebagai contoh : guru menambah
informasi baru setelah mengevaluasi pemahaman peserta didik terhadap materi
sebelumnya, dan guru menggunakan alat bantu mengajar, dan audio-visual
(termasuk TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Banyak Teknologi Informasi dan Komunikasi yang saat ini dapat
digunakan sebagai media pembelajaran. Dengan Microsoft Word guru atau
siswa dapat membuat catatan sekolahnya dengan daftar isi yang mengandung
Link ke halaman terkait.Microsoft PowerPoint dapat digunakan guru atau siswa
untuk menyusun bahan presentasinya. Email dapat digunakan siswa sebagai
sarana diskusi dengan siswa lainnya, bahkan dengan guru sekalipun. Dengan
kehadiran media online ini, komunikasi siswa dengan guru dalam rangka
mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dapat dilakukan. Ketika guru memberikan
tugas tidak cukup hanya memberikan tugas di minggu pertama dan menunggu
pengumpulannya di minggu kedua, tapi selama waktu antara minggu pertama
sampai minggu kedua harus tersedia waktu bagi siswa yang ingin berkonsultasi
terkait tugasnya.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Secara sederhana, pada waktu istirahat atau hari-hari tertentu, lab
komputer kadang-kadang tidak digunakan, maka kesempatan ini dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk belajar/menggunakan komputer. Guru tidak
hanya terpaku dengan waktu yang sudah dijadwalkan, tapi apabila ada waktu
yang bisa digunakan di luar jadwal itu akan lebih berpeluang membantu peserta
didik dalam menggali potensinya, atau sekedar bertegur sapa dalam bahasa
asing ketika waktu istirahat. Ini menjadi modal berharga untuk pengembangan
potensi peserta didik. Bahkan mendukung siswa untuk mengikuti perlombaan
atau pelatihan di luar sekolah merupakan sikap guru yang bagus.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Ini yang harus menjadi sorotan cukup serius, karena selama ini
satunya terlihat dari pemikiran bahwa siswa membutuhkan guru, bukan guru
membutuhkan siswa. Ini membuat guru jaga image, jual mahal, tidak mau
proaktif membangun komunikasi dengan siswanya. Guru dekat dengan siswa
merasa khawatir akan mengurangi reputasinya, padahal tidak demikian adanya.
Kejujuran guru atas kelemahannya pun boleh diketahui siswa, karena alih-alih
mendapat ejekan para siswa, malahan mendapat doa dari mereka.
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Guru memiliki hak istimewa dalam menentukan nilai siswa. Pemikiran ini
harus ditinjau ulang, karena dalam praktiknya kadang-kadang guru dengan
kurang pertimbangan suka memberikan nilai jelek di ujian harian, UTS atau UAS,
padahal belum melakukan usaha-usaha yang tepat dalam pengajarannya.
Ketika guru memberikan nilai merah, maka guru tersebut harus bertanya
kepada dirinya sendiri: Sudahkah ia memberikan perhatian khusus kepada siswa
yang diberi nilai merah itu? Sudah berapa kalikah ia memanggil siswa untuk
diberikan strategi-strategi alternative agar berhasil dalam belajarnya? Sudah
berapa jauh guru tersebut membangun kerjasama dengan siswa dan
orangtuanya agar nilai siswa tersebut bagus? Sungguh tidak adil untuk situasi di
negeri ini seperti saat ini apabila seorang guru tiba-tiba di akhir semester siswa
diberi nilai merah, padahal guru tersebut tidak melakukan apa-apa untuk
meningkatkan kemampuan siswa tersebut, selain hanya remedial. Untuk apa
minggu pertama gagal ujian, minggu kedua diadakan remedial. Padahal guru
tersebut belum sempat memberikan solusi belajar kepada siswa yang gagal ujian
tersebut.
Hasil ujian harus dijadikan masukan bagi guru untuk melakukan langkah
pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa A mendapat nilai 100, Siswa B mendapat
nilai 40. Maka guru tersebut berusaha keras memberikan strategi-strategi
alternative untuk siswa B. Kalau perlakuan guru menyamaratakan antara gaya
belajar A dan B, maka kemungkinan besar prestasi belajar siswa B akan gagal
lagi pada saat ujian berikutnya.
