• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

HERMAWAN 1106695

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Oleh :

HERMAWAN

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Hermawan,2014.

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Dosen Pembimbing I

Dr.H. DUDI GUNAWAN, M.Pd. NIP. 196211211984031002

Dosen Pembimbing II

Dra. Hj. MIMIN TJASMINI, M.Pd. 195403101988032001

Mengetahui :

Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul Penelitian ...

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Grafik ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar belakang masalah ... 1

B. Sasaran tindakan ... 6

C. Rumusan masalah ... 7

D.Hipotesis tindakan ... 7

E. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR ... 10

A.Konsep Dasar Tunarungu ... 10

1. Pengertian Tunarungu ... 10

2. Klasifikasi Tunarungu ... 11

3. Dampak Ketunarunguan ... 12

(5)

b. Dampak ketunarunguan terhadap intelegensi ... 13

c. Dampak ketunarunguan terhadap perkembangan ... emosi dan sosial ... 13

B. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 14

1. Pengertian Berbicara ... 14

2. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 15

C. Pengajaran Bahasa dan Bina Bicara Siswa Tunarungu ... 16

D.Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 17

E. Konsep Dasar Media Gambar Peristiwa Berseri ... 18

1. Media pembelajaran ... 18

2. Media Gambar ... 19

3. Karakteristik Media Gambar ... 20

4. Media Gambar Peristiwa Berseri ... 21

5. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Gambar ... Peristiwa Berseri ... 23

6. Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri ... 25

F. Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A.Metode Penelitian ... 28

1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 29

2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas ... 34

(6)

lanjutan (Siklus II) ... 36

B. Setting Penelitian ... 38

C. Siklus Tindakan ... 39

D.Variabel Penelitian ... 39

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan / ... Pertanyaan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 43

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Kemampuan Awal setiap Siswa ... 48

2. Deskripsi Siklus I ... 50

3. Deskripsi Siklus II ... 63

C. Pembahasan ... 72

1. Pembahasan Kondisi Awal dan Siklus I ... 72

2. Pembahasan Siklus II ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Implikasi ... 79

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran

(7)

ABSTRAK

Hermawan, NIM.1106695. PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA

BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB DI SLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA. Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi, Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Agustus 2014.

Siswa tunarungu memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa dan berbicara. Kemampuan berbicara pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa tunarungu dapat berbicara dengan artikulasi yang benar, intonasi atau nada yang benar, dan penggunaan kata atau kalimat yang tepat. Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu penulis menggunakan media gambar peristiwa berseri, dengan cara menampilkan gambar cerita/peristiwa tentang kegiatan sehari-hari secara berurutan. Sasaran penelitian adalah siswa Tunarungu kelas III yang berjumlah 3 siswa. Tehnik pengumpulan data dengan tes yang di terapkan dalam siklus I dan siklus II. Dengan kriteria penilaian sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis data deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki guru dalam KBM sehingga prestasi akademik siswa meningkat dan penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

(8)

ABSTRACT

Hermawan, NIM. 1106695.Using media picture event shine to increase ability

speak student deaf at subject language Indonesian class III SDLB Al-Ichlas Jayaratu Tasikmalaya.to years 2013/2014.Skripsi ,Bandung: Faculty of education University Education Of Indonesia.

Student deaf have obstacle in development language and speak to ability speak at research action class room this student deaf can speak with good articulation, good intonation and good using word or sentence. To increase ability speak student deaf writer using media picture event shine with mind show picture story or event about activity every day in series. Object research student deaf class III SDLB the number three student. Technik acumulation data with test to making in siclus 1 and 2. With criteria good evaluation, good, enought, minus, every minus. Analysis data did with technik analysis data descriptive comparatif result tes condition beginning,price a test siclus 1 and 2.object research indicate increase inside abilty speak student deaf as active participate inside activity study teach ,a make trust self or mettle to speak, ask a question and receive dialogue other person,give planting draft word and sentence in concrete,treasury word student more rise,increase interaction and comunication student in area,increase achievement study at lesson language indonesian .research this expect can repair teacher inside KBM until achievement academic student rise and research this can bread this research furthermore.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan

manusia lainnya, dan manusia dituntut menguasai bahasa yang digunakan

sebagai alat berinteraksi dengan sesamanya.

