• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ryana Ayu Setia Kurniasari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ryana Ayu Setia Kurniasari"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

LAPORAN KHUSUS

KESELAMATAN KERJA PADA

PENGANGKUTAN AMONIAK CAIR TANGKI

SILINDER DI UNIT

LOADING

PT.

PETROKIMIA GRESIK

Oleh:

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Laporan Khusus dengan judul :

Keselamatan Kerja Pada Pengangkutan Amoniak Tangki Silinder di Unit

Loading PT. Petrokimia Gresik

dengan peneliti :

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

telah diuji dan disahkan pada:

Hari : ……. …tanggal : …………... Tahun:………

Pembimbing I Pembimbing II

Lusi Ismayenti, ST, M.Kes. Dra. Sri Hartati H, Apth, SU

NIP. 19720322 200812 2 001 NIP. 130 786 653

An. Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris,

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Khusus dengan judul :

Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair Tangki Silinder di

Unit Loading PT. Petrokimia Gresik

disusun oleh :

Ryana Ayu Setia Kurniasari NIM. R0006144

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Karo Lingkungan & K3 Pembimbing

(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

RYANA AYU SETIA KURNIASARI, 2009. KESELAMATAN KERJA PADA PENGANGKUTAN AMONIAK CAIR TANGKI SILINDER DI UNIT

LOADING PT. PETROKIMIA GRESIK. PROGRAM D-III HIPERKES DAN

KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui penerapan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak khususnya pada tangki silinder. Sebagaimana diketahui amoniak adalah bahan berbahaya dan beracun sehingga dalam penanganannya maupun pengangkutannya tidak boleh salah.

Kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah dalam pengangkutan amoniak cair terdapat potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan pada saat pengangkutan. Amoniak cair adalah bahan kimia yang dalam distribusinya diperlukan penerapan pengangkutan amoniak cair. Diperlukan pengawasan

carrier safety, pencegahan, dan lokalisir kebocoran sebagai upaya pencegahan

kecelakaan kerja dalam pengangkutan amoniak cair sehingga didapatkan penerapan pengangkutan amoniak cair yang aman.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Survey Diskriptif dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu

mengetahui tingkat keselamatan pengangkutan amoniak tangki silinder sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau belum.

Hasil penelitian menunjukkan keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair tangki silinder sudah dikategorikan baik. Dengan adanya persyaratan kendaraan pengangkut, pengemudi, pelaksanaan pengangkutan, dan penyediaan pengamanan kebocoran yang sudah memadai semua. Hal ini menunjukkan bahwa pengangkutan amoniak cair tangki silinder sudah memenuhi syarat yang berlaku. Upaya pencegahan kecelakaan kerja pada pengangkutan ini dengan menerapkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 tentang Pengangkutan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

Kata Kunci : Keselamatan Kerja

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

karena berkat ridho dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penulisan tugas akhir ini yang berjudul : “Keselamatan Kerja pada Pengangkutan

Amoniak Tangki Silinder di Unit Loading PT. Petrokimia Gresik”.

Penulisan laporan ini dalam rangka tugas akhir serta sebagai salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Hiperkes dan

Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak lepas

dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini juga

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu mengarahkan, memberi dorongan hingga tersusunnya laporan ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. A. A Subiyanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak dr. Putu Suriyasa, MS, PKK, SP. OK. Selaku ketua Program Diploma

III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Lusi Ismayenti, ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I.

4. Ibu dra. Sri Hartati H, Apth, SU selaku Dosen Pembimbing II.

5. Pimpinan Perusahaan PT. Petrokimia Gresik yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(6)

commit to user

vi

6. Bapak Alfian Rusdi selaku Kepala Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di PT Petrokimia Gresik yang telah memeberikan kesempatan praktek kerja

lapangan.

7. Bapak Drs. Suhud Muhtar selaku staff K3LH PT. Petrokimia Gresik.

8. Bapak Susantio selaku koordinator Keselamatan Kerja pabrik I yang juga rela

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan

masukan-masukan untuk kesempurnaan laporan ini.

9. Semua karyawan PT. Petrokimia Gresik yang tidak dapat disebutkan satu per

satu atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

10.Kedua orang tua dan adikku yang tak hentinya memberi motivasi dalam

melakukan kegiatan.

11.Sahabat-sahabatku tersayang yang selalu memberiku semangat Azis, Tyas,

Sasa, Tya, Septi, Hanief, Rofiek, dan teman-teman seperjuanganku semua.

12.Semua pihak yang membantu hingga selesainya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis masih mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

dari semua pihak guna penyempurnaan lebih lanjut.

Semoga penulisan laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca umumnya.

Surakarta, Mei 2009

(7)

commit to user

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PERUSAHAAN ... iii

(8)

commit to user

viii

D. Sumber Data ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A. Kesimpulan ... 38

B. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penandaan Kemasan Amoniak ... 20

(11)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Pemberian Sertifikat Izin Mengangkut B3 Produk PT.

Petrokimia Gresik

(12)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam usaha meningkatkan kegiatan dan perkembangan ekonomi,

Indonesia telah mengembangkan berbagai jenis industri, di antaranya industri

pupuk, pestisida, kertas, pengolahan minyak dan gas bumi, obat-obatan dan

sebagainya. Industri-industri tersebut banyak memperbanyak bahan kimia sebagai

bahan baku maupun bahan pembantu dan atau memproduksi bahan-bahan kimia

yang langsung dipakai oleh masyarakat. Bagi para pekerja yang bekerja dalam

industri atau pabrik pengguna atau yang memproduksi bahan kimia, mereka tak

lepas dari bahaya kimia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Segala usaha

harus dapat dilakukan untuk dapat mengurangi atau menghilangkan sama sekali

bahaya tersebut di atas terhadap para pekerja. Karena hanya pada kondisi ruang

kerja yang sehat dan bebas dari bahaya kecelakaan atau sakit akibat kerja seorang

pekerja dapat bekerja dengan aman, efektif, dan efisien (Depnaker R.I, 1999).