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Guru yang mudah memberikan ilmu kepada siswanya, tdak terbatas di
kelas saja merupakan tindakan yang bagus. Tidak benar seorang guru harus jual
mahal ilmu dengan alasan ia sudah mengeluarkan berjuta-juta rupiah ketika
masa kuliahnya. Perjumpaan dengan siswa, kapanpun waktunya, dimanapun
tempatnya, harus memberikan inspirasi bagi siswa untuk mengembangkan
potensi dan memotivasi diri untuk lebih giat dalam belajar.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki
guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, bidang studi
yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan belajar dan mempunyai
ketrampilan dalam teknik mengajar. Selain itu merupakan kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Ada sebelas pandangan mengenai kompetensi profesional, yaitu :
Kompetensi pertama yang harus dimiliki seorang guru adalah
penguasaan bahan bidang studi.Penguasaan ini menjadi landasan pokok untuk
keterampilan mengajar.
2) Pengelolaan Program Belajar Mengajar
Kemampuan mengelola program belajar mengajar mencakup
kemampuan merumuskan tujuan instruksional, kemampuan mengenal dan
menggunakan metode mengajar, kemampuan memilih dan menyusun prosedur
instruksional yang tepat, kemampuan melaksanakan program belajar mengajar,
kemampuan mengenal potensi peserta didik, serta kemampuan merencanakan
dan melaksanakan pengajaran remedial.
3) Pengelolaan Kelas
Kemampuan ini menggambarkan keterampilan guru dalam merancang,
menata, dan mengatur sumber-sumber belajar, agar tercapai suasana
pengajaran yang efektif dan efisien.
4) Pengelolaan dan Penggunaan Media Serta Sumber Belajar
Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang meransang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
5) Penguasaan Landasan-landasan Kependidikan
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan berkaitan
dengan kegiatan sebagai berikut; (1) Mempelajari konsep dan masalah
pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologi, filosofis, historis dan
psikologis, (2) Mengenal fungsi sekolah sebagai lembaga sosial secara potensial
sekolah dan masyarakat, (3) Mengenal karakteristik peserta didik baik secara
fisik maupun psikologis.
6) Mampu Menilai Prestasi Belajar Mengajar
Kemampuan menilai prestasi belajar mengajar perlu dimiliki oleh guru.
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengukur perubahan perilaku
peserta didik dan kemampuan mengukur dirinya dalam mengajar dan membuat
program.
7) Memahami Prinsip-prinsip Pengelolaan Lembaga dan Program Pendidikan di Sekolah
Disamping melaksanakan proses belajar mengajar, guru diharapkan
mampu membantu kepala sekolah dalam menghadapi berbagai kegiatan
pendidikan lainnya yang digariskan dalam kurikulum, guru perlu memahami pula
prinsip-prinsip dasar tentang organisasi dan pengelolaan sekolah, bimbingan dan
penyuluhan termasuk bimbingan karier, program kurikuler dan ekstrakurikuler,
perpustakaan sekolah serta hal-hal yang terkait.
8) Menguasai Metode Berpikir
Metode dan pendekatan setiap bidang studi berbeda-beda. Untuk itu guru
haruslah menguasai metode berpikir ilmiah secara umum.
9) Meningkatkan Kemampuan dan Menjalankan Misi Profesional
Ilmu pengetahuan teknologi terus berkembang, untuk menyesuaikan diri
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru harus
terus-menerus mengembangkan dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga
dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Bantuan dan bimbingan kepada peserta didik sangat diperlukan agar
peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar
mengajar di kelas. Untuk itu, guru perlu memahami berbagai teknik bimbingan
belajar agar dapat memilih dengan tepat untuk membantu para peserta didik.
