• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Kasus Hernia Inguinalis pada Anjing mix Pomeranian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan Kasus Hernia Inguinalis pada Anjing mix Pomeranian."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENANGANAN KASUS HERNIA INGUINALIS PADA ANJING MIX POMERANIAN

Oleh

Luh Made Sudimartini I Wayan Nico Fajar Gunawan

I Wayan Wirata

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak dipelihara oleh manusia. Anjing banyak memberi manfaat pada manusia salah satunya bisa menjadi teman, penjaga rumah dan ternak, pemburu, penyelamat, dan sebagai pelacak di kepolisian. Manfaat anjing sangatlah banyak bagi manusia maka dari itu kesehatan anjing-anjing harus dijaga. Penyakit pada anjing bisa didapat dari faktor keturunan (herediter) dan penyakit yang diperoleh dari luar, misalkan penyakit yang disebabkan virus, bakteri, dan jamur (Slatter, 2003).

Penyakit herediter merupakan penyakit atau gangguan yang secara genetik diturunkan dari induk kepada keturunannya. Penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh mutasi atau cacat dalam gen atau struktur kromosom yang dapat turun-temurun. Penyakit yang bersifat herediter banyak terjadi pada anjing meskipun tidak berbahaya terhadap keselamatan anjing, namun dapat menurunkan aktivitas anjing. Salah satu dari kelainan anatomi yang bersifat herediter adalah hernia. Hernia merupakan kondisi abnormal yang disebabkan oleh protursi atau penonjolan keluar dari organ visceral melalui celah atau lubang menuju rongga tubuh yang lain. Hernia dapat dikenali dari adanya tiga ciri utama yaitu cincin hernia, kantung hernia yang terdiri dari peritoneum dan isi hernia berupa lipatan usus halus atau bagian dari uterus (Knudson, 1960). Hernia kerap ditemukan pada anjing serta dapat mengganggu pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan kematian. Salah jenis hernia yang umum ditemukan pada anjing adalah hernia inguinalis (Budhi, 2011).

(5)

abdomen. Penutupan cincin hernia juga mutlak dilakukan untuk mencegah portusi kembali dari organ visceral. Manajeman pasca pembedahan dilakukan untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah adanya infeksi (Hartiningsih, 1999). 1.2 Tujuan

Tujuan daripada penulisan artikel ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan pasca pembedahan penyakit hernia inguinalis pada anjing.

1.3 Manfaat

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hernia Inguinalis

Hernia adalah suatu persembulan organ visceral abdominal melalui suatu lubang (gerbang), masuk ke dalam suatu kantong yang terdiri dari peritoneum, tunika flava, dan kulit (Sudisma et al., 2006). Hernia terdiri dari kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia (Foster dan Smith, 2007). Berbagai macam hernia menurut lokasinya menurut Hines (2012), antara lain : hernia abdominalis (hernia ventralis, paracostral, umbilikalis, dan inguinalis), hernia diafragmatika, hernia perianalis, dan hernia scrotalis. Hernia dapat terjadi secara kongenital ataupun dapatan. Menurut ukuran hernia terdapat dua macam jenis hernia, yakni hernia kecil dan hernia besar. Hernia dikatakan kecil apabila ukuran lubang hernia tidak lebih dari 2 cm, tidak berpengaruh pada kesehatan dan aktivitas anjing, serta penanganannya tidak perlu dilakukan operasi. Sedangkan hernia besar adalah hernia yang ukuran lubangnya lebih dari 2 cm, dapat mempengaruhi kesehatan dan aktivitas anjing, serta memerlukan penanganan untuk mengatasi hernia tersebut.

2.1.1 Etiologi

(7)

2.1.2 Gejala Klinis

Tanda klinis dari hernia inguinalis pada anjing adalah berupa tonjolan unilateral atau bilateral pada bagian lipatan paha dengan konsistensi yang kenyal. Bila dipalpasi lebih dalam akan terasa cincin hernia yang terletak pada bagian unguinal. Rasa sakit yang timbul tergantung dari tingkat keparahan hernia.

2.1.3 Diagnosa

Diagnosa dapat diteguhkan dengan melihat tanda klinis berupa adanya cincin hernia, kantung hernia dan isi hernia.