Salah satu bahan kimia berbahaya yang diperdagangkan adalah amoniak

(NH3). Amoniak adalah bahan yang sangat berguna di industri pupuk dan industri

kimia. Selain itu amoniak juga berguna dalam industri makanan. Kegunaan

amoniak di industri pupuk antara lain sebagai pembuat urea, Za, phonska,

Diamonuim phospate dan Monoamonium phospate. Amoniak pada industri kimia

digunakan untuk pembuatan asam nitrat, soda ash, Ammonuim chloride,

(13)

commit to user

2

Disamping bahan bermanfaat, amoniak tergolong bahan sangat beracun

dan berbahaya. Amoniak tergolong bahan beracun dengan tingkat sangat beracun

yang dilambangkan dengan tengkorak manusia. Amoniak cair tergolong sangat

berbahaya dengan sifat-sifat fisiknya. Sifat-sifat fisika amoniak antara lain suatu

gas yang tidak berwarna , berbau sangat tajam, lebih ringan daripada udara

(vapour density = 0,6), gas yang mudah terbakar, memiliki titik nyala sendiri.

Dalam setiap pabrik penghasil atau pengolah bahan kimia, biasanya melibatkan

puluhan bahkan ratusan jenis bahan kimia lain dan kadang kala dalam kondisi

yang dapat meningkatkan sifat bahaya bahan-bahan kimia terhadap manusia (ILO,

1987).

Beberapa contoh kecelakaan saat bekerja dengan amoniak misalnya ; truk

pengangkut amoniak meledak di Rumania yang menyebabkan 10 orang tewas

termasuk regu penyelamat dan wartawan, kesalahan memindahkan amoniak cair

di PT. Ajinomoto Mojokerto, kebocoran tangki amoniak di PT. Petrokimia

Gresik, meledaknya tangki amoniak di Gempol Sidoharjo, truk pengangkut

amoniak cair terguling di jalan tol Dupak Surabaya, peledakan di pabrik unit

amoniak PT. Petrokimia Gresik

Bekerja dengan bahan amoniak mengandung resiko baik dalam proses ,

penyimpanan, transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Demikian pula dalam

kegiatan pengangkutannya karena diperlukan penerapan khusus dalam

mengangkut amoniak. Demikian besarnya bahaya amoniak tersebut, penanganan

yang benar akan dapat mengurangi atau menghilangan resiko bahaya yang

(14)

commit to user

3

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat

mengambil judul ”Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair

Tangki Silinder di Unit Loading PT. Petrokimia Gresik”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

”Apakah keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair tangki silinder di

unit loading PT. Petrokimia Gresik sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak

cair tangki silinder di unit loading PT. Petrokimia Gresik sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Dapat mengetahui potensi bahaya pada pengangkutan amoniak cair dan

dapat mengetahui upaya pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan pada

pengangkutan amoniak cair.

b. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan informasi dan masukan bagi

(15)

commit to user

4

distributor sebagai penyedia angkutan serta awak kendaraan untuk melakukan

pencegahan dan pengendalian terhadap potensi bahaya amoniak cair yang

ditimbulkan oleh karena ketidaktepatan saat proses pengangkutan khususnya pada

tangki silinder.

c. Bagi Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Dapat menambah sumber referensi kepustakaan tentang keselamatan kerja

(16)

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

1. Amoniak (NH3)

a. Sifat-Sifat Umum Amoniak

Menurut safety officer amoniak mempunyai beberapaa sifat umum diantaranya :

1. Reaksi pembuatan amoniak adalah N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

2. Suatu gas yang tidak berwarna, berbau sangat tajam. 3. Di bawah tekanan, gas ini mudah dicairkan.

4. Mudah larut dalam air.

5. Lebih ringan dari udara (vapour density = 0,6) 6. Larut dalam etanol, metanol, kloroform, dan eter. 7. Gas yang mudah terbakar.

8. Titik nyala sendiri = 6510C

9. LEL ( Low Explosive Limit) = 16% UEL (Upper Explosive Limit) = 25% 10.Titik Leleh = -77,70C

11.Titik didih = -33,50C

(17)

commit to user

6

13.Larutan amonia boleh digunakan sebgai pembersih, memutih dan mengurangi bau busuk. Larutan pembersih yang dijual kepada konsumer menggunakan larutan ammonia hidroksida cair sebagai bahan pembersih utama.

14.Kebanyakan dari logam-logam tidak dipengaruhi oleh gas amoniak, tetapi bila gas ini tercampur dnegan air dengan jumlah yang sangat sedikit atau uap air, gas amoniak dan amoniak cair akan menyerang logam-logam seperti perak, seng, dan logam-logam panduan lainnya.

Menurut NFPA sifat amoniak adalah 301 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Sifat Amoniak Menurut NFPA

Angka Keterangan 3 Menunjukkan bahwa bahaya kesehatan bahan yang pada paparan

singkat dapat menyebabkan luka parah sementara atau cacat, walaupun pengobatan telah diberikan

2 Menunjukkan bahwa bahaya kesehatan bahan yang pada pemaparan akan menyebabkan akan menyebabkan keterpaan intensif dan terus menerus berakibat serius, kecuali ada pertolongan.