11) Memiliki Wawasan Tentang Penelitian Pendidikan
Guru perlu meningkatkan perkembangan yang terjadi dalam dunia
pendidikan dan pengajaran, terutama hal-hal yang menyangkut pelaksanaan
tugas-tugas pokoknya di sekolah. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk
memahami hasil-hasil penelitian itu dengan tepat sehingga mereka perlu memiliki
wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara
melaksanakan penelitian pendidikan.
c. Kompetensi Kepribadian
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu
kemampuan kepribadian yang (1) mantap, (2) stabil, (3) dewasa, (4) arif dan
bijaksana, (5) berwibawa, (6) berakhlak mulia, (7) menjadi teladan bagi perserta
didik dan masyarakat, (8) mengevaluasi kinerja sendiri dan (9) mengembangkan
diri secara berkelanjutan. Sementara itu, menurut Permendiknas No. 16 tahun
2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi
kepribadian untuk guru kelas dan guru mata pelajaran pada semua jenjang
pendidikan dasar dan menengah, sebagai berikut:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat istiadat, daerah asal, dan gender, dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan sosial yang berlaku dalam maasyarakat, dan kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. 2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan
jujur, tegas, dan manusiawi, (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa, mencakup: (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil, dan (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri, mencakup: (a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, dan (c) bekerja mandiri secara profesional. 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mencakup: (a) memahami
kode etik profesi guru, (b) menerapkan kode etik profesi guru, dan (c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Seorang
guru dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik tidak hanya pada peserta
didik yang menjadi bagian dari proses pembelajaran di dalam kelas dan sesama
pendidik yang merupakan teman sejawat dalam dunia pendidikan namun juga
seorang guru harus dapat berkomunikasi dengan tenaga kependidikan, orang
tua dan masyarakat sekitar yang juga bagian dari lembaga pendidikan yang
seharusnya saling bekerja sama untuk dapat menciptakan suasana kondusif
dalam proses belajar mengajar, serta terjadinya kantinuitas antara apa yang
diajarkan dalam kelas dapat diterapkan dan dipelajari kembali dalam lingkup
keluarga dan masyarakat demi tercapainya tujuan pendidikan.
Menurut Panduan Sertifikasi Guru tahun 2006 terdapat empat indikator
untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu:
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondidi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Ada 4 hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi
sosial seorang guru yaitu (1) audience atau sasaran komunikasi. Dalam
berkomunikasi hendaknya memperhatikan siapa sasarannya. Dengan
mengetahui karakteristik sasaran maka sang komunikator pun bisa
menyesuaikan gaya dan irama komunikasi menurut karakteristik sasaran, (2)
behavior atau perilaku maksudnya perilaku apa yang diharapkan dari sasaran
setelah berlangsung dan selesainya komunikasi, (3) condition atau kondisi.
Berhasilnya komunikasi dengan siswa ditentukan dengan kondisi siswa karena
komunikasi yang disampaikan guru dalam situasi sedih berbeda dengan situasi
gembira, (4) degree atau tingkatan maksudnya sampai tingkatan manakah target
bahan komunikasi yang harus dikuasai oleh sasaran itu sendiri.
2. Tanggapan dan Persepsi a. Pengertian tanggapan
Tanggapan adalah hasil pengamatan yang merupakan
gambaran/lukisan/kesan dari pengamatan yang tersimpan dalam jiwa. Menurut
Agus Sujanto (1993:31) secara tepat dapat diidentifikasi secara garis besar dan
bersifat umum yaitu “gambaran pengamatan yang tinggal di dalam kesadaran
kita sesudah kita mengamati”. Sedangkan menurut Kartini Kartono (1996:58)
mengatakan bahwa “tanggapan bisa diidentifikasi sebagai gambaran ingatan dari
pengalaman”. Demikian juga Sumadi Suryabrata (1990:36) mengidentifikasi
“tanggapan sebagai bayangan yang tinggal setelah kita melakukan
mengatakan “tanggapan adalah gambaran ingatan dan pengamatan yang mana
objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan”.
Jadi tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan kita setelah
melalui proses pengamatan terlebih dahulu. Dalam proses pengamatan,
tanggapan tidak terikat oleh tempat dan waktu. Selain itu yang menjadi objek dari
tanggapan itu masih kabur dan tidak mendetail dan juga tidak memerlukan
adanya perangsang dan bersifat imajiner.
Sedangkan persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk
memilih, mengevaluasi, dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan
eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi-energi
fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna.