Manusia bukan hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial.

Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan

interaksi baik dengan manusia dilingkungan terdekatnya maupun

dilingkungan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua manusia mampu

berinteraksi baik dengan lingkungannya, hal ini terjadi pada anak

berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami

hambatan dalam berbicara dan berbahasanya, sehingga mengalami

keterlambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan

interaksi, dan komunikasi. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa

menyebabkan anak tunarungu sering disebut anak yang miskin bahasa

(verbal).

Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan

perkembangan bahasa anak normal. Pada usia awal bayi akan menangis

(10)

meraban anak tunarungu mengalaminya, perkembangan bahasa dan bicara

pada anak tunarungu sampai pada awal masa meraban tidak mengalami

hambatan karena bunyi-bunyi yang diucapkan anak masih bersifat belum

membentuk vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi tersebut dibunyikan secara

berulang-ulang dan secara tidak langsung merupakan latihan otot bicara. Hal

ini telah dikemukakan oleh Sardjono,(2005:30) dalam Sutjihati, (2006:98)

bahwa:

“Masa meraban yaitu masa laling, perkembangan bahasa dan bicara anak

tunarungu terhenti karena anak tidak mendengar bunyi-bunyi yang dikeluarkan sendiri, serta bunyi-bunyi lingkungan, terutama bahasa ibunya, keadaan ini sebagai akibat tidak adanya umpan balik pada auditoris anak tunarungu,Tentu semua ini akan menimbulkan permasalahan pada anak tunarungu pada kemampuan berbahasa”.

Pemahaman anak tunarungu terhadap bahasa sedikit sekali sehingga

perbendaharaan kata yang dimiliki sangat terbatas, sedangkan kualitas

keterampilan bahasa seseorang, salah satunya tergantung kepada kualitas dan

kuantitas kosa kata yang dimilikinya, Semakin kaya kosa kata yang di miliki

maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.

Di sekolah luar biasa untuk anak tunarungu pengajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

berkomunikasi atau berbicara menggunakan kosa kata yang sederhana dan

sudah dikuasai anak. Kosa kata menurut kamus bahasa Indonesia (1991:597)

sama dengan : “Perbendaharaan Kata”. Kemampuan menguasai kosa kata

(11)

orang lain memahami dengan mudah, Dengan demikian peningkatan

kemampuan berbicara adalah bertambahnya kosa kata yang berhasil dipahami

oleh subjek yang diteliti.

Pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara belum

menunjukan keberhasilan secara optimal, karena pembelajaran yang biasa

dilakukan pertama-tama adalah memperlihatkan gambar suatu kegiatan

kemudian menuliskan kalimat kegiatan tersebut kemudian menanyakan

kepada siswa “sedang apa gambar ini ?”, tetapi siswa sebagian besar kurang

merespon. Langkah kedua menyuruh siswa maju ke depan untuk

mengucapkan sebuah peristiwa yang pernah dialami sesuai dengan gambar

tersebut tetapi siswa masih belum juga merespon dengan pembelajaran seperti

ini. Pembelajaran berbicara kalimat sederhana tersebut, penulis sebagai guru

kelas, hanya memperlihatkan satu gambar peristiwa yang tidak utuh di papan

tulis sebagai media pembelajaran, dan penulis lebih banyak berceramah serta

memberikan tugas menjawab soal-soal latihan. Penggunaan media tersebut

kurang menarik minat siswa, sehingga hasil belajarnya belum memuaskan.

jadi siswa tersebut mengalami kegagalan dalam pelajaran bahasa Indonesia,

setidaknya ada dua faktor yang melatar belakangi, pertama: perkembangan

bahasa anak. Kedua : guru tidak menyajikan media atau alat peraga yang

maksimal, dan guru tidak menggunakan metode khusus untuk mengajarkan

berbicara pada anak tunarungu. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

(12)

rata-rata mendapat nilai 55 hal ini berarti pembelajaran belum tuntas. Kurikulum

yang berkaitan dengan pelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Standar kompetensi : Berbicara/berisyarat.2. Mendemonstrasikan

pengalaman,sesuatu hal, seseorang dan tanggapan secara sederhana.

