• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Store Environment dan Impulse Buying Tendency Terhadap Urge to Buy Impulsively dan Impulse Buying Behaviour Pelanggan Mall Bali Galeria dan Beachwalk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Store Environment dan Impulse Buying Tendency Terhadap Urge to Buy Impulsively dan Impulse Buying Behaviour Pelanggan Mall Bali Galeria dan Beachwalk."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STORE ENVIRONMENT DAN IMPULSE BUYING TENDENCY TERHADAP URGE TO BUY IMPULSIVELY DAN

IMPULSE BUYING BEHAVIOUR

PELANGGAN MALL BALI GALERIA DAN BEACHWALK

SKRIPSI

Oleh:

I GST. BGS. AG. ANDIRA EKA PRADANA NIM :1206205046

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

i

PENGARUH STORE ENVIRONMENT DAN IMPULSE BUYING TENDENCY TERHADAP URGE TO BUY IMPULSIVELY DAN

IMPULSE BUYING BEHAVIOUR

PELANGGAN MALL BALI GALERIA DAN BEACHWALK

SKRIPSI

Oleh :

I GST. BGS. AG. ANDIRA EKA PRADANA NIM :1206205046

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian pesyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar

(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji

pada tanggal: …………

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Tjok Gde Raka Sukawati, SE., MM. ………..

2. Sekretaris : Gede Suparna, SE., MS. ………..

3. Anggota : Nyoman Nurcaya, SE., MM. ………..

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh

orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016

Mahasiswa,

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Store Environment Dan Impulse Buying Tendency Terhadap Urge To Buy Impulsively Dan Impulse Buying Behaviour Pelanggan Mall Bali Galeria Dan Beachwalk” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si., sebagai Ketua Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. Ida Bagus Badjra, MM., sebagai Pembimbing Akademik.

5. Gede Suparna, SE., MS., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan,

masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Tjok Gde Raka Sukawati, SE., MM., selaku dosen pembahas atas motivasi

serta masukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Nyoman Nurcaya, SE., MM., selaku dosen penguji atas waktu dan

masukannya untuk skripsi ini.

8. Responden Mall Bali Galeria dan Beachwalk yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk mengisi kuisioner.

9. Keluarga tercinta, Ajik, Bunda, Andari, Andrya, Niang, Om, Tante, semua

yang sudah memberi dukungan dan doa tiada henti.

10.Rekan – rekan seperjuangan di kampus, Anom, Gus Asta, Sonny Bagoes,

Budi, Aris, Sena, Triska, Dwi Indra, Febri, Nayda, dan semua rekan lain yang

tak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dorongan, bantuan,

hiburan, pertukaran pikiran selama kuliah dan menyusun skripsi.

11.Adit, Felix, GM, Mandela, Sandi, Satya, William dan sahabat Nemesis lain

(6)

v

sama lain. Khususnya buat Indra, One of my best buddy! (I know it’s gonna be

a bit awkward, but what the hell. We’re the last pieces of Generation Y dude).

12.Ade, Adik, Dian, Rahde, Satya, Shinta, Wiwin. Mau hahahihi, semangat

motivasi, jombs, atau apapun namanya. Thank you so freakin’ much gengs!

13.Teman – teman KKN XI Desa Amerta Bhuana, Selat, Karangasem. Untuk

dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini dan sebulan yang indah.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap

bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016

(7)

vi

Judul : Pengaruh Store Environment dan Impulse Buying Tendency Terhadap Urge To Buy Impulsively dan Impulse Buying Behaviour Pelanggan Mall Bali Galeria Dan Beachwalk

Nama : I Gusti Bagus Agung Andira Eka Pradana NIM : 1206205046

ABSTRAK

Dewasa ini keberadaan mall bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang namun juga telah berfungsi sebagai penunjang gaya hidup. Untuk itu, para pelaku usaha di industri ini tidak hanya dituntut untuk memperhatikan kualitas produknya, melainkan juga lingkungan toko mereka. Lingkungan toko yang membuat konsumen merasa nyaman turut mempengaruhi keputusan perilaku pembelian utamanya pembelian impulsif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh store environment dan impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively dan impulse buying behaviour.

Penelitian ini berbentuk asosiatif dan dilakukan pada pelanggan Mall Bali Galeria dan Beachwalk. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 200 orang yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling,

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dianggap dapat mewakili populasi. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan

Structural Equation Modeling (SEM) dengan program AMOS 16.00.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh hipotesis diterima.

Store environment serta impulse buying tendency berpengaruh positif dan signifikan terhadap urge to buy impulsively. Hal ini berarti store environment

yang baik dan impulse buying tendency yang tinggi akan membuat pengunjung toko terdorong untuk melakukan impulse buying. Urge to buy impulsively

berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behaviour. Ketika dorongan yang pengunjung rasakan tinggi maka kemungkinan mereka untuk melakukan pembelian impulsif yang sesungguhnya juga semakin tinggi. Lalu

store environment dan impulse buying tendency berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying behaviour. Pada akhirnya usaha dari pemilik toko untuk membuat store environment mereka menarik akan membuat pengunjung tertarik untuk melakukan impulse buying, serta meningkatnya kecenderungan yang timbul dari individu untuk melakukan impulse buying akan sejalan dengan kemungkinan pengunung untuk melakukan impulse buying ketika memasuki toko.