2.1.4 Penanganan

Hernia harus segera ditangani sedini mungkin. Hernia dengan cincin yang lebar menyebabkan organ visceral yang keluar dari rongga abdomen semakin banyak. Hal ini dapat menimbulkan kematian bila berlangsung dalam waktu lama. Hernia inguinalis dapat ditangani dengan melakukan pembedahan untuk mereposisi dan menutup cincin hernia.

2.2 Kesembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena berbagai kegiatan bio-seluler, bio-kimia terjadi berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi klinik saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahamam dan penelitian yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaian bahan pengobatan yang telah berhasil memberikan kesembuhan.

Penyembuhan luka melibatkan integrasi proses fisiologis. Sifat penyembuhan pada semua luka sama, dengan variasinya bergantung pada lokasi, keparahan, dan luasnya cedera. Kemampuan sel dan jaringan melakukan regenerasi atau kembali ke struktur normal melalui pertumbuhan sel juga mempengaruhi penyembuhan luka (Morris, 1995).

(8)

(swealling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain), dan kerusakan fungsi ( impaired function). Proses penyembuhan mencakup beberapa fase:

2.2.1. Fase inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai homeostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi vasokonstriksi“ yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan mentup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensori lokal (sensory nerve ending), local reflex action dan adanya substansi vasodilator (histamine, bradikinin, serotonin, dan sitokinin). Histamin juga menyebabkan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi oedema jaringan, dan keadaan lingkungan tersebut menjadi asidosis. Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan: eritema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau ke-4.

2.2.2. Fase Proliferatif

(9)

(rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka . sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertananm didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan “granulasi” .

Fase profileferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

2.2.3. Fase Destruktif

Fase destruktif merupakan fase pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Pembersihan terhadap jaringan mati yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancurkan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. Meski demikian, penyembuhan berhenti bila makrofag mengalami deaktivasi. Sel-sel tersebut tidak hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang mengalami divitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang pembentukkan fibroblas, yang melakukan sintesa struktur protein kolagen dan menghasilkan sebuah faktor yang dapat merangsang angiogenesis.

2.2.4. Fase maturasi

(10)

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang produksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka (Baxter, 1990).

Luka dikatakan jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Luka

(11)
(12)

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi 3.1.1 Hewan

Hewan yang digunakan sebagai kasus adalah anjing jenis pomeranian jantan umur 4 tahun dengan bobot tubuh 6,5 kg. Tanda klinis yang terlihat adalah berupa benjolan dengan konsistensi lembek pada bagian inguinal kanan hingga bagian skrotum.

3.1.2 Alat-alat

Pinset anatomis, pinset sirurgis, gunting bengkok, gunting jaringan, scalpel, needle holder, allis forcep, tampon, kapas, kain kasa, plester, jarum bedah penampang bulat dan penampang segitiga, benang vicryl 2/0, chromic catgut 3/0, silk 3/0, timbangan, pencukur rambut, sarung tangan, masker, penutup kepala, dan baju bedah.

3.1.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi alcohol, iodine, atropin sulfat, ketamine, xylazine, laktat ringer, NaCl fisiologis, oxytral dan novaldon.

3.2 Metode 3.2.1 Preoperasi

Sebelum masuk melakukan tindakan bedah perlu dilakukan pemeriksaan fisik terhadap berbagai indikator penting untuk menunjang keberhasilan operasi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan suhu tubuh dengan sebesar 39,2˚C, frekuensi respirasi 20 x/menit, denyut jantung 128 x/menit, pulsus 128 x/menit, berat badan 6,5 kg dan CRT 2 detik. Pemeriksaan di atas bertujuan untuk memastikan bahwa konsisi fisik pasien cukup stabil untuk dilakukan pembedahan serta penentuan dosis obat yang akan digunakan.

(13)

Premedikasi menggunakan atropin sulfat disuntikkan sebanyak 0,7 ml secara subkutan (penghitungan dosis terlampir). Setelah pemberian atropin sulfat, pemasangan IV katater dipasang sekaligus pemasangan infus. 10 menit setelah pemberian atropin, anjing disuntikkan anastesi dengan ketamin sebanyak 0,8 ml dan xylazin 0,6 ml secara intravena melalui infus. Bila anjing sudah teranastesi maka dipasang stomach tube untuk mengeluarkan isi lambung, kateter urin untuk mengeluarkan urin, Endotracheal Tube untuk pengaturan nafas dan anastesi inhalasi bila diperlukan.