Kompetensi dasar : 2.3. Mendeskripsikan benda atau seseorang berdasarkan

ciri-cirinya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain dengan bahasa

Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan atau isyarat.

Penulis berusaha mencari cara, bagaimana pembelajaran di atas dapat

direspon anak dengan baik. Dalam pembelajaran berikutnya penulis mencoba

membawa gambar peristiwa berseri ternyata anak lebih mersepon serta

keingintahuannya muncul. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti

berkeinginan untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa

tunarungu, karena pada dasarnya kemampuan anak tunarungu dapat

ditingkatkan, Seberat apapun kondisi kelainan pendengaran yang dihadapi

anak tunarungu tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk dapat

meningkatkan kemampuan berbicaranya, asalkan disertai berbagai upaya

yang sungguh-sungguh dari semua pihak, terutama dari pihak guru yang

berkompeten.

Siswa tunarungu sering disebut insan visual, yaitu orang yang dapat

mengetahui atau mengerti sesuatu dengan cara melihat atau berdasarkan indra

penglihatan (mata). Hal ini dijelaskan pula oleh Somad, P. (1995:28) bahwa

(13)

akan lebih berhasil bila guru memberikan pengalaman langsung melalui

media pembelajaran misalnya dengan benda asli, tiruan maupun gambar.

Penggunaan media diharapkan siswa dapat memberikan pengalaman kongkrit

kepada peserta didik dan dapat terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.

Dengan demikian dalam memperbaiki pembelajaran berbicara ini, peneliti

mengarahkan pada penggunaaan media yang bersifat visual.

Media pembelajaran merupakan alat yang dapat memberikan

pengalaman kongkrit untuk menghindari timbulnya verbalisme dan

membantu anak tunarungu untuk mengatasi ke salah pahaman dalam

menangkap penjelasan lisan, media tersebut juga dapat merangsang anak

untuk dapat belajar, sehingga diharapkan prestasi belajarnya meningkat.

Beragamnya media pembelajaran menuntut kreativitas dan selektivitas

pendidik dalam memberikan layanan media pengajaran yang tepat dan sesuai

dengan kemampuan dan kebutuhannya. Materi pelajaran untuk siswa

tunarungu membutukan pemahaman konsep yang bersifat kongkrit seperti

pengajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara Atau berisyarat.

Salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara

siswa tunarungu adalah media gambar peristiwa berseri, agar anak tunarungu

mampu memahami kata dan kalimat melalui media gambar peristiwa berseri,

maka peran guru dalam penyediaan dan penggunaan media ini menjadi

penting. Guru harus menjembatani antara gambar peristiwa berseri dengan

(14)

membuat gambar tetapi juga harus mampu menyajikan gambar yang dapat

dipahami atau dimengerti, sesuai dengan konsep yang diajarkan.

Media pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa

berseri memiliki kelebihan-kelebihan dan mudah dalam penanaman konsep

peristiwa bagi anak tunarungu. Disamping itu media tersebut dapat

memudahkan siswa tunarungu sebagai insan visual untuk belajar

meningkatkan perbendaharaan kata, Oleh karena itu melalui penelitian ini

peneliti ingin membuktikan bahwa media gambar peristiwa berseri dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran

bahasa Indonesia kelas III SDLB/B di SLB Al-ichlas Jayaratu Kabupaten

Tasikmalaya.

A. ..

B.Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dari penelitian ini adalah siswa Tunarungu Kelas III

SDLB/B SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Peneliti mengambil tempat penelitian sekolah tersebut karena di

dasarkan pada beberapa alasan antara lain :

1. Guru yang bersangkutan yaitu peneliti ingin memperbaiki lagi cara

mengajar atau kegiatan belajar mengajar supaya dapat meningkatkan

kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten

(15)

2. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki media pembelajaran dan alat

peraga selama proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan

kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa

Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten

Tasikmalaya.

3. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki prestasi akademik siswa pada

mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan

kemampuan berbicara siswa tunarungu.

4. Siswa yang diteliti dalam Kemampuan berbicara atau bekomunikasi baik

secara oral atau isyarat cukup baik meskipun mereka baru kelas III SDLB,

oleh karena itu potensi yang dimiliki anak bisa di tingkatkan melalui

pembelajaran dan media yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi

anak khususnya dalam kemampuan berbicara.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah

yang dapat di kemukakan adalah: “Apakah Penggunaan Media Gambar

Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa

Tunarungu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”?.

(16)

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap sesuatu penelitian yang

sedang dilakukan. Menurut Arikunto.S (2006:22) “Hipotesis merupakan

kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus

dibuktikan atau di test atau di uji kebenarannya”.

Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah “ Melalui Penggunaan

Media Gambar Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan berbicara

Siswa Tunarungu kelas III SDLB pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.”

E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui

apakah melalui Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri dapat

Meningkatkan Kemampuan Berbicara siswa Tunarungu dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia.”

Penelitian tindakan kelas ini penulis mengharapkan agar memperoleh

manfaat secara teoritis, praktis, bagi peneliti, siswa, dan sekolah. sehingga

berguna bagi perkembangan Ilmu pendidikan. Adapun kegunaan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi guru

untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu dengan

menggunakan media gambar peristiwa berseri dan Penelitian ini

(17)

seperti : dalam berbicara menggunakan artikulasi yang benar, nada atau

intonasi yang baik, dan penggunaan kata atau kalimat yang benar.

2. Secara Praktis

Guru dapat memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk

meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu dalam

mengembangkan dan menjabarkan media gambar peristiwa berseri.

3. Kegunaan bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan bagi guru dapat memperbaiki proses belajar

mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa

tunarungu dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.

4. Kegunaan bagi Siswa

Meningkatkan perbendaharaan kata, kemampuan berbicara siswa

meningkat terutama pada pengucapan artikulasi yang benar,nada atau

intonasi yang baik dan penggunaan kata/kalimat yang tepat serta dapat

berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari,

prestasi akademik siswa meningkat pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

5. Kegunaan bagi Sekolah

Menjadi bahan rujukan untuk memperbaiki pembelajaran yang selama

ini belum menggunakan media gambar peristiwa berseri, sehingga dapat

(18)
(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (class room research) atau disingkat PTK. Metode penelitian

Tindakan Kelas (PTK) di maksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar sekaligus efektivitas kegiatan yang dilakukan

guru di dalam kelas. Arikunto S. ( 2006:3 ) menyatakan bahwa :

“ Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Secara garis besar model penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan,Observasi dan Refleksi”.

Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini menurut Kemmis dan

Taggart dalam Gunawan U. (2008:27) secara operasional digambarkan dan

dijelaskan sebagai berikut :

A.

Pelaksanaan alur Penelitian Tindakan Kelas di gambarkan pada bagan

(20)

Gambar.3.1

SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Observasi awal Rencana Tindakan siklus I

Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Tindakan Siklus II

Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Tindakan Siklus III

Refleksi

Observasi

Melakukan tindakan

Rencana Selanjutnya

1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas

a. Perencanaan

Berdasarkan data di lapangan peneliti menentukan masalah yang

(21)

Meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa tunarungu kelas III

SDLB SLB Al-ichlas Jayaratu Tasikmalaya. Selanjutnya disusun rencana

pembelajaran bahasa Indonesia, Adapun Program perbaikannya yaitu

melaksanakan tindakan pada materi dan indikator yang belum tercapai.

Rencana yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara

melalui media gambar peristiwa berseri pada pembelajaran bahasa

Indonesia dengan teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Menyusun jaringan tema, silabus berdasarkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III;

2) Mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) dari mulai Indikator, Tujuan, langkah-langkah, materi, metode,

media dan penilaian;

3) Merencanakan lembar kerja siswa, sebagai sarana untuk mengetahui

kemampuan berbicara siswa dalam penggunaan media gambar

peristiwa berseri terutama untuk meningkatkan prestasi belajar bidang

studi Bahasa Indonesia.