1 Menunjukkan bahaya mudah terbakar adalah termasuk bahan yang harus dipanaskan sebelum dapat menyala.

(18)

commit to user

7 b. Nilai Ambang Batas Amonia

Menurut Siswanto Nilai Ambang Batas (NAB) pada amoniak yang pernah ditetapkan adalah berbeda-beda, antara lain :

1) Menurut ACGIH = 25 ppm (TLV-TWA) dan 35 ppm (TLV-STEL) 2) Menurut OSHA = 50 ppm (TWA)

3) Menurut NIOSH = 50 ppm/ 5 menit (Ceil) 4) Menurut COSHH = 500 ppm

c. Bahaya Amoniak

Amoniak adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini

didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Amoniak sendiri adalah senyawa kaustik (menimbulkan iritasi/ rangsangan) dan dapat merusak kesehatan. Batas 15 menit bagi kontak dengan amoniak dalam gas berkonsentrasi 35 ppm volum, atau 8 jam untuk 25 ppm volum. Kontak dengan gas amoniak berkonsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amoniak diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amoniak masih digolongkan sebagai bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amoniak berjumlah lebih besar dari 3.500 galon (13,248 L) harus disertai surat izin (www.wikipedia.org, 2009).

(19)

commit to user

8

silinder bertekanan dengan keadaan terlindung, bebas panas, dan goncangan, terikat kuat serta bebas dari kebocoran kran .

Amoniak sangat berbahaya, jika terhirup dapat merusak saluran pernapasan terutama saluran pernapasan bagian atas. Saluran pernapasan yang terangsang amoniak akan membengkak, hingga pernapasan terganggu karena penyempitan saluran pernapasan itu. Lebih parah lagi, saluran lendir yang terangsang akan mengeluarkan sekret (cairan getah) sehingga pernapasan pun terhambat,dan korban akan mengalami sesak napas. Bila tidak segera ditolong korban akan pingsan. Lebih jauh, bila jaringan yang terangsang mengalami kerusakan, akan terjadi pendarahan di sepanjang saluran pernapasan dan darah akan keluar bersama batuk (LPPK Alkon, 1998).

(20)

commit to user

9 d. Penanganan Amoniak

Menurut Suma’mur beberapa langkah penanganan terhadap amoniak, antara lain:

1) Kemasan (containers) amoniak sebaiknya disimpan di luar gedung.

2) Pisahkan dari bahan-bahan pengoksida seperti klor, brom, iodium, dan asam-asam (nitrat atau sulfat yang pekat).

3) Pakailah alat pelindung diri seperti pakaian yang terbuat dari katun atau pakaian bertekanan udara, sarung tangan karet, sepatu yang terbuat dari karet, kacamata pelindung untuk amoniak (chemical goggles), single atau doble nose respirator (half mask) yang dilengkapi dengan cartridge untuk organic vapour (atmosfer tidak lebih dari 380 ppm amoniak), Full Face Mask (kadar amoniak kurang dari 2%), Airline Respirator (kontaminasi amoniak lebih dari 2%), Self Contained Breathing Apparatus, dan Escape Mask.

e. Tindakan pengamanan bila terjadi kebocoran amoniak

1) Jauhkan orang-orang yang tidak berkepentingan dari daerah tempat kebocoran amoniak.

2) Perhatikan arah angin, kita harus berada di tempat pangkal angin.

3) Memasukki daerah kebocoran amoniak harus menggunakan breathing apparatus dan alat pelindung tubuh.

(21)

commit to user

10 5) Laporkan kepada pemilik/pabrik segera.

f. Tindakan pencegahan

1) Semua bagian dari amoniak plant harus dilengkapi dengan general dan local exhaust ventilation yang baik.

2) Semua pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan, kompresi, dan gas harus dilengkapi dengan alat pelindung pernafasan yang sesuai

3) Udara dapat digunakan sebagai pengganti air dalam proses pendinginan containers, ini bertujuan untuk mengurangi korosi.

4) Emergency showers dan eye wash fountains harus disediakan di tempat-tempat

dimana kecelakaan mungkin terjadi.

2. Pengangkutan bahan berbahaya dan beracun

(22)

commit to user

11

Dasar Hukum dalam penyelenggaraan Angkutan B3 untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan B3 yang selamat, aman, lancar, tertib dan teratur adalah sebagai berikut :

1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Pasal 40 : Pengangkutan bahan berbahaya, barang khsusus, peti kemas, dan alat berat diatur dengan Peraturan Pemerintah

2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993tentang Angkutan Jalan

3) Pasal 13 ayat 2 : Pengangkutan barang terdiri dari barang umum, barang berbahaya, barang khusus, peti kemas, dan alat berat;

4) Pengangkutan bahan berbahaya diklasifikasikan menjadi pengangkutan bahan; mudah meledak, gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau pendingin tertentu, cairan mudah menyala, minyak dan gas bumi termasuk dalam kategori/klasifikasi 2 dan 3 karena sifatnya berupa cairan yang mudah menyala dan gas mampat, padatan mudah menyala, oksidator, peroksida organik, racun dan bahan yang mudah menular, radioaktif, korosif, dan bahan berbahaya lain. 5) Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2003 tentang pengesahan protokol 9

Dangerous goods ( protokol 9 barang berbahaya ). Merupakan hasil kesepakatan

(23)

commit to user

12

6) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993tentang Penyelenggaraan Angkutan Barang Di Jalan;

7) Surat Dirjen perhubungan Darat Nomor : AJ.306/6524/LLAJ edaran perihal : Prosedur penerbitan persetujuan pengangkutan bahan beracun dan bebahaya (B3). 8) Surat Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : SK 725/AJ.302/DRJD/2004, tentang Pengangkutan Bahan Beracun dan Berbahaya ( B3 ) tanggal 30 April 2004.