Persepsi merupakan pengamatan tertentu tentang objek peristiwa atau
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi kesan-kesan
sehingga pengamatan dapat dikatakan sebagai pintu gerbang masuknya
pengaruh dari luar. Beberapa hal yang harus dipenuhi agar individu dapat
mengadakan persepsi yaitu adanya objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan
stimulus mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar
langsung mengenai alat indera dan dapat dari dalam langsung mengenai saraf
penerima (sensorik) yang bekerja sebagai reseptor.
Menurut Walgito (1997) menjelaskan persepsi merupakan stimulus yang
diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga
individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera. Dengan kata lain
persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke
dalam otak manusia. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan,
persepsi. Sedangkan Gibson, dkk (1989) menyatakan persepsi adalah proses
kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsir dan memahami dunia
sekitarnya (terhadap obyek), tanda-tanda dari sudut pengalaman yang
bersangkutan. Dengan kata lain, persepsi mencakup penerimaan stimulus,
pengorganisasian dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang
diorganisasikan dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
pembentukan sikap. Gibson, dkk (1989) juga menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh
karena itu, setiap individu akan memberikan obyeknya sama. Cara individu
melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.
Persepsi bersifat individual, meskipun stimulus yang diterimanya sama,
tetapi karena setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda, kemampuan
berfikir yang berbeda, maka hal tersebut sangat memungkinkan terjadinya
perbedaan persepsi pada setiap individu. Taraf terakhir dari proses persepsi
adalah individu menyadari apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.
Sering orang beranggapan bahwa persepsi diartikan dengan proses
memberi makna pada sensasi. Sensasi itu berasal dari kara “sense” alat
penginderaan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Sensasi
hanya berupa kesan sesaat, saat stimulus diterima otak dan belum
diorganisasikan dengan stimulus lainnya dan ingatan-ingatan yang berhubungan
dengan stimulus tersebut.
Menurut Purwodarminto (1990: 759), persepsi adalah tanggapan
langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui penginderaan. Dalam kamus besar psikologi, persepsi diartikan sebagai
menggunakan indera-indera yang dimiliki sehingga ia menjadi sadar akan segala
sesuatu yang ada di lingkungannya (Dali, 1982: 71). Dari pernyataan tersebut,
dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi itu adalah tanggapan langsung yang
bermula dari adanya suatu tindakan pengamatan yang menghasilkan suatu
kesan sehingga menjadi kesadaran yang dapat dikembangkan pada masa
sekarang atau pun menjadi antisipasi pada masa yang akan datang. Jadi jelaslah
bahwa pengamatan merupakan modal dasar dari tanggapan, sedangkan modal
dari pengamatan adalah alat indera yang meliputi penglihatan dan penginderaan.
b. Macam-macam Tanggapan
Menurut Kartono pada tahun 1996:61, Macam-macam tanggapan
dibedakan menjadi dua yaitu menurut terjadinya dan menurut indera yang
mengamatinya. Menurut terjadinya, tanggapan dibedakan menjadi tiga,
mencakup (1) Tanggapan Ingatan adalah tanggapan yang berupa daya pikir
yang berorientasi pada otak yaitu untuk menyimpan, menerima, dan
memproduksi kembali pengertian-pengertian yang telah dihasilkan, (2)
Tanggapan Fantasi adalah tanggapan yang dapat menciptakan sesuatu yang
baru, (3) Tanggapan Pikiran adalah tanggapan yang dapat meletakkan
hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita. Sedangkan menurut indera yang
mengamati, tanggapan dibedakan menjadi tiga, mencakup (1) Tanggapan
Auditif, artinya orang itu dapat mengingat dengan baik sekali bagi apa yang telah
didengarnya, (2) Tanggapan Visual, artinya orang itu mempunyai ingatan yang
baik sekali bagi apa yang telah dilihatnya, (3) Tanggapan Perasa, artinya orang
itu mempunyai ingatan yang baik sekali bagi apa yang telah dilakukan.
Menurut Sujanto pada tahun 1995:31, Faktor-faktor yang mempengaruhi
tanggapan dibedakan menjadi dua yaitu faktor alamiah dan faktor perhatian.