(22)

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah melaksanakan kegiatan

tindakan, yaitu melakukan proses belajar mengajar berdasarkan

bahan/materi yang telah disusun, dan didasarkan pada media yang di

persiapkan. Alat yang dipersiapkan, dalam penelitian ini adalah media

gambar peristiwa berseri yang akan diuji cobakan.

Tahap atau langkah – langkah yang dilaksanakan pada tahap

pelaksanaan penelitian tindakan kelas terperinci sebagai berikut :

1) Peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP,

instrument, sumber belajar dan media belajar yang digunakan untuk

mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.

2) Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan

yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar tindakan yang di

laksanakan sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain :

a) Kegiatan Awal

Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa berdoa,

absensi, melaksanakan senam organ wicara dengan pengucapan

vocal : a, i, u, e, o dan suku kata ba, bi, bu, be, bo, pa, pi, pu, pe, po,

ma, mi, mu, me, mo, memberikan penjelasan tentang materi yang

akan diajarkan serta mengatur tempat duduk siswa. Upaya untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa peneliti menunjukkan gambar

kegiatan sehari-hari, sambil meminta anak untuk bercerita tentang

(23)

anak sedang makan, dan anak-anak sedang bersalaman kepada orang

tua. Dengan gambar tersebut diharapkan dapat memacu anak untuk

berbicara spontan tentang gambar dan pengalaman kegiatan

sehari-hari yang dialami masing-masing anak. Peneliti memulai

pembelajaran setelah semua siswa siap belajar.

b) Kegiatan Inti

Peneliti memperlihatkan gambar, mengucapkan nama benda atau

gambar dengan mimik atau bentuk bibir yang sejelasjelasnya dan

diikuti oleh siswa. Peneliti menuliskan percakapan dalam

pemenggalan kata dan kelompok kata, kemudian dibaca sesuai

dengan tulisan dari gambar dan percakapan peneliti menuangkan ke

dalam kalimat dengan bacaan yang singkat. Siswa memperhatikan

mimik / bentuk bibir peneliti dalam membaca kemudian menirukan.

Peneliti membetulkan ucapan siswa secara individu, kelompok

maupun klasikal. Pembetulan dilakukan dengan cara bertatap muka,

di depan cermin, menempelkan punggung tangan siswa ke dagu,

leher, dada atau meletakkan punggung tangan di depan mulut

peneliti sampai ucapan anak benar. Anak selanjutnya mengucapkan

kata, kelompok kata dan kalimat dalam bacaan secara bergantian

satu persatu sesuai dengan gambar peristiwa berseri yang

diperlihatkan, kemudian secara klasikal.

(24)

Kegiatan akhir pembelajaran pada siklus I siswa mengerjakan tes

formatif dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah peneliti

siapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti

memberikan motivasi untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan

rumah.

c. Observasi

Penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah penulis

sendiri sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat (observer),

sehingga peneliti dalam mengamati dan mengetahui kelemahan-kelemahan

yang terjadi ketika penelitian tindakan sedang dilaksanakan.

Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati dan

mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan dilakukan

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Setiap

langkah tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran beserta

dampaknya terhadap siswa. Hasil dari observasi untuk mengetahui

seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas

III SDLB SLB Al-Ichlas Jayaratu menjadi lebih baik dengan

menggunakan media gambar peristiwa berseri.

d. Refleksi

Informasi yang tertampung melalui observasi maka dilakukan refleksi.

(25)

apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan atau belum, jika

belum maka peneliti segera menyusun rencana selanjutnya untuk

merumuskan tindakan lanjutan hasil dari refleksi untuk memperbaiki

hal-hal yang dirasa kurang dalam siklus sebelumnya.

2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas

1). Siklus I

(a). Setelah diperoleh kondisi awal siswa mengenai proses

pembelajaran Bahasa Indonesia, maka dilakukan tindakan kelas tahap

ke-1. Pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan

memperkenalkan gambar-gambar yang ada pada lembaran gambar

yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, kemudian siswa

menyebutkan gambar peristiwa yang diperlihatkan, dan

membicarakannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada gambar

tersebut.