(8)

vii `DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Impulse Buying Behaviour ... 10

2.1.2 Urge to Buy Impulsively ... 12

2.1.3 Impulse Buying Tendency ... 14

2.1.4 Store Environment ... 15

2.2 Hipotesis Penelitian ... 18

2.2.1 Pengaruh store environment terhadap urge to buy impulsively... 18

2.2.2 Pengaruh impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively ... 19

2.2.3 Pengaruh urge to buy impulsively terhadap impulse buying behavior ... 20

2.2.4 Pengaruh store environment terhadap impulse buying behaviour ... 20

2.2.5 Pengaruh impulse buying tendency terhadap impulse buying behaviour ... 21

(9)

viii BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 23

3.2 Lokasi Penelitian ... 23

3.3 Obyek Penelitian ... 23

3.4 Identifikasi Variabel ... 24

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 25

3.6 Jenis dan Sumber data ... 28

3.6.1 Jenis Data ... 28

3.6.2 Sumber Data ... 28

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29

3.7.1 Populasi ... 29

3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.8.1 Pengujian Instrumen ... 31

3.9 Teknik Analisis Data ... 32

3.10 Pengujian Hipotesis ... 39

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Mall Bali Galeria dan Beachwalk ... 40

4.2 Karakteristik Responden ... 42

4.3 Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ... 44

4.3.1 Uji Validitas ... 44

4.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

4.4 Deskripsi Hasil Penelitian ... 45

4.4.1 Store Environment ... 46

4.4.2 Impulse Buying Tendency ... 49

4.4.3 Urge to Buy Impulsively ... 52

4.4.4 Impulse Buying Behaviour ... 54

4.5 Analisis Data dengan Structural Equation Modelling ... 58

4.4.1 Asumsi – asumsi SEM ... 58

4.4.2 Uji Measurement Model ... 60

4.4.3 Structural Equation Model ... 64

4.6 Pengujian Hipotesis ... 71

4.6.1 Pengujian Hipotesis Pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy Impulsively... 72

4.6.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy Impulsively ... 73

(10)

ix

4.6.4 Pengujian Hipotesis Pengaruh Store Environment

terhadap Impulse Buying Behaviour ... 74

4.6.5 Pengujian Hipotesis Pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour... 75

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

4.7.1 Pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy Impulsively ... 75

4.7.2 Pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy Impulsively ... 77

4.7.3 Pengaruh Urge to Buy Impulsively terhadap Impulse Buying Behaviour ... 78

4.7.4 Pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying Behaviour ... 79

4.7.5 Pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse Buying Behaviour ... 80

4.8 Implikasi Hasil Penelitian ... 82

4.9 Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR RUJUKAN ... 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 97

(11)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Penelitian Pendahuluan ... 3

3.1 Goodness of Fit Index ... 37

4.1 Karakteristik Responden ... 42

4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen... 44

4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

4.4 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Store Environment Beachwalk ... 47

4.5 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Store Environment Mall Bali Galeria ... 48

4.6 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Impulse Buying Tendency Beachwalk ... 50

4.7 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Impulse Buying Tendency Mall Bali Galeria ... 51

4.8 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Urge to Buy Impulsively Beachwalk ... 52

4.9 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Urge to Buy Impulsively Mall Bali Galeria ... 53

4.10 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Impulse Buying Behaviour Beachwalk ... 55

4.11 Deskripsi Jawaban Responden Variabel Impulse Buying Behaviour Mall Bali Galeria ... 56

4.12 Assesment of Normality ... 58

4.13 Indeks Goodness of Fit ... 61

4.14 Uji Validitas Konvergen ... 63

4.15 Indeks Goodness of Fit ... 65

[image:11.595.104.498.71.713.2]
(12)

xi

4.17 Nilai Standardized Direct, Indirect, dan Total Effect ... 69

4.18 Nilai Estimasi Parameter Mall Bali Galeria ... 71

4.19 Nilai Estimasi Parameter Beachwalk ... 71

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 22

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Kuisioner Penelitian ... 97

2 Tabulasi Data Responden ... 102

3 Hasil Uji Validitas Instrumen... 119

4 Uji Realibilitas Instrumen ... 121

5 Deskripsi Data Penelitian ... 125

6 Uji Validitas Konvergen ... 140

7 Uji Reliabilitas Konstruk Dan Variance Extract ... 141

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kabupaten Badung merupakan salah satu sentral aktivitas perekonomian

yang ada di Bali dan tingkat konsumerisme yang berada di kabupaten ini termasuk

tinggi (Naentiana dan Setiawan, 2014). Kencangnya arus informasi yang

diantaranya diakibatkan oleh perkembangan globalisasi membuat masyarakatnya

kini memiliki pola hidup konsumtif. Pola hidup konsumtif ini pula yang

menyebabkan perubahan prioritas dalam rekreasi masyarakat. Jika sebelumnya

keluarga akan memilih objek wisata untuk melakukan rekreasi ketika liburan,

namun kini mereka akan lebih memilih pergi ke mall (Hetharie, 2011). Berbagai

hal menjadi alasan, diantaranya akses yang mudah, kelengkapan fasilitas dalam

mall, kenyamanan dalam berbelanja, dan lainnya (Alagoz dan Ekici, 2011).

