PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh
HERMAWAN 1106695
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Oleh :
HERMAWAN
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Hermawan,2014.
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Dosen Pembimbing I
Dr.H. DUDI GUNAWAN, M.Pd. NIP. 196211211984031002
Dosen Pembimbing II
Dra. Hj. MIMIN TJASMINI, M.Pd. 195403101988032001
Mengetahui :
Ketua Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
DAFTAR ISI
Halaman
Judul Penelitian ...
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... ii
Daftar isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Grafik ... vii
Daftar Gambar ... viii
Daftar Lampiran ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar belakang masalah ... 1
B. Sasaran tindakan ... 6
C. Rumusan masalah ... 7
D.Hipotesis tindakan ... 7
E. Tujuan penelitian dan Kegunaan penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR ... 10
A.Konsep Dasar Tunarungu ... 10
1. Pengertian Tunarungu ... 10
2. Klasifikasi Tunarungu ... 11
3. Dampak Ketunarunguan ... 12
b. Dampak ketunarunguan terhadap intelegensi ... 13
c. Dampak ketunarunguan terhadap perkembangan ... emosi dan sosial ... 13
B. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 14
1. Pengertian Berbicara ... 14
2. Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 15
C. Pengajaran Bahasa dan Bina Bicara Siswa Tunarungu ... 16
D.Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu ... 17
E. Konsep Dasar Media Gambar Peristiwa Berseri ... 18
1. Media pembelajaran ... 18
2. Media Gambar ... 19
3. Karakteristik Media Gambar ... 20
4. Media Gambar Peristiwa Berseri ... 21
5. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Gambar ... Peristiwa Berseri ... 23
6. Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri ... 25
F. Kerangka Pemikiran ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
A.Metode Penelitian ... 28
1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ... 29
2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas ... 34
lanjutan (Siklus II) ... 36
B. Setting Penelitian ... 38
C. Siklus Tindakan ... 39
D.Variabel Penelitian ... 39
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan / ... Pertanyaan ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A.Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 43
B. Hasil Penelitian ... 48
1. Kemampuan Awal setiap Siswa ... 48
2. Deskripsi Siklus I ... 50
3. Deskripsi Siklus II ... 63
C. Pembahasan ... 72
1. Pembahasan Kondisi Awal dan Siklus I ... 72
2. Pembahasan Siklus II ... 74
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Implikasi ... 79
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
ABSTRAK
Hermawan, NIM.1106695. PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PERISTIWA
BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA TUNARUNGU PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS III SDLB DI SLB AL-ICHLAS JAYARATU TASIKMALAYA. Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi, Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Agustus 2014.
Siswa tunarungu memiliki hambatan dalam perkembangan bahasa dan berbicara. Kemampuan berbicara pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa tunarungu dapat berbicara dengan artikulasi yang benar, intonasi atau nada yang benar, dan penggunaan kata atau kalimat yang tepat. Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Tunarungu penulis menggunakan media gambar peristiwa berseri, dengan cara menampilkan gambar cerita/peristiwa tentang kegiatan sehari-hari secara berurutan. Sasaran penelitian adalah siswa Tunarungu kelas III yang berjumlah 3 siswa. Tehnik pengumpulan data dengan tes yang di terapkan dalam siklus I dan siklus II. Dengan kriteria penilaian sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis data deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil tes kondisi awal, nilai tes siklus I dan nilai tes siklus II. Hasil penelitian menunjukan peningkatan dalam kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki guru dalam KBM sehingga prestasi akademik siswa meningkat dan penelitian ini dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
ABSTRACT
Hermawan, NIM. 1106695.Using media picture event shine to increase ability
speak student deaf at subject language Indonesian class III SDLB Al-Ichlas Jayaratu Tasikmalaya.to years 2013/2014.Skripsi ,Bandung: Faculty of education University Education Of Indonesia.
Student deaf have obstacle in development language and speak to ability speak at research action class room this student deaf can speak with good articulation, good intonation and good using word or sentence. To increase ability speak student deaf writer using media picture event shine with mind show picture story or event about activity every day in series. Object research student deaf class III SDLB the number three student. Technik acumulation data with test to making in siclus 1 and 2. With criteria good evaluation, good, enought, minus, every minus. Analysis data did with technik analysis data descriptive comparatif result tes condition beginning,price a test siclus 1 and 2.object research indicate increase inside abilty speak student deaf as active participate inside activity study teach ,a make trust self or mettle to speak, ask a question and receive dialogue other person,give planting draft word and sentence in concrete,treasury word student more rise,increase interaction and comunication student in area,increase achievement study at lesson language indonesian .research this expect can repair teacher inside KBM until achievement academic student rise and research this can bread this research furthermore.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan
manusia lainnya, dan manusia dituntut menguasai bahasa yang digunakan
sebagai alat berinteraksi dengan sesamanya.