(b). Melakukan observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia oleh

peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas siswa untuk

(26)

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran

yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format

observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.

(d). Refleksi I, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana selanjutnya

untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hal-hal yang

dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

2). Siklus II

(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, yaitu pembelajaran

dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan gambar-gambar,

kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya, dan

membicarakannya.

(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa

Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan

siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk

(27)

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran

yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format

observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses

pembelajaran dengan mengguanakan media gambar peristiwa berseri.

(d). Refleksi II, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana

selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki

hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

3). Siklus III.

(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, II, yaitu

pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan

gambar-gambar, kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya,

dan membicarakannya.

(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa

Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan

siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan berbicara.

(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran

yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format

observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses

(28)

(d). Refleksi III, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana

selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki

hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Lanjutan (Siklus II)

Tahap ini merupakan tahapan untuk merumuskan rencana tindakan

lanjutan apabila hasil refleksi belum cukup memuaskan maka perlu

dilakukan pada tindakan baru (lanjutan) dengan memperbaiki hal-hal yang

belum dilakukan pada tindakan lanjutan atau dengan perkataan lain

tindakan lanjutan ini adalah untuk memperbaiki atau memodifikasi

tindakan sebelumnya yang memang belum dapat mengatasi masalah yang

ada sehingga diperlukan tindakan lanjutan supaya masalahnya dapat

teratasi.

Perencanaan tindakan lanjutan ini merupakan hasil refleksi dari suatu

tindakan sebelumnya yang belum dapat mengatasi atau memecahkan

permasalahan yang ada sehingga memerlukan suatu perencanaan baru

untuk melakukan tindakan lanjutan yang diperbaiki atau dipahami sebagai

hasil analisis terhadap hal-hal yang dilakukan sebelumnya.

Tindakan penelitian ini dapat dilihat dari model penelitian kemmis dan

Tagart yang dilaksanakan peneliti bersama tim melalui beberapa siklus

tindakan yaitu sebagai berikut :

(29)

1). Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah mengenai penelitian

yang akan dilaksanakan dan sosialisasi penelitian kepada beberapa

guru untuk membantu peneliti sebagai tim observer.

2). Mengobservasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam

penggunaan media gambar peristiwa berseri, untuk mendapatkan

gambara awal tentang kondisi siswa kelas III SDLB/B.

3). Mengidentifikasi gambar-gambar yang akan di jadikan sebagai

media pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan

kemampuan berbicara.

4). Membuat gambar peristiwa berseri.

5). Identifikasi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa

Indonesia.

6). Menyusun rencana program pembelajaran (RPP),menetapkan media

dan teknik pembelajaran yang akan digunakan ketika penelitian

berlangsung.

7). Menyusun dan menetapkan media dan teknik pengamatan pada

setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format

observasi.

8). Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus

tindakan kelas.

BA

(30)

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di sekolah dasar luar

biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan tempat tersebut

didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :

1. SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya merupakan tempat tugas

mengajar bagi peneliti.

2. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran

siswa tunarungu di sekolah dasar luar biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten

Tasikmalaya.

3. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di sekolah dasar luar biasa

SDLB/B Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014

yaitu antara bulan November sampai bulan Desember 2013.

Penelitian ini dilakukan antara penulis dan kepala sekolah sebagai

observer, dengan jumlah siswa kelas III SDLB sebanyak 3 orang yang terdiri

dari 1 perempuan dan 2 laki-laki, adapun nama-namanya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

No Nama Siswa Keterangan

1 AS L

2 DE L

(31)

C. Siklus Tindakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di rencanakan menggunakan tiga

siklus, tetapi bersifat tentatif karena tidak berpatok terhadap tiga siklus yang

direncanakan, yaitu bisa saja berkurang menjadi dua siklus, hal ini didasarkan

apabila pada siklus ke dua tujuan telah tercapai, maka penelitian akan di

akhiri dan apabila belum tercapai di siklus kedua maka bisa saja bertambah,

akan tetapi batas maksimal yang diambil oleh peneliti yaitu tiga siklus hal ini

dengan maksud untuk mencapai tujuan yang optimal.