1) Faktor Alamiah
Yaitu tanggapan yang didapat dari penangkapan panca indera secara
alamiah, ini tidak lepas dari pengamatan. Pengamatan merupakan proses
mengenal dunia luar dengan menggunakan indera (Sujanto, 1990:61). Indera
adalah alat yang digunakan manusia untuk mengamati sesuatu yang ada.
Diantara indera-indera itu mencakup sebagai berikut: (a) Indera penglihatan
berfungsi untuk melihat sesuatu yang ada disekitar indera, (b) Indera pendengar
berfungsi untuk mendengarkan sesuatu yang ada disekitar indera, (c) Indera
perasa atau pengecap berfungsi untuk merasakan sesuatu, (d) Indera pembau
berfungsi untuk mencium sesuatu yang ada disekitar indera, (e) Indera peraba
berfungsi untuk meraba atau merasakan sesuatu dan lain sebagainya.
2) Faktor Perhatian
Tanggapan muncul karena adanya perhatian kepada perangsang yang
ada disekitar indera, adanya perangsang yang mengenai alat indera, adanya
kontak langsung yang menghubungkan perangsang itu ke otak, dan adanya
kesadaran terhadap perangsang itu (Sujanto, 2001:22). Tanggapan muncul
karena adanya perhatian, yang kemudian memunculkan penilaian terhadap
objek yang diamati.
Penilaian merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek berdasarkan atas tujuan tertentu (Thoha, 1996:1). Artinya
bahwa ketika indera menerima rangsangan, maka tanggapan yang muncul itu
semakin lama atau semakin indera menerima rangsangan, maka akan semakin
banyak tanggapan yang muncul.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut David Krench dan Richard S. Crutchfield (1997), faktor-faktor
yang menentukan persepsi menjadi dua, yaitu :
1) Faktor Fungsional, adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor personal yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.
2) Faktor Struktural, adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat. Stimulus fisik efek-efek saraf yang ditimbulkan pada system saraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan (Rakhmad, 1989:52).
Menurut Kenneth, perhatian juga sangat berpengaruh terhadap persepsi.
Dimana perhatian merupakan proses mental ketika stimulus atau rangkaian
stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus yang lainnya
melemah (Rakhmad, 1989:52). Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan
satu stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu :
1) Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup enam hal antara lain : (a)
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang
diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan
arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi
pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan
juga dapat berbeda, (b) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi
yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik
berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berberbeda-beda dan hal ini
akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek, (c) Minat. Persepsi
terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual
vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe
tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat, (d) Kebutuhan
yang Searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang
individu mencari objek-objek atau pesan yang dapat memberikan jawaban
sesuai dengan dirinya, (e) Pengalaman dan Ingatan. Pengalaman dapat
dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang
dalam pengertian luas, (f) Suasana Hati. Keadaan emosi mempengaruhi
perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang
pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
menerima, bereaksi dan mengingat.
2) Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
lingkungan dan objek-objek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen
tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia
sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau
menerimanya. Sementara itu terdapat lima faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi yaitu : (a) Ukuran dan Penempatan dari Objek atau
Stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu
objek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi
persepsi individu dengan melihat bentuk ukuran suatu objek individu akan
Objek-objek. Objek-objek yang mempunyai cahaya leih banyak, akan lebih
mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan yang sedikit, (c) Keunikan
dan Kekontrasan Stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latar
belakang dan sekelilingnya yang sama sekali diluar sangkaan individu yang
lain akan banyak menarik perhatian, (d) Intensitas dan Kekuatan dari
Stimulus. Stimulus dari luar akan memberikan makna lebih bila lebih sering
diperhatikan dibandingkan dengan hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu objek yang bisa mempengaruhi
persepsi, (e) Motion atau Gerakan. Individu akan banyak memberikan
perhatian terhadap objek yang memberikan gerakan dalam jangkauan
pandangan dibandingkan objek yang diam.