Manusia bukan hanya makhluk individu, tetapi juga makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia dalam kesehariannya selalu melakukan
interaksi baik dengan manusia dilingkungan terdekatnya maupun
dilingkungan masyarakat. Pada kenyataannya tidak semua manusia mampu
berinteraksi baik dengan lingkungannya, hal ini terjadi pada anak
berkebutuhan khusus, khususnya anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami
hambatan dalam berbicara dan berbahasanya, sehingga mengalami
keterlambatan dan kesulitan dalam hal-hal yang berhubungan dengan
interaksi, dan komunikasi. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa
menyebabkan anak tunarungu sering disebut anak yang miskin bahasa
(verbal).
Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan
perkembangan bahasa anak normal. Pada usia awal bayi akan menangis
meraban anak tunarungu mengalaminya, perkembangan bahasa dan bicara
pada anak tunarungu sampai pada awal masa meraban tidak mengalami
hambatan karena bunyi-bunyi yang diucapkan anak masih bersifat belum
membentuk vokal dan konsonan. Bunyi-bunyi tersebut dibunyikan secara
berulang-ulang dan secara tidak langsung merupakan latihan otot bicara. Hal
ini telah dikemukakan oleh Sardjono,(2005:30) dalam Sutjihati, (2006:98)
bahwa:
“Masa meraban yaitu masa laling, perkembangan bahasa dan bicara anak
tunarungu terhenti karena anak tidak mendengar bunyi-bunyi yang dikeluarkan sendiri, serta bunyi-bunyi lingkungan, terutama bahasa ibunya, keadaan ini sebagai akibat tidak adanya umpan balik pada auditoris anak tunarungu,Tentu semua ini akan menimbulkan permasalahan pada anak tunarungu pada kemampuan berbahasa”.
Pemahaman anak tunarungu terhadap bahasa sedikit sekali sehingga
perbendaharaan kata yang dimiliki sangat terbatas, sedangkan kualitas
keterampilan bahasa seseorang, salah satunya tergantung kepada kualitas dan
kuantitas kosa kata yang dimilikinya, Semakin kaya kosa kata yang di miliki
maka semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa.
Di sekolah luar biasa untuk anak tunarungu pengajaran bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi atau berbicara menggunakan kosa kata yang sederhana dan
sudah dikuasai anak. Kosa kata menurut kamus bahasa Indonesia (1991:597)
sama dengan : “Perbendaharaan Kata”. Kemampuan menguasai kosa kata
orang lain memahami dengan mudah, Dengan demikian peningkatan
kemampuan berbicara adalah bertambahnya kosa kata yang berhasil dipahami
oleh subjek yang diteliti.
Pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara belum
menunjukan keberhasilan secara optimal, karena pembelajaran yang biasa
dilakukan pertama-tama adalah memperlihatkan gambar suatu kegiatan
kemudian menuliskan kalimat kegiatan tersebut kemudian menanyakan
kepada siswa “sedang apa gambar ini ?”, tetapi siswa sebagian besar kurang
merespon. Langkah kedua menyuruh siswa maju ke depan untuk
mengucapkan sebuah peristiwa yang pernah dialami sesuai dengan gambar
tersebut tetapi siswa masih belum juga merespon dengan pembelajaran seperti
ini. Pembelajaran berbicara kalimat sederhana tersebut, penulis sebagai guru
kelas, hanya memperlihatkan satu gambar peristiwa yang tidak utuh di papan
tulis sebagai media pembelajaran, dan penulis lebih banyak berceramah serta
memberikan tugas menjawab soal-soal latihan. Penggunaan media tersebut
kurang menarik minat siswa, sehingga hasil belajarnya belum memuaskan.
jadi siswa tersebut mengalami kegagalan dalam pelajaran bahasa Indonesia,
setidaknya ada dua faktor yang melatar belakangi, pertama: perkembangan
bahasa anak. Kedua : guru tidak menyajikan media atau alat peraga yang
maksimal, dan guru tidak menggunakan metode khusus untuk mengajarkan
berbicara pada anak tunarungu. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
rata-rata mendapat nilai 55 hal ini berarti pembelajaran belum tuntas. Kurikulum
yang berkaitan dengan pelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Standar kompetensi : Berbicara/berisyarat.2. Mendemonstrasikan
pengalaman,sesuatu hal, seseorang dan tanggapan secara sederhana.