D.Variabel Penelitian

Variabel dapat di definisikan sebagai gejala yang bervariasi, sedangkan

gejala adalah merupakan suatu objek penelitian, sehingga variabel adalah

objek yang bervariasi.

Menurut (Rusidi, 1990 : 7) dalam Arikunto S. (2006), “Variabel

merupakan sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategorial, baik kualitataif maupun kuantitatif. Dalam sebuah penelitian variabel mempunyai kedudukan yang sangat penting sebab variabel berperan dalam peristiwa atau

gejala segala sesuatu yang diteliti”.

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran

oleh pembaca, maka penulis mendefinisikan secara operasional

(32)

1. Variabel bebas

Variabel bebas (Indefendentvariable) adalah variabel yang mempengaruhi

atau menjadi penyebab munculnya variabel terikat (Arikunto, 2006 :

119).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan Media

Gambar Peristiwa Berseri.

Definisi variabel Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri

adalahmedia yang menggabungkan unsur gambar dan peristiwa atau media

yang menyajikan rangkaian peristiwa atau cerita yang terjadi secara runtun

dalam bentuk gambar. Contohnya sebagai berikut :

2. 3.

2. Variabel terikat

Variabel terikat ( Devenden variabel ) yaitu variabel yang dipengaruhi atau

akibat dari variabel bebas (Arikunto, 2006 : 119),. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah Meningkatkan Kemampuan

(33)

Definisi varibel kemampuan berbicara adalah pelafalan bunyi artikulasi

yang tepat, nada atau ritmik dan penggunaan kata yang tepat. Skor

tertinggi mampu berbicara sesuai ketiga indikator di atas memperoleh nilai

5, nilai 4 diberikan apabila berbicara tidak ragu-ragu, nilai 3 apabila

mampu berbicara dalam pelafalan artikulasi cukup jelas dan nada atau

ritmiknya benar, nilai 2 apabila mampu berbicara dengan artikulasi yang

benar tetapi nada dan penggunaan kata tidak tepat, dan nilai 1 apabila

kemampuan berbicara dari ketiga indikator tidak jelas.

E.Instrumen Pengumpulan Data

Pedoman penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting

dalam memperoleh data yang diperlukan, agar data yang dihasilkan dapat

lebih akurat dan tepat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa

alat pengumpul data berupa :

1. Tes (tes lisan, tulisan, dan perbuatan)

Pengertian tes menurut Kerlinger,(1993:41), dalam Susetyo. B (2011:2)

tes adalah “seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada

seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat

dijadikan dasar bagi penetapan sekor atau angka”.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil belajar siswa

yaitu tes awal yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran, dan tes

akhir berupa tes lisan, tulisan dan perbuatan dilakukan setelah

(34)

Pada siklus I tindakan 1 sebelum pembelajaran dimulai diberikan tes

awal, dan tes keterampilan proses sebanyak materi yang diberikan. Siklus I

diberikan tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal.

Pada siklus II dan III tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing

sebanyak 5 soal. Tes ini tujuannya untuk dijadikan salah satu indikator

keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

2. Observasi / Pengamatan

Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana

peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan dan

pencatatan dilakukan terhadap subjek di tempat terjadi atau

berlangsungnya peristiwa.

Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati proses

pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang

terjadi pada proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala

sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi

pada guru dan siswa maupun situasi kelas dengan menggunakan lembar

observasi berbentuk daftar cek, dan diisi oleh observer.

F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan/Pertanyaan

Data penelitian ini di analisis secara deskriptif data yang di peroleh di

lapangan diolah dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa

(35)

untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media gambar peristiwa

berseri, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk melihat ada tidaknya

peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya setelah menggunakan media

gambar peristiwa berseri. Data di peroleh berdasarkan hasil pengamatan yang

di peroleh peneliti melalui pedoman observasi dan data juga di peroleh dari

hasil evaluasi siswa tentang peningkatan kemampuan berbicara dengan

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

Bab ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian penulisan skripsi

setelah dilakukan analisis dan pembahasan berdasarkan temuan hasil penelitian.