3. Tinjauan mengenai Mahasiswa PPL
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah
wajib yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa UNY yang mengambil
jurusan kependidikan. Program PPL adalah program kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa sebagai calon pendidik dan atau
tenaga kependidikan. PPL mempunyai visi yaitu wahana pembentukan calon
guru atau tenaga kependidikan yang profesional. Sedangkan misi PPL adalah
menyiapkan dan menghasilkan calon guru atau tenaga kependidikan yang
memiliki nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan profesional,
mengintegrasikan dan mengimplementasikan ilmu yang telah dikuasainya ke
dalampraktik keguruan dan praktik kependidikan, menetapkan kemitraan UNY
dan sekolah serta lembaga kependidikan, dan mengkaji serta mengembangkan
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dalam kaitan pendidikan guru dapat
diartikan sebagai suatu program dalam pendidikan pra jabatan guru yang
dirancang khusus untuk membentuk tenaga kependidikan yang
profesional,sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya dan diangkat
menjadi guru, mereka siap mengemban tugas dan tanggung jawab menjadi guru.
Sementara itu, keberhasilan mahasiswa dalam melaksanakan PPL sangat
tergantung pada faktor-faktor dalam melaksanakan pembelajaran.
Mahasiswa dalam upaya menyiapkan diri sebagai calon guru yang
profesional harus menguasai berbagai macam keterampilan dalam mengelola
proses pembelajaran yaitu ketrampilan mengajar. Keterampilan ini sudah
dilatihkan kepada mahasiswa sebelum mengikuti PPL yaitu melalui kegiatan
microteaching atau pembelajaran mikro.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian Welly Heryunanto Atmojo pada tahun 2014 berjudul
“Hubungan Persepsi Siswa Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Mahasiswa PPL
terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Program Keahlian Teknologi
Informasi dan Komunikasi di SMK Negeri se-Kota Yogyakarta”, menunjukkan (1)
terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang pelaksanaan pembelajaran
mahasiswa PPL terhadap motivasi belajar dengan koefisien korelasi Pearson
sebesar 0,578. (2) terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang
pelaksanaan pembelajaran mahasiswa PPL terhadap hasil belajar dengan
koefisien korelasi Pearson sebesar 0,133.
Penelitian lain dilakukan oleh Niken Ayu Larasati pada tahun 2012
ajaran 2012/2013”, menjelaskan persepsi guru pembimbing terhadap
pelaksanaan proses pembelajaran mahasiswa praktik PPL Universitas Negeri
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori sedang dengan
total persentase dalam kategori tinggi dan kategori sedang sebesar 73,08%,
yang meliputi keterampilan membuka pelajaran dengan total persentase dalam
kategori tinggi dan kategori sedang sebesar 76,92%, keterampilan menguasai
materi dengan total persentase dalam kategori tinggi dan kategori sedang
61,54%, keterampilan menyampaikan materi dengan total persentase dalam
kategori tinggi dan kategori sedang 69,23%, keterampilan pengelolaan kelas
dengan total persentase dalam kategori tinggi dan kategori sedang 73,08%, dan
keterampilan menutup pelajaran dengan total persentase dalam kategori tinggi
dan kategori sedang 73,08%, sedangkan sebanyak 26,92% termasuk dalam
kategori rendah dikarenakan mahasiswa praktik belum memiliki pengalaman
mengajar dan kurang menguasai komponen-komponen dalam pelaksanaan
pembelajaran terutama dalam kemampuan menguasai dan menyampaikan
materi sehingga interaksi dengan peserta didik belum maksimal.
Menurut Nuryake Fajaryati pada tahun 2008 dengan penelitiannya yang
berjudul “Tanggapan Guru Pembimbing Terhadap Kemampuan Mengajar
Mahasiswa Praktik KKN-PPL Universitas Negeri Yogyakarta di SMK N 2
Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan guru pembimbing
terhadap kemampuan mengajar mahasiswa praktik KKN-PPL UNY di SMK N 2
Yogyakarta pada tahun 2008 menyatakan bahwa aspek kemampuan
penguasaan pengetahuan yang termasuk dalam kategori cukup baik ke atas
sebanyak 27 orang (81,82%), aspek kemampuan penyampaian materi termasuk