Kompetensi dasar : 2.3. Mendeskripsikan benda atau seseorang berdasarkan
ciri-cirinya dengan bahasa yang mudah dipahami orang lain dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar secara lisan dan atau isyarat.
Penulis berusaha mencari cara, bagaimana pembelajaran di atas dapat
direspon anak dengan baik. Dalam pembelajaran berikutnya penulis mencoba
membawa gambar peristiwa berseri ternyata anak lebih mersepon serta
keingintahuannya muncul. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti
berkeinginan untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa
tunarungu, karena pada dasarnya kemampuan anak tunarungu dapat
ditingkatkan, Seberat apapun kondisi kelainan pendengaran yang dihadapi
anak tunarungu tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk dapat
meningkatkan kemampuan berbicaranya, asalkan disertai berbagai upaya
yang sungguh-sungguh dari semua pihak, terutama dari pihak guru yang
berkompeten.
Siswa tunarungu sering disebut insan visual, yaitu orang yang dapat
mengetahui atau mengerti sesuatu dengan cara melihat atau berdasarkan indra
penglihatan (mata). Hal ini dijelaskan pula oleh Somad, P. (1995:28) bahwa
akan lebih berhasil bila guru memberikan pengalaman langsung melalui
media pembelajaran misalnya dengan benda asli, tiruan maupun gambar.
Penggunaan media diharapkan siswa dapat memberikan pengalaman kongkrit
kepada peserta didik dan dapat terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Dengan demikian dalam memperbaiki pembelajaran berbicara ini, peneliti
mengarahkan pada penggunaaan media yang bersifat visual.
Media pembelajaran merupakan alat yang dapat memberikan
pengalaman kongkrit untuk menghindari timbulnya verbalisme dan
membantu anak tunarungu untuk mengatasi ke salah pahaman dalam
menangkap penjelasan lisan, media tersebut juga dapat merangsang anak
untuk dapat belajar, sehingga diharapkan prestasi belajarnya meningkat.
Beragamnya media pembelajaran menuntut kreativitas dan selektivitas
pendidik dalam memberikan layanan media pengajaran yang tepat dan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhannya. Materi pelajaran untuk siswa
tunarungu membutukan pemahaman konsep yang bersifat kongkrit seperti
pengajaran Bahasa Indonesia tentang kemampuan berbicara Atau berisyarat.
Salah satu media yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara
siswa tunarungu adalah media gambar peristiwa berseri, agar anak tunarungu
mampu memahami kata dan kalimat melalui media gambar peristiwa berseri,
maka peran guru dalam penyediaan dan penggunaan media ini menjadi
penting. Guru harus menjembatani antara gambar peristiwa berseri dengan
membuat gambar tetapi juga harus mampu menyajikan gambar yang dapat
dipahami atau dimengerti, sesuai dengan konsep yang diajarkan.
Media pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa
berseri memiliki kelebihan-kelebihan dan mudah dalam penanaman konsep
peristiwa bagi anak tunarungu. Disamping itu media tersebut dapat
memudahkan siswa tunarungu sebagai insan visual untuk belajar
meningkatkan perbendaharaan kata, Oleh karena itu melalui penelitian ini
peneliti ingin membuktikan bahwa media gambar peristiwa berseri dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran
bahasa Indonesia kelas III SDLB/B di SLB Al-ichlas Jayaratu Kabupaten
Tasikmalaya.
A. ..
B.Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dari penelitian ini adalah siswa Tunarungu Kelas III
SDLB/B SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.
Peneliti mengambil tempat penelitian sekolah tersebut karena di
dasarkan pada beberapa alasan antara lain :
1. Guru yang bersangkutan yaitu peneliti ingin memperbaiki lagi cara
mengajar atau kegiatan belajar mengajar supaya dapat meningkatkan
kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten
2. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki media pembelajaran dan alat
peraga selama proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan
kemampuan berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas III SDLB di SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten
Tasikmalaya.
3. Guru sebagai peneliti ingin memperbaiki prestasi akademik siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam meningkatkan
kemampuan berbicara siswa tunarungu.