Belum lagi gaya hidup masyarakat juga telah berubah (Levy dan Weitz,

2012:177). Kini tidak sedikit yang menjadikan berbelanja sebagai sebuah hobi

atau cara bagi mereka dalam mencari suasana hati yang baru (Mick dan DeMoss,

1990). Tentu saja mereka cenderung pergi ke mall dengan berbagai kenyamanan

dan kemudahan yang akan diperoleh (Herawati dkk., 2013). Ditambah dengan

prospek bisnis dalam bidang ini yang sangat menarik, juga Indonesia sebagai

pasar yang potensial dengan jumlah penduduk yang tinggi, jadi tidak

mengherankan bila pertumbuhan mall di kabupaten ini sangatlah pesat (Soliha,

(16)

2

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 589 ribu jiwa dan penduduk

yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43.500 jiwa dan penduduk yang berusia 20-24

tahun sebanyak 52.400 jiwa, membuat potensi kunjungan ke mall oleh penduduk

di usia ini cukup tinggi (http://badungkab.bps.go.id/). Menurut Luo (2005)

perilaku impulse buying berperan sebesar 62 persen dari penjualan keseluruhan

supermarket dan sebesar 80 persen dalam penjualan di beberapa kategori produk.

Sebuah penelitian mengenai kebiasaan berbelanja konsumen menyatakan bahwa

masyarakat di usia muda akan memiliki kecenderungan lebih besar dalam

melakukan pembelian impulsif jika dibandingkan dengan masyarakat yang sudah

tua, karena mereka telah menumbuhkan loyalitas terhadap suatu produk. Hasil

penelitian ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Jones et al. (2003) dimana

individu dengan usia dibawah 35 tahun akan memiliki kecenderungan untuk

melakukan perilaku pembelian impulsif yang lebih besar.

Impulse buying sendiri merupakan fenomena yang terjadi selama beberapa

tahun kebelakang dan seketika menjadi sesuatu yang layak untuk

diperbincangkan. Banyak konsumen yang melakukan impulse buying dan tidak

sedikit yang terpengaruh oleh suasana toko itu sendiri. Hal ini tentu akan menjadi

keuntungan yang besar bagi pemasar, karena hampir setengah dari pengunjung

toko menurut Maymand dan Ahmadinejad (2011) merupakan konsumen dengan

perilaku impulse buying. Ini disebabkan impulse buying merupakan sebuah

fenomena dan kecenderungan perilaku berbelanja yang terjadi di dalam pasar dan

menjadi poin penting yang mendasari aktivitas pemasaran (Margana dan

(17)

3

Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan

adalah merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi

yang dinamis yang terus – menerus berubah sebagai reaksi terhadap berbagai

pengalaman hidup (Subagio, 2012). Fenomena ini menjadi salah satu alasan

dalam mengangkat topik perilaku pembelian impulsif ke toko maupun

supermarket. Pendapat Engel et al. (1994:284), motif belanja dimulai dari

munculnya kebutuhan tertentu, yang semakin lama kebutuhan ini akan mendesak

untuk dipenuhi. Desakan atau dorongan kebutuhan tersebut berikutnya akan

menjadi motivasi dalam melakukan suatu pembelian.

Menurut beberapa penelitian sebelumnya perilaku impulse buying

memenuhi kebutuhan konsumen akan hiburan, gairah, interaksi sosial, juga

kepuasan konsumen (Maymand dan Ahmadinejad, 2011). Penulis juga telah

melakukan penelitian pendahuluan terhadap 15 orang responden terkait dengan

[image:17.595.113.514.505.593.2]

perilaku impulse buying.

Tabel 1.1 Penelitian Pendahuluan

Pernyataan Jawaban responden

Ya Tidak

Sering berbelanja tanpa rencana 10 5

Sering terpengaruh oleh suasana toko 7 8

Sering membeli barang tanpa pikir panjang 9 6

Sering berbelanja untuk mencari mood baru 7 8

Hasilnya mayoritas responden masih sering berbelanja tanpa rencana serta

beberapa diantaranya terpengaruh oleh suasana toko yang dikunjungi. Mereka

juga kerap membeli barang tanpa pikir panjang serta pergi berbelanja untuk

(18)

4

Di Kabupaten Badung sendiri terdapat beberapa mall yang berpotensi

menjadi tempat terjadinya impulse buying dan dalam penelitian ini objek yang

diteliti dispesifikasikan menjadi dua mall besar di Kabupaten Badung. Yaitu Mall

Bali Galeria dan Beachwalk. Pertimbangan yang diambil adalah karena

diharapkan dengan dua tempat berbeda dengan target pasar mereka yang juga

berbeda maka hasil penelitian ini nantinya akan mampu diterapkan untuk hampir

semua lapisan masyarakat. Selain itu, konsep yang diusung oleh dua mall ini

berbeda namun menarik ditambah dengan adanya sarana dan suasana yang

mendukung, sehingga akan membuat konsumen mudah terpancing untuk

melakukan impulse buying.

Impulse buying erat kaitannya dengan store environment. Terbukti Store

environment mampu mempengaruhi pembelian impulsif hingga 70 persen (Dunne

& Lusch, 2005). Melalui elemen – elemen yang ada dalam store environment,

dapat menciptakan stimuli-stimuli yang akan memicu atau menggerakkan

pelanggan untuk membeli lebih banyak barang diluar yang mereka rencanakan.

Penelitian ini mengadopsi store environment yang dikemukakan Baker et al.