3.2.2 Prosedur Operasi

Hewan diposisikan rebah dorsal, dan bagian yang akan diinsisi dibersihkan dengan alkohol dan iodine untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme saat operasi. Kain drape diposisikan di bagian inguinal pada area insisi dan dijepit menggunakan towel clamp. Lakukan reposisi dengan menekan pada hernia untuk menentukan lokasi cincin hernia sebagai acuan untuk melakukan insisi. Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan tepat di atas dari cincin hernia. Kulit diinsisi dengan hati-hati agar tidak sampai melukai organ yang terdapat pada kantung hernia. Isi hernia seperti usus dijaga agar tidak kering dengan dibasahi menggunakan NaCl fisiologis.

Gambar 1. Insisi pada Kulit dan Subkutan

(14)

abdomen. Cincin hernia yang sempit dapat dilebarkan dengan menggunakan gunting jaringan untuk memudahkan reposisi isi hernia. Pelebaran cincin hernia harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak memotong arteri dan vena yang ada disekitarnya.

Gambar 2. Lokasi Cincin Hernia

Bila isi hernia telah direposisi, pada bagian tepi cincin hernia dibuat luka baru dengan menggunakan scalpel atau gunting jaringan untuk memungkinkan terjadinya penyatuan jaringan. Cincin hernia yang telah dibuat luka buatan dijahit menggunakan benang vicryl 2/0 dengan pola terbutus sederhana. Jahitan dilakukan sepanjang cincin hernia kemudian pastikan tidak terdapat celah yang memungkinkan terjadi hernia kembali.

Gambar 3. Memperlebar Cincin Hernia

(15)

dengan benang chromic catgut 3/0 dengan pola jahitan menerus sederhana. Kulit dijahit menggunakan benang silk 3/0 dengan pola jahitan terputus sederhana.

Gambar 4. Cincin Hernia dijahit

Luka jahitan diberikan iodine untuk mencegah infeksi kemudian disuntikan Betamox LA 0,6 ml.

Gambar 5. Pemberian iodine pada Luka Jahitan

Selama operasi, dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien setiap 10 menit yang meliputi monitoring suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, frekuensi pulsus, dan mukosa(CRT) (Sudisma et al., 2006).

3.2.3 Pasca Operasi.

Setelah selesai operasi, luka jahitan dioles dengan povidine iodine dan ditutup kassa. Selama operasi, dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien setiap 10 menit yang meliputi monitoring suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, frekuensi pulsus, dan mukosa (CRT) (Sudisma et al., 2006).

(16)
(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Hasil pengamatan pasca operasi hernia inguinalis pada anjing mix Pomeranian dapat dilihat pada Tabel 1.

Table 1. Hasil pengamatan pasca operasi

Hari Perubahan Klinis Terapi

1 Luka jahitan masih basah, bengkak dan kemerahan. Nafsu makan turun dan minum normal.

Oxytetracyclin + Asam Mefenamat

2 Luka jahitan masih basah, bengkak dan kemerahan. Nafsu makan dan minum normal

Oxytetracyclin + Asam Mefenamat

3 Luka jahitan mulai kering, bengkak berkurang dan kemerahan, nafsu makan dan minum normal

Oxytetracyclin + Asam Mefenamat

4 Luka jahitan mulai kering, bengkak berkurang dan kemerahan.Nafsu makan dan minum normal.

Amoxixilin sirup + Limoxin

5 Kondisi luka masih sama seperti hari ke-4 pasca operasi.

Amoxixilin sirup + Limoxin

6 Beberapa benang pada luka jahitan terputus tapi luka jahitan masih tertutup.Kemerahan terjadi pada bekas benang jahitan.