9) Peraturan Pemerintah Nomor : 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.

10) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 91 tahun 2003 tentang rekomendasi pemanfaatan limbah bahan berbahaya dan beracun

(24)

commit to user

13

dan pelaksanaan pengangkutan bahan berbahaya dan beracun (B3) yang salah satunya melalui jalan raya dan dalam pelaksanaannya melibatkan aparat dari institusi yang terkait dalam pengawasan transportasi. Maka agar dalam pengangkutan bahan berbahaya dari tempat kegiatan pemuatan sampai ke tempat pembongkaran akhir dilakukan oleh orang atau badan yang memiliki izin dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi dari pihak terkait sebelum melakukan kegiatan pengangkutan bahan berbahaya tersebut.

Prinsip – prinsip keselamatan muatan B3 :

1. Bila sebuah kendaraan berubah arah – berkelok atau menyusul dan lain-lain pergesekan tidak cukup untuk menghentikan muatan yang tak aman untuk bergerak. Tidak benar berasumsi bahwa berat muatan akan tetap di posisisnya. Sebenarnya muatan lebih berat besar kemungkinanya bergerak ketika kendaraan melaju karena energi kinetiknya lebih besar. Di bawah pengereman sulit, berat yang berperan kearah depan bisa sama dengan acting down pada kendaraan. Oleh karena itu, muatan yang tidak dikendalikan tidak akan aman.

(25)

commit to user

14

3. Pergesekan saja tidak bisa untuk diandalkan untuk menjaga muatan tetap pada tempatnya. Ketika kendaraan bergerak, pergerakan vertikal disebabkan oleh gelombang di jalan akan mengurangi daya pengekangan karena pergesekan. 4. Diperlukan lebih banyak lagi daya untuk menghentikan satu muatan yang telah

mulai bergerak dibandingkan daya mencegah pergerakan pertama kali. Efek benturan berulang-ulang (battering ram) meningkat dengan cepat dengan peningkatan jarak dimana muatan bergerak berhubungan dengan kendaraan. Oleh karena itu penting sekali muatan dikendalikan sedemikian rupa sehingga pergeseran muatan pada kendaraan dapat dicegah.

(26)

commit to user

15

a. Pengertian kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

adalah kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan yang dirancang secara khusus dan dilengkapi peralatan untuk pengangkutan bahan berbahaya.

b. Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan

beracun harus memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan berbahaya dan beracun diangkut. Selain itu kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun juga harus dilengkapi persyaratan darurat dengan alat komunikasi, lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan di atas atap ruang kemudi, segitiga pengaman, dongkrak, lampu senter, dan ganjal roda yang cukup kuat.

c. Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun

Pengemudi kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun wajib memenuhi persyaratan umum dan persyaratan khusus. Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 persyaratan umum dan khusus sebagaimana yang dimaksud meliputi:

(27)

commit to user

16

2) Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi keadaan jika terjadi kondisi darurat, seperti cara menanggulangi kebakaran.

3) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai tata cara pengangkutan bahan berbahaya, seperti pengemudian secara aman, pemeriksaan kesiapan kendaraan, hubungan muatan dengan pengendalian, persepsi keadaan bahaya/darurat.

4) Memiliki pengetahuan mengenai ketentuan pengangkutan bahan berbahaya, seperti penggunaan plakat, label, dan simbol bahan berbahaya.

5) Memiliki kemampuan psikologi yang lebih tinggi daripada pengangkut bahan/komoditi yang tidak berbahaya, seperti tidak mudah panik. Sabar, dan bertanggung jawab, tidak mudah jenuh menghadapi pekerjaan dan situasi yang monoton.

6) Memiliki surat izin mengemudi sesuai dengan golongan dan kendaraan yang dikemudikannya.

7) Memiliki pengetahuan mengenai : jaringan jalan dan kelas jalan, kelayakan kendaraan bermotor, tata cara pengangkutan barang.

d. Prosedur pengangkutan bahan berbahaya dan beracun

Menurut Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725/AJ.302/DRJD/2004 pengangkutan bahan berbahaya dan beracun harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut :

(28)

commit to user

17

2) Sebelum pelaksanaan bongkar dan muat harus dipersiapkan dan dilakukan pemerikasaan terhadap :

3) Pelaksanaan pengangkutan dilengkapi dokumen pengiriman yang memuat deskripsi bahan berbahaya yang di angkut, dan nomor telepon yang harus dimintai bantuan dalam keadaan darurat.

4) Apabila dalam pelaksanaan diketahui ada wadah atau kemasan yang rusak, maka kegiatan pengangkutan tersebut harus dihentikan.

5) Batas kecepatan maksimum 60 km/jam.

6) Setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun harus mengguanakan plakat yang sesuai dengan jenis bahan berbahaya yang diangkut.

7) Setiap kemasan bahan berbahaya dan beracun harus dilengkapi marking dan label yang sesuai dengan jenis bahan berbahaya yang diangkut.

8) Pada jarak kurang dari 8 meter dari kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun dilarang merokok dan membawa korek api.