(2002) kemudian digunakan oleh Liaw (2007) dan Foroughi et al. (2013) dimana

variabel dari store environment yaitu ambient, desain, sosial.

Faktor desain adalah rancangan fisik supermarket yang meliputi tatanan

layout dan fungsinya, tanda dan simbol, keindahan hal-hal yang dirasakan

konsumen mengenai warna, dekorasi, tata letak, tata produk (display) dan

tanda-tanda seperti petunjuk produk, harga dan papan petunjuk discount (Baker et al.,

(19)

5

kenyamanan suasana yang dirasakan pembelanja saat mengamati barang dan jasa

yang ditawarkan juga mempengaruhi pelanggan. Faktor ini meliputi: suhu,

pencahayaan, musik, kegaduhan, dan aroma (Foroughi et al., 2013). Tidak kalah

penting peranan faktor sosial yang mengacu pada karyawan, meliputi: penampilan

karyawan, perilaku karyawan, jumlah karyawan dan profesionalisme karyawan

(Liaw, 2007). Faktor ini juga berkaitan dengan keberadaan karyawan dan

pembelanja lainnya dalam supermarket yang bersangkutan (Subagio, 2012, Baker

et al., 2002). Turley dan Milliman (2000) menunjukkan hasil bahwa warna dapat

mempengaruhi waktu yang dihabiskan konsumen di dalam toko, menimbulkan

dorongan dan menciptakan rasa senang yang dialami konsumen sehingga akan

mendorong terjadinya proses pembelian.

Selain faktor lingkungan toko, kecenderungan untuk melakukan perilaku

pembelian impulsif dari masing-masing individu juga mempunyai peranan

penting dalam perilaku pembelian impulsif. Faktor ini didasarkan pada

kepribadian konsumen. Jadi, fokus utama terletak pada individu bukan pada

lingkungan eksternal (Maymand dan Ahmadinejad, 2011). Impulse Buying

Tendency didefinisikan sebagai sejauh mana kemungkinan seorang individu untuk

melakukan perilaku pembelian yang sebelumnya tidak diinginkan, dengan segera,

dan tidak terpikirkan sebelumnya (Maymand dan Ahmadinejad, 2011).

Pembelian impulsif merupakan kecenderungan konsumen untuk

melakukan pembelian secara spontan, tanpa pertimbangan dan cepat. Kondisi

seperti ini menarik untuk dikaji secara mendalam karena ketika pelanggan berada

(20)

6

pembelian yang tidak terencana bukan merupakan prioritas utama, namun pada

kenyataannya konsumen kerap kali berada pada situasi ini dan melakukan proses

impulse buying secara berulang. Dunne and Lusch (2005) mengatakan bahwa

impulse buying adalah pengaruh yang timbul dari stimuli-stimuli yang disebabkan

oleh store environment yang konsumen rasakan. Secara keseluruhan, menurut

Peter dan Olson (2000) menyatakan bahwa kesenangan (pleasure) dan gairah

(arousal) mempengaruhi konsumen saat melakukan proses pembelanjaan.

Secara khusus, tulisan ini membahas dampak dari lingkungan toko

bersama impulse buying tendency pada perilaku pembelian impulsif. Dan sejalan

dengan penelitian sebelumnya penelitian ini menggunakan dorongan untuk

melakukan perilaku pembelian impulsif (Urge to Buy Impulsively) sebagai

variabel mediasi (Mohan et al., 2013). Dorongan untuk melakukan pembelian

impulsif merupakan sebuah gairah atau perasaan yang dialami terhadap suatu

objek dalam lingkungan toko. Hal ini jelas mendahului perilaku impulsif yang

sebenarnya (Beatty dan Ferrell, 1998).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying

Behaviour?

2. Bagaimanakah pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse

(21)

7

3. Bagaimanakah pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy

Impulsively?

4. Bagaimanakah pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to Buy

Impulsively?

5. Bagaimanakah pengaruh Urge to Buy Impulsively terhadap Impulse

Buying Behaviour?

6. Bagaimanakah perbedaan perilaku pembelian impulsif di Mall Bali

Galeria dan Beachwalk?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Store Environment terhadap Impulse Buying

Behaviour.

2. Untuk menganalisis pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Impulse

Buying Behaviour.

3. Untuk menganalisis pengaruh Store Environment terhadap Urge to Buy

Impulsively.

4. Untuk menganalisis pengaruh Impulse Buying Tendency terhadap Urge to

Buy Impulsively.

5. Untuk menganalisis pengaruh Urge to Buy Impulsively terhadap Impulse

Buying Behaviour.

6. Untuk mengetahui perbedaan perilaku pembelian impulsif di Mall Bali

(22)

8 1.4 Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan secara teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memperkuat temuan empiris

sebelumnya serta menambah acuan dalam melakukan penelitian

berikutnya jika hasil yang didapat tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya.