4. Siswa yang diteliti dalam Kemampuan berbicara atau bekomunikasi baik
secara oral atau isyarat cukup baik meskipun mereka baru kelas III SDLB,
oleh karena itu potensi yang dimiliki anak bisa di tingkatkan melalui
pembelajaran dan media yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi
anak khususnya dalam kemampuan berbicara.
C.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan masalah
yang dapat di kemukakan adalah: “Apakah Penggunaan Media Gambar
Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa
Tunarungu pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia”?.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap sesuatu penelitian yang
sedang dilakukan. Menurut Arikunto.S (2006:22) “Hipotesis merupakan
kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus
dibuktikan atau di test atau di uji kebenarannya”.
Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini adalah “ Melalui Penggunaan
Media Gambar Peristiwa Berseri dapat Meningkatkan Kemampuan berbicara
Siswa Tunarungu kelas III SDLB pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.”
E.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui
apakah melalui Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri dapat
Meningkatkan Kemampuan Berbicara siswa Tunarungu dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia.”
Penelitian tindakan kelas ini penulis mengharapkan agar memperoleh
manfaat secara teoritis, praktis, bagi peneliti, siswa, dan sekolah. sehingga
berguna bagi perkembangan Ilmu pendidikan. Adapun kegunaan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi guru
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu dengan
menggunakan media gambar peristiwa berseri dan Penelitian ini
seperti : dalam berbicara menggunakan artikulasi yang benar, nada atau
intonasi yang baik, dan penggunaan kata atau kalimat yang benar.
2. Secara Praktis
Guru dapat memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk
meningkatkan kemampuan berbicara anak tunarungu dalam
mengembangkan dan menjabarkan media gambar peristiwa berseri.
3. Kegunaan bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan bagi guru dapat memperbaiki proses belajar
mengajar untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa
tunarungu dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.
4. Kegunaan bagi Siswa
Meningkatkan perbendaharaan kata, kemampuan berbicara siswa
meningkat terutama pada pengucapan artikulasi yang benar,nada atau
intonasi yang baik dan penggunaan kata/kalimat yang tepat serta dapat
berinteraksi dan berkomunikasi yang baik dalam kehidupan sehari-hari,
prestasi akademik siswa meningkat pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
5. Kegunaan bagi Sekolah
Menjadi bahan rujukan untuk memperbaiki pembelajaran yang selama
ini belum menggunakan media gambar peristiwa berseri, sehingga dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (class room research) atau disingkat PTK. Metode penelitian
Tindakan Kelas (PTK) di maksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar sekaligus efektivitas kegiatan yang dilakukan
guru di dalam kelas. Arikunto S. ( 2006:3 ) menyatakan bahwa :
“ Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Secara garis besar model penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu : Perencanaan, Pelaksanaan,Observasi dan Refleksi”.
Tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas ini menurut Kemmis dan
Taggart dalam Gunawan U. (2008:27) secara operasional digambarkan dan
dijelaskan sebagai berikut :
A.
Pelaksanaan alur Penelitian Tindakan Kelas di gambarkan pada bagan
Gambar.3.1
SIKLUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Observasi awal Rencana Tindakan siklus I
Refleksi
Observasi
Melakukan tindakan
Rencana Tindakan Siklus II
Refleksi
Observasi
Melakukan tindakan
Rencana Tindakan Siklus III
Refleksi
Observasi
Melakukan tindakan
Rencana Selanjutnya
1. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas
a. Perencanaan
Berdasarkan data di lapangan peneliti menentukan masalah yang
Meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa tunarungu kelas III
SDLB SLB Al-ichlas Jayaratu Tasikmalaya. Selanjutnya disusun rencana
pembelajaran bahasa Indonesia, Adapun Program perbaikannya yaitu
melaksanakan tindakan pada materi dan indikator yang belum tercapai.
Rencana yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara
melalui media gambar peristiwa berseri pada pembelajaran bahasa
Indonesia dengan teknik yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Menyusun jaringan tema, silabus berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III;
2) Mengembangkan silabus menjadi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dari mulai Indikator, Tujuan, langkah-langkah, materi, metode,
media dan penilaian;
3) Merencanakan lembar kerja siswa, sebagai sarana untuk mengetahui
kemampuan berbicara siswa dalam penggunaan media gambar
peristiwa berseri terutama untuk meningkatkan prestasi belajar bidang
studi Bahasa Indonesia.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah melaksanakan kegiatan
tindakan, yaitu melakukan proses belajar mengajar berdasarkan
bahan/materi yang telah disusun, dan didasarkan pada media yang di
persiapkan. Alat yang dipersiapkan, dalam penelitian ini adalah media
gambar peristiwa berseri yang akan diuji cobakan.