9) Untuk berhenti dalam keadaan terpaksa, awak kendaraan pengangkut bahan berbahaya harus :

a) Memasang tanda darurat yang jelas dan dapat dibaca pada jarak 50 meter. b) Mengidentifikasi lingkungan sekitar.

c) Menetapkan daerah aman.

(29)

commit to user

18

3. Pengangkutan amoniak tangki silinder,

Menurut safety officer persyaratan-persyaratan yang harus diperhatikan dalam pengangkutan amoniak, antara lain:

1) Pengecatan tabung silinder

Silinder agar dicat warna putih/alumunium, kecuali terdapat ketentuan khusus lainya.

2) Penandaan pada tabung silinder

Tanda yang permanen, ditancapkan pada leher silinder. Jika memungkinkan bersar huruf 6 mm memuat tekanan kerja spesifikasi silinder, tekanan uji, berat isi. isi air, berat kosong, nomor seri, tanda dari pemilik, bulan, dan tahun pengujian dari inspektor.

Label :

a) Semua silinder harus ditandai dengan nama kiia atau nama umum zat di dalamnya, serat simbol perusahaan jika ada, yang distensilkan/dicatkan.

b) Label tanda zat ”beracun” dengan penunjuk keselamatan harus ditempelkan 3) Pengangkutan silinder

(30)

commit to user

19

rantai guna mencegah pergerakan diruang muatan, yang bisa menyebabkan kerusakan pada silinder itu sendiri, atau terhadap barang-barang muatan lainnya. Katup peti kemas gas harus dilindungi dengan sambungan (fittings)seperti ring atau tutup. Kalau tidak, jika katup rusak, gas yang keluar dibawah tekanan mungkin menggerakkan peti kemas dengan kekuatan besar, peti kemas gas harus selalu diangkut dengan kendaraan yang terbuka dengan atmosfir sehingga kebocoran kecil bisa berhenti tanpa bahaya. Jika sejumlah kecil silinder diangkut dengan van tertutup, mesti ada ventilasi yang cukup dari ruang muatan. Gas beracun jangan pernah diangkut dengan ruang yang sama dengan pengemudi atau awak kendaraan.

Tata cara pengangkutan silinder adalah :

a) Silinder diangkut harus dengan tutup yang terpasang dengan baik.

b) Tidak boleh jatuh, dijatuhkan atau dan atau berbenturan satu dengan yang lain.

c) Silinder diangkut dalam keadaan berdiri dan diikat dengan kuat.

d) Silinder tipe botol tidak boleh diangkat dengan sling atau penjepit, untuk mengangkat harus dibuatkan alat khusus.

e) Silinder tidak boleh dipakai sebagai alat penumpu atau roll.

f) Pengangkutan dengan truk, harus tidak boleh melebihi kecepatan 40 km/jam. g) Pengankutan dalam kapal harus diletakan di atas dek, jauh dari sumber panas

(31)

commit to user

20

4) Perlengkapan keselamatan yang harus tersedia adalah gas masker pelindung pernafasan, sarung tangan karet dan sepatu karet, kacamata pelindung, dan pakaian tahan bahan kimia.

5) Penandaan kemasan amoniak (Wahyudi, 1998). Gambar 1. Penandaan Kemasan Amoniak

Keterangan :

1. 2 PE menunjukkan :

a) Seseorang harus menggunakan baju pelindung untuk seluruh badan dengan peralatan pernafasan.

b) Bahan bisa menimbulkan gangguan atau bahkan resiko peledakan. c) Bahan dapat dicairkan dengan sejumlah besar air.

d) Resiko untuk melakukan pengosongan sekeliling tempat kejadian. 2. 1005 :

Menunjukkan bahwa bahan kimia yang diangkut adalah amoniak cair.

(32)

commit to user

21

3. Gresik (031) 3982100, 3982200 Ext. 2222/1222

Nomor telepon PT. Petrokimia Gresik untuk diminta bantuan penanggulangan bahaya.

4. Gambar dan tulisan poison gas

Menunjukkan gas beracun yang mempunyai daya membunuh. 5. Logo

Simbol yang menunjukkan PT. Petrokimia Gresik sebagai produsen. 6) Keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair

Keselamatan kerja pada pengangkutan amoniak cair adalah segala upaya untuk mewujudkan usaha pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Dalam hal ini keselamatan kerja bertujuan untuk mengamankan tenaga kerja, lingkungan sekitar, tangki amoniak cair dari resiko terjadinya pelepasan tidak sengaja dari amoniak cair akibat suatu kecelakaan.

7) Sarana keselamatan kerja

1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

(33)

commit to user

22

2) Emergency shower dan eye wash fountain

Disediakan untuk keadaan darurat misalnya mata pekerja yang terkena/terpercik bahan iritatif dan korosi. Penempatannya harus dekat dengan tempat kerja dimana terdapat bahan kimia dan mudah dijangkau.

3) Alarm kebakaran

Menurut Kepmen PU No.02/KPTS/1995 alarm kebakaran adalah suatu sistem pengindera dan alarm dipasang pada bangunan gedung, yang dapat memberikan peringatan atau tanda pada saat awal terjaddinya suatu kebakaran.

4) Detektor kebakaran

Detektor kebakaran adalah alat untuk mendeteksi pada mula kebakaran yang dapat membangkitkan alarm pada suatu sistem.

5) Sprinkler

Sprinkler otomatis adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkan pecahnya tabung gas (gelas bulb) pada kepala sprinkler sehingga air memancar keluar ke segala arah dan merata (Soedharto, 1983).