2) Kegunaan secara praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan, masukan dan informasi yang berguna bagi

perusahaan-perusahaan dalam mengambil kebijakan, terutama dalam faktor-faktor

yang mempengaruhi impulse buying serta mampu memberikan

masukan – masukan dan dijadikan acuan serta refrensi dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini ditulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini mencakup konsep atau teori yang relevan mengenai store

(23)

9

impulse buying behaviour serta perumusan hipotesis penelitian

yang didukung dengan penelitian sebelumnya.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain

penelitian, ruang lingkup penelitian, objek penelitian, identifikasi

variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data,

populasi, sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan

data, dan teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan gambaran umum Mall Bali Galeria dan

Beachwalk, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan hasil

penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran

(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Impulse Buying Behaviour

Impulse buying behaviour merupakan tindakan membeli yang sebelumnya

tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari pertimbangan, atau niat membeli yang

terbentuk sebelum memasuki toko. Bisa juga dikatakan suatu desakan hati yang

tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan tidak direncanakan untuk membeli

sesuatu secara langsung, tanpa banyak memperhatikan akibatnya (Mowen dan

Minor, 2002:10). Hal yang serupa dikemukakan oleh Rook (1987) dan Sultan et

al. (2011). Menurut Levy dan Weitz (2012:92) impulse buying merupakan

keputusan pembelian yang dilakukan konsumen langsung di tempat setelah

melihat suatu barang. Utami (2010:50) menyatakan impulse buying merupakan

perilaku pembelian yang dilakukan dalam toko, dimana pembelian berbeda dari

yang direncanakan konsumen.

Ada tiga karakteristik yang membedakan perilaku impulse buying dengan

perilaku pembelian lainnya, yaitu (1) tidak terencana atau diinginkan; (2) tidak

dibutuhkan ; dan (3) bersifat spontan atau tiba-tiba (Maymand dan Ahmadinejad,

2011). Impulse buying mengacu pada sebuah situasi dimana konsumen tidak

mencari suatu produk tapi akhirnya membeli produk. Pembelian yang tidak

dibutuhkan mengacu pada kurangnya pertimbangan dan evaluasi dari konsumen

(25)

11

1987). Ketiga, waktu antara saat melihat dan membeli produk sangat singkat (Lee

dan Kacen, 2002). Konsumen membeli produk dengan terburu-buru atau segera

tanpa pertimbangan sebelumnya (Dawson dan Kim, 2009).

Menurut Japarianto dan Sugiharto (2011) mengklasifikasikan perilaku

pembelian tidak terencana sebagai berikut:

1. Planned impulse buying

Pembelian tanpa rencana yang dilakukan oleh konsumen tanpa ada

kepastian akan membeli produk apa namun sudah merencanakan untuk

berbelanja ketika berangkat ke toko.

2. Reminder impulse buying

Pembelian spontan yang dilakukan konsumen ketika mereka teringat

untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dapat diasumsikan bahwa

sebelumnya konsumen telah pernah melakukan pembelian dan

memutuskan untuk melakukan pembelian kembali.

3. Suggestion impulse buying

Pembelian yang dilakukan pada saat konsumen melihat produk, melihat

tata cara pemakaian atau manfaatnya dan memutuskan untuk

melakukan pembelian.

4. Pure impulse buying

Pembelian impulsif yang dilakukan oleh konsumen karena adanya

luapan emosi sehingga melakukan pembelian terhadap produk atau

barang diluar kebiasaan pembeliannya sehingga hal ini murni berasal

(26)

12

Menurut Engel et al. (1995:203) menyatakan bahwa pembelian impulsif mungkin

memiliki satu atau lebih karakteristik berikut ini:

a. Spontanitas, menunjukkan pembelian ini tidak diharapkan dan

memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respon

terhadap stimuli visual yang langsung di tempat jualan.

b. Kekuatan, kompulsif, dan intensitas, menunjukkan adanya motivasi

untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan

seketika.

c. Kegairahan dan stimulasi, menunjukkan desakan mendadak untuk

membeli sering disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai

menggairahkan, menggetarkan, atau liar.

d. Ketidakpedulian akan akibat, menunjukan desakan untuk membeli

dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang negatif

mungkin diabaikan.

2.1.2 Urge to Buy Impulsively

Dalam Mohan et al. (2013) disebutkan bahwa urge to buy impulsively

(urge) merupakan sebuah perasaan yang dialami saat melihat atau menemui

sebuah objek di dalam lingkungan toko seperti produk tertentu, sebuah model

produk ataupun merek dari suatu produk (Rook, 1987). Seiring dengan konsumen

yang mencari-cari di dalam toko, mereka merasakan dorongan yang terus

bertambah dan keinginan untuk melakukan perilaku pembelian impulsif terus

(27)

13

stimulus munculnya dorongan untuk melakukan impulse buying (Sutisna,

2001:163).

Urge to buy impulsively merupakan dorongan perasaan yang dialami

seseorang secara tiba-tiba dan spontan untuk segera membeli produk yang

diinginkan. Namun, kebutuhan atau keinginan, walaupun sering kuat,

kadang-kadang tak tertahankan, tetapi tidak selalu dilakukan (Rook dan Fisher, 1995:305).

Menurut Hoch dan Loewenstein (1991:142) individu menggunakan berbagai

strategi untuk mendapatkan beberapa kontrol atas keinginannya, sedangkan

menurut Beatty dan Ferrel (1998:172) tampaknya masuk akal untuk

mempertimbangkan keputusan dan perilaku secara terpisah. Jadi, merasakan

dorongan untuk membeli impulsif adalah keinginan dari pengalaman yang lalu

dalam menghadapi suatu objek dalam lingkungan. Hal ini jelas mendahului

tindakan impulsif yang sebenarnya (Novy Gunadhi, 2012).