Tahap atau langkah – langkah yang dilaksanakan pada tahap
pelaksanaan penelitian tindakan kelas terperinci sebagai berikut :
1) Peneliti yang sekaligus sebagai guru menyiapkan silabus, RPP,
instrument, sumber belajar dan media belajar yang digunakan untuk
mendukung efektivitas pelaksanaan tindakan.
2) Pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan
yang tersusun dalam RPP. Secara garis besar tindakan yang di
laksanakan sesuai dengan yang tersusun dalam RPP antara lain :
a) Kegiatan Awal
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa berdoa,
absensi, melaksanakan senam organ wicara dengan pengucapan
vocal : a, i, u, e, o dan suku kata ba, bi, bu, be, bo, pa, pi, pu, pe, po,
ma, mi, mu, me, mo, memberikan penjelasan tentang materi yang
akan diajarkan serta mengatur tempat duduk siswa. Upaya untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa peneliti menunjukkan gambar
kegiatan sehari-hari, sambil meminta anak untuk bercerita tentang
anak sedang makan, dan anak-anak sedang bersalaman kepada orang
tua. Dengan gambar tersebut diharapkan dapat memacu anak untuk
berbicara spontan tentang gambar dan pengalaman kegiatan
sehari-hari yang dialami masing-masing anak. Peneliti memulai
pembelajaran setelah semua siswa siap belajar.
b) Kegiatan Inti
Peneliti memperlihatkan gambar, mengucapkan nama benda atau
gambar dengan mimik atau bentuk bibir yang sejelasjelasnya dan
diikuti oleh siswa. Peneliti menuliskan percakapan dalam
pemenggalan kata dan kelompok kata, kemudian dibaca sesuai
dengan tulisan dari gambar dan percakapan peneliti menuangkan ke
dalam kalimat dengan bacaan yang singkat. Siswa memperhatikan
mimik / bentuk bibir peneliti dalam membaca kemudian menirukan.
Peneliti membetulkan ucapan siswa secara individu, kelompok
maupun klasikal. Pembetulan dilakukan dengan cara bertatap muka,
di depan cermin, menempelkan punggung tangan siswa ke dagu,
leher, dada atau meletakkan punggung tangan di depan mulut
peneliti sampai ucapan anak benar. Anak selanjutnya mengucapkan
kata, kelompok kata dan kalimat dalam bacaan secara bergantian
satu persatu sesuai dengan gambar peristiwa berseri yang
diperlihatkan, kemudian secara klasikal.
Kegiatan akhir pembelajaran pada siklus I siswa mengerjakan tes
formatif dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah peneliti
siapkan. Untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran peneliti
memberikan motivasi untuk mengerjakan tugas berupa pekerjaan
rumah.
c. Observasi
Penelitian tindakan kelas ini yang bertindak sebagai guru adalah penulis
sendiri sedangkan kepala sekolah bertindak sebagai pengamat (observer),
sehingga peneliti dalam mengamati dan mengetahui kelemahan-kelemahan
yang terjadi ketika penelitian tindakan sedang dilaksanakan.
Kegiatan observasi merupakan upaya mengamati dan
mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Setiap
langkah tindakan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran beserta
dampaknya terhadap siswa. Hasil dari observasi untuk mengetahui
seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas
III SDLB SLB Al-Ichlas Jayaratu menjadi lebih baik dengan
menggunakan media gambar peristiwa berseri.
d. Refleksi
Informasi yang tertampung melalui observasi maka dilakukan refleksi.
apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan atau belum, jika
belum maka peneliti segera menyusun rencana selanjutnya untuk
merumuskan tindakan lanjutan hasil dari refleksi untuk memperbaiki
hal-hal yang dirasa kurang dalam siklus sebelumnya.
2. Prosedur pelaksanaan siklus penelitian tindakan kelas
1). Siklus I
(a). Setelah diperoleh kondisi awal siswa mengenai proses
pembelajaran Bahasa Indonesia, maka dilakukan tindakan kelas tahap
ke-1. Pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan
memperkenalkan gambar-gambar yang ada pada lembaran gambar
yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, kemudian siswa
menyebutkan gambar peristiwa yang diperlihatkan, dan
membicarakannya sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada gambar
tersebut.