6) Alat Pelindung Diri

(34)

commit to user

23

dianggap sebagai cara pertama untuk pengendalian bahaya. Beberapa APD yang dapat digunakan oleh tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya, antara lain:

a) Alat pelindung kepala

Klasifikasi alat pelindung kepala adalah sebagai berikut : 1. Kelas A : general service

Pelindung terhadap benturan dan partikel yang beterbangan dan tahan listrik yang tidak melebihi 600 volt.

2. Kelas B : Utility service

Perlindungan terhadap benturan dan tahan listrik tegangan tinggi. 3. Kelas C : Special sevice

Terbatas pada perlindungan terhadap benturan dan tidak tahan listrik/konduktif.

4. Kelas D : Fireman service

Perlindungan terhadap benturan dan tahan listrik tidak melebihi 600 volt.

b) Alat pelindung muka

(35)

commit to user

24 c) Alat pelindung mata

Secara umum alat pelindung mata dibagi menjadi 3 macam yaitu spectacle / kacamata, goggle, face shield

d) Alat pelindung pernafasan

Respirator pada dasarnya diklasifikasikan menurut bahaya yang dapat mempengaruhi pernafasan, yaitu bahaya kekurangan oksigen atau bahaya karena udara terkontaminasi atau kedua-duanya.

Ada 3 bentuk face piece, yaitu : 1. Full face respirator

Adalah yang dapat menutupi muka mulai dari garis rambut di dahi ke dagu dari telinga kiri sampai telinga kanan.

2. Half mask respirator

Respirator jenis ini hanya dapat melindungi mulut, hidung, dan dagu. 3. Quarter mask respirator

Respirator ini hanya dirancang untuk melindungi mulut dan hidung saja. Sedangkan bagian bawahnya, hanya menutupi bagian antara dagu dan mulut.

4. Loose fitting respirator

(36)

commit to user

25 e) Alat pelindung tangan

Macam-macam alat pelindung tangan (Imamkhasani, 1987) : 1. Sarung tangan (gloves)

2. Mitten : sarung tangan untuk ibu jari terpisah sedangkan jari lain

menjadi satu.

3. Hand pand : untuk melindungi telapak tangan.

4. Sleeve : untuk peergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan.

f) Alat pelindung kaki

Menurut Imamkhasani fungsi pelindung kaki tertimpa benda-benda berat, terbakar karena logam cair dan bahan kimia korosif, dermatiti/eksim karena zat-zat kimia, kemungkinan tersandung dan tergelincir

(37)

commit to user

26

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran

Amoniak cair

Pengangkutan amoniak

Pengawasan Pencegahan kebocoran Lokalisir Kebocoran

1. Persyaratan pengemudi 2. Persyaratan kendaraan 3. Persyaratan container

(38)

commit to user

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan tempat penelitian, penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Berdasarkan cara pengumpulan data, penelitian ini termasuk penelitian observasional. Berdasarkan metode analisis data, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas tentang keselamatan kerja terhadap pengangkutan amoniak. Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional karena dilakukan pada periode waktu tertentu.

B. Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan magang yang meliputi penentuan lokasi magang, pengajuan proposal dan surat ijin ke PT. Petrokimia Gresik. Dan persiapan bahan-bahan untuk pembekalan yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang terkait serta pengetahuan lain.

C. Lokasi Penelitian

(39)

commit to user

28

D. Sumber data

1. Data primer

Sumber data ini diperoleh dari observasi langsung, wawancara serta diskusi dengan karyawan dan pengemudi kendaraan pengangkut amoniak cair PT. Petrokimia Gresik.

2. Data sekunder

Sumber ini diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik meliputi gambaran umum perusahaan, prosedur penyerahan amoniak cair, dan prosedur pengisian amoniak cair, LDKB, dsb

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Lapangan

Yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang meliputi sarana keselamatan kerja unit loading amoniak cair, pengemudi kendaraan pengangkut yang meliputi SIM umum dan SIM B3, perlengkapan keselamatan kerja dan perlengkapan penanganan kebocoran di kendaraan.

b. Wawancara

(40)

commit to user

29

c. Kepustakaan

Yaitu dengan membaca buku-buku kepustakaan, laporan-laporan penelitian, dan sumber-sumber lain yang dapat dijadikan referensi.

d. Dokumentasi

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan mempelajari dokumen-dokumen serta catatan-catatan perusahaan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

F. Analisis Data

(41)

commit to user

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Salah satu unit bagian dari PT. Petrokimia adalah unit loading amoniak cair. Amoniak cair adalah salah satu bahan beracun dan berbahaya, maka diperlukan suatu penanganan khusus untuk pengangkutan amoniak cair itu sendiri.