Konsumen dapat merasakan dorongan untuk melakukan perilaku

pembelian impulsif saat melihat atau menemui beberapa hal seperti program

promosi dari suatu produk (Muruganantham dan Bhakat, 2013). Xu (2007)

menyatakan bahwa lingkungan toko juga akan mempengaruhi dorongan untuk

melakukan impulse buying hingga akhirnya konsumen akan melakukan tindakan

yang sebenarnya dari impulse buying tersebut. Rook dan Hoch (1985) mengatakan

impulse buying berawal dari sensasi yang dirasakan konsumen dan persepsi yang

terbentuk dari stimuli eksternal seperti lingkungan toko dan diikuti dengan urge to

(28)

14 2.1.3 Impulse Buying Tendency

Impulse Buying Tendency didefinisikan sebagai sejauh mana kemungkinan

seorang individu untuk membuat pembelian yang tidak diinginkan, segera, dan tak

terpikirkan sebelumnya (Maymand dan Ahmadinejad, 2011). Beberapa peneliti

telah menyarankan bahwa ciri-ciri kepribadian konsumen bisa memberikan

contoh perilaku impulsif lebih dari ciri-ciri lainnya (Beatty dan Ferrell, 1998;

Rook dan Fisher, 1995). Sunarto (2003:31) menyatakan bahwa kepribadian

merujuk pada pola perilaku tertentu, seperti impulse buying tendency, yang

menandai tanggapan seseorang terhadap berbagai situasi. Perilaku membedakan

seseorang dengan yang lainnya, oleh karena itu kecenderungan masing – masing

orang dalam melakukan impulse buying akan berbeda – beda (Mowen dan Minor,

2002:57). Hal yang serupa juga disampaikan oleh Mangkunegara (2002:46) yang

dimana kecenderungan dari masing – masing individu akan mempengaruhi

keputusan mereka saat akan membeli barang.

Menurut Park dan Lennon (2006) perilaku pembelian impulsif merupakan

konflik emosional yang dialami oleh seseorang dalam menentukan untuk

melakukan pembelian tidak terencana atau tetap pada rencana pembelian semula.

Rook (1987) juga menyatakan bahwa ada beberapa motivasi psikologis dari

masing – masing individu untuk melakukan pembelian impulsif yang dirasakan

saat berbelanja. Pemaparan visual secara langsung ataupun tindakan promosi akan

meningkatkan kecenderungan individu untuk melakukan pembelian impulsif.

Namun terkadang tanpa suatu alasan atau rangsangan yang jelas bisa saja individu

(29)

15

melakukan pembelian impulsif telah dikonsepsikan sebagai karakteristik dari

masing – masing individu (Park dan Lennon, 2006) yang mempengaruhi respon

diri pada stimulus lingkungan.

Karakteristik dari masing – masing individu berbeda dan telah dianggap

sebagai keunikan dari individu tersebut. Konsumen memiliki berbagai tingkat

risiko saat memutuskan untuk melakukan pembelian impulsif. Hal ini bergantung

pada jenis produk yang dibeli dan masing – masing individu (Mishra et al., 2014).

Individu yang impulsif akan kesulitan dalam menahan diri mereka untuk

melakukan pembelian impulsif secara konsisten. Penelitian menyatakan bahwa

ciri-ciri kepribadian ini dapat membantu menentukan tingkat Impulse Buying

Tendency seseorang (Beatty dan Ferrell, 1998; Rook dan Fisher, 1995).

Youn dan Faber (2000) menemukan bahwa konsumen dengan Impulse

Buying Tendency yang tinggi lebih cenderung dipengaruhi oleh rangsangan

pemasaran seperti iklan, elemen visual, atau hadiah promosi dan dengan demikian

cenderung meningkatkan responnya untuk membeli secara impulsif.

2.1.4 Store Environment

Perusahaan retail merancang lingkungan toko dengan cara yang akan

meningkatkan perasaan positif konsumen, dengan asumsi bahwa ini akan

mengakibatkan perilaku konsumen yang diinginkan, seperti kemauan tinggi untuk

membeli atau tinggal di toko lebih lama. Suprapti (2010:69) menjelaskan bahwa

setiap orang menerima stimuli eksternal melalui berbagai media yang dirasakan

oleh indera manusia. Seseorang menerima stimuli sensori melalui pandangan,

(30)

16

pengalaman belanja konsumen telah lama dihargai. Lingkungan dalam toko,

desain toko, dan presentasi atau lokasi barang dalam toko memiliki pengaruh yang

signifikan pada perilaku pembelian (Levy dan Weitz, 2012:467).

Salah satu studi komprehensif tentang pengaruh lingkungan toko

dilakukan oleh Baker et al. (2002). Studi ini menunjukkan pengaruh signifikan

positif lingkungan toko terhadap pemikiran konsumen. Hal ini sesuai dengan yang

diutarakan pula oleh Sutisna (2001:84). Tiga jenis isyarat lingkungan toko

dipelajari dalam penelitian Baker et al. (2002): ambient, desain, dan sosial. Isyarat

Ambient mengacu pada karakteristik latar belakang toko, seperti suhu,

pencahayaan, kebisingan, musik, dan aroma. Isyarat desain meliputi rangsangan

yang ada di garis depan kesadaran konsumen, seperti arsitektur, warna, dan bahan.

Isyarat-isyarat sosial mengacu pada kondisi yang berkaitan dengan jumlah, jenis,

dan perilaku pelanggan dan karyawan, dan karakteristik yang sama (Bitner, 1992).