(b). Melakukan observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia oleh
peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas siswa untuk
(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format
observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran dengan menggunakan media gambar peristiwa berseri.
(d). Refleksi I, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana selanjutnya
untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki hal-hal yang
dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.
2). Siklus II
(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, yaitu pembelajaran
dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan gambar-gambar,
kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya, dan
membicarakannya.
(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa
Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk
(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format
observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses
pembelajaran dengan mengguanakan media gambar peristiwa berseri.
(d). Refleksi II, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana
selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki
hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.
3). Siklus III.
(a). Proses belajar mengajar sama dengan siklus I, II, yaitu
pembelajaran dimulai dengan memperlihatkan dan memperkenalkan
gambar-gambar, kemudian siswa menyebutkan gambar aktivitasnya,
dan membicarakannya.
(b). Melakukan observasi pada saat proses pembelajaran bahasa
Indonesia oleh peneliti. Sasarannya untuk mengamati aktivitas guru dan
siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan berbicara.
(c). Melakukan evaluasi terhadap keseluruhan proses pembelajaran
yang dilanjutkan dengan analisis data yang ada berdasarkan format
observasi dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan proses
(d). Refleksi III, pada kegiatan ini peneliti menyusun rencana
selanjutnya untuk merumuskan tindakan lanjutan untuk memperbaiki
hal-hal yang dirasakan kurang dalam siklus sebelumnya.
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Lanjutan (Siklus II)
Tahap ini merupakan tahapan untuk merumuskan rencana tindakan
lanjutan apabila hasil refleksi belum cukup memuaskan maka perlu
dilakukan pada tindakan baru (lanjutan) dengan memperbaiki hal-hal yang
belum dilakukan pada tindakan lanjutan atau dengan perkataan lain
tindakan lanjutan ini adalah untuk memperbaiki atau memodifikasi
tindakan sebelumnya yang memang belum dapat mengatasi masalah yang
ada sehingga diperlukan tindakan lanjutan supaya masalahnya dapat
teratasi.
Perencanaan tindakan lanjutan ini merupakan hasil refleksi dari suatu
tindakan sebelumnya yang belum dapat mengatasi atau memecahkan
permasalahan yang ada sehingga memerlukan suatu perencanaan baru
untuk melakukan tindakan lanjutan yang diperbaiki atau dipahami sebagai
hasil analisis terhadap hal-hal yang dilakukan sebelumnya.
Tindakan penelitian ini dapat dilihat dari model penelitian kemmis dan
Tagart yang dilaksanakan peneliti bersama tim melalui beberapa siklus
tindakan yaitu sebagai berikut :
1). Melakukan pendekatan kepada kepala sekolah mengenai penelitian
yang akan dilaksanakan dan sosialisasi penelitian kepada beberapa
guru untuk membantu peneliti sebagai tim observer.
2). Mengobservasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dalam
penggunaan media gambar peristiwa berseri, untuk mendapatkan
gambara awal tentang kondisi siswa kelas III SDLB/B.
3). Mengidentifikasi gambar-gambar yang akan di jadikan sebagai
media pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan berbicara.
4). Membuat gambar peristiwa berseri.
5). Identifikasi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia.
6). Menyusun rencana program pembelajaran (RPP),menetapkan media
dan teknik pembelajaran yang akan digunakan ketika penelitian
berlangsung.
7). Menyusun dan menetapkan media dan teknik pengamatan pada
setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format
observasi.
8). Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh berupa siklus
tindakan kelas.
BA
Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di sekolah dasar luar
biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya. Pemilihan tempat tersebut
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
1. SLB Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya merupakan tempat tugas
mengajar bagi peneliti.
2. Untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran
siswa tunarungu di sekolah dasar luar biasa Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten
Tasikmalaya.
3. Untuk meningkatkan profesionalitas guru di sekolah dasar luar biasa
SDLB/B Al-Ichlas Jayaratu Kabupaten Tasikmalaya.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014
yaitu antara bulan November sampai bulan Desember 2013.