Pada bab ini juga akan dijabarkan ke dalam dua aspek yang meliputi kesimpulan

dan implikasi.

A.Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan

data-data yang telah di sajikan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa media

gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa

tunarungu seperti pengucapan artikulasi yang benar, nada atau intonasi yang

baik dan penggunaan kata kalimat yang tepat.

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap

siswa tunarungu kelas III SDLB, ternyata cukup menunjukan peningkatan dalam

kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam

kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian

untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan

penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman

yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan

(37)

dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap siswa dalam lembar

instrument kemampuan berbicara siswa pada setiap sikus dapat diperoleh hasil

sebagai berikut : Siklus I As memperoleh nilai 55 (kurang baik), De memperoleh

nilai 50 (kurang baik) dan Nw memperoleh nilai 40 (kurang baik). Siklus II As

memperoleh nilai 90 ( baik), De memperoleh nilai 90 ( baik) dan Nw As

memperoleh nilai 70 ( cukup baik)

Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan

memberikan perubahan signifikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi

menunjukan bahwa penggunaan media gambar peristiwa berseri sebagai media

dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas III SDLB/B.

Penggunaan media ini dapat dilihat dari hasil tes yang di lakukan siswa ketika

proses pembelajaran berlangsung dimana masing-masing siswa pada setiap

pertemuan menunjukan peningkatan yang berarti.

Peningkatan-peningkatan pada aspek kemampuan berbicara berdasarkan hasil

pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan media gambar

peristiwa berseri dapat membuat siswa, antara lain sebagai berikut : Aktif

berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri

atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang

(38)

meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan

komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia.

A. .

B.Implikasi

Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap

siswa tunarungu kelas III SDLB/B berpengaruh terhadap kinerja guru untuk

memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan

berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB

di SLB Al-Ichlas Jayaratu dan penelitian tindakan kelas ini juga memperbaiki

penggunaan media pembelajaran bagi siswa tunarungu yang selama ini peneliti

laksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu. Jadi

penggunaan media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan

berbicara siswa tunarungu.

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan juga dapat digunakan dan di

kembangkan sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan dalam

penelitian selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi

Aksara.

Arsyad, A.N. (1996). Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Erifindo

Persada.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran, Bandung : PT. Sarana Tutorial

Nurani Sejahtera.

Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen

Pendidikan dan kebudayaan.

Depdiknas. (2006). BSNP KTSP Anak Tunarungu, Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Sadja’ah. E. (2003). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung :

San Grafika.

Setyadi. P. (2008). Hakikat media cerita bergambar. (online). Tersedia :

http://adfal86.blogspot/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us

none.html. ( 11 September 2013 ).

Somad. P dan Hernawati. T (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung

: Depdikbud. Dirjendikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru.

Susetyo. B. ( 2011 ). Menyusun tes hasil belajar. Bandung : CV

Cakra.

Sutjihati. T. (2006). Psikologi Pendidikan Luar Biasa. Bandung :

(40)

Gambar

Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Gambar Peristiwa Berseri.

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 mei 2010 di SMA N 1 Karanganom kelas X, kelas yang digunakan sebanyak 2 kelas dari 8 kelas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis Arthropoda apa saja yang yang terdapat di gua Ngguwo serta mengetahui tingkat keanekaragaman jenis Arthropoda

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang terakhir diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 172 Tahun 2014. Peraturan Kepala Lembaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi dan iklim organisasi terhadap kepuasan kerja staf Unit Administrasi di Rumah Sakit PTPN II

tanah-tanah lainnya, yang dikenakan pajak bumi, dikecualikan dari pengenaan pajak peralihan; bahwa dipandang dari sudut sistim peraturan pajak, tidak seharusnya

[r]

Analisis Perawatan Sistem Pengisian Pada Mobil Toyota Kijang Innova 1tr-Fe Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu. pembelajaran untuk perawatan sistem pengisian

Karena pada dasarnya tujuan suatu usaha adalah untuk mendapatkan laba dan untuk mendapatkan laba ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : volume produk yang dijual, harga jual produk,