Selain itu tingkat kepadatan dan jumlah pengunjung sebagai refleksi dari ketiga

aspek tersebut juga dapat mempengaruhi keinginan konsumen untuk melakukan

perilaku pembelian impulsif (Xu, 2007).

Donovan et al. (1994) dan Mohan et al. (2013) menunjukkan bahwa

suasana toko memberikan kesenangan, hingga konsumen akan menghabiskan

waktu dan uang lebih banyak juga bahwa tata letak yang baik mengurangi "tingkat

informasi", yaitu tata letak yang baik membantu konsumen menemukan produk

dan informasi dengan mudah, tidak seperti jika tata letak suatu toko rumit.

Konsumen akan memerlukan informasi yang lebih banyak dan sulit didapat.

(31)

17

dipengaruhi secara positif oleh lay out toko, tetapi banyak efek negatif yang akan

timbul jika penempatan lay out yang salah, seperti penempatan counter di dalam

toko yang menyebabkan ruang gerak pengunjung menjadi terhalangi.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan lingkungan toko beserta

hal – hal yang terkait di dalamnya mengungkapkan adanya hubungan positif

antara perilaku konsumen dengan lingkungan toko juga penilaian positif terhadap

barang dagangan (Guenzi et al., 2009). Pelanggan mencari sistem pembayaran

yang cepat dan efisien, visual yang baik dari barang yang diperdagangkan, dan

tanda-tanda yang bersifat informatif dalam toko (Ghosh et al., 2009). Gairah yang

disebabkan oleh adanya musik dan aroma dalam toko meningkatkan kadar

kesenangan dan yang pada gilirannya akan berpengaruh positif pada perilaku

pendekatan, dan kepuasan dengan pengalaman belanja (Mohan et al., 2013).

Di toko sendiri pemasaran memiliki efek yang nyata pada perhatian visual

(Chandon et al., 2009). Situasi tertentu dan pengaturan toko akan mempengaruhi

baik tanggapan setelah konsumen berada dalam toko maupun keputusan

pemilihan toko di masa depan. Hal ini karena adanya perubahan dan harapan juga

preferensi serta lingkungan yang mempengaruhi konsumen itu sendiri (Maymand

dan Ahmadinejad, 2011). Ini menunjukkan bahwa lingkungan toko dan

pandangan saat berada di dalamnya merupakan hal yang paling efektif dalam

pemilihan toko, dan keadaan visual merchandising di toko memainkan peran kritis

dalam hal ini (Kim, 2003). Rangsangan toko menyajikan berbagai jenis bantuan

informasi bagi mereka yang pergi ke toko tanpa merencanakan dan mengetahui

(32)

18

mereka diingatkan atau mendapatkan gagasan tentang apa yang mereka mungkin

perlu setelah melihat sekeliling toko.

Perilaku pembelian impulsif adalah respon yang terbentuk sebagai hasil

dari dihadapkannya dengan rangsangan yang memicu keinginan yang pada

akhirnya memotivasi konsumen untuk membuat keputusan pembelian yang tidak

direncanakan saat memasuki toko (Kim, 2003). Itulah mengapa lingkungan toko

berperan besar dalam membentuk perilaku pembelian impulsif dari konsumen.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh store environment terhadap urge to buy impulsively

Musik adalah komunikasi non-verbal yang penting, umumnya digunakan

untuk meningkatkan atmosfer toko dan kadang-kadang dapat menyebabkan

pembelian yang tidak direncanakan ataupun impulse buying (Mattila dan Wirtz,

2008). Musik membuat orang tinggal lebih lama, menghabiskan lebih banyak

waktu dan uang dari biasanya (Milliman, 1982), maka ada kemungkinan bahwa

beberapa pembelian yang dilakukan tidak direncanakan dan mungkin

menghasilkan impulse buying. Bahkan musik dan pencahayaan menjadi pemicu

penting dalam perilaku pembelian impulsif (Mohan et al., 2013). Teknik

pencahayaan yang baik membantu menciptakan suasana yang tepat (seperti di

sebuah restoran). Sebuah toko dengan pencahayaan yang tepat dapat menarik

pembeli untuk memasuki toko dan menciptakan desakan untuk membeli (Mohan

et al., 2013). Sistem pencahayaan yang dirancang dengan baik dapat membawa

(33)

19

penjualan poin kunci, menciptakan suasana kegembiraan, mendorong dampak

positif, atau hanya membuat daerah kunci menjadi aman dan terlihat (Mohan et

al., 2013). Faktor lingkungan termasuk musik dan pencahayaan memiliki efek

positif pada gairah dan semua ini dapat memicu keinginan (dorongan) untuk

pembelian impulsif. Tata letak yang optimal memberikan kemampuan untuk

memfasilitasi akses terhadap informasi dan alat bantu pembelanja dalam

pengambilan keputusan. Sebuah tata letak yang baik membuat bahkan pembelanja

utilitarian membeli tambahan dengan menciptakan dorongan di dalamnya (Mohan

et al., 2013). Penelitian Mattila and Wirtz (2008) menunjukkan bahwa lingkungan

toko sangat merangsang dan menyenangkan sehingga akan menyebabkan

peningkatan dorongan dalam pembelian. Penjual dapat membimbing konsumen

untuk mengeksplorasi toko dan berbagai produk, sehingga merangsang keinginan

untuk membeli secara impulsif. Begitu pula yang diungkapkan oleh Sutisna

(2001:64) bahwa faktor – faktor sensori dalam toko akan menjadi dorongan bagi

konsumen untuk melakukan impulse buying.