Penelitian ini dilakukan antara penulis dan kepala sekolah sebagai
observer, dengan jumlah siswa kelas III SDLB sebanyak 3 orang yang terdiri
dari 1 perempuan dan 2 laki-laki, adapun nama-namanya sebagai berikut :
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
No Nama Siswa Keterangan
1 AS L
2 DE L
C. Siklus Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di rencanakan menggunakan tiga
siklus, tetapi bersifat tentatif karena tidak berpatok terhadap tiga siklus yang
direncanakan, yaitu bisa saja berkurang menjadi dua siklus, hal ini didasarkan
apabila pada siklus ke dua tujuan telah tercapai, maka penelitian akan di
akhiri dan apabila belum tercapai di siklus kedua maka bisa saja bertambah,
akan tetapi batas maksimal yang diambil oleh peneliti yaitu tiga siklus hal ini
dengan maksud untuk mencapai tujuan yang optimal.
D.Variabel Penelitian
Variabel dapat di definisikan sebagai gejala yang bervariasi, sedangkan
gejala adalah merupakan suatu objek penelitian, sehingga variabel adalah
objek yang bervariasi.
Menurut (Rusidi, 1990 : 7) dalam Arikunto S. (2006), “Variabel
merupakan sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategorial, baik kualitataif maupun kuantitatif. Dalam sebuah penelitian variabel mempunyai kedudukan yang sangat penting sebab variabel berperan dalam peristiwa atau
gejala segala sesuatu yang diteliti”.
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran
oleh pembaca, maka penulis mendefinisikan secara operasional
1. Variabel bebas
Variabel bebas (Indefendentvariable) adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi penyebab munculnya variabel terikat (Arikunto, 2006 :
119).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan Media
Gambar Peristiwa Berseri.
Definisi variabel Penggunaan Media Gambar Peristiwa Berseri
adalahmedia yang menggabungkan unsur gambar dan peristiwa atau media
yang menyajikan rangkaian peristiwa atau cerita yang terjadi secara runtun
dalam bentuk gambar. Contohnya sebagai berikut :
2. 3.
2. Variabel terikat
Variabel terikat ( Devenden variabel ) yaitu variabel yang dipengaruhi atau
akibat dari variabel bebas (Arikunto, 2006 : 119),. Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel terikat adalah Meningkatkan Kemampuan
Definisi varibel kemampuan berbicara adalah pelafalan bunyi artikulasi
yang tepat, nada atau ritmik dan penggunaan kata yang tepat. Skor
tertinggi mampu berbicara sesuai ketiga indikator di atas memperoleh nilai
5, nilai 4 diberikan apabila berbicara tidak ragu-ragu, nilai 3 apabila
mampu berbicara dalam pelafalan artikulasi cukup jelas dan nada atau
ritmiknya benar, nilai 2 apabila mampu berbicara dengan artikulasi yang
benar tetapi nada dan penggunaan kata tidak tepat, dan nilai 1 apabila
kemampuan berbicara dari ketiga indikator tidak jelas.
E.Instrumen Pengumpulan Data
Pedoman penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam memperoleh data yang diperlukan, agar data yang dihasilkan dapat
lebih akurat dan tepat. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
alat pengumpul data berupa :
1. Tes (tes lisan, tulisan, dan perbuatan)
Pengertian tes menurut Kerlinger,(1993:41), dalam Susetyo. B (2011:2)
tes adalah “seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan sekor atau angka”.
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hasil belajar siswa
yaitu tes awal yang dilakukan sebelum memulai pembelajaran, dan tes
akhir berupa tes lisan, tulisan dan perbuatan dilakukan setelah
Pada siklus I tindakan 1 sebelum pembelajaran dimulai diberikan tes
awal, dan tes keterampilan proses sebanyak materi yang diberikan. Siklus I
diberikan tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing sebanyak 5 soal.
Pada siklus II dan III tes lisan, tulisan dan perbuatan masing-masing
sebanyak 5 soal. Tes ini tujuannya untuk dijadikan salah satu indikator
keberhasilan siswa dalam pembelajaran.
2. Observasi / Pengamatan
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian. Pengamatan dan
pencatatan dilakukan terhadap subjek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa.
Pada waktu observasi dilakukan, peneliti mengamati proses
pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang
terjadi pada proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala
sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut, baik yang terjadi
pada guru dan siswa maupun situasi kelas dengan menggunakan lembar
observasi berbentuk daftar cek, dan diisi oleh observer.