1. Keselamatan Kerja di Unit Loading Amoniak Cair a. Prosedur Penyerahan Amoniak Cair

Terdapat prosedur tertulis penyerahan amoniak cair di unit loading. Namun prosedur ini terdapat di Bagian Pengembangan Sistem dan Prosedur PT. Petrokimia Gresik. Pelaksanaan prosedur ini sudah memadai karena instruksi didalamnya sudah dilaksanakan yaitu pemeriksaan keselamatan kerja kendaraan sebelum dan sesudah loading yang seharusnya dilakukan setiap kali kendaraan masuk dan keluar unit

loading amoniak cair.

b. Prosedur Pengisian Amoniak Cair

Prosedur pengisian amoniak cair telah tersedia di unit loading amoniak cair. Namun ada beberapa karyawan tidak melaksanakan instruksi dalam prosedur.

c. Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB)

Lembar Data Keselamatan Bahan untuk amonia cair tidak tersedia di unit loading amoniak cair. LDKB mempunyai peranan penting meliputi bahan baku,

(42)

commit to user

31

pengetahuan karyawan sehingga karyawan dapat memahami bahaya bahan kimia tersebut dan cara penanganannya.

d. Sarana Keselamatan Kerja di Unit Loading Amoniak Cair

Sarana keselamatan kerja yang terdapat di unit loading amoniak cair PT. Petrokimia Gresik antara lain APD, emergency shower dan eye wash fountain, APAR, sprinkler, poster dan tanda petunjuk, dan akses mobil PMK.

1) Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) yang tersedia di unit loading amoniak cair antara lain adalah safety shoes, sarung tangan karet, dan half mask respirator, safety helmet, full face mask respirator, baju pelindung anti bahan kimia dan breathing

apparatus. Secara keseluruhan APD tersebut masih dalam keadaan yang baik.

Beberapa karyawan tidak menggunakan APD yang tepat teruatama saat melakukan pengisian amoniak cair ke dalam kontainer.

2) Emergency shower and eye wash fountain

Emergency shower and eye wash fountain pada unit loading amoniak cair

(43)

commit to user

32

3) Detektor kebakaran, alarm kebakaran, dan sprinkler

Detektor kebakaran dan alarm kebakaran belum terpasang di unit loading amoniak cair. Sedangkan sprinkler sudah terpasang di unit loading amoniak 4) APAR

APAR yang tersedia di unit loading amonia cair adalah sebanyak 2 buah dengan jenis yang berbeda yaitu dry chemichal powder (DCP) dan halon (BCF). 5) Poster dan Tanda Bahaya

Pada area unit loading amoniak cair terdapat 2 buah poster larangan merokok, 1 poster tanda bahaya amoniak cair dan, 1 buah poster himbauan penggunaan APD.

6) Akses mobil PMK

Akses mobil PMK tersedia dan sifatnya memadai sehingga sewaktu-waktu terjadi kebakaran di unit loading amonia cair dengan mudah dijangkau oleh mobil PMK.

2. Keselamatan Kerja pada Pengangkutan Amoniak Cair a. Persyaratan Kendaraan Pengangkut

(44)

commit to user

33 b. Persyaratan Pengemudi

Persyaratan pengemudi kendaraan pengangkut amonia cair adalah SIM umum, SIM B3, pelatihan, pengetahuan. Hal ini sedah dipenuhi oleh para pengemudi kendaraan B3. masa berlaku SIM B3 adalah 1 tahun, jika habis masa berlakunya maka harus diperpanjang lagi. Bagi yang belum mendapatkan SIM B3 atau pengemudi baru maka harus mengikuti pelatihan dari PT. Petrokimia Gresik untuk mendapatkan pengetahuan tentang B3 tersebut.

c. Persyaratan Container

Sebelum amoniak cair diangkut dari PT. Petrokimia Gresik perlu dilakukan pemeriksaan keselamatan kerja pada tangkinya yaitu pemeriksaan sebelum dan sesudah loading amonia cair. Pemeriksaan itu meliputi shell atau head, nozzle, manhole, valve gas, venting, sambungan las dan isolasi, cat segel, turn blake,

hammer test, baut MH, flange BV, dan tanda peringatan. Dalam hal ini PT.

Petrokimia sudah melakukan semua pemeriksaan tersebut sebelum dan sesudah pengisian.

3. Penyediaan Perlengakapan Pengamanan Kebocoran a. Perlengkapan keselamatan kerja

Perlengkapan keselamatan kerja yang wajib tersedia di kendaraan pengangkut amonia cair adalah sebagai berikut safety Head, face shield / Hood Respirator, baju tahan asam, sarung tangan karet, half mask dengan cartridge acid, sepatu

(45)

commit to user

34 b. Perlengakapan penanganan kebocoran

Penyediaan perlengakapan penanganan kebocoran di kendaraan pengangkut amonia cair adalah air bersih, karung goni, kapur tohor.

B. Pembahasan

1. Keselamatan kerja di unit loading amonia cair

a) Prosedur penyerahan amoniak cair di unit loading amoniak cair diatur dalam Prosedur Penyerahan amoniak nomor dokumen PR-02-0122 yang diterbitkan pada tahun 2002. Hal ini telah sesuai dengan kepmenaker No. Kep. 187/ MEN / 1999 pasal 16 ayat (1) huruf c . Dokumen pengendalian potensi bahaya besar tersebut selanjutnya dijelaskan dalan Kepmenaker No. Kep 187 / MEN / 1999 pasal 19 ayat (1) huruf b dan c .

b) Tidak tersedianya LDKB pada unit loading amoniak tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP. 187/MEN/1999 bab II.

c) APD yang tersedia sudah memadai dan sesuai dengan jumlah karyawan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.1 Tahun 1970.

d) Emergency shower dan eye wash fountain dan bak penampung yang tersedia di

(46)

commit to user

35

e) Detektor kebakaran dan alarm kebakaran belum terpasang pada unit loading amoniak, tidak tersedianya kedua perlengkapan tersebut tidak sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep. 187 / MEN / 1999 pasal 2 ayat (2) huruf b.

f) Pengadaan poster dan tanda bahaya di unit loading sudah memadai, karena sesungguhnya pengusaha wajib memberikan informasi mengenai bahan berbahaya dan tindakan yang aman bagi tenaga kerja.

g) Jalan masuk dan keluar di unit loading memadai untuk akses mobil PMK. Sehingga sewaktu-waktu bila terjadi kebocoran, kebakaran atau peledakan di unit loading maka dapat dengan mudah dijangkau.