H1 : Store environment berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap urge

to buy impulsively

2.2.2 Pengaruh impulse buying tendency terhadap urge to buy impulsively Masing – masing individu memiliki kecenderungan untuk melakukan

impulse buying yang berbeda, dan hal tersebut menjadi dorongan bagi mereka

untuk melakukan impulse buying (Sumarwan, 2002:295). Sejalan dengan Beatty

dan Ferrell (1998), impulse buying tendency (IBT) yang merupakan

(34)

20

membeli spontan, dengan sedikit atau tanpa musyawarah atau pertimbangan akan

konsekuensi yang mungkin diterima dikemukakan pula oleh Mohan et al. (2013).

Konsumen dengan skor IBT tinggi lebih mungkin untuk mengalami dorongan

impulsif dan membeli secara impulsif di toko ritel (Beatty dan Ferrell, 1998).

Dalam penelitian Hanzaee dan Taherikia (2010) juga menyatakan adanya

hubungan yang positif dan signifikan sebagaimana yang dikemukakan oleh

Mohan et al. (2013).

H2 : Impulse buying tendency berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap urge to buy impulsively

2.2.3 Pengaruh urge to buy impulsively terhadap impulse buying behavior Konsumen terus mengalami dorongan impulsif selama perjalanan belanja

mereka karena mereka melihat sekitar toko (Rook, 1987; Beatty dan Ferrell,

1998), dan mereka tidak dapat menahan dorongan impulsif meskipun mereka

telah melakukan upaya terbaik untuk mengendalikan atau mengatur keinginan

tersebut (Baumeister, 2002). Sejalan dengan hasil penelitian dari Mohan et al.

(2013) yaitu adanya hubungan yang positif dan signifikan antara urge to buy

impulsively dan impulse buying behaviour. Suprapti (2010:50) juga menyatakan

bahwa dorongan pada umumnya akan mendahului perilaku yang sebenarnya.

H3 : Urge to buy impulsively berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

impulse buying behaviour

2.2.4 Pengaruh store environment terhadap impulse buying behaviour

Pramuniaga, penataan barang, tatanan toko merupakan indikator yang

(35)

21

berpengaruh terhadap proses pembelian (Mangkunegara, 2002:4). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2015) menyatakan bahwa stimulus store

environment berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying.

Kesimpulan itu juga didukung oleh hasil penelitian Yistiani dkk. (2012) yang

menunjukkan bahwa atmosfer gerai, pelayanan ritel dan nilai hedonic juga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian impulsif. Hasil penelitian

ini searah dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliartini dan Sulistyawati

(2014). Hasil penelitian Hetharie (2011), Chen (2008), Mattila dan Wirtz (2008)

serta Turley dan Milliman (2000) juga mengimplikasikan semakin meningkatnya

Store Environment, maka kecenderungan Impulse Buying pun akan semakin besar.

H4 : Store environment berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap impulse

buying behavior.

2.2.5 Pengaruh impulse buying tendency terhadap impulse buying behaviour Menurut Maymand and Ahmadinejad (2011) berdasarkan penelitian yang

mereka lakukan, antara impulse buying tendency dan impulse buying behavior

memiliki hubungan positif dan signifikan. Chen (2008) dan Suprapti (2010:54)

juga mengatakan bahwa semakin tinggi impulse buying tendency seseorang maka

semakin tinggi pula kecenderungan mereka untuk melakukan impulse buying. Hal

ini juga memperkuat hasil penelitian sebelumnya dari Beatty dan Ferrell (1998)

yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi impulse buying

behavior adalah impulse buying tendency. Mowen dan Minor (2002:10)

menyatakan bahwa kepribadian konsumen yang berbeda dalam tingkat impulse

Gambar

Tabel Halaman
Tabel 1.1 Penelitian Pendahuluan

Referensi

Dokumen terkait

The data used in the Indonesia Specialized Financial Institutions Statistics are derived from Indonesia Eximbank Monthly Report, PT Pegadaian (Persero) Monthly

Hasil simulasi Comsol menunjukkan bahwa tekanan yang terjadi dari variasi bentuk pembuluh darah tidak mengalami perubahan yang signifikan, namun untuk tegangan yang terjadi

Kendala tanah masam dapat diatasi dengan menggunakan varietas jagung toleran tanah masam dan kekeringan serta disertai perbaikan kesuburan tanah melalui ameliorasi

sekunder tuba auditiva karena efek tuba auditiva yang kering, reaksi inflamasi sekunder terhadap deposisi partikel dan gangguan ventilasi akibat mekanisme refleks,

Proses ini pada umumnya untuk menampung kembali posfat untuk membuat lecithin kedelai dan juga menghilangkan material yang dapat mengendap selama pengapalan

Pada kebijaksanaan ini kepada petani dijamin suatu harga dasar tetapi karena komoditas tersebut merupakan bahan makanan yang penting sekali untuk kehidupan

Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang berhubungan dengan

Fungsi mahalabiu yang digunakan, yakni (1) fungsi untuk gurauan atau bahan bercandaan, (2) fungsi untuk menguji kepandaian, (3) fungsi sebagai alat untuk menyindir seseorang,