F. Teknik Pengolahan Data untuk Hipotesis Tindakan/Pertanyaan
Data penelitian ini di analisis secara deskriptif data yang di peroleh di
lapangan diolah dengan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisa
untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui media gambar peristiwa
berseri, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk melihat ada tidaknya
peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya setelah menggunakan media
gambar peristiwa berseri. Data di peroleh berdasarkan hasil pengamatan yang
di peroleh peneliti melalui pedoman observasi dan data juga di peroleh dari
hasil evaluasi siswa tentang peningkatan kemampuan berbicara dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Bab ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian penulisan skripsi
setelah dilakukan analisis dan pembahasan berdasarkan temuan hasil penelitian.
Pada bab ini juga akan dijabarkan ke dalam dua aspek yang meliputi kesimpulan
dan implikasi.
A.Kesimpulan
Berdasarkan analisis terhadap hasil tindakan yang telah dilaksanakan dan
data-data yang telah di sajikan dapat diambil suatu kesimpulan bahwa media
gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa
tunarungu seperti pengucapan artikulasi yang benar, nada atau intonasi yang
baik dan penggunaan kata kalimat yang tepat.
Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap
siswa tunarungu kelas III SDLB, ternyata cukup menunjukan peningkatan dalam
kemampuan berbicara siswa tunarungu, seperti Aktif berpartisipasi dalam
kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri atau keberanian
untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang lain, memberikan
penanaman konsep kata dan kalimat secara kongkrit, memberikan pengalaman
yang kongkrit, perbendaharaan kata siswa semakin meningkat, meningkatkan
dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan observer terhadap siswa dalam lembar
instrument kemampuan berbicara siswa pada setiap sikus dapat diperoleh hasil
sebagai berikut : Siklus I As memperoleh nilai 55 (kurang baik), De memperoleh
nilai 50 (kurang baik) dan Nw memperoleh nilai 40 (kurang baik). Siklus II As
memperoleh nilai 90 ( baik), De memperoleh nilai 90 ( baik) dan Nw As
memperoleh nilai 70 ( cukup baik)
Proses Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan
memberikan perubahan signifikan dan peningkatan kemampuan yang terjadi
menunjukan bahwa penggunaan media gambar peristiwa berseri sebagai media
dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu kelas III SDLB/B.
Penggunaan media ini dapat dilihat dari hasil tes yang di lakukan siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung dimana masing-masing siswa pada setiap
pertemuan menunjukan peningkatan yang berarti.
Peningkatan-peningkatan pada aspek kemampuan berbicara berdasarkan hasil
pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan menggunakan media gambar
peristiwa berseri dapat membuat siswa, antara lain sebagai berikut : Aktif
berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, menumbuhkan kepercayaan diri
atau keberanian untuk berbicara, bertanya dan menanggapi percakapan orang
meningkat, meningkatkan konsentrasi belajar, meningkatkan interaksi dan
komunikasi siswa dilingkungannya, meningkatkan prestasi belajar pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
A. .
B.Implikasi
Penggunaan media gambar peristiwa berseri yang peneliti cobakan terhadap
siswa tunarungu kelas III SDLB/B berpengaruh terhadap kinerja guru untuk
memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
berbicara siswa tunarungu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDLB
di SLB Al-Ichlas Jayaratu dan penelitian tindakan kelas ini juga memperbaiki
penggunaan media pembelajaran bagi siswa tunarungu yang selama ini peneliti
laksanakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa tunarungu. Jadi
penggunaan media gambar peristiwa berseri dapat meningkatkan kemampuan
berbicara siswa tunarungu.
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan juga dapat digunakan dan di
kembangkan sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan dalam
penelitian selanjutnya dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara.
Arsyad, A.N. (1996). Media Pembelajaran, Jakarta : Raja Erifindo
Persada.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran, Bandung : PT. Sarana Tutorial
Nurani Sejahtera.
Depdikbud. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen
Pendidikan dan kebudayaan.
Depdiknas. (2006). BSNP KTSP Anak Tunarungu, Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Sadja’ah. E. (2003). Bina Bicara Persepsi Bunyi dan Irama. Bandung :
San Grafika.
Setyadi. P. (2008). Hakikat media cerita bergambar. (online). Tersedia :
http://adfal86.blogspot/2013/10/normal-0-false-false-false-en-us
none.html. ( 11 September 2013 ).
Somad. P dan Hernawati. T (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung
: Depdikbud. Dirjendikti Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Susetyo. B. ( 2011 ). Menyusun tes hasil belajar. Bandung : CV
Cakra.
Sutjihati. T. (2006). Psikologi Pendidikan Luar Biasa. Bandung :