Amoxixilin sirup + Limoxin

7 Luka jahitan mulai kering dan tidak bengkak. Kemerahan dengan intensitas ringan pada daerah benang.

Amoxixilin sirup + Limoxin

8 Jahitan kering namun benang masih belum dilepas Nafsu makan dan minum bagus.

Amoxixilin sirup + Limoxin

9 Jahitan kering namun benang masih belum dilepas Nafsu makan dan minum bagus.

Limoxin

4.2 Pembahasan

(18)

Bekas luka yang bengkak, kemerahan, terasa hangat dan sakit adalah tanda peradangan. Respon inflamasi akut terjadi segera setelah terjadi perlukaan yang diawali dengan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga terjadi sumbatan trombosit yang diperkuat oleh fibrin pada pembuluh darah yang pecah. Jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamin dan mediator inflamasi lainnya yang menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan suplai darah ke jaringan luka menyebabkan luka tampak kemerahan dan terasa hangat. Kebengkakan atau edema lokal terjadi akibat peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan serum dan cairan darah yang kaya protein mengalir ke dalam spasium interstitial. Selain reaksi radang, pembersihan luka juga terjadi pembersihan jaringan dan bakteri oleh sel polimorf dan makrofag. Proses ini terjadi dari hari pertama hingga hari ke-6 penyembuhan luka (Morison, 1992).

(19)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Anjing Pomerania umur 4 tahun mengalami hernia inguinalis yang ditandai protursi organ visceral ke rongga inguinal hingga scrotum. Penanganan dilakuakan dengan tindakan pembedahan untuk mereposisi isi hernia kembali ke rongga abdomen. Pembedahan dilakukan dengan menutup cincin hernia pada kanalis inguinalis. Perawatan pasca operasi dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka serta untuk mengamati proses kesembuhan luka. Kesembuhan luka mulai terlihat dari hari ke-8 pasca operasi.

5.2 Saran

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Baxter C: The normal healing process. In: New Directions in Wound Healing. Wound care manual; February 1990. Princeton, NJ: E.R. Squlbb & Sons, Inc; 1990.

Budhi, S. 2011. Hernia. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada

Dorland, W. A. N. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC

Foster, S., dan Smith, M. 2007. Hernia: Umbilical-Inguinal and Diaphragmatic. http://www.peteducation.com. Diakses pada tanggal 4 oktober 2015

Grace P, Borley N,.2006. ilmu Bedah. Penerbit Erlangga. Jakarta

Hartiningsih.1999. Hernia pada Anjing dan Penanganannya. Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas Gadjah Mada.

Hines, R. 2012. Hernias In Dogs And Cats. Diakses 4 Oktober 2015. http://www.2ndchance.info/ACC.htm.

Knudson, M. 1961. Repair of Umbilical Hernias in Swine. Iowa State University Veterinarian: V ol. 23: Iss. 3, Article 7

Morris PJ and Malt RA, eds: Oxford Textbook of Surgery. Sec. 1 Wound healing. New York-Oxford-Tokyo Oxford University Press: 1995.

Morison, M.J. 1992. Manajemen Luka. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah, Bagian 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Slater, D. H. 2003. Textbook of Small Animal Surgery, Volume 2. Elsevier Health Sciencz.

Gambar

Gambar 1. Insisi pada Kulit dan Subkutan
Gambar 2. Lokasi Cincin Hernia
Gambar 4. Cincin Hernia dijahit
Table 1. Hasil pengamatan pasca operasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini apabila terdapat perbedaan yang signifikan pada penyembuhan luka pasca herniorepair Bassini menggunakan kauter dan tanpa kauter, dengan hasil

S: anak mengatakan nyeri pada luka post operasi P : nyeri bertambah jika dipakai aktifitas Q: nyeri seperti menusuk-nusuk. R: kuadran kiri bawah (selangkangan)

Infeksi Se-NPV dapat mempengaruhi berat pupa yang terbentuk (Cabodevilla et al. 2011) dengan menurunkan laju makan larva akibat dari rusaknya jaringan pada

Menurut Fossum (2007), teknik operasi hernia abdominalis yang terjadi pada ligamen cranial pubis dapat dilakukan dengan melakukan insisi pada garis tengah ventral dan mencari cincin

a. Variabel bebas adalah mobilisasi. Variabel terikat adalah penyembuhan luka. Sedangkan variabel pengganggu adalah infeksi, riwayat luka sebelumnya dan usia yang akan

d. Riwayat penyakit dahulu: kaji riwayat DM karena DM memicu aterosklerosis, menghambat penyembuhan luka dan predisposisi infeksi. Hipertensi dan obesitas meningkatkan beban kerja

49 4.1.3 Hasil tabulasi pengaruh pemberian tumbukan daun sirih pada hewan coba mencit (mus musculus) terhadap proses penyembuhan luka insisi dengan tanda-tanda infeksi di hari