2. Keselamatan kerja pada pengangkutanamoniakcair

a) Buku keur harus tersedia pada kendaraan pengangkut amoniak cair. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 4 ayat (2) dan pasal 8. Pasal 4 ayat (2) .

b) LDKB tersedia pada kendaraan, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 pasal 12.

c) Penandaan tangki amoniak cair sudah memadai, baik dilihat dari tanda bahayanya, cat pada tangki, peringatan yang tertulis pada tangki. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

(47)

commit to user

36

dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat no. SK.725/ AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 4 ayat (3) huruf b, e, f, dan m.

e) Persyaratan umum bagi pengemudi kendaraan pengangkut B3 adalah mempunyai SIM umum, SIM B3, pengetahuan tentang B3, dan pelatihan. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No. SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 9 ayat (2) huruf (a) dan ayat (5). Pasal 9 ayat (2)

f) Pengetahuan tentang amoniak khususnya amoniak cair, sebagian dari pengemudi belum paham tentang penggunaan tanda dan simbol yang tercantum pada tangki amonia cair. Hal ini belum sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 9 ayat (3) huruf a, b, dan d.

g) Pemeriksaan keselamatan kerja pada kendaraaan dilakukan oleh Staf Inspeksi Teknik Pabrik I- Biro Inspeksi Teknik, pemeriksaan dilakukan setiap kendaraan akan atau setelah loading. Ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRJD / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf b.

h) Kecepatan pengemudi saat mengendarai kendaraan pengangkut amoniak cair telah sesuai, yaitu kecepatan maksimal yang dilakukan adalah 60 km/jam. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004 pasal 24 ayat (1) huruf i.

(48)

commit to user

37

3. Penyediaan pengamananan kebocoran di kendaraan pengangkut amoniak cair a) Penyediaan alat pelindung yang tepat sudah memadai, hal ini sudah sesuai dengan

Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.SK.725 / AJ.302 / DRDJ / 2004.

(49)

commit to user BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di unit loading PT. Petrokimia, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Petrokimia sebagian telah menerapkan keselamatan kerja pada

pengangkutan amoniak cair sesuai dengan Keputusan Dirjen Perhubungan

Darat No. SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 tentang Pengangkutan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan.

2. Dengan penerapan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat No.

SK.725/AJ.302/DRDJ/2004 akan memberikaan upaya pencegahan kecelakaan

sehingga didapatkan keselamatan kerja pada pengangkutannya.

3. Adapun upaya pencegahan kecelakaan yang dilakukan antara lain dengan

pengawasan safety carrier, pencegahan kebocoran, inspeksi tangki silinder

selama 5 tahun sekali, dan lokalisir kebocoran.

B. Saran

1. Sebaiknya disediakan prosedur penyerahan amoniak di unit loading amonia

cair di PT. Petrokimia Gresik. Serta prosedur pengisian amonia cair sebaiknya

diletakkan di tempat yang mudah dilihat oleh karyawan dan pengemudi.

2. Sebaiknya LDKB disediakan pada unit loading amoniak cair agar karyawan

dapat dipahami oleh karyawan tentang bahan dan cara penanganannya.

(50)

commit to user

3. Sarana keselamatan kerja di unit loading amoniak cair sebaiknya perlu

dilengkapi dengan detektor dan alarm kebakaran. Detektor dan alarm

kebakaran sangat penting untuk mendeteksi kebakaran.

4. Sebaiknya pengemudi diberikan pengetahuan dan pelatihan yang lebih banyak

lagi tentang bahan berbahaya dan beracun yang diangkutnya baik waktu

pertama kali pelatihan maupun secara berkala.

5. Kesadaran pengawasan terhadap penggunaan APD dengan tepat perlu

ditingkatkan demi menjaga kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.

6. Jumlah air dan karung goni sebaiknya ditambah sesuai dengan ketentuan yang

Gambar

Tabel 1. Sifat Amoniak Menurut NFPA ...........................................................
Gambar 2. Bagan Kerangka pemikiran ........................................................
Tabel 1 Sifat Amoniak Menurut NFPA
Gambar 1. Penandaan Kemasan Amoniak
+2

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis

Pendidik meminta setiap kelompok mencatatkan informasi yang ingin diketahui dari topik bacaan pada kolom W1. Pendidik memberikan pertanyaan yang ingin diketahui dari topik bacaan

Penerapan penugasan portofolio dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk meningkatkan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas XII IPS 3 semester I SMA Negeri

Hutan alami yang tersisa di Pulau Jawa sebagian besar berada di lereng gunung dan beberapa wilayah dataran rendah konservasi, oleh karena itu kemungkinan Panthera pardus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian intensitas cahaya yang berbeda memberikan pengaruh terhadap kandungan klorofil-a pada zooxanthellae, tetapi tidak

Penelitian dilakukan dengan mencari beberapa data yang diperlukan untuk tersajinya suatu laporan yang dibutuhkan. Beberapa sumber data yang digunakan adalah dari hasil

Memberikan Informasi kepada Kepala Sekolah SDLBN-A “X” mengenai faktor- faktor resiliency building factors, untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan

Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode tidak berdasarkan waktu (seperti pad dengan